1
(2) Koperasi adalah kumpulan orang-orang dan atau badan-badan hukum koperasi.
Ini berarti bahwa, koperasi Indonesia bukan kumpulan modal. Dalam hal ini,
UU No. 25 Tahun 1992 memberikan jumlah minimal orang-orang (anggota) yang
ingin membentuk organisasi koperasi (minimal 20 orang), untuk koperasi primer dan
tiga badan hukum koperasi untuk koperasi sekunder. Syarat lain yang harus dipenuhi
ialah anggota-anggota tersebut mempunyai kepentingan ekonomi yang sama.
(3) Koperasi Indonesia adalah koperasi yang bekerja berdasarkan “prinsip-prinsip
koperasi”.
(4) Koperasi Indonesia adalah “Gerakan Ekonomi Rakyat”
Ini berarti bahwa, Koperasi Indonesia merupakan bagian dari sistem
perekonomian nasional. Dengan demikian, kegiatan usaha koperasi tidak semata-mata
hanya ditujukan kepada anggota, tetapi juga masyarakat umum.
(5) Koperasi Indonesia “berazaskan kekeluargaan”
Dengan azas ini, keputusan yang berkaitan dengan usaha dan organisasi
dilandasi dengan jiwa kekeluargaan. Segala keputusan yang diambil seyogyanya
berdasarkan musyawarah dan mufakat. Inti dari azas kekeluargaan yang dimaksud
adalah adanya rasa keadilan dan cinta kasih dalam setiap aktivitas yang berkaitan
dengan kehidupan berkoperasi.
Dalam UU No. 25 tahun 1992 Pasal 3 disebutkan bahwa koperasi bertujuan
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Selain tujuan koperasi, UU No. 25 tahun 1992 menyatakan juga fungsi koperasi untuk
Indonesia. Sebagaimana dituangkan dalam pasal 4, fungsi koperasi adalah sebagai berikut:
1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi
dan sosialnya.
2) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat.
3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian
nasional dengan koperasi sebagai gurunya.
4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
1.1 Konsep Koperasi Sebagai Organisasi Bisnis
Pengertian Koperasi sebagai Organisasi Usaha
1) Pertama, UU No. 25 Tahun 1992 Koperasi badan usaha yang beranggotakan orang
seorang atau badan hukum koperasi, dengan berlandaskan kegiatan berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
2) Kedua, International Cooperation Alliance (ICA) Koperasi sebagai kumpulan orang-
orang atau badan hukum yang bertujuan untuk memperbaiki sosial ekonomi anggotanya
dan memenuhi kebutuhan ekonomi anggota dengan saling membantu antar anggota serta
usaha tersebut harus didasarkan pada prinsip-prinsip koperasi.
3) Ketiga, Koperasi adalah suatu organisasi bisnis yang para pemilik/anggotanya adalah juga
pelanggan utama perusahaan tersebut.
2
Ropke (1985, h.24) Ropke, Jochen, 1987. “The Economic Theory of Cooperative
Enterprise in Developing Countries, With Special Reference of Indonesia”. Marbrug. Jerman
Dari buku: Hendar (2010). “Manajemen Koperasi. Erlangga: Jakarta. Hal: 19. Berdasarkan
pandangan Ropke tersebut, dikembangkan koperasi yang sesuai dengan aktivitas
angggotanya:
1) Koperasi Pemasaran (Marketing Cooperative): menjual produk dari bisnis mereka sendiri.
2) Koperasi Konsumen (Consumer Cooperation): Jika produk yang dibeli dari suatu
perusahaan adalah barang konsumsi akhir.
3) Koperasi Produsen (Productive Cooperation): para produsen secara bersama-sama
memproduksi barang tertentu, kemudian produk dijual ke pasar umum/para pelanggan.
4) Koperasi Pelayanan (Cooperative Service): menyediakan pelayanan pada para
anggotanya, seperti: asuransi, kredit, telpon, listrik, rumah sakit, fasilitas pengolahan data
dengan komputer, dan lain-lain.
5) Koperasi Pembelian dan Penjualan (Selling and Buying Cooperative): koperasi yang
menjual dan menjual produk kepada angggotanya.
6) Koperasi Simpan Pinjam: koperasi menerima tabungan dari para angggotanya
(marketing) dan menyediakan pinjaman kepada anggotanya (purchasing).
7) Koperasi Serba Usaha: kelima koperasi tipe diatas dapat dikombinasikan).
3
1) Keanggotaan terbuka
Koperasi terbuka bagi semua orang yang sukarela ingin menjadi anggota. Tidak ada
pembatasan untuk turut serta menjadi anggota koperasi.
2) Satu anggota satu suara
Masing-masing anggota koperasi mempunyai hak suara dalam rapat pemilihan pengurus
dan dalam keputusan-keputusan mengenai kebijaksanaan koperasi. Keputusan yang
diambil, baik dalam pemilihan pengurus maupun kebijakan lainnya harus ditentukan
berdasarkan suara terbanyak.
Selain F.W. Raiffeisen, seorang ahli hukum bernama Herman Schulze di kota
Delitzsch Jerman, memberikan perhatian untuk memperbaiki kehidupan para pengusaha kecil
seperti pengrajin, pedagang eceran, wirausaha industri kecil, dan jenis usaha lainnya. Upaya
yang dilakukan Schulze adalah mengembangkan gagasan koperasi bagi pengusaha kecil di
daerah pinggiran kota. Inti prinsip Schulze adalah sebagai berikut:
1) Swadaya
Swadaya atau kekuatan atau usaha mandiri mengandung makna bahwa anggota koperasi
harus dapat mengatasi kesulitan dengan kekuatannya sendiri tanpa bantuan dari manapun
asalnya.
2) Daerah kerja tak terbatas
Daerah operasi dari koperasi tak terbatas pada daerah dimana masing-masing anggota
saling belum mengenal dengan baik.
3) SHU untuk cadangan dan untuk dibagikan ke anggota
Prinsip ini dikembangkan dimana SHU dibagi selain disisihkan sebagian untuk cadangan,
sebagian lagi dibagi kepada anggotanya
4) Tanggung jawab anggota terbatas
Prinsip ini menekankan bahwa apabila koperasi menderita kerugian, maka kerugian
bukan menjadi tanggungan anggota.
5) Pengurus bekerja dengan mendapat imbalan
Makna dari prinsip ini bahwa pengurus memperoleh gaji atau imbalan jasa dari
koperasinya.
6) Usaha tidak terbatas, tidak hanya untuk anggota
Koperasi tidak hanya melayani anggota tetapi juga bukan anggota, sebab tanggung jawab
anggota yang tidak terbatas.
Prinsip koperasi yang dianut oleh gerakan koperasi internasional saat ini adalah
prinsip yang disepakati pada kongres ICA di Mancester, Inggris pada tanggal 23 September
1995. ICA adalah gabungan gerakan koperasi internasional yang beranggotakan 700 juta
orang lebih, berasal dari 70 negara, berpusat di Genewa, Swiss. Untuk wilayah Asia-Fasifik
berkantor di New Delhi, India. Prinsip koperasi terbaru yang dikembangkan International
Cooperative Alliance (Federasi koperasi non-pemerintah internasional) berdasarkan ICA No.
58 tahun 1995) yaitu:
5
1) Keanggotaan yang bersifat terbuka dan sukarela (voluntary and open membership).
Koperasi adalah organisasi yang keanggotaannya bersifat sukarela dan terbuka bagi setiap
orang yang bersedia menggunakan jasa-jasa pelayanannya, dan bersedia menerima
tanggung jawab keanggotaan, tanpa membedakan gender (jenis kelamin), latar belakang
sosial, ras, politik atau agama. Di dalam praktek, keanggotaan sukarela dan terbuka ini
tentunya dapat dijabarkan dengan persyaratan-persyaratan yang mengatur hak dan
kewajiban sebagai anggota koperasi yang lebih lanjut diatur dalam Anggaran Dasar
Koperasi.
2) Pengelolaan yang demokratis (democratic member control).
Koperasi adalah organisasi terbuka yang demokratis diawasi oleh para anggotanya, yang
secara aktif menetapkan kebijakan dan membuat keputusan. Anggota baik laki-laki
maupun perempuan yang dipilih sebagai pengurus atau pengawas bertanggung jawab
kepada rapat anggota. Dalam koperasi primer anggota memiliki hak suara yang sama
(satu anggota satu suara). Pada tingkat lainnya, koperasi juga dikelola secara demokratis.
Anggota menyetorkan modal mereka secara adil dan melakukan pengawasan secara
demokratis. Sebagian dari modal tersebut adalah milik bersama untuk dijadikan modal
perusahaan koperasi yang menjalankan fungsi ekonomi dalam memberikan pelayanan
kepada anggota. Pelayanan yang disediakan oleh perusahaan koperasi ini harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh anggota (partisipasi pemanfaatan pelayanan).
Partisipasi pemanfaatan pelayanan ini bila koperasi efisien akan menghasilkan surplus
yang di Indonesia dikenal dengan Sisa Hasil Usaha (SHU). Bila ada balas jasa terhadap
modal, diberikan secara terbatas. Anggota mengalokasikan SHU untuk beberapa hal
seperti mengembangkan koperasi, caranya dengan membentuk cadangan untuk
menambah permodalan koperasi, dibagikan kepada anggotanya secara proporsional dan
adil berdasarkan jasa transaksi masing-masing anggota kepada koperasinya dan
mendukung kegiatan lainnya yang disepakati dalam rapat anggota.
Koperasi adalah organisasi otonom dan mandiri yang dimodali, dikelola, diawasi dan
dipergunakan oleh para anggotanya. Apabila koperasi membuat perjanjian dengan pihak
lain, termasuk pemerintah, atau memperoleh modal dari luar, maka hal itu harus
berdasarkan peryaratan yang tetap menjamin adanya upaya pengambilan keputusan dan
pengawasan yang demokratis oleh anggotanya dengan tetap mempertahankan otonomi
koperasi.
6
kepada anggota dan masyarakat umum, khususnya kepada orang-orang muda dan tokoh-
tokoh masyarakat mengenai hakekat dan manfaat berkoperasi.
Dengan bekerjasama pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional, maka
gerakan koperasi diharapkan mampu melayani anggotanya dengan efektif dan dapat
memperkuat jaringan gerakan koperasi.
Menurut UU No. 17 tahun 2012 tentang perkoperasian, prinsip koperasi terdiri dari
1) Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka.
2) Pengawasan oleh anggota diselenggarakan secara demokratis.
3) Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi.
4) Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom dan independen.
5) Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota, pengawas, pengurus,
dan karyawannya, serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri,
kegiatan, dan kemanfaatan koperasi.
6) Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat gerakan koperasi, dengan
bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan
internasional.
7) Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya
melalui kebijakan yang disepakati oleh anggota.
8
3) Koperasi produksi adalah koperasi yang menghasilkan barang dan jasa, dimana
anggotanya bekerja sebagai pegawai atau karyawan koperasi. Di sini anggota berperan
sebagai pemilik dan pekerja koperasi. Contoh koperasi produksi yaitu koperasi tani yang
menjual bibit untuk menanam padi dan koperasi membantu menyiapkan bahan baku
untuk dibuat kerajinan.
4) Koperasi jasa adalah koperasi yang menyelenggarakan pelayanan jasa yang dibutuhkan
oleh anggota, misalnya: simpan pinjam, asuransi, angkutan, dan sebagainya. Di sini
anggota berperan sebagai pemilik dan pengguna layanan jasa koperasi.
1) Koperasi Primer adalah koperasi yang yang minimal memiliki anggota sebanyak 20 orang
perseorangan. Syarat lainnya adalah orang-orang yang membentuk koperasi tersebut
harus memenuhi persyaratan anggaran dasar koperasi primer dan memiliki tujuan yang
sama. Contoh koperasi primer adalah Koperasi Unit Desa (KUD).
2) Koperasi Sekunder adalah koperasi yang terdiri dari gabungan badan-badan koperasi serta
memiliki cakupan daerah kerja yang luas dibandingkan dengan koperasi primer. Koperasi
sekunder dapat dibagi menjadi :
(1) koperasi pusat adalah koperasi yang beranggotakan paling sedikit 5 koperasi primer.
(2) gabungan koperasi adalah koperasi yang anggotanya minimal 3 koperasi pusat.
(3) induk koperasi adalah koperasi yang minimum anggotanya adalah 3 gabungan
koperasi.
Jenis Koperasi menurut status keanggotaannya:
1) Koperasi produsen adalah koperasi yang anggotanya para produsen barang/jasa dan
memiliki rumah tangga usaha. Koperasi yang didirikan oleh industri kecil yang bekerja
untuk kepentingan bersama yaitu terdiri dari pengusaha, pemilik alat-alat produksi dan
karyawan yang mempunyai kepentingan untuk menghidarkan diri dari kaum kapitalis dan
usahanya berhubungan langsung dengan bidang industri atau kerajinan. Biasanya
koperasi produsen atau produksi ini bisa berupa koperasi pertanian, koperasi peternakan,
koperasi kerajinan dan lain-lain.
2) Koperasi konsumen adalah koperasi yang anggotanya para konsumen akhir atau pemakai
barang/jasa yang ditawarkan para pemasok di pasar. Beberapa barang dan kebutuhan yang
biasa dijual di koperasi konsumen ini misalnya yaitu bahan pangan, pakaian, perabotan
rumah tangga dan lain-lain.
Kedudukan anggota di dalam koperasi dapat berada dalam salah satu status atau
keduanya. Dengan demikian pengelompokkan koperasi menurut status anggotanya berkaitan
erat dengan pengelompokan koperasi menurut fungsinya.
9
1) Gerigi roda/ gigi roda.
Upaya keras yang ditempuh secara terus menerus.Hanya orang yang pekerja keras
yang bisa menjadi calon Anggota dengan memenuhi beberapa persyaratannya.
2) Rantai (di sebelah kiri)
Ikatan kekeluargaan, persatuan dan persahabatan yang kokoh. Bahwa anggota sebuah
Koperasi adalah Pemilik Koperasi tersebut, maka semua Anggota menjadi bersahabat, bersatu
dalam kekeluargaan, dan yang mengikat sesama anggota adalah hukum yang dirancang
sebagai Anggaran Dasar (AD) / Anggaran Rumah Tangga (ART) Koperasi. Dengan bersama-
sama bersepakat mentaati AD/ART, maka Padi dan Kapas akan mudah diperoleh.
3) Kapas dan Padi (di sebelah kanan)
Kemakmuran anggota koperasi secara khusus dan rakyat secara umum yang
diusahakan oleh koperasi. Kapas sebagai bahan dasar sandang (pakaian), dan Padi sebagai
bahan dasar pangan (makanan).Mayoritas sudah disebut makmur-sejahtera jika cukup
sandang dan pangan.
