Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA, TEMAN SEBAYA DAN

PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA


DI SMAN 6 DEPOK, JAWA BARAT

Merlin Sine
Program studi S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
Kampus I Jl. RS Fatmawati No.1 Pondok Labu Jakarta Selatan 12450
Kampus II Jl. Raya Limo Depok 16515, Indonesia
Email: merlinsine717@yahoo.com

Abstract

Bullying is an aggressive act repeatedly performed by someone who is considered stronger to


a physically and mentally weak person.The purpose of this study was to determine the
relationship between parent parenting methods, peers and the use of social media with
bullying behavior on students in SMAN 6 Depok, West Java.The univariate analysis used is
frequency and proportion as well as average distribution. The bivariate analysis used was
independent T test with p value <0,05.The result of this study showed that the relationship
between parent parenting methods with bullying had p value = 0,002, peers relationship with
bullying behavior was obtained p value = 0,020, and relationship between social media usage
and bullying behavior got p value = 0,011. From the results of the research can be concluded
that there is a relationship between parent parenting methods, peers and the use of social
media with bullying behavior on students in SMAN 6 Depok, West Java.
Keywords: Bullying, Social Media, Parent, Peers

1
PENDAHULUAN kawasan Asia yaitu 70%. Data lain lagi
menyebutkan jumlah anak yang menjadi
Bullying adalah bentuk perilaku agresif
pelaku bullying di sekolah terjadi
yang di lakukan oleh individu atau kelompok
peningkatan dari 67 kasus pada tahun 2014
yang lebih kuat terhadap individu atau
menjadi 79 kasus di tahun 2015 (Lestari,
kelompok yang lebih lemah dengan tujuan
2016).
untuk menyakiti dan di lakukan secara
Wiyani (2012), melakukan penelitian
berulang-ulang (Eisenberg, 2006) dalam
di Indonesia, data yang didapatkan bahwa
(Arif & Wahyuni, 2017). Perilaku bullying
kekerasan yang dilakukan antar siswa pada
dapat di lakukan secara fisik, verbal,
tingkat SMP berjumlah 41,2%(Lestari, 2016)
psikologis atau mental yang di lakukan
dan pada tingkat SMA 43,7%. Urutan
secara berulang-ulang dan menimbulkan
pertama kekerasan yang terjadi yaitu
dampak negatif bagi korban.
kekerasan secara psikologis berupa
Di Indonesia sendiri, kasus bullying
pengucilan. Urutan kedua yaitu kekerasan
sudah tidak asing lagi terjadi di lingkungan
secara verbal berupa ejekan, dan kekerasan
sekolah. KPAI menyebutkan bahwa dari
fisik seperti memukul menempati urutan
tahun 2011 sampai bulan Agustus 2014
ketiga. Perilaku bullying sendiri merupakan
terdapat 369 laporan terkait kasus tersebut.
suatu perilaku kekerasan yang dapat
Total jumlah pengaduan terkait kasus
menimbulkan perasaan traumatik kepada
tersebut dalam dunia pendidikan ada sekitar
korbannya sehingga tindakan ini sangat
25% dari total 1.480 kasus. KPAI juga
berbahaya dan tidak boleh ditiru. Bentuk
menyebutkan jumlah kasus bullying
penindasannya beragam mulai dari yang
mengalahkan jumlah kasus tawuran remaja,
paling ringan berupa ejekan ataupun
pemalakan, dan diskriminasi dalam dunia
intimidasi, hingga secara fisik berupa
pendidikan. Sementara itu, menurut riset
pukulan seperti yang dulu sering terjadi pada
yang di lakukan oleh LSM Plan
saat penerimaan siswa ataupun mahasiswa
International and International
baru. Tetapi bullying belakangan ini mulai
Center for Research on Women
dilakukan melalui media sosial
(ICRW), pada maret 2015 mengungkapkan
(cyberbullying) yang menyebabkan banyak
bahwa terdapat 84% anak-anak di Indonesia
korbannya yang memilih untuk bunuh diri
yang mengalami kekerasan di lingkungan
(Febriyani & Indrawati, 2016).
sekolah. Angka tersebut lebih tinggi dari

