Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS ELEMEN PEMBENTUK KOTA BERDASARKAN TEORI TRANCIK

(STUDI KASUS : TUGU MUDA SEMARANG)

Sabilla Ananda Putri


email : anandasabilla85@gmail.com

Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota


Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

ABSTRAK
Kota Semarang merupakan salah satu kota tua yang bersejarah di Indonesia. Kota ini,
menyimpan beranekaragam bangunan bersejarah (urban heritage) yang bernilai tinggi terutama
yang terletak di kawasan Tugu Muda Semarang. Penelitian ini, bertujuan untuk mengeksplor
elemen-elemen pembentuk kota yang mempengaruhi citra kawasan Tugu Muda, sehingga dapat
digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan citra kawasan Tugu Muda Semarang. Metode
penelitian yang digunakan ialah menggunakan studi literature, berdasarkan teori perancangan kota
(Roger Trancik) . Penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk menentukan arah
perkembangan fisik kota yang semakin hari semakin berkembang baik dari pembangunan fasilitas
umum beserta sarana-prasarana, serta pengembangan kawasan wisata.
Kata kunci: elemen-elemen pembentuk kota, citra kota, teori Trancik

PENDAHULUAN yang identik dengan gaya Eropa, misalnya


ukuran pintu dan jendela yang besar,
Modernisasi merupakan suatu hal
penggunaan kaca berwarna, bentuk atap yang
yang tidak dapat dielakkan terutama pada era
unik, sampai adanya ruang bawah tanah.
globalisasi saat ini. Modernisasi dinilai
Bangunan kuno di kawasan Tugu Muda
mampu menyusutkan kekhasan antara satu
antara lain lawang sewu, Museum
tempat dengan tempat yang lain. Hal ini
Ranggawarsita, Gereja Santa Perawan Maria
mengakibatkan citra Kota menjadi isu yang
Ratu, Simpang lima, Klenteng Sam Po kong
penting dalam perencanaan dan perancangan
dsb. Disamping itu, isu krusial yang terjadi
kota. Tugu Muda Semarang merupakan salah
di kawasan Tugu Muda Semarang saat ini
satu citra visual yang mampu menyajikan
ialah aktivitas masyarakat yang hanya hidup
arsitektur kolonial dimana pada kawasan ini
pada siang hari, sedangkan pada malam
banyak berdiri bangunan kuno peninggalan
harinya seakan-akan menjadi kawasan mati.
Kolonial Belanda yang menyimpan sejarah
dan tidak akan pernah habis dikisahkan. METODE PENELITIAN
Secara umum karakteristik bangunan yang
Metodologi penelitian yang
ditonjolkan pada kawasan ini mengikuti
digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif.
gaya/pola bangunan Eropa maupun kolonial
Metode kualitatif digunakan untuk
sekitar tahun 1700-an. Hal ini bisa dibuktikan
mengetahui elemen pembentuk kota melalui
dari detail bangunan yang khas dan ornamen
struktur kawasan citra Tugu Muda.
Sedangkan untuk metode kuantitatif
digunakan untuk mengetahui elemen 1. Elemen solid blok tunggal: bersifat agak
pembentuk kota melalui identitas dan makna individual, dapat dilihat sebagai bagian
kawasan citra Tugu Muda. Teknik analisis unit yang lebih besar, dan memiliki sifat
yang digunakan adalah berupa studi literature penting
dan dokumentasi. Selain itu, pada artikel ini 2. Elemen solid blok mendefinisi sisi:
juga digunakan metode analitis yang berfungsi sebagai pembatas linear,
dilakukan melalui analisa kualitatif dari pembatas dapat dibentuk oleh elemen
bentuk dan tatanan massa bangunan sebagai satu, dua, atau tiga sisi
sarana dan prasarana bagi pengunjung 3. Elemen solid blok medan: memiliki
bangunan Tugu Muda Semarang berdasarkan bermacam-macam massa dan bentuk,
teori figure ground yang didapatkan dari namun tidak dapat dilihat secara individu
literatur terkait. Variabel analisis ialah berupa tapi harus melihat massa secara
bentuk dan tatanan massa bangunan utama keseluruhan.
dan bangunan pendukung serta data yang
dikumpulkan dari beberapa sumber yang Sedangkan elemen bersifat void berfungsi
relevan, data baik berupa data literatur dan sebagai sistem yang berhubungan erat dengan
data foto/ dokumentasi. massa yaitu:
1. Sistem tertutup yang linear:
TINJAUAN PUSTAKA memperhatikan ruang yang bersifat linear
Pada ilmu perancangan kota, ada tetapi terkesan tertutup. Sering dijumpai di
beberapa teori yang dijadikan acuan dalam kota
melihat karakter suatu kota/kawasan. Salah 2. Sistem tertutup memusat: pola ruang
satuny ialah Teori Roger Trancik (1986), terkesan terfokus dan tertutup. Di kota dapat