4) Timbangan
Keadilan sosial sebagai salah satu dasar koperasi. Biasanya menjadi simbol hukum.
Semua Anggota koperasi harus adil dan seimbang antara “Rantai” dan “Padi-Kapas”, antara
“Kewajiban” dan “Hak”.Dan yang menyeimbangkan itu adalah Bintang dalam Perisai.
5) Bintang dalam perisai
Dalam perisai yang dimaksud adalah Pancasila, merupakan landasan idiil koperasi.
Bahwa Anggota Koperasi yang baik adalah yang mengindahkan nilai-nilai keyakinan dan
kepercayaan, yang mendengarkan suara hatinya.Perisai bisa berarti “tubuh”, dan Bintang bisa
diartikan “Hati”.
6) Pohon Beringin
Simbol kehidupan, sebagaimana pohon dalam Gunungan wayang yang dirancang oleh
Sunan Kalijaga. Dahan pohon disebut kayu (dari bahasa Arab “Hayyu”/kehidupan).
Timbangan dan Bintang dalam Perisai menjadi nilai hidup yang harus dijunjung tinggi.
7) Koperasi Indonesia
Koperasi yang dimaksud adalah koperasi rakyat Indonesia, bukan Koperasi negara
lain. Tata-kelola dan tata-kuasa perkoperasian di luar negeri juga baik, namun sebagai Bangsa
Indonesia harus punya tata-nilai sendiri.
8) Warna Merah Putih
Warna merah dan putih yang menjadi background logo menggambarkan sifat nasional
Indonesia.
10
Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Nomor : 02/Per/M.KUKM/IV/2012 Tanggal : 17 April 2012 Tentang : Penggunaan Lambang
Koperasi Indonesia, maka lambang Koperasi indonesia yang lama digantikan dengan
lambang dan gambar yang baru. Adapun Arti Gambar dan Penjelasan Lambang Koperasi
sebagai berikut
1) Lambang Koperasi Indonesia dalam bentuk gambar bunga yang memberi kesan akan
perkembangan dan kemajuan terhadap perkoperasian di Indonesia, mengandung makna
bahwa Koperasi Indonesia harus selalu berkembang, cemerlang, berwawasan, variatif,
inovatif sekaligus produktif dalam kegiatannya serta berwawasan dan berorientasi pada
keunggulan dan teknologi.
2) Lambang Koperasi Indonesia dalam bentuk gambar 4 (empat) sudut pandang
melambangkan arah mata angin yang mempunyai maksud Koperasi Indonesia:
(1) sebagai gerakan koperasi di Indonesia untuk menyalurkan aspirasi;
(2) sebagai dasar perekonomian nasional yang bersifat kerakyatan
(3) sebagai penjungjung tinggi prinsip nilai kebersamaan, kemandirian, keadilan dan
demokrasi
(4) selalu menuju pada keunggulan dalam persaingan global
3) Lambang Koperasi Indonesia dalam bentuk Teks Koperasi Indonesia memberi kesan
dinamis modern, menyiratkan kemajuan untuk terus berkembang serta mengikuti
kemajuan jaman yang bercermin pada perekonomian yang bersemangat tinggi, teks
Koperasi Indonesia yang berkesinambungan sejajar rapi mengandung makna adanya
ikatan yang kuat, baik didalam lingkungan internal Koperasi Indonesia maupun antara
Koperasi Indonesia dan para anggotanya;
4) Lambang Koperasi Indonesia yang berwarna Pastel memberi kesan kalem sekaligus
berwibawa, selain Koperasi Indonesia bergerak pada sektor perekonomian, warna pastel
melambangkan adanya suatu keinginan, ketabahan, kemauan dan kemajuan serta
mempunyai kepribadian yang kuat akan suatu hal terhadap peningkatan rasa bangga dan
percaya diri yang tinggi terhadap pelaku ekonomi lainnya;
5) Lambang Koperasi Indonesia dapat digunakan pada papan nama kantor, pataka, umbul-
umbul, atribut yang terdiri dari pin, tanda pengenal pegawai dan emblem untuk seluruh
kegiatan ketatalaksanaan administratif oleh Gerakan Koperasi di Seluruh Indonesia;
6) Lambang Koperasi Indonesia menggambarkan falsafah hidup berkoperasi yang memuat :
Tulisan : Koperasi Indonesia yang merupakan identitas lambang;
Gambar : 4 (empat) kuncup bunga yang saling bertaut dihubungkan bentuk sebuah
lingkaran yang menghubungkan satu kuncup dengan kuncup lainnya, menggambarkan
11
seluruh pemangku kepentingan saling bekerja sama secara terpadu dan berkoordinasi
secara harmonis dalam membangun Koperasi Indonesia;
0
2. Gambaran Umum UMKM
2.1 Pengertian UMKM, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 1
1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha
Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3) Usaha Mengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini.
16
Pada 1960 Peraturan Pemerintah No. 140 tentang penyaluran bahan pokok dan
penugasan koperasi untuk melaksanakan. Mulai ditumbuhkan koperasi-koperasi konsumsi.
Penumbuhan koperasi oleh pemerintah secara massal dan seragam tanpa memperhatikan
syarat-syarat pertumbuhan yang sehat, telah mengakibatkan pertumbuhan koperasi kurang
sehat.
1961 Musyawarah Nasional Koperasi I (Munaskop I) di Surabaya. Untuk melaksanakan
Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi terpimpin, mempolitikan koperasi (verpolitisering) mulai
nampak. DKI diganti Kesatuan Organisasi Koperasi Seluruh Indonesia (KOKSI) bukan
semata-mata organisasi koperasi sendiri melainkan organisasi koperasi yang dipimpin oleh
pemerintah. UU Nomor 14 Tahun 1965. Musyawarah Nasional Koperasi (MUnaskop) II di
Jakarta untuk melegitimasi masuknya kekuatan-kekuatan politik dalam koperasi sebagaimana
diatur oleh UU Perkoperasian tersebut. KOKSI menyatakan keluar dari keanggotaan ICA.
Orde Baru. Pemerintah 18 Desember 1967 menyusun UU koperasi Baru dikenal UU No.
12/1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian. Secara ideologi, koperasi Indonesia merupakan
satu-satunya wadah untuk menyusun perkonomian rakyat berazaskan kekeluargaan dan
kegotong-royongan yang menjadi ciri khas tata kehidupan bangsa Indonesia. Secara
organisasi, koperasi Indonesia menjamin adanya hak-hak individu serta memegang teguh
azas-azas koperasi. Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi. Orba Menyusun Rencana
Pembangunan jangka Panjang tahap I (25 tahun). Pelita I Pembangunan: “koperasi ditik
beratkan pada investasi pengetahuan dan keterampilan orang-orang koperasi, baik sebagai
orang gerakan koperasi maupun pejabat-pejabat perkoperasian”. Sejak 1972 dikembangkan
penggabungan koperasi-koperasi kecil menjadi koperasi koperasi yang besar. Wilayah-
wilayah Unit Desa (WILUD) digabung menjadi organisasi yang besar dinamakan Badan
Usaha Unit Desa (BUUD) dan menjelma KUD (Koperasi Unit Desa) secara ekonomi menjadi
besar dan kuat maka mampu membiayai tenaga-tenaga yang cakap seperti manajer, juru
buku, juru mesin, juru toko, dll. Sehingga dipercaya untuk meminjam uang dari bank untuk
membeli barang- barang produksi yang lebih modern (msein gilingan padi, traktor, pompa air,
mesin penyemprot hama, dll)
Pada 1988 GBHN menetapkan bahwa koperasi dimungkinkan bergerak di berbagai
sektor ekonomi Sektor pertanian, industri, keuangan, perdagangan, angkutan, dsb. Pola
umum pelita kelima menyebutkan: “dunia usaha nasional yang terdiri dari usaha negara
koperasi dan usaha swasta perlu terus dikembangkan menjadi usaha yang sehat dan tangguh
dan diarahkan agar mampu meningkatkan kegairahan dan kegiatan ekonomi, serta
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, memperluas lapangan kerja, meningkatkan
taraf hidup hidup, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat, serta memperkokoh persatuan &
kesatuan bangsa dan memantapkan ketahanan nasional”.
UU Koperasi No. 25 Tahun 1992 tentang Penyempurnaan UU No. 12 Tahun 1967 dan
Mengedepankan organisasi koperasi sebagai organisasi yang diberikan keleluasaan dalam
kegiatan ekonomi/bisnis.
2.5 Sejarah Perkembangan Koperasi Syariah di Indonesia
Pada tahun 1992, dimulai dengan kemunculan BMT (Baitul Maal Tamwil) Bina Insan
Kamil di Jakarta, perbincangan mengenai koperasi syariah mulai marak. Hal ini dikarenakan
suksesnya BMT Bina Insan Kamil memberikan warna baru bagi perekonomian, utamanya
17
bagi para pengusaha mikro. Sejak saat itu, wacana mengenai koperasi syariah mulai
mendapatkan perhatian yang cukup besar di dalam masyarakat. Pada awal berdirinya, BMT
ini hanya berbentuk KSM Syariah (Kelompok Swadaya Masyarakat Berlandaskan Syariah)
namun memiliki kinerja layaknya sebuah bank. Diklasifikasikannya BMT ke dalam KSM
Syariah saat itu semata-mata hanya untuk menghindari jeratan hukum sebagai bank gelap.
Hal ini terkait dengan peraturan Bank Indonesia yang memiliki program PHBK Bank
Indonesia (Pola Hubungan kerja sama antara Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat).
Kemudian muncul Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang
menyebutkan bahwa segala kegiatan dalam bentuk penghimpunan dana masyarakat dalam
bentuk tabungan dan menyalurkan dalam bentuk kredit harus berbentuk bank, maka
munculah beberapa LPSM (Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat) yang mencoba
memayungi KSM BMT. LPSM tersebut pada awalnya dimotori oleh P3UK, PINBUK oleh
ICMI dan FES Dompet Dhuafa oleh Republika. . LPSM ini berusaha memfasilitasi KSM
BMT untuk mendapatkan bantuan dana dari BMI (Bank Muamalat Indonesia), yang
merupakan satu-satunya Bank Umum Syariah pada waktu itu, untuk pengembangan
usahanya. BMT memiliki basis kegiatan ekonomi rakyat dengan falsafah yang sama dengan
koperasi yaitu dari anggota, oleh anggota, dan untuk anggota. Maka dari itu, berdasrkan UU
No. 25 Tahun 1992, BMT berhak menggunakan badan hukum koperasi. Berdasarkan UU
tersebut, BMT dianggap sebagai koperasi simpan pinjam atau unit simpan pinjam
konvensional, perbedaannya hanya terletak pada kegiatan operasional yag menggunakan
prinsip syariah dan etika moral dengan melihat kaidah halal dan haram dalam melakukan
usahanya. Koperasi Simpan Pinjam Syariah yang selanjunya disebut KJKS (Koperasi Jasa
Keuangan Syariah) sebagaimana Keputusan Menteri Koperasi RI
No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa
Keuangan Syariah. Koperasi Syariah dapat berentuk Koperasi Serba Usaha (akad jasa
persewaan, gadai, dan jual beli secara tunai (Bai‟al Musawamah). Unit Simpan Pinjam/Unit
Jasa Keuangan Syariah dari KSU Syariah tersebut.
2.6 Sejarah Departemen Koperasi dan UMKM Indonesia
Di Indonesia, ide-ide perkoperasian diperkenalkan pertama kali oleh Patih di
Purwokerto, Jawa Tengah, R. Aria Wiraatmadja yang pada tahun 1896, dengan mendirikan
sebuah Bank untuk Pegawai Negeri. Cita-cita semangat tersebut selanjutnya diteruskan oleh
De Wolffvan Westerrode. Pada tahun 1908, Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo
memberikan peranan bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Pada tahun
1915 dibuat peraturan Verordening op de Cooperatieve Vereeniging, dan pada tahun 1927
Regeling Inlandschhe Cooperatiev. Pada tahun 1927 dibentuk Serikat Dagang Islam, yang
bertujuan untuk memperjuangkan kedudukan ekonomi pengusah-pengusaha pribumi.
Kemudian pada tahun 1929, berdiri Partai Nasional Indonesia yang memperjuangkan
penyebarluasan semangat koperasi. Hingga saat ini kepedulian pemerintah terhadap
keberadaan koperasi nampak jelas dengan membentuk lembaga yang secara khusus
menangani pembinaan dan pengembangan koperasi.
Kronologis lembaga yang menangani pembinaan koperasi pada saat itu adalah sebagai
berikut:
1. Tahun 1930
18
Pemerintah Hindia Belanda membentuk Jawatan Koperasi yang keberadaannya dibawah
Departemen Dalam Negeri, dan diberi tugas untuk melakukan pendaftaran dan
pengesahan koperasi, tugas ini sebelumnya dilakukan oleh Notaris.
2. Tahun 1935
Jawatan Koperasi dipindahkan ke Departemen Economische Zaken, dimasukkan dalam
usaha hukum (Bafdeeling Algemeene Economische Aanglegenheden). Pimpinan Jawatan
Koperasi diangkat menjadi Penasehat.
3. Tahun 1939
Jawatan Koperasi dipisahkan dari Afdeeling Algemeene Aanglegenheden ke Departemen
Perdagangan Dalam Negeri menjadi Afdeeling Coperatie en Binnenlandsche Handel.
Tugasnya tidak hanya memberi bimbingan dan penerangan tentang koperasi tetapi
meliputi perdagangan untuk Bumi Putra.
4. Tahun 1942
Pendudukan Jepang berpengaruh pula terhadap keberadaan jawatan koperasi. Saat ini
jawatan koperasi dirubah menjadi Syomin Kumiai Tyuo Djimusyo dan Kantor di daerah
diberi nama Syomin Kumiai Djimusyo.
5. Tahun 1944
Didirikan Jumin Keizaikyo (Kantor Perekonomian Rakyat) Urusan Koperasi menjadi
bagiannya dengan nama Kumaika, tugasnya adalah mengurus segala aspek yang
bersangkutan dengan Koperasi.
6. Tahun 1945: Koperasi masuk dalam tugas Jawatan Koperasi serta Perdagangan Dalam
Negeri dibawah Kementerian Kemakmuran.