2
Pada penelitian sebelumnya, situasi yang mengancam dirinya, serta sikap
menyebutkan ada dua faktor yang orangtua yang sering menunjukan perilaku
menyebabkan perilaku bullying pada remaja. bullying secara sengaja atau pun tidak
Terdapat faktor internal dan faktor eksternal, sengaja yang membuat anak terbiasa untuk
faktor (Ferdianto, 2017) internal berupa melihat dan untuk meniru hal tersebut
ketidakmampuan berempati, kemampuan (Astuti, 2008) dalam (Korua , Kanine, &
mengendalikan diri, sikap terhadap perilaku Bidjuni, 2015).
kekerasana, dan sikap terhadap permusuhan. Selain peran orangtua yang
Sedangkan faktor eksternalnya berupa pola mempengaruhi perilaku bullying, salah satu
asuh orangtua, kelekatan anak dan orangtua, penyebab perilaku bullying pada remaja
iklim sekolah dan lingkungan(Wahyuni & yaitu konformitas teman sebaya. Kasus
Asra, 2014). Keluarga terutama orangtua bullying yang terjadi antar teman sebaya
mempunyai peranan penting dalam proses sedang marak terjadi di Indonesia. Menurut
pembentukan perilaku anak. Orangtua yang penelitian yang dilakukan oleh (Febriyani &
terlalu melindungi anaknya secara Indrawati, 2016) pada siswa kelas XI di
berlebihan akan membuat anak rentan SMAN 6 Semarang mendapatkan hasil
terkena bullying. bahwa pola pikir dan tindakan yang
Data hasil penelitian (Korua , Kanine, dilakukan oleh seorang remaja dipengaruhi
& Bidjuni, 2015) tentang hubungan pola oleh teman sebaya yaitu dalam proses
asuh orang tua dengan kenakalan remaja di pengambilan keputusan untuk melakukan
RW 5 Kelurahan Sidokare Kecamatan kegiatan karena rasa setia kawan, dan
Sidoarjo, menyebutkan bahwa pola asuh kekompakan siswa dalam kelompok
orangtua yang otoriter yang terlalu tersebut. Sehingga apabila dalam kelompok
memaksakan kehendaknya terhadap anak, tersebut terdapat teman yang melakukan
akan membuat anaknya melakukan banyak tindakan bullying maka anggota teman yang
kenakalan remaja seperti minum minuman lain pasti akan ikut terlibat untuk melakukan
keras dan berkelahi serta bullying dari pada tindakan tersebut.
anak yang memiliki pola asuh permisif dan Selain pola asuh orangtua dan teman
demokratis. Defenisi pola asuh otoriter itu sebaya, media sosial juga merupakan salah
sendiri merupakan suatu pola asuh yang satu penyebab penyebab perilaku bullying
keras sehingga anak akan terbiasa dengan pada remaja. Media sosial merupakan suatu

3
sarana untuk bersosialisasi, tetapi media 9 orang siswa mengatakan pernah menjadi
sosial cenderung menghapus batasan-batasan korban bullying verbal dan 1 orang menjadi
dalam bersosialisasi. Dalam bersosialisasi korban bullying fisik. Sebagian besar
melalui media sosial tidak ada batasan ruang bullying verbal yang mereka alami berupa
dan waktu dan seseorang dapat ejekan, sindiran, serta dibentak. Sedangkan
berkomunikasi kapan pun dan dimana pun siswa yang di bully secara fisik yaitu dipukul
mereka berada. Media sosial sendiri dan ditampar.
membawa pengaruh besar bagi kehidupan Dari hasil wawancara para siswa yang
seseorang dari yang tidak terkenal menjadi di bully mengatakan bahwa mereka merasa
seorang yang terkenal hanya melalui media sedih, malu, dendam untuk membalas,
sosial. Media sosial yang sering digunakan sampai ingin pindah sekolah. Selain itu yang
oleh remaja antara lain Facebook, Instagram, pernah menjadi pelaku bullying 3 orang
LINE, Youtube, Whatsapp, BBM, dan Path. siswa. Mereka mengatakan menjadi pelaku
Media sosial sekarang ini cenderung bullying disebabkan adanya faktor balas
digunakan oleh remaja untuk melakukan dendam karena pernah menjadi korban
bully orang yang tidak disukai dengan cara bullying. Sementar itu, hasil wawancara
mengirim pesan yang berisi kata-kata ejekan, peneliti dengan guru bimbingan konseling
ancaman dan berkata kasar. Seperti hasil (BK) mengatakan bahwa pada bulan April
penelitian yang dilakukan (Lestari, 2016) di 2017 yang lalu terdapat kejadian pemukulan
SMPN 2 Kota Tangerang Selatan, antar siswa. Tindakan ini berawal dari
menyebutkan bahwa terdapat perilaku seorang siswa menyuruh temannya tetapi
bullying. Korban bullying mengatakan temannya tidak ingin mengikuti perintahnya,
diintimidasi melalui pesan singkat yang lalu mereka terlibat adu mulut dan berlanjut
dikirim melalui media sosial yaitu BBM. kepada tindakan pemukulan. Tindakan ini
Berdasarkan studi pendahuluan di langsung diketahui oleh pihak sekolah dan
SMAN 6 Depok pada tanggal 12 Maret langsung mengurus masalah tersebut dan
2018,diperoleh hasil wawancara yang siswa-sisiwa tersebut telah berdamai.
peneliti lakukan pada 10 siswa kelas XI, Berdasarkan latar belakang diatas,
peneliti menemukan beberapa kasus dapat disimpulkan bahwa perilaku bullying
bullying. Semua siswa yang diwawancara sekarang ini sedang marak terjadi dalam
mengatakan pernah menjadi korban bullying. dunia pendidikan mulai dari sekolah dasar,