dimana teori ini mengemukakan tiga teori diamati dalam skala besar
utama perancangan kota, antara lain sebagai 3. Sistem terbuka sentral: kesan ruang
berikut: bersifat terbuka namun masih terfokus
4. Sistem terbuka yang linear: pola
Teori Figure Ground ruang terkesan terbuka dan linear
Teori Figure ground, yaitu studi
mengenai hubungan tekstural antara bentuk Teori Linkage
yang dibangun (building mass) dan ruang Studi ini membahas tentang hubungan
terbuka (open space) melalui kajian dua antara suatu tempat dengan tempat yang lain
dimensional solid-void. Analisis ini bertujuan dari berbagai aspek sebagai generator
untuk mengidentifikasi sebuah tekstur dan perkotaan. Teori ini lebih meperhatikan dan
pola-pola sebuah tata ruang perkotaan (urban menegaskan hubungan dan gerakan
fabric), serta mengidentifikasi masalah (dinamika) sebuah tata ruang perkotaan.
keteraturan massa atau ruang perkotaan. Linkage perkotaan dapat dilihat dengan cara
Elemen bersifat solid ada tiga yaitu: blok visual, struktural, dan kolektif. Bentuk
tunggal, blok yang mendefinisi sisi, dan blok elemen ini berupa jalan-jalan, pedestrian,
medan ruang terbuka yang berbentuk garis.
Pendekatan linkage yaitu visual (meliputi: Kawasan Tugu Muda semarang
elemen garis, koridor, sisi, sumbu, dan irama) terletak tidak sampai 1 km dari sempadan
;struktural (tambahan, sambungan, tembusan; pantai, sehingga sangat berpotensi terkena
dan kolektif (compositional form, mega form, banjir rob sehingga berpengaruh terhadap
group form) minimnya pemanfaatan kegiatan pariwisata
pada kawasan ini. Banjir ini diperparah
Teori Place dengan kondisi penurunan muka tanah
Teori ini lebih menekankan pada karena tingginya aktivitas pembangunan
pemaknaan suatu tempat atau ruang dan ekstraksi air tanah. Selain itu, lemahnya
perkotaan. Place akan ada jika dibatasi fungsi retensi kali semarang dan polder
sebagai sebuah void, dan sebuah space akan tawang di kawasan Tugu Muda
menjadi sebuah place jika memiliki arti dari menyebabkan banjir saat hujan tiba
lingkungan yang berasal dari budaya dikarenakan terjadiya penyumbatan sampah
setempat. dan sedimentasi . Disisi lain, masih banyak
bangunan di Tugu Muda Semarang yang
ANALISIS DAN PEMBAHASAN minim perawatan dan aktivitas sehingga
hanya difungsikan sebagai gudang dan
a. Potensi kawasan terkait massa bangunan relative sepi terutama saat malam hari.
dan pola akses kawasan Ketertiban di sekitar kawasan-pun masih
Kawasan Tugu Muda Semarang kurang sehingga meyebabkan jalan relative
memiliki Letak yang cukup strategis dan rumit misalnya saja banyaknya PKL yang
mudah dijangkau dengan jarak tempuh berjualan secara liar dan mengganggu
kurang lebih 2 km dari Pusat Kota. Kawasan ketertiban jalan. Selain itu pengalih-
ini terdiri dari komplek bangunan gedung- fungsian lahan belum tertata sesuai aturan
gedung berarsitektur eropa yang memiliki yang berlaku.
nilai seni tinggi dan didukung dengan adanya
konservasi/pelestarian keaslian gedung. Area Analisis Kawasan
jalan yang lebar dan sudah paving ditambah
Analisis Berdasarkan Teori Roger Trancik
dengan banyaknya angkutan umum yang
melintasi kawasan Tugu Muda dinilai mampu 1. Figure ground theory
meningkatkan aksesibilitas menuju Tugu
Muda. Kawasan ini sudah dilengkapi dengan
papan petunjuk arah sehingga memudahkan
wisatawan dalam mencari lokasi yang dituju.
Disamping itu, adanya lahan kosong disekitar
kawasan Tugu Muda tentunya dapat
dimanfaatkan sebagai aktivitas perdagangan
dan area parkir.

b. Permasalahan kawasan terkait massa


bangunan dan pola akses kawasan
Gambar 1. Urban Solid (hitam) dan void
(putih)
Sumber: Analinsis Penulis, 2018

Elemen solid Gambar 4. Elemen void tertutup Linear:


Sumber:Analinsis Penulis 2018
Elemen solid di kawasan tugu muda
ini merupakan perpaduan antara blok tunggal, 2. Lingkage theory
blok medan (field block), dan blok yang
. Berdasarkan analisis kawasan tugu
mendefinisi sisi (edge defining block). Untuk
muda memiliki pendekatan linkage secara
contoh solid blok tunggal adalah DP mall dan
visual (meliputi elemen koridor dan
paragon mall.
memusat/ sumbu); serta linkage bentuk
kolektif tipe mega form. Linkage dengan sifat
visual elemen koridor merupakan sekitar tugu
pemuda yang bersifat fokus dan sebagai
penghubung banyak jalan, sedangkan visual
blok tunggal
koridor dibentuk oleh deretan massa
blok yang
mendefinisi sisii bangunan.