7. Tahun 1946: Urusan Perdagangan Dalam Negeri dimasukkan pada Jawatan
Perdagangan, sedangkan Jawatan Koperasi berdiri sendiri mengurus soal koperasi
8. Tahun 1947 - 1948: Jawatan Koperasi dibawah pimpinan R. Suria Atmadja, pada masa
ini ada suatu peristiwa yang cukup penting yaitu tanggal 12 Juli 1947, Gerakan Koperasi
mengadakan Kongres di Tasikmalaya dan hasil Kongres menetapkan bahwa tanggal 12
Juli dinyatakan sebagai Hari Koperasi.
9. Tahun 1949 : Pusat Jawatan Koperasi RIS berada di Yogyakarta, tugasnya adalah
mengadakan kontak dengan jawatan koperasi di beberapa daerah lainnya. Tugas pokok
yang dihasilkan telah melebur Bank dan Lumbung Desa dialihkan kepada Koperasi. Pada
tahun yang sama yang diundangkan dengan Regeling Cooperatieve 1949 Ordinasi 7 Juli
1949 (SBT. No. 179).
10. Tahun 1950: Jawatan Koperasi RI yang berkedudukan di Yogyakarta digabungkan
dengan Jawatan Koperasi RIS, bekedudukan di Jakarta.
11. Tahun 1954: Pembina Koperasi masih tetap diperlukan oleh Jawatan Koperasi dibawah
pimpinan oleh Rusli Rahim.
12. Tahun 1958: Jawatan Koperasi menjadi bagian dari Kementerian Kemakmuran.
13. Tahun 1960: Perkoperasian dikelola oleh Menteri Transmigrasi Koperasi dan
Pembangunan Masyarakat Desa (TRANSKOPEMADA), dibawah pimpinan seorang
Menteri yang dijabat oleh Achmadi.
14. Tahun 1963: TRANSKOPEMADA diubah menjadi Departemen Koperasi dan tetap
dibawah pimpinan Menteri Achmadi.
15. Tahun 1964: Departemen Koperasi diubah menjadi Departemen Transmigrasi dan
Koperasi dibawah pimpinan Menteri Achmadi kemudian diganti oleh Drs. Achadi, dan
19
Direktur Koperasi dibawah pimpinan seorang Direktur Jenderal yang bernama Chodewi
Amin.
16. Tahun 1966: Dalam tahun 1966 Departemen Koperasi kembali berdiri sendiri, dan
dipimpin oleh Pang Suparto. Pada tahun yang sama, Departemen Koperasi dirubah
menjadi Kementerian Perdagangan dan Koperasi dibawah pimpinan Prof. Dr. Sumitro
Djojohadikusumo, sedangkan Direktur Jenderal Koperasi dijabat oleh Ir. Ibnoe Soedjono
(dari tahun 1960 s/d 1966).
17. Tahun 1967: Pada tahun 1967 diberlakukan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1967
tentang Pokok-pokok Perkoperasian tanggal 18 Desember 1967. Koperasi masuk dalam
jajaran Departemen Dalam Negeri dengan status Direktorat Jenderal. Mendagri dijabat
oleh Basuki Rachmad, dan menjabat sebagai Dirjen Koperasi adalah Ir. Ibnoe Soedjono.
18. Tahun 1968: Kedudukan Direktorat Jenderal Koperasi dilepas dari Departemen Dalam
Negeri, digabungkan kedalam jajaran Departemen Transmigrasi dan Koperasi, ditetapkan
berdasarkan :
a. Keputusan Presiden Nomor 183 Tahun 1968 tentang Susunan Organisasi
Departemen.
b. Keputusan Menteri Transmigrasi dan Koperasi Nomor 120/KTS/ Mentranskop/1969
tentang Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi Susunan Organisasi berserta Tata Kerja
Direktorat Jenderal Koperasi.
c. Kemudian pada tahun ini yang menjabat sebagai Menteri Transkop adalah M.
Sarbini, sedangkan Dirjen Koperasi tetap Ir. Ibnoe Soedjono
19. Tahun 1974 : Direktorat Jenderal Koperasi kembali mengalami perubahan yaitu,
digabung kedalam jajaran Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi, yang
ditetapkan berdasarkan :
1. Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun 1974 tentang Susunan Organisasi Departemen
Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi.
2. Instruksi Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor : INS-
19/MEN/1974, tentang Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Koperasi tidak ada
perubahan (tetap memberlakukan Keputusan Menteri Transmigrasi Nomor :
120/KPTS/Mentranskop/1969) yang berisi penetapan tentang Susunan Organisasi
Direktorat Jenderal Koperasi.
Menteri pada saat itu adalah Prof. DR. Subroto, adapun Dirjen Koperasi tetap Ir.
Ibnoe Soedjono.
20. Tahun 1978: Direktorat Jenderal Koperasi masuk dalam Departemen Perdagangan dan
Koperasi, dengan Drs. Radius Prawiro sebagai Menterinya. Untuk memperkuat
kedudukan koperasi dibentuk Menteri Muda Urusan Koperasi, yang dipimpin oleh
Bustanil Arifin, SH. Sedangkan Dirjen Koperasi dijabat oleh Prof. DR. Ir. Soedjanadi
Ronodiwiryo.
21. Tahun 1983: Dengan berkembangnya usaha koperasi dan kompleksnya masalah yang
dihadapi dan ditanggulangi, koperasi melangkah maju di berbagai bidang dengan
memperkuat kedudukan dalam pembangunan, maka pada Kabinet Pembangunan IV
Direktorat Jenderal Koperasi ditetapkan menjadi Departemen Koperasi, melalui
Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 1983, tanggal 23 April 1983.
20
22. Tahun 1991: Melalui Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 1991, tanggal 10 September
1991 terjadi perubahan susunan organisasi Departemen Koperasi yang disesuaikan
keadaan dan kebutuhan.
23. Tahun 1992: Diberlakukan Undang-undang Nomor : 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, selanjutnya mancabut dan tidak berlakunya lagi Undang-undang Nomor:
12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian.
24. Tahun 1993: Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor : 96 Tahun 1993, tentang Kabinet
Pembangunan VI dan Keppres Nomor 58 Tahun 1993, telah terjadi perubahan nama
Departemen Koperasi menjadi Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil.
Tugas Departemen Koperasi menjadi bertambah dengan membina Pengusaha Kecil. Hal
ini merupakan perubahan yang strategis dan mendasar, karena secara fundamental
golongan ekonomi kecil sebagai suatu kesatuan dan keseluruhandan harus ditangani
secara mendasar mengingat yang perekonomian tidak terbatas hanya pada pembinaan
perkoperasian saja.
25. Tahun 1996: Dengan adanya perkembangan dan tuntutan di lapangan, maka diadakan
peninjauan kembali susunan organisasi Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha
Kecil, khususnya pada unit operasional, yaitu Ditjen Pembinaan Koperasi Perkotaan,
Ditjen Pembinaan Koperasi Pedesaan, Ditjen Pembinaan Pengusaha Kecil. Untuk
mengantisipasi hal tersebut telah diadakan perubahan dan penyempurnaan susunan
organisasi serta menomenklaturkannya, agar secara optimal dapat menampung seluruh
kegiatan dan tugas yang belum tertampung.
26. Tahun 1998: Dengan terbentuknya Kabinet Pembangunan VII berdasarkan Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor : 62 Tahun 1998, tanggal 14 Maret 1998, dan
Keppres Nomor 102 Thun 1998 telah terjadi penyempurnaan nama Departemen Koperasi
dan Pembinaan Pengusaha Kecil menjadi Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil,
hal ini merupakan penyempurnaan yang kritis dan strategis karenakesiapan untuk
melaksanakan reformasi ekonomi dan keuangan dalam mengatasi masa krisis saat itu
serta menyiapkan landasan yang kokoh, kuat bagi Koperasi dan Pengusaha Kecil dalam
memasuki persaingan bebas/era globalisasi yang penuh tantangan.
27. Tahun 1999: Melalui Keppres Nomor 134 Tahun 1999 tanggal 10 November 1999
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Menteri Negara,
maka Departemen Koperasi dan PK diubah menjadi Menteri Negara Koperasi dan
Pengusaha Kecil dan Menengah.
28. Tahun 2000:
a) Berdasarkan Keppres Nomor 51 Tahun 2000 tanggal 7 April 2000, maka
ditetapkan Badan Pengembangan Sumber Daya Koperasi dan Pengusaha Kecil
Menengah.
b) Melalui Keppres Nomor 166 Tahun 2000 tanggal 23 November 2000 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non Departemen. maka dibentuk Badan Pengembangan
Sumber Daya Koperasi dan Pegusaha Kecil dan Menengah (BPS-KPKM).
c) Berdasarkan Keppres Nomor 163 Tahun 2000 tanggal 23 November 2000 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
21
Menteri Negara, maka Menteri Negara Koperasi dan PKM diubah menjadi
Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
d) Melalui Keppres Nomor 175 Tahun 2000 tanggal 15 Desember 2000 tentang
Susunan Organisasi dan Tugas Menteri Negara, maka Menteri Negara Urusan
Koperasi dan UKM diubah menjadi Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah.
29. Tahun 2001:
a) Melalui Keppres Nomor 101 Tahun 2001 tanggal 13 September 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Menteri Negara, maka dikukuhkan kembali Menteri Negara Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah.
b) Berdasarkan Keppres Nomor 103 Tahun 2001 tanggal 13 September 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Non Pemerintah, maka Badan Pengembangan Sumber Daya Koperasi
dan Pengusaha Kecil Menengah dibubarkan.
c) Melalui Keppres Nomor 108 Tahun 2001 tanggal 10 Oktober 2001 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Menteri Negara, maka Menteri Negara Koperasi
dan UKM ditetapkan membawahi Setmeneg, Tujuh Deputi, dan Lima Staf Ahli.
Susunan ini berlaku hingga tahun 2004 sekarang ini
Tugas dan fungsi
Tugas dan fungsi Kementerian Koperasi dan UKM telah ditetapkan dalam Peraturan
Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan Kementerian Negara Serta Susunan
Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara pasal 552, 553 dan 554, yaitu:
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan di bidang koperasi dan usaha kecil dan menengah dalam pemerintahan untuk
membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam menjalankan
tugas, Kementrian Koperasi dan UKM menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang koperasi dan usaha mikro, kecil dan
menengah;
2. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang koperasi dan usaha
mikro, kecil dan menengah;
3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah; dan
5. Penyelenggaraan fungsi teknis pelaksanaan pemberdayaan koperasi, usaha mikro,
kecil dan menengah sesuai dengan undang-undang di bidang koperasi, usaha mikro,
kecil dan menengah.
30. Tahun 2014-2019:
22
Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop dan UKM). Dalam Perpres itu disebutkan, organisasi
Kemenkop dan UKM terdiri atas: Sekretariat Kementerian; Deputi Bidang Kelembagaan;
Deputi Bidang Pembiayaan; Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran; Deputi Bidang
Restrukturisasi Usaha; Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia; Deputi Bidang
Pengawasan; Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro; Staf Ahli Bidang Produktivitas dan Daya
Saing; dan Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga. Dengan Anak Agung Gede Ngurah
(AAGN) Puspayoga sebagai Menteri Koperasi dan UKM. Bila dibandingkan dengan
organisasi sebelumnya, maka jumlah kedeputian di Kemenkop dan UKM mengalami
pengurangan dari 7 (tujuh) menjadi 6 (enam). Demikian juga dengan Staf Ahli yang
berkurang dari sebelumnya 5 (lima) menjadi 3 (tiga). Perpres No. 62 Tahun 2015 ini juga
menyebutkan, di lingkungan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dapat
dibentuk Inspektorat sebagai unsur pengawas, yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri melalui Sekretaris Kementerian. Inspektorat ini dipimpin oleh Inspektur.
Selain itu, di Kemenkop dan UKM dapat ditetapkan jabatan fungsional sesuai dengan
kebutuhan yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
23
PERANAN, DUKUNGAN, FUNGSI, DAN MANAJEMEN DI BIDANG KOPERASI
Guna mencapai tujuan Koperasi, perlu diperhatikan adanya sistem manajemen yang
baik. Sedangkan ketika kita berbicara tentang manajemen koperasi, selain definisi atau
makna dari koperasi, maka kita perlu tahu arti kata manajemen. Ricky W. Griffin
mengungkapkan salah satu definisi yang lengkap tentang manajemen dalam bukunya yang
berjudul “Management (Ensiklopedia ekonomi, Bisnis dan Manajemen, 1992)”, sebagai
berikut : “Manajemen adalah proses merencanakan dan mengambil keputusan,
mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan sumber daya. Mary Parker Follet
mengungkapkan bahwa manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan orang lain. Ini
berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi.
Berikut ini adalah beberapa pengertian atau definisi manajemen dari beberapa sumber:
24
Lebih jauh Peter Drucker percaya bahwa pekerjaan manajemen adalah untuk
membuat manusia lebih produktif.
Setelah memahami pengertian koperasi sebagai organisasi usaha yang berwatak sosial
dan konsepsi manajemen secara umum maka kita mengetahui apa itu manajemen koperasi.
Manajemen koperasi pada hakekatnya adalah penerapan ilmu manajemen di koperasi dimana
orang-orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab melaksanakan proses perencanaan,
pengorganisasian, dan pengendalian sumber daya yang dimiliki oleh koperasi untuk
mencapai tujuan koperasi yaitu meningkatkan kesejahteraan berdasarkan nilai dan prinsip-
prinsip koperasi.
Pengertian yang sejalan dengan definisi diatas pernah disampaikan oleh Peter Davis
(1999) yaitu suatu proses manajemen yang diselenggarakan oleh orang-orang yang diberi
wewenang dan tanggung jawab untuk mengelola koperasi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip
koperasi serta kekayaannya untuk mencapai tujuannya. Manajemen koperasi adalah kegiatan
profesional yang dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab. dengan mengerahkan
segala kemampuan kepemimpinannya dan memilih kebijakan untuk mengembangkan
koperasi mencapai tujuan-tujuannya berdasarkan nilai dan prinsip-prinsip koperasi.
Nilai-nilai koperasi adalah standar moralitas dan etika yang disepakati berdasarkan
tradisi para pendirinya yang dijadikan landasan ideologi koperasi dalam mencapai cita-
citanya. Nilai-nilai koperasi yang dimaksud meliputi: menolong diri sendiri, tanggung jawab
pribadi, demokrasi, persamaan, keadilan, kesetia kawanan, kejujuran, keterbukaan, tanggung
jawab sosial, serta kepedulian kepada orang lain.
Inti dari norma-norma atau aturan-aturan adalah nilai Koperasi, yaitu konsep-konsep
atau pengertian-pengertian yang dipahami, dihayati, dan dianggap bermanfaat serta
disepakati oleh sebagian besar anggota masyarakat Koperasi untuk dijadikan pengikat di
dalam berperilaku kelompok koperasi.