4
pertama, menengah sampai perguruan tinggi. PEMBAHASAN
Tidak dapat dipungkiri lagi kasus bullying
Gambar 1. Frekuensi Proporsi
yang terjadi di lingkungan sekolah semakin
Responden Menurut Jenis kelamin,
meningkat setiap tahunnya. Tujuan dari
Pola Asuh Orangtua, Teman Sebaya,
penelitian ini adalah untuk mengetahui
dan Penggunaan Media Sosial Di
hubungan antara pola asuh orangtua, teman
SMAN 6 Depok, Jawa Barat (n=200)
sebaya dan penggunaan media sosial dengan
Sub- Freku Presen
perilaku bullying pada siswa di SMAN 6
Karakte karakte ensi tase
Depok, Jawa Barat.
ristik ristik (%)
Pada penelitian ini menggunakan
Jenis Laki-laki 105 52,5
metode deskriptif analitik yaitu suatu metode
kelamin
untuk menggambarkan tentang suatu Perempu 95 47,5
keadaan secara objektif dan mencari an
hubungan antar variabel dengan pendekatan Pola Baik 124 62
cross sectional, dimana variabel independen asuh
dan dependen diukur pada waktu yang Kurang 76 38
orangtua
bersamaan dan pengamatannya di lakukan baik

secara simultan pada sekali waktu. Teman Baik 121 60,5

Responden pada penelitian ini yaitu siswa sebaya


Kurang 79
kelas XI di SMAN 6 Depok, Jawa Barat.
baik 39,5
Jenis instrumen yang digunakan dalam
Baik 105 52,2
penelitian ini yaitu pembagian lembar
Penggun
kuisioner pada responden. Penelitian ini Kurang 95 47,5
aan
dilakukan di SMAN 6 Depok, Jawa Barat baik
media
pada 24 Mei 2018. Analisis data univariat
sosial
yang digunakan pada penelitian ini adalah
Total 200 100,0
frekuensi dan prorporsi serta distribusi rata-
rata. Sedangkan pada analisis bivariat pada
Pada gambar 1 diatas didapatkan
penelitian ini menggunakan Uji T
bahwa karakteristik responden dengan
Independen.
kategori jenis kelamin didapatkan bahwa
responden laki-laki sebanyak 105 siswa