Blok medan

Gambar 2. Elemen Solid di Wilayah Studi


Sumber: Analinsis Penulis, 2018

Elemen Void
Elemen void di wilayah studi adalah
elemen void sistem tertutup yang linear, Gambar 5. Linkage wilayah studi
elemen void sitem tertutup memusat, dan Sumber:Analinsis Penulis, 2018
terbuka linear.

Visual koridor Visual sumbu/


memusat
Gambar 3. Elemen void tertutup memusat
(kawasan lawang sewu) Sumber: Analinsis
Penulis, 2018
Kolektif tipe Gambar 6. theory of place, wilayah studi
mega form Sumber:Analinsis Penulis, 2018

KESIMPULAN
Land Use ( Tata Guna Lahan ) yang
ada pada Kawasan Tugu Muda Semarang
3. Place theory
terbagi menjadi dua yaitu luas terbangun dan
Berdasarkan teori place kawasan tugu luas ruang terbuka, keduanya sudah sesuai
muda adalah sebagai kawasan CBD dan dengan aturan tata guna lahan di kota
perkantoran. Kawasan tugu muda merupakan Semarang. Building Form and Massing (
salah satu elemen penting dari bentuk kota Bentuk dan Tatanan Massa ) pada Kawasan
karena dapat membantu orang untuk Tugu Muda menjadi ciri khas dari Kota
mengorientasikan diri di dalam kota dan Semarang. Fungsi nya sendiri yakni sebagai
membantu mengenali suatu kawasan. Selain kawasan peninggalan besejarah (urban
itu di kawasan ini juga terdapat bangunan heritage) yang bernilai seni tinggi. Konsep
bersejarah seperti lawang sewu. Kawasan perletakan dan bentuk massa yang ada pada
tugu muda ini merupakan salah satu nodes di kawasan Tugu Muda Semarang dipengaruhi
Kota Semarang karena merupaka point oleh bentuk site yang linear, sehingga tatanan
strategis dalam sebuah kota dan sebagai massa yang mengikuti alur site tersebut
sebuah aktivitas. Adanya landmark ini dinilai didominasi oleh tatanan massa yang bersifat
mampu meningkatkan ekonomi kota. Pada linear pula. Bagian depan dari kawasan
kawasan Tugu Muda Semarang, teori place tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pertokoan
dapat dibuktikan dengan adanya gereja (aktivitas perdagangan) sekaligus dijadikan
blenduk beserta kegiatan/aktivitas ekonomi sebagi akses masuk ke bangunan utama.
maupun sosial yang terjalin di dalam maupun
Tekstur yang dimiliki kawasan Tugu
disekitarnya.
Muda Semarang adalah Tekstur Heterogen,
dimana konfigurasi yang dibentuk oleh massa
dan ruangnya memiliki ukuran, bentuk dan
kerapatan yang berbeda. Hal ini ditujukan
agar pengunjung bisa merasakan banyak
variasi bentuk massa dan ruang dari kawasan
ini. Pola massa dan ruang yang disajikan oleh
kawasan Tugu Muda adalah Pola Organis,
terlihat dari konfigurasi massa dan ruang
yang dibentuk secara tidak beraturan.
Bangunan utama yang berbentuk linear dalam
kawasan ini dikelilingi oleh bangunan
pendukung sehingga kawasan ini memiliki
elemen solid, yang merupakan konfigurasi
dan terdiri dari kumpulan massa bangunan
yang tersebar merata. Hal ini berdampak juga
pada elemen voidnya, dimana elemen void
kawasan ini memiliki sistem terbuka sentral
yang dibatasi oleh massa sehingga
menimbulkan kesan ruang terbuka namun
masih tampak terfokus.

DAFTAR PUSTAKA
Ching, Francis.Dk .1996. Arsitektur : Bentuk,
Ruang dan Tatanan ; Erlangga

Feri, Ema, Kurniawati. 2007. Perkembangan


Struktur Ruang Kota : Mandar Maju Bandung

Lynch, Kevin. 1960.The Image of The City.


Cambridge : The MIT Press Massachusette.
Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design
Process.Van Nostrand Reinhold Company.

Trancik, Roger. 1986. Finding Lost Space:


Theories of Urban Design. New York: Van
Nostrand Reinhold

Zahn, Markus, 1999, Perancangan Kota


Secara Terpadu : Teori Perancangan Kota dan
Penerapannya, Yogyakarta, Kanisius

Anda mungkin juga menyukai