Para pakar manajemen menyimpulkan bahwa sejak akhir abad kesembilan belas,
biasanya manajemen didefinisikan dalam empat fungsi spesifik dari manajer, yaitu
merencanakan (Planning), mengorganisasikan (Organizing), melaksanakan (actuating),
dan mengendalikan (Controlling), walaupun kerangka kerja ini masih terus di teliti dan
sering diperdebatkan (Stoner at al,1996 : 10). Beberapa pakar lainnya menyebutkan
bahwa fungsi manajemen terdiri dari 5 P yaitu Perencanaan, Pengorganisasian,
Pengarahan, Pengkoordinasian dan Pengendalian. Tetapi kondisi terkini, para pakar
manajemen Amerika cenderung menganut tiga fungsi utama yaitu Planning, Organizing,
dan Controlling dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan bahwa Actuating
atau pelaksanaan sebenarnya masuk dalam dimensi perencanaan (Gibson, at al. 1996 :
174).
1. Perencanaan
Fungsi penting pertama yang harus dijalankan oleh pihak manajemen koperasi adalah
fungsi perencanaan. Pengurus dan manajer di koperasi harus menyusun perencanaan
penggunaan sumber daya manusia, modal, sarana fisik, dan informasi yang dimiliki koperasi
untuk mencapai tujuan koperasi yang telah disepakati oleh para anggotanya. Perencanaan
menyangkut masa depan. Bagaimana dengan kemampuan, masalah, dan potensi yang
dimiliki koperasi saat ini diarahkan untuk mencapai target-target koperasi kearah yang lebih
baik.
Apabila pengurus dan manajer mampu menyusun perencanaan yang baik, maka akan
memberikan manfaat sebagai berikut:
Pengorganisasian
Setelah perencanaan disusun, pengurus dan manajer koperasi selanjutnya harus
melakukan fungsi pengorganisasian. Pengorganisasian dapat dikatakan sebagai proses
penciptaan hubungan antara berbagai fungsi, personalia dan faktor-faktor fisik, agar
semua pekerjaan yang dilakukan dapat bermanfaat serta terarah pada suatu tujuan.
Mengorganisasikan merupakan bagian proses manajemen yang memiliki arti membagi
pekerjaan diantara para individu dan kelompok serta mengkoordinasikan aktivitas
mereka agar setiap individu dapat mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tugasnya
sehingga mereka dapat bekerja sama dengan baik dalam suatu perusahaan guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan
Setelah fungsi pengorganisasian dijalankan, selanjutnya pihak manajemen di
koperasi harus menjalankan fungsi pelaksanaan atau implementasi. Fungsi pelaksanaan
adalah suatu proses menggerakkan dan menjalankan organisasi agar orang-orang yang
diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab dapat bekerja menjalankan tugas untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Disinilah pengurus dan manajer di
koperasi dituntut harus menjalankan fungsi kepemimpinan.
Fungsi pengarahan dapat juga diartikan secara lebih luas yaitu sebagai tugas
untuk membuat organisasi tetap hidup, untuk menciptakan kondisi yang menumbuhkan
minat kerja, kekuatan untuk bertindak, pemikiran yang imajinatif dan kelompok kerja
27
yang berkelanjutkan. Tujuan ini, dapat dicapai dengan mutu kepemimpinan yang
ditunjukkan oleh pengurus atau manajer koperasi.
Pengendalian
Fungsi terakhir manajemen yang harus dilaksanakan oleh pihak manajemen
adalah fungsi pengendalian. Pengendalian merupakan aktivitas untuk menemukan,
mengoreksi adanya penyimpangan-penyimpangan dari hasil yang telah dicapai,
dibandingkan dengan rencana kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pada setiap tahapan kegiatan perlu dilakukan pengendalian, agar lebih cepat
dilakukan koreksi bila terjadi penyimpangan. Proses pengendalian mencatat setiap
perkembangan kearah tujuan pokok perusahaan, juga sasaran serta metoda
pencapaiannya yang memungkinkan manajer mengetahui lebih awal terdapat
penyimpangan. Karenanya, pengendalian berkaitan erat dengan perencanaan.
Menurut Prof. Ewell Paul Roy, Ph.D mengatakan bahwa manajemen koperasi melibatkan 4
unsur (perangkat) yaitu:
a) Anggota
b) Pengurus
c) Manajer
Sedangkan menurut UU No. 25/1992 yang termasuk Perangkat Organisasi Koperasi adalah:
a) Rapat anggota
b) Pengurus
c) Pengawas
Rapat Anggota
28
e. pengesahan pertanggungjawaban Pengurus dalam pelaksanaan tugasnya;
f. pembagian sisa hasil usaha;
g. penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran Koperasi.
Keputusan Rapat Anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat.
Apabila tidak diperoleh keputusan dengan cara musyawarah, maka pengambilan keputusan
dilakukan berdasarkan suara terbanyak. Dalam hal dilakukan pemungutan suara, setiap
anggota mempunyai hak satu suara. Hak suara dalam Koperasi Sekunder dapat diatur dalam
Anggaran Dasar dengan mempertimbangkan jumlah anggota dan jasa usaha Koperasi-
anggota secara berimbang.
Rapat Anggota berhak meminta keterangan dan pertanggungjawaban pengurus dan
pengawas mengenai pengelolaan Koperasi. Rapat Anggota dilakukan paling sedikit sekali
dalam 1 (satu) tahun. Rapat Anggota untuk mengesahkan pertanggungjawaban Pengurus
diselenggarakan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku lampau.
Koperasi dapat melakukan Rapat Anggota Luar Biasa apabila keadaan mengharuskan
adanya keputusan segera yang wewenangnya ada pada Rapat Anggota. Rapat Anggota Luar
Biasa dapat diadakan atas permintaan sejumlah anggota Koperasi atau atas keputusan
Pengurus yang pelaksanaannya diatur dalam Anggaran Dasar dan mempunyai wewenang
yang sama dengan wewenang Rapat Anggota. Persyaratan, tata cara, dan tempat
penyelenggaraan Rapat Anggota dan Rapat Anggota Luar Biasa diatur dalam Anggaran
Dasar.
Setiap anggota koperasi mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Seorang anggota
berhak menghadiri rapat anggota dan memberikan suara dalam rapat anggota serta
mengemukakan pendapat dan saran kepada pengurus baaik di luar maupun di dalam rapat
anggota. Anggota juga harus ikut serta mengadakan pengawasan atas jalannya organisasi dan
usaha koperasi.
Pengurus Koperasi
(1) Pengurus dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota.
(2) Pengurus merupakan pemegang kuasa Rapat Anggota.
(3) Untuk pertama kali, susunan dan nama anggota Pengurus dicantumkan dalam akta
pendirian.
(4) Masa jabatan pengurus paling lama lima tahun.
(5) Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat menjadi anggota Pengurus ditetapkan
dalam Anggaran Dasar.
Pengurus bertugas :
a. mengelola Koperasi dan usahanya.
b. mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana anggaran pendapatan
dan belanja Koperasi.
c. menyelenggarakan Rapat Anggota.
d. mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
e. menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib
f. memelihara daftar buku anggota dan pengurus.
29
Pengurus berwenang :
a. mewakili Koperasi di dalam dan di luar pengadilan.
b. memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota
sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar.
c. melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan Koperasi sesuai
dengan tanggung jawabnya dan keputusan Rapat Anggota.
Pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan Koperasi dan
usahanya kepada Rapat Anggota atau Rapat Anggota Luar Biasa. Pengurus Koperasi dalam
mengangkat pengelola yang diberi wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha. Dalam hal
Pengurus Koperasi bermaksud untuk mengangkat Pengelola, maka rencana pengangkatan
tersebut diajukan kepada Rapat Anggota untuk mendapat persetujuan. Pengelola bertanggung
jawab kepada Pengurus. Pengelolaan usaha oleh Pengelola tidak mengurangi tanggung
jawab Pengurus. Hubungan antara Pengelola usaha dengan Pengurus Koperasi merupakan
hubungan kerja atas dasar perikatan.
Pengurus baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri menanggung kerugian yang
diderita koperasi, karena tindakan yang dilakukan dengan kesengajaan atau kelalaiannya.
Disamping penggantian kerugian tersebut, apabila tindakan itu dilakukan dengan kesengajaan
maka tidak menutup kemungkinan bagi penuntut umum untuk melakukan penuntutan.
Setelah tahun buku Koperasi ditutup, paling lambat 1 (satu) bulan sebelum diselenggarakan
rapat anggota tahunan, Pengurus menyusun laporan tahunan yang memuat sekurang-
kurangnya:
a. perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru lampau dan
perhitungan hasil usaha dari tahun yang bersangkutan serta penjelasan atas dokumen
tersebut.
b. keadaan dan usaha Koperasi serta hasil usaha yang dapat dicapai.
Laporan tahunan sebagaimana ditandatangani oleh semua anggota pengurus. Apabila
salah seorang anggota Pengurus tidak menandatangani laporan tahunan tersebut, anggota
yang bersangkutan menjelaskan alasannya secara tertulis. Persetujuan terhadap laporan
tahunan, termasuk pengesahan perhitungan tahunan, merupakan penerimaan
pertanggungjawaban Pengurus oleh Rapat Anggota.
Jumlah Pengurus sekurang-kurangnya tiga orang yang terdiri dari :
1. Unsur Ketua
2. Unsur Sekretaris
3. Unsur Bendahara
Secara Perorangan, tugas pengurus adalah :
a) Ketua :
- Bertugas mengkoordinasikan kegiatan seluruh anggota pengurus dan menangani tugas
pengurus yang berhalangan, memimpin rapat dan mewakili koperasi didalam dan diluar
pengadilan,
- Berfungsi sebagai pengurus, selaku pimpinan.
- Berwenang melakukan segala kegiatan sesuai dengan keputusan Rapat Anggota, Rapat
Gabungan dan Rapat Pengurus dalam mengambil keputusan tentang hal-hal yang
30
prinsip, serta menandatangani surat-surat bersama Sekretaris, serta surat-surat berharga
bersama bendahara
- Bertanggungjawab pada Rapat Anggota
b) Sekretaris :
- Bertugas melakukan pembinaan dan pengembangan dibidang kesekretariatan,
keanggotaan dan pendidikan.
- Berfungsi sebagai Pengurus selaku Sekretaris.
- Berwenang menentukan kebijaksanaan dan melakukan segala perbuatan yang
berhubungan dengan bidangnya sesuai keputusan rapat pengurus, serta menandatangani
surat bersama unsur Ketua.
c) Bendahara :
- Bertugas mengelolan keuangan (menerima, menyimpan dan melakukan pembayaran),
membina administrasi keuangan dan pembukuan.
- Berfungsi sebagai Pengurus, selaku Bendhara.
- Berwenang menentukan kebijakan dan melakukan segala perbuatan yang berhubungan
dengan bidangnya, serta menandatangani surat-surat berharga bersama unsur Ketua.
- Bertanggungjawab kepada rapat pengurus lengkap melalui ketua.
Menurut Leon Garayon dan Paul O. Mohn dalam bukunya “The Board of Directions
of Cooperatives” fungsi pengurus adalah:
• Pemberi nasihat
• Simbol
Pengawas
(1) Pengawas dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota.
(2) Pengawas bertanggung jawab kepada Rapat Anggota.
(3) Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota Pengawas ditetapkan
dalam Anggaran Dasar.
Jumlah Pengawas sekurang-kurangnya tiga orang atau sesuai dengan AD Koperasi. Unsur
Pengawas terdiri dari :
- Ketua merangkap anggota,
- Sekretaris merangkap anggota dan
- Anggota
Pengawas bertugas:
a. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan
Koperasi.
31
b. membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya.
Pengawas berwenang:
a. meneliti catatan yang ada pada Koperasi.
b. mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.
Pengawas harus merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga.
- mempunyai sifat sebagai pemimpin, yang disegani anggota koperasi dan masyarakat
sekelilingnya. Dihargai pendapatnya, diperhatikan saran-sarannya dan diindahkan
nasihat nasihatnya.
32
Manajer
• Peranan manajer adalah membuat rencana ke depan sesuai dengan ruang lingkup dan
wewenangnya mengelola sumberdaya secara efisien, memberikan perintah, bertindak
sebagai pemimpin dan mampu melaksanakan kerjasama dengan orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi (to get things done by working with and through people)
Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan atau pendayagunaan sumber
daya ekonomi para anggotanya, atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi
untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada
umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan soko guru
perekonomian nasional. Sedangkan pengertian koperasi Sesuai dengan UU No:25 tahun 1992
adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Berdasarkan permasalahan di atas,
maka fokus penelitian ini adalah kepada bagiamana pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
dalam pengembangan usaha di koperasi wanita SU “Setia Budi Wanita” Jawa Timur, dan
pengembangan usaha apa saja yang di lakukan oleh koperasi wanita SU “Setia Budi Wanita”
Jawa Timur. Dan berdasar pada latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan dari
penelitian adalah untuk mendeskripsikan penjelasan tentang bagaimana pelaksanaan fungsi-
fungsi manajemen dalam pengembangan usaha di koperasi wanita SU “Setia Budi Wanita”
Jawa Timur, dan untuk mendeskripsikan tentang pengembangan usaha apa saja yang
dilakukan oleh Koperasi Wanita SU “Setia Budi Wanita” Jawa Timur. Dan Jenis penelitian ini
menggunakan penelitian yang bersifat deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-
kata, gambar, dan bukan angka-angka.Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode
kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa
yang sudah diteliti, dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data
untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data bersumber dari data primer dan
data skunder.Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi.Analisis data dengan mereduksi data, penyajian/display data kemudian
penarikan kesimpulan. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi sumber.