5
(52,5%) dan untuk responden perempuan Gambar 2. Distribus Frekuensi
sebanyak 95 (47,5%). Dalam penelitian ini Responden Berdasarkan Usia Dan
mayoritas responden di SMAN 6 Depok, Perilaku Bullying Di SMAN 6 Depok,
Jawa Barat adalah laki-laki. Jawa Barat (n=200)
Pada gambar diatas juga dapat dilihat Karakte Me Med SD SE Mi
bahwa responden dengan kategori pola asuh ristik an ian n-
orangtua baik sebanyak 124 siswa (62%) dan M
untuk responden dengan kategori pola asuh ax
orangtua kurang baik sebanyak 76 siswa Usia 16, 17,0 0,5 0,0 16-
(38%). Hasil penelitan tersebut menunjukan 52 0 01 35 17
bahwa mayoritas siswa-siswi kelas XI Perilaku 78, 78,0 6,6 0,4 60-
SMAN 6 Depok, Jawa Barat sebagai pola Bullying 66 0 58 71 90
asuh orangtua baik.
Pada gambar 1 diatas dapat dilihat Pada gambar 2 diatas didapatkan
bahwa responden dengan kategori teman bahwa rata-rata usia responden adalah 16,52
sebaya baik sebanyak 121 siswa (60,5%) dan tahun dengan standar deviasi 0,501 dan
untuk responden dengan kategori teman standar eror 0,035. Usia responden yang
sebaya yang kurang baik sebanyak 79 siswa terendah adalah 16 tahun dan yang tertinggi
(39,5%). Mayoritas responden pada adalah 17 tahun. Dalam penelitian ini
penelitian ini adalah teman sebaya yang mayoritas umur responden di SMAN 6
baik. Depok, Jawa Barat adalah 16 tahun.
Selanjutnya, Pada responden dengan Selanjutnya, pada gambar 2 diatas juga
kategori penggunaan media sosial yang baik didapatkan bahwa rata-rata perilaku bullying
sebanyak 105 siswa (52,5%) dan untuk responden adalah 78,66 dengan standar
responden dengan kategori kurang baik deviasi 6,658 dan standar eror 0,471, dengan
sebanyak 95 siswa (47,5%). Mayoritas nilai minimum adalah 60 dan maksimum
responden pada penelitian ini adalah adalah 90. Maka perilaku bullying pada
menggunakan media sosial dengan baik. SMAN 6 Depok, Jawa Barat dapat dikatakan
jarang terjadi bullying karena rentang nilai
60-90 yang berarti jarang terjadi bullying
dengan dasar nilai maksimun pada hasil

6
kuisioner sebesar 96 dan nilai minimun pada Gambar 4. Analisis Hubungan Teman
hasil kuisioner sebesar 24. Sebaya Dengan Perilaku Bullying Pada
Siswa Di SMAN 6 Depok, Jawa Barat
Gambar 3. Analisis Hubungan Pola (n=200)
Asuh Orangtua Dengan Perilaku Teman Mea SD P
Bullying Di SMAN 6 Depok, Jawa Sebaya n valu
Barat (n=200) e
Pola Asuh Mea SD P 1. Baik 79,5 6,18
Orangtua n valu 5 3 0,02
e 2. Kurang 77,3 7,15 0
1. Baik 79,8 6,07 baik 2 9
1 8 0,00
2. Kurang 76,8 7,16 2 Pada gambar 4 diatas didapatkan
baik 0 8 bahwa rata-rata perilaku bullying dengan
teman sebaya yang baik lebih tinggi yaitu
Pada gambar 3 diatas didapatkan 79,55 dengan variasi 6,183, di bandingkan
bahwa rata-rata perilaku bullying dengan perilaku bullying dengan teman sebaya yang
pola asuh orangtua baik lebih tinggi yaitu kurang baik, yaitu rata-ratanya 77,32 dengan
79,81 dengan variasi 6,078, dibandingkan variasi 7,159. Hasil uji T di dapatkan nilai
pola asuh orangtua kurang baik, yaitu rata- p= 0,020 (p value < 0,05), berarti secara
ratanya 76,80 dengan variasi 7,168. Hasil uji statistik ada hubungan antara teman sebaya
T didapatkan nilai p= 0,002 (p value < 0,05), baik dengan perilaku bullying.
berarti secara statistik ada hubungan antara
pola asuh orangtua dengan perilaku bullying.