Penelitian ini menghasilkan yaitu tentang bagiamana pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
dalam pengembangan usaha di koperasi SU “Setia Budi Wanita” Jawa Timur, dalam hal ini
dari aspek fungsi perencanaannya koperasi setia budi wanita Malang juga mempunyai
rancangan atau program usaha lain yang di lakukannya selain usaha utama (Waserda dan
Simpan Pinjam) dalam koperasi tersebut diantaranya rental mobil, dan koperasi ini pun juga
terdapat program atau pelatihan oleh anggota, pengurus dan pengawas diantaranya untuk
anggota yaitu SHU dan fasilitas kredit ( Pinjaman berupa uang dan belanja kredit ),
Ketrampilan ( Tata Boga, Tata Rias Wajah–Manten, Menjahit, Daur Ulang, Membatik, dan
lain-lain) sesuai kebutuhan untuk pengembangan usaha anggota, sedangkan untuk pengurus
dan pengawas juga terdapat pelatihan manajemen, kewirausahaan, leadership, dan lain-lain
dari aspek fungsi organisasi di koperasi ini yang mana dalam organisasi tersebut tentunya
33
terdapat peraturan di dalam pembagian tugas serta kewenangannya dan di koperasi ini
terdapat unsur kebersamaan, karena keputusan tidak hanya di ambil di satu orang tetapi
bersama, selanjutnya dari aspek pelaksanaannya di dalam setiap manajemen di koperasi ini
sudah mempunyai tugas-tugasnya, yaitu berdasarkan pengurus yang menentukan job
description dan juga ADART nya, dalam aspek pelaksanaan ini tentunya yang terpenting
dalam pelaksanaan rencana-rencana koperasi ini tidak hanya pengurus saja, tetapi setiap
anggota juga memiliki peranan penting dalam proses penerapan rencana-rencana koperasi
tersebut. Kemudian dari aspek pengawasan Di dalam koperasi ini pengurus melakukan
pengawasan terhadap anggotanya melalui PPL. Dan dalam pengembangan usaha apa saja
yang di lakukan oleh koperasi wanita SU “Setia Budi Wanita” Jawa Timur. Koperasi ini
dalam pengembangan usahanya menjalankan usaha Simpan pinjam dan Waserda yang mana
kedua usaha tersebut yakni waserda dan simpan pinjam telah menjadi usaha utama, selain
usaha sampingannya yaitu rental mobil. Di samping itu seorang anggota juga dapat berperan
langsung dalam dalam mengembangkan usahanya.
Organisasi koperasi sebagai suatu badan usaha yang berstatus badan hukum (rechts
person), maka keberadaan koperasi diakui seperti manusia/orang (person) atau subyek
34
hukum yang memiliki kecakapan bertindak, memiliki wewenang untuk mempunyai dan
mencari harta kekayaan, serta dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti membuat
perjanjian – perjanjian apapun.
Di dalam UU No.25 Tahun 1992, ketentuan mengenai perangkat organisasi koperasi diatur
dalam Pasal 21 beserta penjelasannya, terdiri dari :
1. Rapat Anggota
Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di dalam struktur kehidupan
koperasi, dan merupakan perwujudan kehendak dari para anggota koperasi untuk
membiarakan segala sesuatu menyangkut kehidupan serta pelaksanaan koperasi.
Kegiatan di dalam rapat anggota ini harus dicatat dan dibuat suatu Notulen Rapat oleh
Sekretaris. Notulen rapat ini umumnya memuat tentang:
a. Daftar hadir
b. Tanggal dan tempat rapat diadakan
c. Acara rapat
Notulen rapat tersebut ditandatangani oleh Ketua Pengurus atau Pimpinan sidang dan
sekretaris (Notulis).
2. Pengurus Koperasi
Pengurus adalah perangkat organisasi setingkat di bawah kekuasaan rapat anggota.
Dialah yang mempunyai kewenangan untuk mewakili koperasi sebagai Badan
Hukum, baik di muka pengadilan maupun di luar pengadilan. Dalam UU No.25 tahun
1992, tentang Pengurus Koperasi Indonesia ini, diatur di dalam Pasal 37.
Apabila laporan yang dipertanggungjawabkan oleh Pengawas kepada Rapat Anggota tidak
diterima oleh Pengurus Koperasi, atau Pengurus Koperasi mempunyai pendapat lain, maka
untuk penyelesaiannya pengurus tidak diperkenankan mempengaruhi opini anggota
pengawas. Dia berhak dan wajib memberi keterangan tersendiri kepada rapat anggota dan
tembusannya diberikan kepada pengawas. Jika ternyata tidak ada titik temu antara pendapat
pengawas dengan pendapat pengurus tersebut, maka putusan akhir diserahkan kapada rapat
anggota untuk menilai dan memberi keputusan. Dalam kondisi yang demikian ini, sangat
diperlukan saran, pandangan, pendapat dari Pejabat Koperasi selaku Pembina, sebagai acuan
untuk menyelesaikan perselisihan pendapat tersebut.
Prinsip-Prinsip Koperasi
Prinsip-prinsip koperasi adalah penjabaran lebih operasional dari nilai-nilai koperasi yang
dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksaanaan kegiatan koperasi baik kegiatan organisasi
maupun kegiatan usaha koperasi.
Prinsip koperasi yang dianut oleh gerakan koperasi internasional saat ini adalah prinsip yang
disepakati pada kongres ICA di Mancester, Inggris pada tanggal 23 September 1995. ICA
adalah gabungan gerakan koperasi internasional yang beranggotakan 700 juta orang lebih,
berasal dari 70 negara, berpusat di Genewa, Swiss. Untuk wilayah Asia-Fasifik berkantor di
New Delhi, India. Prinsip-prinsip koperasi yang dimaksud meliputi:
1. Keanggotaan sukarela dan terbuka. Koperasi adalah organisasi yang
keanggotaannya bersifat sukarela dan terbuka bagi setiap orang yang bersedia
menggunakan jasa-jasa pelayanannya, dan bersedia menerima tanggung jawab
keanggotaan, tanpa membedakan gender (jenis kelamin), latar belakang sosial, ras,
politik atau agama. Di dalam praktek, keanggotaan sukarela dan terbuka ini tentunya
dapat dijabarkan dengan persyaratan-peryaratan yang mengatur hak dan kewajiban
sebagai anggota koperasi yang lebih lanjut diatur dalam Anggaran Dasar Koperasi.
2. Pengawasan oleh anggota secara demokratis. Koperasi adalah organisasi terbuka
yang demokratis diawasi oleh para anggotanya, yang secara aktif menetapkan
kebijakan dan membuat keputusan. Anggota baik laki-laki maupun perempuan yang
dipilih sebagai pengurus atau pengawas bertanggung jawab kepada Rapat Anggota.
Dalam koperasi primer anggota memiliki hak suara yang sama (satu anggota satu
suara). Pada tingkat lainnya, koperasi juga dikelola secara demokratis.
3. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi. Anggota menyetorkan modal mereka
secara adil dan melakukan pengawasan secara demokratis. Sebagian dari modal
tersebut adalah milik bersama untuk dijadikan modal perusahaan koperasi yang
menjalankan fungsi ekonomi dalam memberikan pelayanan kepada anggota.
Pelayanan yang disediakan oleh perusahaan koperasi ini harus dimanfaatkan sebaik-
baiknya oleh anggota (partisipasi pemanfaatan pelayanan). Partisipasi pemanfaatan
pelayanan ini bila koperasi efisien akan menghasilkan surplus yang di Indonesia
dikenal dengan Sisa Hasil Usaha (SHU). Bila ada balas jasa terhadap modal,
diberikan secara terbatas. An ggota mengalokasikan SHU untuk beberapa atau semua
dari tujuan seperti di bawah ini:
a. Mengembangkan koperasi, caranya dengan membentuk cadangan untuk
menambah permodalan koperasi.
b. Dibagikan kepada anggotanya secara proporsional dan adil berdasarkan jasa
transaksi masing-masing anggota kepada koperasinya.
c. Mendukung kegiatan lainnya yang disepakati dalam Rapat Anggota.
37
4. Otonomi dan kemandirian. Koperasi adalah organisasi otonom dan mandiri yang
dimodali, dikelola, diawasi dan dipergunakan oleh para anggotanya. Apabila koperasi
membuat perjanjian dengan pihak lain, termasuk pemerintah, atau memperoleh modal
dari luar, maka hal itu harus berdasarkan peryaratan yang tetap menjamin adanya
upaya: pengambilan keputusan dan pengawasan yang demokratis oleh anggotanya
dengan tetap mempertahankan otonomi koperasi.
5. Pendidikan, pelatihan, dan informasi. Koperasi memberikan pendidikan dan
pelatihan bagi anggota, pengurus, pengawas, manajer, dan karyawannya.. Tujuannya
agar mereka dapat melaksanakan tugas dengan lebih efektif bagi perkembangan
koperasi. Koperasi juga wajib memberikan informasi kepada anggota dan masyarakat
umum, khususnya kepada orang-orang muda dan tokoh-tokoh masyarakat mengenai
hakekat dan manfaat berkoperasi.
6. Kerjasama antar koperasi. Dengan bekerjasama pada tingkat lokal, nasional ,
regional, dan internasional, maka gerakan koperasi diharapkan mampu melaayani
anggotanya dengan efektif dan dapat memperkuat jaringan gerakan koperasi.
7. Kepedulian terhadap masyarakat. Koperasi melakukan kegiatan dituntut untuk
mengembangkan masyarakat sekitarnya secara berkelanjutan, dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan ekosistem melalui kebijakan yang diputuskan
oleh Rapat Anggota.
Tujuan Koperasi
Dituangkan dalam pasal 3 (UU Perkoperasian No. 25 tahun 1992), yaitu : “Koperasi
bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD
1945”.
KRITERIA-KRITERIA KOPERASI
a. Peningkatan anggota perorangan.
Pada dasarnya lebih penting jumlah anggota perorangan daripada
jumlah koperasi, karena sebagai kumpulan orang kekuatan ekonomi
bersumber dari anggota perorangan. Ada dua faktor keanggotaan yang perlu
diperhatikan, yaitu kemampuan ekonomi dan tingkat kecerdasan anggota.
Kemampuan ekonomi anggota penting karena dapat digerakkan untuk
menyusun investasi, sedangkan kecerdasan anggota sangat menentukan
mutu manajemen yang sifatnya partisipasi dalam rapat anggota sebagai
kekuasaan tertinggi dengan satu anggota satu suara.
b. Peningkatan modal
Jumlah modal dari dalam dapat digunakan sebagai salah satu indikator utama
dari kemandirian koperasi. Semakin besar modal dari dalam berarti
kemandirian koperasi tersebut semakin tinggi. Indikator kemandirian yang
lain adalah keberanian manajemen untuk mengambil keputusan sendiri.
c. Peningkatan volume usaha
38
Volume usaha berkaitan dengan skala ekonomi, semakin besar volume usaha
suatu koperasi berarti semakin besar potensinya sebagai perusahaan, sehingga
dapat memberikan pelayanan dan jasa yang lebih baik kepada para anggota.
Sejalan dengan identitas koperasi yang menyatakan bahwa anggota dan
pelanggan adalahorang yang sama, maka volume usaha terutama harus berasal
dari jasa anggota. Loyalitas dan partisipasi aktif anggota sangat menentukan
besarnya volume usaha koperasi khususnya yang berasal dari anggota.
d. Peningkatan pelayanan kepada anggota dan masyarakat
Berbeda dengan unsur yang lain, pelayanan ini sukar dihitung secara
kuantitatif. Anggota dapat merasakan efeknya dengan membandingkan
sebelum dan sesudah ada koperasi. Bentuk pelayanan dapat bermacam-
macam, misalnya: pendidikan, kesehatan, beasiswa, sumbangan, pelayanan
usaha yang cepat dan efisien, dan sebagainya.
41
1) Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang,
dan berkeadilan.
2) Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha
yangtangguh dan mandiri, dan
3) Meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangankerja,
pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat
dankemiskinan.
2. Kekayaan Bersih: hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha (aset) dengan total nilai
kewajiban tidak termasuk tanah & bangunan tempat usaha. Hasil penjualan tahunan:
hasil penjualan bersih (netto) yang berasal dari penjualan barang & atau jasa usahanya
dalam 1 tahun buku.
42
Secara lebih terperinci, Anogara dan Sudantoko (2002:225-6) menggambarkan
karakterisik UKM secara umum yang lebih banyak merupakan kelemahan yaitu :
1) Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah
administratif pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak di up to date
sehingga sulit untuk menilai kinerjanya.
2) Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi.
3) Modal terbatas.
4) Pengalaman manajerial dan mengelola perusahaan masih sangat terbatas.
5) Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk mampu
menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang.
6) Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversivikasi pasar sangat terbatas.
Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah, mengingat
keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana di pasar modal, sebuah
perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan harus tranparan.
5.8 ASPEK – ASPEK PENDUKUNG NON FINANSIAL KEMAJUAN UMKM DI
INDONESIA
1. Aspek Pendanaan dan Pembiayaan UMKM.
2. Aspek Sarana dan Prasarana UMKM.
3. Aspek Perizinan UMKM.
4. Aspek Kesempatan Berusaha UMKM.
5. Aspek Promosi Dagang dan Pemasaran UMKM.
6. Aspek Dukungan dan Kelembagaan UMKM.
7. Aspek Pengembangan UMKM.
8. Aspek Pengembangan SDM UMKM.
9. Aspek Perjanjian, Kemitraan, dan Pola Kemitraan.
5.8.1 Aspek-Aspek yang berpengaruh pada UMKM
1. Kepribadian, dipengaruhi: sikap & tingkah laku, Latar belakang pendidikan, Kondisi
lingkungan, Bakat & bawaan, iman sesorang, dll.
2. Motivasi, dipengaruhi: tingkat pendidikan, tingkat kemampuan ekonomi, gaya hidup
& niai-nilai yang dianut, tekanan dari pihak-pihak eksternal, persepsi individu, dll.
3. Fasilitas dan Pertumbuhan ditunjang oleh: tingkat kemajuan kehidupan, trend
kebutuhan yang ada, peluang & keterbatasan sumber, kepercayaan pihak ekternal,
subsidi pemerintah, faktor lain.
Usaha mikro mempunyai peran yang penting dalam pembangunan ekonomi, karena
intensitas tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dan investasi yang lebih kecil, sehingga usaha
mikro lebih fleksibel dalam menghadapi dan beradaptasi dengan perubahan pasar. Hal ini
menyebabkan usaha mikro tidak terlalu terpengaruh oleh tekanan eksternal, karena dapat
mengurangi impor dan memiliki kandungan lokal yang tinggi. Oleh karena itu pengembangan
usaha mikro dapat memberikan kontribusi pada diversifikasi ekonomi dan perubahan struktur
sebagai prakondisi pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang stabil dan berkesinambungan.
Disamping itu tingkat penciptaan lapangan kerja lebih tinggi pada usaha mikro dari pada
yang terjadi di perusahaan besar.
43
Dalam UU No.20/2008 tentang UMKM, didefinisikan bahwa pemberdayaan adalah
upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan Masyarakat secara
sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap UMKM
sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
Sedangkan Iklim Usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah dan Pemerintah
Daerah untuk memberdayakan UMKM secara sinergis melalui penetapan berbagai peraturan
perundang-undangan dan kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi upaya ini
dilakukan agar UMKM memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan
dukungan berusaha yang seluas-luasnya.
Menurut survey BPS tahun 2004, di Indonesia ada 141,36 juta UMKM (99,9% dari
total unit usaha). Dengan jumlahnya yang begitu banyak, serta kemampuannya dalam
menyerap tenaga kerja (76,55 juta atau 99,5% dari total angkatan kerja yang bekerja), dengan
total kontribusi yang sangat signifikan yaitu sebesar 55,3% dari total PDB, maka potensi
yang dimiliki oleh UMKM untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sangatlah besar.
Itulah alasan mengapa pemerintah begitu gencar dalam usahanya mengembangkan UMKM,
selain dengan pembuktian empiris dimana saat periode krisis ekonomi kemarin, ketika begitu
banyak perusahaan-perusahaan besar yang tumbang dan melakukan PHK dalam jumlah
besar, UMKM dengan fleksibilitasnya mampu survive dari kondisi tersebut
Laju pertumbuhan ekonomi yang baik dengan ditandai oleh PDB (Produk domestik
Bruto) tinggi di negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara dengan sebutan Newly
Industrialized Countries (NICs) seperti Korea Selatan, Singapura dan Taiwan yang
disebabkan oleh kinerrja UMKM yang efisien, produktif serta mempunyai daya saing global
yang tinggi. Demikian juga di negara-negara yang sedang berkembang dengan tingkat
pendapatan menengah dan rendah, peranan UMKM sangat penting. (Tambunan, 2002 :19).
Permasalahan yang paling sering timbul dalam usaha pengembangan ini berhubungan
dengan karakteristik yang dimiliki oleh UMKM yang sedikit menyulitkan. Beberapa
karakteristik yang paling melekat pada sebagian besar UMKM antara lain: 1) Rendahnya
produktivitas pekerja yang menyebabkan pengusaha mikro kecil kesulitan memenuhi kuota
UMR (Upah Kerja Regional), 2) Rendahnya produktivitas antara lain karena pendidikan, etos
kerja, disiplin, tanggung jawab dan loyalitas karyawan. 3) Keterbatasan akses pengusaha
mikro kecil terhadap modal. 4) Kemampuan manajerial dan pemasaran yang masih rendah. 5)
Kurangnya infrastuktur di Indonesia. 6) Tingginya biaya impor bahan baku dan suku cadang
yang mengakibatkan melonjaknya biaya produksi. 7) Turunnya daya beli masyarakat.
Pada umumnya ada tiga institusi yang berperan dalam pembinaan UMKM, yaitu:
44
1. Lembaga teknis yang bertugas mengembangkan produk, utilitas, kualitas SDM dan
optimalisasi.
2. Lembaga keuangan yang bertugas menyediakan dana secara profesional
(microfinance). Keprofesionalan ini sering kali dikaitkan dengan pemberian dana
kepada UMKM yang bankable, namun fakta di lapangan menyebutkan bahwa
hampir 99% UMKM di Indonesia tidak memenuhi syarat bankable tersebut,
sehingga analisis kredit dapat dilakukan dengan metode kualitatif.
3. Lembaga pemasaran yang bertugas membantu memberi assitensi kepada UMKM
dalam akses pasar dan pemasaran (market and marketing).
4. Pendidikan, LSM.
Sebenarnya di Indonesia, sebelum isu UMKM merebak, telah dilakukan berbagai macam
strategi dalam usaha mengembangkan UMKM ini yang sebagian besar fokus pada
pemberdayaan tenaga kerja melalui output expansion dan innovation adoption, yang berarti
adanya peran lembaga teknis yang lebih besar dibandingkan dengan lembaga lainnya. Hampir
semua bentuk intervensi yang diketahui pernah diaplikasikan, antara lain program-program
pelatihan technical skills dan kewirausahaan, konsultasi pemberdayaan karyawan, subsidi
input, peningkatan infrastruktur, pembangunan fasilitas public, pembangunan sentra-sentra
industri, kredit subsidi dan lainnya. Review menunjukkan ada lebih dari 30 program-program
pendampingan teknis UMKM di Indonesia yang tersebar di beberapa departemen. Pelatihan
teknis yang dilakukan lebih difokuskan pada pelatihan kepada produsen dalam hal
pembukuan, manajemen, technical skills, kewirausahaan dan marketing. Kesimpulan umum
yang diperoleh adalah bahwa sebagian besar program tersebut memberikan pengaruh yang
sedikit sekali terhadap pengembangan UMKM. Sebagian besar disebabkan oleh terbatasnya
dana yang dialokasikan untuk begitu banyaknya program dan dengan jumlah UMKM yang
begitu besar.
Secara teoritis Hoselitz (1959) sebagai orang pertama yang membahas relasi antara
tingkat pendapatan dan tingkat dominasi UKM, mengemukakan bahwa dari hasil studinya
dengan menggunakann data dari sejumlah negara-negara di Eropa, menyimpulkan bahwa
dalam proses pembangunan di suatu wilayah tercerminkan dalam laju pertumbuhan PDB atau
peningkatan pendapatan perkapita, kontribusi UKM di wilayah tersebut mengalami
perubahan.
45
Kekuatan UKM adalah :
1) Kualitas SDM rendah baik dilihat dari tingkat pendidikan formal maupun ditinjau dari
kemampuan untuk melihat peluang bisnis,
2) Tingkat produktivitas rendah,
3) Penggunaan tenaga kerja cenderung eksploitatif dengan tujuan untuk mengejar target,
4) Sering mengandalkan anggota keluarga sebagai pekerja tidak dibayar.
1) Nilai tambah yang diperoleh rencah, dan akumulasinya sulit terjadi. Dan
2) Manajemen keuangan yang buruk.
Kekuatan dari kedua faktor tersebut harus dioptimalkan dalam upaya menjaga survivalitas
UKM maupun untuk meningkatkan dan mengembangkan UKM itu sendiri, sedangkan
kelemahan dari kedua faktor tersebut harus secara terus menerus diminimalisir dan
dihilangkan sama sekali.
46
Pola Pendekatan Pemberdayaan UMKM dapat dilakukan dengan tiga pendekatan,
yaitu pola kemitraan, pola BDSP dan pola Klaster. Adapun pola pendekatan pemberdayaan
UMKM tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
5.10.1 Pola Kemitraan
Kemitraan menurut Peraturan Pemerintah N.o 44 Tahun 1997, adalah kerjasama
usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau dengan Usaha Besar disertai
pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan
memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan.Kemitraan dalam rangka keterkaitan usaha diselenggarakan melalui pola-
pola yang sesuai dengan sifat dan tujuan usaha yang dimitrakan dengan diberikan peluang
kemitraan seluas-luasnya kepada Usaha Kecil, oleh Pemerintah dan dunia usaha. Pola-pola
kemitraan yang umum dijumpai antara lain Kemitraan Inti Plasma dan Pola Bapak Angkat.
1) Kemitraan (Inti Plasma)
Dalam pola inti plasma, Usaha Besar dan atau Usaha Menengah sebagai inti membina
dan mengembangkan Usaha Kecil yang menjadi plasmanya antara lain meliputi :
a. Penyediaan dan penyiapan lahan;
b. Penyediaan sarana produksi;
c. Pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi;
d. Perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan;pembiayaan;
e. Pemberian bantuan lainnya yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan
produktivitas usaha.
Dalam hal kemitraan Usaha Besar dan atau Usaha Menengah dengan Usaha Kecil
berlangsung dalam rangka sub kontrak untuk memproduksi barang dan atau jasa, Usaha
Besar atau Usaha Menengah memberikan bantuan antara lain berupa :
Usaha Besar dan Usaha Menengah yang melaksanakan kemitraan mempunyai hak
untuk mengetahui kinerja kemitraan Usaha Kecil mitra binaannya. Sementara Usaha
Kecil yang bermitra mempunyai hak untuk memperoleh pembinaan dan pengembangan
dari Usaha Besar dan atau Usaha Menengah mitranya dalam satu aspek atau lebih tentang
pemasaran, sumber daya manusia, permodalan, manajemen dan teknologi.
Usaha Besar dan atau Usaha Menengah yang melaksanakan kemitraan dengan Usaha
Kecil /Mikrober kewajiban untuk melakukan pembinaan kepada mitra binaannya dalam
satu atau lebih aspek :
47
a. Pemasaran, dengan :
a) Membantu akses pasar;
b) Memberikan bantuan informasi pasar;
c) Memberikan bantuan promosi;
d) Mengembangkan jaringan usaha;
e) Membantu melakukan identifikasi pasar dan perilaku konsumen;
f) Membantu peningkatan mutu produk dan nilai tambah kemasan.
b. Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia, dengan :
a) Pendidikan dan pelatihan;
b) Magang;
c) Studi banding;
d) Konsultasi.
c. Permodalan, dengan :
a) Pemberian informasi sumber-sumber kredit;
b) Tata cara pengajuan penjaminan dari berbagai sumber lembaga penjaminan;
c) Mediator terhadap sumber-sumber pembiayaan;
d) Informasi dan tata cara penyertaan modal;
e) Membantu akses permodalan.
d. Manajemen, dengan :
a) Bantuan penyusunan studi kelayakan;
b) Sistem dan prosedur organisasi dan manajemen;
c) Menyediakan tenaga konsultan dan advisor.
e. Teknologi, dengan :
a) Membantu perbaikan, inovasi dan alih teknologi;
b) Membantu pengadaan sarana dan prasarana produksi sebagai unit percontohan;
c) Membantu perbaikan sistem produksi dan kontrol kualitas;
d) Membantu pengembangan disain dan rekayasa produk;
e) Membantu meningkatkan efisiensi pengadaan bahan baku.
48
menerimanya dan menggunakannya. BDS adalah suatu kegiatan dalam bentuk jasa dalam
berbagai bidang yang dilakukan oleh individu dan atau lembaga untuk tujuan pengembangan
usaha, dalam hal ini UMKM.
Sedangkan BDSP adalah suatu lembaga yang memberi/menyediakan pelayanan jasa
untuk pengembangan usaha UMKM dalam berbagai bidang antara lain teknis, sosial-
ekonomi, keuangan, dll.Selain pengertian yang dikemukakan di atas, Committee of Donor
Agencies for SmallEnterpriseDevelopment mendefinisikan BDS sebagai berikut "jasa non-
finansial yang meningkatkan kinerja suatu perusahaan, akses ke pasar, dan kemampuannya
untuk bersaing". Sedangkan Organisation for Economic Cooperation and Development
(OECD) menyebutkan sebagai" jasa-jasa bisnis strategis yang meliputi perangkat lunak
komputer dan jasa proses informasi, riset dan jasa pengembangan dan teknis, jasa marketing,
jasa pengelolaan organisasi bisnis dan jasa pengembangan sumber daya manusia".
Sementara ini telah tercapai konsensus internasional bahwa jasa-jasa perdagangan,
hiburan, akomodasi, transportasi dan keuangan dalam hubungannya dengan penyediaan
modal, tidak akan dipertimbangkan sebagai BDS atau jasa bisnis strategis.Kementerian
Koperasi dan UKM mendefinisikan BDSP sebagai lembaga atau bagian dari lembaga yang
memberikan layanan pengembangan bisnis dalam rangka meningkatkan kinerjaUMKM.
Lembaga tersebut berbadan hukum, bukan lembaga keuangan, serta dapat memperoleh fee
dari jasa layanannya. Definisi BDSP dari Swisscontact, suatu lembaga yang aktif dalam
pengembangan BDS di Indonesia, menyebutkan bahwa BDS merupakan bentuk jasa non
keuangan yang disediakan oleh lembaga eksternal (Pemerintah atau Swasta) yang bertugas
memecahkan masalah yang dihadapi UMKM serta memberikan jasa pengembangan bisnis
yang diperlukan.
Dalam hubungan dengan pemberdayaan BDSP, maka jasa yang diberikan oleh BDSP adalah
konsultansi/pendampingan dalam hal manajemen/analisis keuangan agar terjadi kemitraan
dengan bank atau terjadinya penyaluran dana bank kepada UMKM tersebut disertai dengan
pembinaannya.
49
PENDAHULUAN
Koperasi sebagai bentuk badan usaha tentunya dalam melakukan kegiatan usahanya
tidak terlepas dari masalah permodalan. Mengapa modal koperasi penting, karena tanpa
modal maka suatu organisasi atau perusahaan tidak akan bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Pada umumnya modal koperasi berasal dari iuran dari para anggotanya. Namun dalam
perkembangannya modal koperasi bisa juga berasal dari pinjaman, baik dari anggota sendiri,
di luar anggota seperti perbankan. Bahkan sekarang koperasi dimungkinkan untuk
menerbitkan sertifikat obligasi.
Modal koperasi penting karena dengan adanya modal yang cukup maka koperasi akan
mampu untuk bersaing dengan usaha-usaha lain di luar koperasi. Sumber permodalan dan
dana cadangan koperasi diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Modal koperasi dibutuhkan untuk membiyai usaha dan organisasi koperasi. Modal
usaha terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Adapun pengertian kedua istilah ini adalah
sebagai berikut.
1. Modal investasi adalah sejumlah uang yang ditanam atau dipergunakan untuk
pengadaan sarana operasional suatu perusahaan, yang bersifat tidak mudah diuangkan
(unliquid) seperti tanah, mesin, bangunan, peralatan kantor, dan lain-lain.
2. Modal kerja adalah sejumlah uang yang tertanam dalam aktiva lancar perusahaan atau
yang dipergunakan untuk membiayai operasional jangka pendek perusahaan, seperti
pengadaan bahan baku, tenaga kena, pajak, biaya listrik, dan lain-lain. Ditinjau dari
sudut neraca, modal kerja adalah aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Aktiva
lancar adalah harta perusahaan yang dalam jangka paling lama setahun dapat
dicairkan menjadi uang kas, seperti deposito jangka pendek, piutang-piutang dagang,
persediaan barang, dan uang kas.
Ditinjau dari perspektif manajemen, modal kerja (working capital) selalu dibutuhkan
selama usaha berjalan. Oleh sebab itu, para pengelola usaha pada umumnya menaruh
perhatian khusus pada penanganan modal kerja ini. Dilihat dari sifatnya, modal kerja akan
berputar terus-menerus di dalam perusahaan. Pengeluaran-pengeluaran yang dipergunakan
untuk pembelian bahan baku, pembayaran gaji atau upah karyawan, dan lain-lainnya akan
kembali lagi menjadi uang kas melalui hasil penjualan dan selanjutnya dipergunakan lagi
50
untuk biaya operasional perusahaan. Siklus yang demikian disebut perputaran modal kerha
sebagaimana yang ditunjukan gambar dibawah ini
Modal Kerja
Barang / Jasa
Selanjutnya perlu diketahui bahwa, modal kerja merupakan alat untuk mengukur
likuiditas suatu perusahaan. Likuiditas adalah alat untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya dalam jangka pendek.
a. Simpanan pokok
51
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan
oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok
tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
Mengenai cara penyerahan/penyetoran simpanan pokok dan anggota kepada koperasi
dapat diatur di dalam setiap AD/ART koperasi, apakah dilakukan sekaligus atau
dengan cara diangsur.
b. Simpanan Wajib
Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib
dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu.
Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih
menjadi anggota.
c. Simpanan Sukarela
Simpanan sukarela adalah simpanan yang besarnya tidak ditentuka, tetapi bergantung
pada kemampuan anggota. Simpanan sukarela disetorakan setiap saat. Terhadap
simpanan sukarela ini koperasi menentapkan tingkat suku bunga tertentu yang
disepakati anggota.
d. Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha,
yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian
koperasi bila diperlukan.
Dana cadangan koperasi tidak boleh dibagikan kepada anggota, meskipun terjadi
pembubaran koperasi. Dana ini, pada masa pembubaran oleh penyelesai pembubaran
dipakai untuk menyelesaikan utang-utang koperasi, kerugian-kerugian koperasi,
biaya-biaya penyelesaian, dan sebagainya.
e. Hibah atau Donasi
Hibah atau donasi adalah suatu pemberian atau hadiah dari seseorang semasa
hidupnya. Hibah ini dapat berbentuk wasiat, jika pemberian tersebut diucapkan/ditulis
oleh seseorang sebagai wasiat atau pesan atau kehendak terakhir sebelum meninggal
dunia dan baru berlaku setelah dia meninggal dunia.
Modal koperasi yang merupakan pemberian (hibah) ini adalah pemberian harta
kekayaan dari seseorang (baik sebagai anggota koperasi maupun bukan anggota) yang
berupa kebendaan, baik benda bergerak atau benda tetap. Untuk pemindahan hak
milik harta kekayaan yang berupa benda bergerak dari pemberi hibah dapat dilakukan
seketika, karena penyerahan hak milik atas benda bergerak dilakukan langsung dari
tangan ke tangan (hand to hand). Untuk penyerahan benda tetap dilakukan melalui
penyerahan yuridis, yaitu suatu penyerahan yang harus memenuhi syarat - syarat
hukum tertentu untuk sahnya suatu pemindahan hak milik atas benda tetap.
a. Anggota
52
Suatu pinjaman yang diperoleh dari anggota, termasuk calon anggota yang memenuhi
syarat,
b. Koperasi lain atau anggota
Pinjaman dari koperasi lain dari atau anggotanya didasari dengan perjanjian kerja
sama antarkoperasi,
c. Bank dan lembaga keuangan lainnya
Pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya dilakukan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika tidak terdapat ketentuan khusus,
koperasi sebagai debitur dari bank atau lembaga keuangan lainnya diperlakukan sama
dengan debitur lain, baik mengenai persyaratan pemberian dan pengembalian kredit
maupun prosedur kredit,
d. Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya
Dalam rangka mencari tambahan modal, koperasi dapat mengeluarkan obligasi (surat
pernyataan utang) yang dapat dijual ke masyarakat. Sebagai konsekuensinya, maka
koperasi diharuskan membayar bunga atas pinjaman yang diterima (nilai dari obligasi
yan dijual) secara tetap, baik besar maupun waktunya. Penerbitan obligasi dan surat
utang lainnya dilakukan berdasarkan ketentuan perundang - undangan yang berlaku.
Modal Sendiri :
Modal
1. Simpanan Pokok Kerja
2. Simpanan Wajib
3. Simpanan Sukarela
4. Dana Cadangan Sisa Hasil
Modal Usaha
5. Luar
Modal Donasi/Hibah
/ Pinjaman :
Koperasi
1. Anggota
2. Koperasi Modal
3. Bank dan Lembaga Investasi
Keuangan lainnya
4. Penerbitan Obligasi
5. Sumber lain
Gambar : Mekanisme Permodalan Koperasi di Indonesia
53
persyaratan yang masih sulit untuk dipenuhi oleh koperasi. Beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi di antaranya:
1) Emiten harus mempunyai modal telah di setor penuh minimal Rp 200 juta,
2) Dalam dua tahun buku terakhir secara berturut-turut memperoleh laba,
3) Laporan keuangan telah diperiksa oleh akuntan publik/negara untuk dua tahun
terakhir secara berturut-turut dengan pernyataan wajar tanpa syarat untuk tahun
terakhir,
4) Memiliki rekomendasi dari Bank Indonesia mengenai jumlah obligasi yang dapat
diterbitkan, jika perusahaan tersebut berupa bank.
Selain persyaratan tersebut, dalam proses obligasi perlu dilibatkan beberapa unsur
berikut ini.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka tampaknya sulit bagi koperasi untuk
memupuk permodalannya dengan cara penjualan obligasi, tetapi tidak menutup kemungkinan
dikembangkan untuk jangka panjang. Selain modal sendiri dan modal pinjaman, koperasi
dapat pula melakukan pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan. Modal
penyertaan adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang
ditanamkan oleh pemodal untuk menambah dan memperkuat struktur permodalan koperasi
dalam meningkatkan kegiatan usahanya. Pemupukan modal dari modal penyertaan, baik yang
bersumber dari pemerintah maupun dari masyarakat dilaksanakan dalam rangka memperkuat
kegiatan usaha koperasi terutama yang berbentuk investasi. Pemilik modal penyertaan ikut
menanggung resiko. Pemilik modal penyertaan tidak mempunyai hak suara dalam rapat
anggota dan dalam menentukan kebijaksanaan koperasi secara keseluruhan. Namun
demikian, pemilik modal penyertaan dapat diikutsertakan dalam pengelolaan dan pengawasan
usaha investasi yan didukung oleh modal penyertaannya sesuai dengan perjanjian.
54
2) Membuat rencana kegiatan dari usaha yang akan dibiayai modal penyertaan,
dan
3) Mendapat persetujuan Rapat Anggota.
Dalam hubungan ini, modal ventura merupakan cara yang terbaik bagi pemupukan
modal koperasi. Modal ventura adalah merupakan salah satu bentuk dari penyertaan modal di
mana setelah selang waktu yang telah ditentukan, modal harus ditarik kembali oleh pemilik
modal penyertaan. Pembatasan waktu yang diberikan kepada modal ventura untuk di
Indonesia adalah 10 tahun.
Penyertaan modal dalam suatu perusahaan atau koperasi pada dasarnya merupakan
suatu investasi untuk mana kepada pemiliknya harus diberikan bukti keikutsertaannya dalam
bentuk saham. Dengan memperhatikan pasal 42 beserta penjelasannya kiranya bentuk non
voting preferred stock (saham preferen yang tidak diberikan hak suara) bagi modal ventura
adalah yang paling tepat. Ini berarti bahwa pemilik modal ventura sebagai anggota yang tidak
mempunyai hak suara, sehingga tidak bisa ikut menentukan kebijaksanaan koperasi. Di sudut
yang lain, pada pemegang saham preferen tersebut diberi keistimewaan, berupa hak
menerima deviden terlebih dahulu dan jika koperasi dibubarkan, pemilik saham preferen
berhak didahulukan untuk menerima kembali nilai sahamnya.
Sumber permodalan yang lain bagi koperasi adalah dana penyisihan 1% - 5% dari
laba BUMN/BUMD. Per 1 November 1989 Menteri Keuangan telah mengeluarkan SK
Nomor 1232/KMK/613/989 tentang "pedoman pembinaan pengusaha ekonomi lemah dan
koperasi melalui BUMN", di mana di antaranya diputuskan bahwa pembiayaan yang
diperlukan untuk melaksanakan pembinaan tersebut disediakan dan bagian laba BUMN yang
55
besarnya 1-5% dapat berupa peningkatan kemampuan modal kerja, antara lain pengadaan
bahan baku dan modal usaha.
Pada tanggal 27 Juni 1994 dikeluarkan SK Menkeu No. 316/KHK, 816/1994 tentang
Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dan Bagian laba
BUMN, di mana dalam SK tersebut (pasal 4) dikatakan bahwa bantuan BUMN tersebut dapat
berupa:
56
4) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Dunia Usaha dapat memberikan hibah,
mengusahakan bantuan luar negeri, dan mengusahakan sumber pembiayaan lain yang
sah serta tidak mengikat untuk Usaha Mikro dan Kecil.
5) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif dalam bentuk
kemudahan persyaratan perizinan, keringanan tarif sarana dan prasarana, dan
bentuk insentif lainnya yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
kepada dunia usaha yang menyediakan pembiayaan bagi Usaha Mikro dan
Kecil.
Dari ketentuan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembiayaan terhadap UMKM
dapat diperoleh melalui Pemerintah, Pemerintah Daerah, BUMN, Usaha Besar Nasional dan
Asing, pendanaan yang tercantum dalam peraturan UU No.20 tahun 2008 pada pasal 21
tersebut termasuk dari fasiliatas yang diberikan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan
atau menciptakan usaha-usaha baru dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
banyak melalui pemberdayaan UMKM.
Untuk meningkatkan akses Usaha Mikro dan Kecil terhadap sumber pembiayaan,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah menumbuhkan, mengembangkan, dan memperluas
jaringan lembaga keuangan bukan bank, menumbuhkan, mengembangkan, dan memperluas
jangkauan lembaga penjamin kredit, serta memberikan kemudahan dan fasilitasi dalam
memenuhi persyaratan untuk memperoleh pembiayaan.
Pelaku usaha skala mikro, kecil, menengah dan koperasi menempati bagian terbesar
dari seluruh aktivitas ekonomi rakyat Indonesia mulai dari petani, nelayan, peternak,
petambang, pengrajin, pedagang, dan penyedia berbagai jasa. Jumlah UMKM pada tahun
2013 tercatat mencapai 57,9 juta unit usaha, meningkat dari 52,8 juta unit pada tahun 2009.
Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam UMKM mencapai 114,1 juta orang pada tahun 2013
meningkat dari 96,2 juta orang pada tahun 2009.
58
Salah satu program pemerintah dalam meningkatkan akses pembiayaan UMKM
kepada lembaga keuangan dengan pola penjaminan adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang
diluncurkan pada November 2007. Dalam perkembangannya, KUR skema subsidi Imbal Jasa
Penjaminan (IJP) sejak November 2007 sampai dengan 31 Desember 2014 telah disalurkan
sebesar Rp. 178,85 triliun. Sedangkan kebijakan KUR baru yaitu dengan skema subsidi
bunga yang diluncurkan sejak 14 Agustus 2015 sampai dengan 31 Desember 2017 telah
tersalurkan sebesar 213,88 triliun. Untuk tahun 2017 saja, jumlah kredit yang disalurkan
adalah sebesar Rp 96,7 triliun kepada 4 juta debitur, dengan tingkat Non Performing Loan
(NPL) sangat kecil, yaitu 0,3%.
Arah kebijakan di bidang UMKM dan koperasi dalam periode 2015-2019 adalah
meningkatkan daya saing UMKM dan koperasi sehingga mampu tumbuh menjadi usaha yang
berkelanjutan dengan skala yang lebih besar (“naik kelas”) dalam rangka mendukung
kemandirian perekonomian nasional. Strategi pembangunan yang akan dilaksanakan adalah
sebagai berikut: 1) Peningkatan kualitas sumber daya manusia, 2) Peningkatan akses
pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan, 3) Peningkatan nilai tambah produk dan
jangkauan pemasaran, 4) Penguatan kelembagaan usaha, 5) Peningkatan kemudahan,
kepastian dan perlindungan usaha.
Pemerintah Provinsi Bali dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali nomor 3 tahun 2012
tentang Perlindungan, Pemberdayaan dan Pembinaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah dalam Pasal 10 mengatur :
1. TEORI KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah salah satu fungsi manajemen untuk mempengaruhi,
mengarahkan, memotivasi, dan mengawasi orang lain agar dapat melakukan tugas-tugas yang
61
telah direncanakan sehingga mencapai sasaran dan tujuan organisasinya. Kemampuan
kepemimpinan seorang manajer akan sangat mempengaruhi kinerja organisasi terutama
dalam hal pencapaian tujuan organisasinya. Ada banyak ahli manajemen yang merumuskan
definisi-definisi tentang kepemimpinan, diantaranya adalah definisi kepemimpinan menurut
Stephen P. Robbins (2003:40), kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu
kelompok kearah tercapainya tujuan. Kedua definisi Kepemimpinan menurut Gareth Jones
and Jennifer George (2003:440) menurutnya, kepemimpinan adalah proses dimana seorang
individu mempunyai pengaruh terhadap orang lain dan mengilhami, memberi semangat,
memotivasi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan mereka guna membantu tercapai tujuan
kelompok atau organisasi. Sedangkan definisi Kepemimpinan menurut Richard L. Daft
(2003:50) adalah Kemampuan mempengaruhi orang yang mengarah kepada pencapaian
tujuan. Dari beberapa definisi tersebut, sangat jelas dikatakan bahwa kepemimpinan adalah
fungsi manajemen yang erat keterkaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi.
Orang yang melakukan fungsi kepemimpinan ini biasanya disebut dengan
“pemimpin” atau dalam bahasa Inggris disebut dengan “Leader”. Berdasarkan definisi dari
Ricky W. Griffin (2003:68), Pemimpin adalah individu yang mampun mempengaruhi
perilaku orang lain tanpa harus mengandalkan kekerasan; pemimpin adalah individu yang
diterima oleh orang laim sebagai pemimpin. Untuk menjalankan organisasinya dengan
optimal, seorang manajer harus memiliki sifat kepemimpinan. Pada dasarnya Kepemimpinan
dan Manajemen merupakan dua hal yang berbeda, namun kedua-duanya memiliki juga
persamaan dan keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan. untuk mencapai tujuan organisasi
yang direncanakan, Seorang Manajer yang menjalankan Manajemen harus dapat bertindak
sebagai Pemimpin juga.
Selain definisi mengenai kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli, terdapat
juga beberapa teori kepemimpinan yang menjadi dasar dari kepemimpinan itu sendiri.
Berikut adalah beberapa teori kepemimpinan yang dimaksud.
1) Teori Great Man
Teori Orang Hebat ini berasumsi bahwa sifat kepemimpinan dan bakat-bakat
kepemimpinan ini dibawa dari sejak orang tersebut dilahirkan. Great Man Theory ini
berkembang sejak abad ke-19. Meskipun tidak dapat diidentifikasikan dengan
kepastian ilmiah tentang karakteristik dan kombinasi manusia seperti apa yang dapat
dikatakan sebagai pemimpin hebat, namun semua orang mengakui bahwa hanya satu
orang diantara mereka yang memiliki ciri khas sebagai pemimpin hebat.