7
Gambar 5. Analisis Hubungan disimpulkan sesuai dengan tujuan penelitian,
Penggunaan Media Sosial Dengan antara lain:
Perilaku Bullying Pada Siswa Di SMAN 6 a. rata-rata usia responden adalah 16,52
Depok, Jawa Barat (n=200) tahun dengan standar deviasi 0,501 dan
Penggunaan Mea SD P standar eror 0,035. Usia responden yang
Media Sosial n valu terendah adalah 16 tahun dan yang
e tertinggi adalah 17 tahun. Dalam
1. Baik 79,8 6,09 penelitian ini mayoritas umur responden
0 9 0,01 di SMAN 6 Depok, Jawa Barat adalah 16
2. Kurang 77,4 7,04 1 tahun.
baik 1 8 b. Mayoritas responden pada penelitian ini
adalah laki-laki. Responden dengan
Pada gambar 5 diatas didapatkan kategori jenis kelamin didapatkan bahwa
bahwa rata-rata perilaku bullying dengan responden laki-laki sebanyak 105 siswa
penggunaan media sosial baik lebih tinggi (52,5%) dan untuk responden perempuan
yaitu 79,80 dengan variasi 6,099, di sebanyak 95 (47,5).
bandingkan perilaku bullying dengan c. Mayoritas responden pada penelitian ini
penggunaan media sosial kurang baik, yaitu memiliki pola asuh orangtua baik.
rata-ratanya 77,41 dengan variasi 7,048. Responden dengan kategori pola asuh
Hasil uji T didapatkan nilai p=0,011( p value orangtua baik (pola asuh demokratis)
< 0,05), berarti secara statistik ada hubungan sebanyak 124 siswa (62%) dan untuk
yang signifikan antara penggunaan media responden dengan kategori pola asuh
sosial dengan perilaku bullying. orangtua kurang baik (pola asuh otoriter
dan permisif) sebanyak 76 siswa (38%).
KESIMPULAN d. Mayoritas responden pada penelitian ini
Berdasarkan hasil analisa dan memiliki teman sebaya yang baik.
penelitian tentang hubungan antara pola asuh Responden dengan kategori teman sebaya
orangtua, teman sebaya dan penggunaan baik sebanyak 121 siswa (60,5%) dan
media sosial dengan perilaku bullying pada untuk responden dengan kategori teman
siswa di SMAN 6 Depok, Jawa barat sebaya yang kurang baik sebanyak 79
didapatkan beberapa hal yang dapat siswa (39,5%).

8
e. Mayoritas responden pada penelitian ini perilaku bullying dengan teman sebaya
menggunakan media sosial dengan baik yang kurang baik, yaitu rata-ratanya
responden dengan kategori penggunaan 77,32 dengan variasi 7,159. Hasil uji T di
media sosial yang baik sebanyak 105 dapatkan nilai p= 0,020 (p value < 0,05),
siswa (52,5%) dan untuk responden berarti secara statistik ada hubungan
dengan kategori kurang baik sebanyak 95 antara teman sebaya baik dengan perilaku
siswa (52,5%). bullying.
f. Rata-rata perilaku bullying responden i. rata-rata perilaku bullying dengan
adalah 78,66 dengan standara deviasi penggunaan media sosial baik lebih tinggi
6,658 dan standar eror 0,471 dengan nilai yaitu 79,80 dengan variasi 6,099, di
minimum adalah 60 dan maksimum bandingkan perilaku bullying dengan
adalah 90. Maka perilaku bullying pada penggunaan media sosial kurang baik,
SMAN 6 Depok, Jawa Barat dapat yaitu rata-ratanya 77,41 dengan variasi
dikatakan jarang terjadi bullying karena 7,048. Hasil uji T didapatkan nilai
rentang nilai 60-90 yang berarti jarang p=0,011( p value < 0,05), berarti secara
terjadi bullying dengan dasar nilai statistik ada hubungan yang signifikan
maksimun pada hasil kuisioner sebesar 96 antara penggunaan media sosial dengan
dan nilai minimun pada hasil kuisioner perilaku bullying.
sebesar 24.
g. Rata-rata perilaku bullying dengan pola
asuh orangtua baik lebih tinggi yaitu
79,81 dengan variasi 6,078, dibandingkan
pola asuh orangtua kurang baik, yaitu
rata-ratanya 76,80 dengan variasi 7,168.
Hasil uji T didapatkan nilai p= 0,002 (p
value < 0,05), berarti secara statistik ada
hubungan antara pola asuh orangtua
dengan perilaku bullying
h. Rata-rata perilaku bullying dengan teman
sebaya yang baik lebih tinggi yaitu 79,55
dengan variasi 6,183, di bandingkan