Great Man Theory ini menyatakan bahwa pemimpin hebat itu ditakdirkan lahir untuk
menjadi pemimpin. Teori tersebut juga menganggap seorang pemimpin hebat akan
muncul saat dalam menghadapi situasi tertentu. Teori tersebut dipopulerkan oleh
Thomas Carlyle dalam bukunya yang berjudul “On Heroes, Hero-Worship, and the
Heroic in History”.
62
daya tanggap, imajinasi, fisik, kreativitas, rasa tanggung jawab, disiplin, dan nilai-
nilai lainnya dapat membuat seseorang menjadi pemimpin yang baik. Teori
kepemimpinan ini berfokus pada analisis karakteristik mental, fisik dan sosial untuk
mendapatkan lebih banyak pemahaman tentang karakteristik dan kombinasi
karakteristik yang umum diantara para pemimpin. Keberhasilan seseorang dalam
kepemimpinan sangat tergantung pada sifat kepribadiannya bukan saja bersumber dari
bakat namun juga berasal dari pengalaman dan hasil belajarnya.
Menurut penelitian dari McCall dan Lombardo (1983), terdapat empat sifat
kepribadian utama yang menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan seorang
pemimpin.
Stabilitas dan ketenangan emosional : Tenang, percaya diri dan dapat diprediksi
terutama pada saat mengalami tekanan.
Mengakui Kesalahan : Tidak menutupi kesalahan yang telah dibuat tetapi
mengakui kesalahan tersebut.
Keterampilan Interpersonal yang baik : mampu berkomunikasi dan
menyakinkan orang lain tanpa menggunakan taktik yang negatif dan paksaan.
Pengetahuan yang luas (Intelektual) : Mampu memahami berbagai bidang
daripada hanya memahami bidang-bidang tertentu ataupun pengetahuan tertentu
saja.
3) Teori Perilaku
Sebagai reaksi dari Teori Sifat Kepribadian, Teori Perilaku atau Behavioural
Theories ini memberikan perspektif baru tentang kepemimpinan. Teori ini berfokus
pada perilaku para pemimpin daripada karakteristik mental, fisik dan sosial mereka.
Teori perilaku ini menganggap bahwa kepemimpinan yang sukses adalah didasarkan
pada perilaku yang dapat dipelajari atau dilatih. Keberhasilan seorang pemimpin
dalam mengefektifkan organisasinya sangat tergantung pada perilakunya dalam
melaksanakan tugasnya tampak dari cara melakukan pengambilan keputusan, cara
memerintah, cara memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat
bawahan, cara membimbing dan mengarahkan, cara menegakkan disiplin, cara
mengendalikan dan mengawasi pekeraan bawahannya, cara memimpin rapat, cara
menegur dan memberikan hukuman (Nawawai, 2003). Teori Perilaku ini bertolak
belakang dengan Teori Great Man (Teori Orang Hebat) yang mengatakan seorang
pemimpin adalah dibawa dari lahir dan tidak dapat dipelajari. Teori Perilaku ini
menganggap bahwa kepemimpinan yang sukses adalah didasarkan pada perilaku yang
dapat dipelajari dan bukan hanya dari bawaan sejak lahir.
4) Teori Kontingensi
Teori ini menyatakan bahwa tidak ada cara yang paling baik untuk memimpin dan
mnyatakan bahwa setiap gaya kepemimpinan harus didasarkan pada situasi dan
kondisi tertentu. Kondisi tersebut dari lingkungan yang dihadapi, dan tidak bisa satu
teori digunakan untuk semua keadaan. Berdasarkan teori ini, seseorang mungkin
berhasil tampil dan memimpin sangat efektif di kondisi, situasi dan tempat tertentu,
namun kinerja kepemimpinannya akan menurun apabila dipindahkan ke situasi dan
63
kondisi lain atau ketika faktor di sekitarnya telah berubah. Teori kontingensi ini juga
sering disebut dengan teori situasional.
Beberapa Model Teori Kontingensi atau Situasional yang terkenal diantaranya adalah
Teori Kepemimpinan Kontigensi Fiedler, Teori Kepemimpinan Situasional Hersey-
Blanchard, Teori Kepemimpinan Kontigensi Vroom-Yetten, Teori Kontingensi Path-
Goal Robert House dan Teori Kontigensi Strategis.
2. GAYA KEPEMIMPINAN
1) Gaya Kepemimpinan Otoriter
Yaitu gaya kepemimpinan dimana pengambilan keputusan dalam segala hal terpusat
pada seorang pimpinan. Para bawahan hanya berhak menjalankan tugas-tugas yang
diatur oleh pemimpin.
2) Gaya Kepemimpinan Demokratis
Yaitu suatu gaya kepemimpinan dimana dalam pengambilan keputusan untuk
kepentingan organisasi, seorang pimpinan mengikut sertakan atau bersama-sama
dengan bawahannya, baik diwakili oleh orang-orang tertentu ataupun berpartisipasi
secara langsung.
3) Gaya Kepemimpinan Delegatif
Yaitu gaya kepemimpinan dimana pimpinan mendelegasikan wewenang kepada
bawahan untuk mengambil keputusan secara penuh dalam mencapai tujuan yang
diinginkan perusahaan. Pimpinan sangat percaya kepada bawahannya, bahwa
bawahannya mampu melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan dengan baik.
4) Gaya Kepemimpinan Bebas
Yaitu gaya kepemimpinan yang lebih banya digunkan pada keputusan kelompok,
dalam hal ini pimpinan akan menyerahkan keputusan kepada keinginan kelompok
serta tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada bawahannya.
3. Effective Leadership
a. Keberhasilan seorang pemimpin tidak kalah pentingnya juga dipengaruhi oleh
kompetensi sang pemimpin mengenal tipe kepribadiannya dan tipe para
pendukungnya (staf). Untuk itu para manajer koperasi kredit agar bisa berhasil
hendaknya mengetahui, memahami dan menerapkan tipe-tipe kepribadian.
b. Menjadi pemimpin yang unggul dalam lingkungan kerja.
c. Memiliki kualitas kepemimpinan yang sejati yang mampu memotivasi team.
d. Mampu melakukan fungsi manager atau supervisor secara maksimal.
e. Menjadi pemimpin yang mampu melakukan Coaching terhadap bawahan.
f. Mampu menciptakan unsur FUN dalam kepemimpinan.
g. Menguasai 6 Emotional Needs yang mampu memberdayakan orang yang dipimpin.
h. Menguasai berbagai tools memimpin secara efektif dan membawa pengaruh positif.
i. Menjadi mahir dalam membina hubungan dalam lingkungan kerja.
j. Mampu mengembangkan jaringan yang luas.
k. Menguasai teknik-teknik komunikasi yang efektif sebagai seorang pemimpin.
l. Memiliki kepribadian yang menarik agar disukai banyak orang.
m. Kemampuan mengenali tipe kepribadian diri sendiri dan orang lain.
n. Mengerti cara melakukan pendekatan yang tepat ke berbagai macam orang.
o. Mengetahui cara memimpin dan mengatasi orang yang sulit diatur.
p. Membangun kerjasama dan performance team yang solid.
64
4. Cerita Sukses Kepemimpinan
Eleanor Roosevelt pernah berkata, “seorang pemimpin yang baik meginspirasi orang-
orang untuk memiliki kepercayaan diri dalam diri mereka”.
Kisah Mc’Donald
Tahun 1937-an, masyarakat Amerika mulai gandrung dengan mobil, kakak beradik Dik
& Mor berinovasi dengan membuka kedai khusus yang bisa memesan dari mobil. Bisnis
meraih sukses besar. Menu andalan adalah hot-dog, gorengan (french fries), burger, roti
sandwich, coca cola dan aneka salad. Bisnis ini meledak, bahkan antrian semakin
panjang hingga keluar pintu. Inovasi dilakukan yaitu dengan menghapus pesanan dari
mobil, fokus pada walk-up customer, mengurangi daftar menu, fokus pada hamburger.
Perubahan menjadi berita di media, dan mereka mendapatkan iklan gratis.
Tahun 1955, usaha mereka stagnant, omsetnya tetap, dan banyak pendatang-pendatang
baru yang meniru. Akhirnya usaha itu mengalami kemunduran. Adanya Ray Kroc yan
menungkan semua konsep yang ada di kedua kepala kakak beradik itu ke dalam sebuah
manual tertulis McDonald’s system. Manual itu dibeli dan ia pun mendapat hak untuk
memperluas bisnis McDonald’s dengan konsep franchise. Dalam tempo 4 tahun, Ray
Kroc berhasil membuka 100 cabang McDonald’s tanpa modal sama sekali. Semuanya
dibiayai oleh para franchise. Bekerja dengan leadership bukan semata-mata
entrepreneurship, diawali dengan melakukan pendelegasian dan mulai menggunakan
orang lain sebagai staf.
Karakteristik kepemimpinan Ray Kroc:
1. Memiliki visi besar
Ketika Ray Kroc pertama kali melihat multi-mixer di restoran McDonald Bruder, ia
membayangkan 8 dari restoran berputar keluar dari burger yang segera
menghasilkan aliran uang tunai. Pemimpin adalah orang yang punya visi dan ketika
mereka melihat sebuah situasi tertentu, mereka melihat potensinya. Mereka melihat
apa hal-hal bisa terjadi. Anda harus memiliki visi sebagai seorang pemimpin juga;
untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan.
Ray Kroc memiliki obsesi untuk kebersihan di restoran dan dia tahu setiap detail
sudut di restoran tersebut. Dia mengharapkan bahwa setiap karyawan melakukan
yang terbaik setiap selama berkarya.
Ciri pemimpin besar adalah: berkomitmen untuk setiap detail rencana dan kegiatan
Anda dan seterusnya. Komitmen Anda untuk hal ini adalah komitmen Anda pada
keunggulan dan itu akan membuat Anda memiliki takik di atas pesaing Anda.
Terlebih lagi, memiliki komitmen untuk keunggulan juga akan memaksa pengikut
Anda untuk hidup dengan standar yang sama seperti Anda. Bila Anda menetapkan
standar dengan contoh pribadi Anda, Anda dapat mengharapkan untuk membangun
sebuah organisasi yang besar.
65
Perilaku Pemimpin yang Efektif:
1. Memberikan contoh kepada para karyawan
2. Menciptakan suatu tatanan nilai dan keyakinan bagi para karyawan dan dengan
bergairah mengejarnya.
3. Memfokuskan upaya para karyawan terhadap tujuan yang menantang dan terus
mengarahkan mereka kepada tujuan tersebut.
4. Menyediakan sumberdaya yang dibutuhkan karyawan untuk mencapai tujuan
mereka.
5. Menghargai dan mendukung para karyawan.
6. Berkomunikasi dengan para karyawan.
7. Menghargai keragaman para pekerja.
8. Merayakan keberhasilan para pekerja.
9. Mendorong kreativitas di antara para pekerja.
10. Mempertahankan selera humor.
11. Menatap terus masa depan.
5. Langkah-langkah dalam Pengambilan Keputusan
a. Mendefinisikan masalah (mengenal persoalan) yaitu menetapkan apa yang menjadi
persoalan terjadinya penyimpangan.
Persoalan (problem) adalah sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan yang diinginkan/
diharapkan. Kita harus berusaha mencari pemecahan yang baik bagi suatu persoalan
yang tepat (benar). Maka dari itu, dalam membuat keputusan untuk memecahkan
persoalan harus bisa menemukan persoalan apa yang perlu dipecahkan/diselesaikan.
b. Menentukan pedoman pemecahan masalah seperti mencari rambu-rambu yang tepat
untuk memecahkan penyebab masalah.
Memecahkan persoalan berarti suatu keputusan atau tindakan untuk menghilangkan
faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya persoalan tersebut. Perlu dikumpulkan
data atau informasi yang relevan artinya faktor-faktor yang mungkin terjadi penyebab
timbulnya persoalan tersebut.
c. Mengidentifikasi alternatif di mana pilihan pemecahan sedapat mungkin harus
dimunculkan.
Tahap berikutnya adalah membuat solusi alternatif yang akan menjawab kebutuhan
yang ada dan memperbaiki sebab-sebab yang mendasarinya. Alternatif-alternatif
66
keputusan dapat dianggap sebagai alat untuk mengurangi perbedaan antara kinerja
organisasi saat ini dan kinerja organisasi yang diharapkan.
d. Mengadakan penilaian terhadap baik buruknya alternatif dengan cara atau model
tertentu.
Setiap alternatif harus dianalisis, harus dievaluasi baik berdasarkan suatu kriteria
tertentu atau prioritas. Hasil analis memudahkan pengambil keputusan di dalam
memilih alternatif yang baik.
e. Menilai alternatif yang terbaik dengan standar ukuran tertentu.
Di dalam pengambilan keputusan, pengambil keputusan harus memilih salah satu
alternatif di antara banyak alternatif. Pemilihan dapat dilakukan berdasarkan pada
kriteria tertentu, kompromi, atau tekanan. Memang harus diakui ada hasil keputusan
yang memuaskan semua pihak tetapi ada juga yang merugikan pihak lain.
f. Mengimplementasikan alternatif yang dipilih, yaitu penerapan keputusan beserta
resiko dan konsekuensinya agar dipertimbangkan.
Tahap penerapan adalah tahap dimana kemampuan manajerial, administratif, dan
persuasif yang dimiliki manajer akan digunakan untuk menjamin bahwa alternatif
terpilih akan dijalankan. Penerapan dapat menuntut adanya diskusi dengan orang-
orang yang akan terkena dampak dari keputusan yang bersangkutan. Keahlian dalam
berkomunikasi, memotivasi dan memimpin harus digunakan untuk mewujudkan
keputusan ini.
g. Evaluasi dan umpan balik
Pada tahap evaluasi, para pengambil keputusan akan mendapatkan informasi tentang
seberapa baiknya mereka menerapkan keputusan yang telah mereak ambil dan apakah
penerapan ini efektif dalam mencapai tujuan mereka. Umpan balik adalah hal yang
penting karna pengambilan keputusan adalah proses yang berkelanjutan dan tidak
pernah berakhir. Umpan balik adalah bagian dari pengawasan yang menilai apakah
manajer perlu mengambil keputusan baru atau tidak.
Keputusan stategis selalu dari risiko, tetapi umpan balik dan tindakan lanjutan dapat
membantu suatu perusahaan kembali ke jalannya. Dengan belajar dari kesalahan
mereka dapat mengambil keputusan, para manajer dapat mengubah masalah menjadi
peluang.
67