9
10
DAFTAR PUSTAKA Keperawatan (e-Kp) Volume 3
Nomor 2, Hal. 4-5.
Abbas, M. R., & Arigiatha, V. (2014).
Paduan Optimalisasi Media Sosial Kusumaryani, M. (2017). Prioritaskan
Untuk Kementrian Perdagangan Kesehatan Reproduksi Remaja
RI. Jakarta : Pusat Humas Untuk Menikmati Bonus
Kementrian Perdagangan RI. Demografi. Brief Notes Lembaga
Demografi FEB UI , hal.2.
Abdullah, N. (2013). Meminimalisasi
Bullying di Sekolah. ISSN 0215- Lestari, W. S. (2016). Analisis Faktor-
9511, 53. faktor Penyebab Bullying di
Kalangan Peserta DIdik.
Astuti, P. R. (2008). Meredam Bullying.
ISSN:2356-1386, hal.148-155.
Jakarta : Grasindo.
Masdin. (2013). Fenomena Bullying
Conny R. Semiawan. (1999).
Dalam Pendidikan . Al-Ta'dib, 80.
Perkembangan dan Belajar Peserta Didik.
Jakarta: Depdikbud. Makmun, A. (2013). Psikologi pendidikan,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Dharma, K. (2011). Metodologi Penelitian
Offset
Keperawatan. Jakarta: CV.Trans
Iinfo Media. Notoatmodjo, S. (2012). Metoodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT
Febriyani, Y. A., & Indrawati, E. S.
Asdi Mahasatya.
(2016). Konformitas Teman Sebaya
Dan Perilaku Bullying Pada Siswa Nurhayati, R., Novotasari, D., & Natalia.
Kelas XI IPS . Empati, Volume (2013). Tipe Pola Asuh Orangtua
5(1), 138-143, hal 139-141. Yang Berhubungan Dengan
Perilaku Bullying di SMA
Ferdianto, R. (2017, Juli Senin). Korban
Kabupaten Semarang.
Bullying di Gunadarma Sering Di
Keperawatan Jiwa. Volume.1,
Kerjai Teman Sekelas . Bullying,
No.1, Hal. 51.
hal. Hal.1.
Nurjanah, S. (2014). Pengaruh Penggunaan
Korua , F. S., Kanine, E., & Bidjuni, H.
Media Sosial Facebook Terhadap
(2015). Hubungan Pola Asuh
Perilaku Cyberbullying Pada Siswa
Orangtua Dengan Perilaku Bullying
SMAN 12 Pekanbaru. Jom FISIP
Pada Remaja SMKN 1 Manado.
Volume 1 No.2, Hal. 7.

11
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ditinjau Dari Kualitas Kelekatan
Ilmu Keperawatan edisi 3. Jakarta : Dengan Ibu Yang Bekerja .
Salemba medika . Marwah Vol. XIII No.1, Hal. 2-7.

Sabri, L., & Hastono, S. P. (2015). Statistik Wong , D. L. (2014). Buku Ajar
Kesehatan. Jakarta : PT Keperawatan Pediatrik. Jakarta:
Rajagrafindo Persada. EGC.

Saifullah, F. (2016). Hubungan Antara Yusuf, S. (2014). Psikologi Perkembangan


Konsep Diri Dengan Bullying Pada Anak & Remaja . Bandung: PT
Siswa-Siswa SMPN 16 Samarinda . Remaja Rosdakarya Bandung.
Psikologi 4 (2) ISSN 2477-2674,
205.

Sejiwa , Y. (2008). Mengatasi Kekerasan


Di Sekolah Dan Lingkungan
Sekitar Anak. Jakarta: PT.
Grasindo.

sumantri, H (2011). Metode Penelitian


Kesehatan. Jakarta: Prenada Media Grup

Supardi, S & Rustika (2013). Metodologi


Riset Keperawatan. Jakarta :
CV.TRANS INFO MEDIA

Tridhonanto, A. (2014). Mengembangkan


Pola Asuh Demokratis . Jakarta :
PT. Elex Media Komputindo.

Usman , I. (2013). Kepribadian,


Komunikasi, Kelompok Teman
Sebaya, Iklim Sekolah Dan
Perilaku Bullying . Humanitas,
Vol.X No.1, Hal. 57.

Wahyuni, S., & Asra, Y. K. (2014).


Kecenderungan Anak Menjadi
Pelaku Dan Korban Bullying
12

Anda mungkin juga menyukai