Anda di halaman 1dari 5

Devan Adius Faroqi

16042113

1. Kekuasaan dan Kewenangan

Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut


kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Kekuasaan biasanya
berbentuk hubungan, ada yg memerintah dan ada yg diperintah. Manusia berlaku
sebagai subjek sekaligus objek dari kekuasaan. Contohnya Presiden, ia membuat UU
(subyek dari kekuasaan) tetapi juga harus tunduk pada UU (objek dari kekuasaan).
Kekuasaan dapat berarti kekuasaan golongan, kekuasaan raja, kekuasaan pejabat
negara. Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan
tersebut.
Ciri-Ciri Kekuasaan, yaitu :
1. Mengendalikan orang lain
2. Orang mampu mengontrol pihak lain, tetapi ada perlawanan.
3. Dalam menggunakan kekuasaan selalu ada konflik sosial.
4. Siapa yang memiliki sosial resources pastilah menang .
5. Tetapi sesuatu yg dikeluarkan blm tentu mendapatkan seperti yang diinginkan,
karena ada mekanisme kompromi.
Bentuk-Bentuk Kekuasaan :
1. Influence, kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar mengubah sikap
2. Persuasion, kemampuan meyakinkan orang lain dengan argumentasi
3. Manipulasi, penggunaan pengaruh, dalam hal ini yang dipengaruhi tidak
menyadari tingkahlakunya mematuhi pemegang kekuasaan.
4. Coercion,(ancaman paksaan) yang dilakukan seseorang atau kelompok
terhadap pihak lain agar berperilaku sesuai dengan kehendak pemilik
kekuasaan.
5. Force, penggunaan tekanan fisik, membatasi kebebasan menimbulkan rasa
sakit agar melakukan sesuatu.
Kewenangan (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau
memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai
tujuan tertentu. Kewenangan biasanya dihubungkan dengan kekuasaan. Penggunaan
kewenangan secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi efektevitas organisasi.
Kewenangan digunakan untuk mencapai tujuan pihak yang berwenang. Karena itu,
kewenangan biasanya dikaitkan dengan kekuasaan.
Kekuasaan dan wewenang banyak dari kita yang sulit untuk membedakan
atau kita menyamakan keduanya dengan arti yang tidak jauh berbeda dan tidak
memiliki banyak perbedaan, namun sebenarnya antara kekuasaan dan wewenang
memilki pengertian yang jauh berbeda walaupun ada sedikit persamaan. Seperti
kekuasaan yang merupakan kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang
lain dengan maksud kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu
atau kelompok perbedaan ada pada kata hak dan kemampuan, jika dalam wewenang
kita dapat menggunakan hak kita untuk memerintah dan mengatur orang lain
sedangkan dalam kekuasaan ,kita memang memiliki kemampuan untuk mengatur
atau memerintah orang lain. Wewenang dapat kita artikan sebagai hak untuk
melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu agar mencapai tujuan tertentu

2. Distribusi dan Peralihan Kekuasaan


Distribusi kekuasaan adalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang
ditujukan untuk menganalisis suatu kejadian dalam pembagian keputusan terpusat
pada sekelompok orang kecil. Dalam sebuah ketatanegaraan tidak jarang terjadi
pemusatan kekuasaan pada satu tangan, sehingga terjadi pengelolaan sistem
pemerintahan yang dilakukan secara absolud atau otoriter, misalnya dalam bentuk
Monarki dimana kekuasaan berada ditangan seorang raja. Untuk menghindari hal
tersebut perlu adanya pembagian/pemisahan kekuasaan, sehingga terjadi kontrol dan
keseimbangan diantara lembaga pemegang kekuasaan.
Ada tiga model distribusi kekuasaan yaitu :
1. Model Elitis
Model Elitis merupakan model distribusi kekuasaan yang beramsumsi bahwa
kekuasaan itu selalu bersifat timpang, dimana ada sedikit yang berkuasa yang disebut
elit dan sebagian besar orang yang dikuasai. Model ini biasa terdapat pada
masyarakat yang tradisional;
2. Model Populis (individu)
Model Populis merupakan distribusi kekuasaan yang melibatkan partisipasi rakyat
dalam jumlah yang sebanyak mungkin. Model ini beramsumsi bahwa setiap individu
memiliki hak politik yang sama.
3. Model Pluralis
Model ini merupakan model pendistribusian kekuasaan yang melibatkan berbagai
kelompok dalam masyarakat. Model ini lebih bertumpuk pada kekuatan-kekuatan
kelompok kepentingan dalam masyarakat.

3. Perihal Legitimasi
Kewenangan seseorang belum lengkap jika seseorang belum mendapatkan
legitimasi. Legitimasi merupakan penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap
hak moral pemimpin untuk memerintah, membuat, dan melaksanakan keputusan
politik. Secara garis besar legitimasi merupakan hubungan antara pemimpin dengan
yang dipimpin, hubungan itu lebih ditentukan oleh yang dipimpin karena penerimaan
dan pengakuan atas kewenangan hanya berasal dari yang diperintah. Secara umum
alasan utama mengapa legitimasi menjadi penting bagi pemimpin pemerintahan.
Pertama, legitimasi akan mendatangkan kestabilan politik dari kemungkinan-
kemungkinan untuk perubahan sosial. Pengakuan dan dukungan masyarakat terhadap
pihak yang berwenang akan menciptakan pemerintahan yang stabil sehingga
pemerintah dapat membuat dan melaksanakan keputusan yang menguntungkan
masyarakat umum. Pemerintah yang memiliki legitimasi akan lebih mudah mengatasi
permasalahan daripada pemerintah yang kurang mendapatkan legitimasi.

4. Konsep Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari
proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di
antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu
menghasilkan satu pilihan final. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau
suatu opini terhadap pilihan. pengambilan keputusan itu adalah suatu cara yang
digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu
masalah dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.
Dasar Pengambilan Keputusan
Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar pendekatan dari
pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu :
1. Intuisi
Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat
subjektif sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan
intuisi ini mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan.
2. Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan
praktis, karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat
diperhitungkan untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang
memiliki banyak pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan
akan tetapi, peristiwa yang lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.
3. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat,
solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan
keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan
yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
4. Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan
terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang
lebih rendah kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga
memiliki kelebihan dan kekurangan.
5. Logika/Rasional
Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional
terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada
pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan
bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau
nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran
atau sesuai dengan apa yang diinginkan.

5. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan


Untuk menentukan pilihan dari berbagai teori pengambilan keputusan baik itu
rasional, inkremental atau pengamatan terpadu dengan beberapa alternatif pilihan
yang tersedia. Tentu masing-masing harus mempunyai dasar (nilai-nilai, norma-
norma, atau pedoman tertentu) yang digunakan sebagai landasan dalam menentukan
pilihan teori yang tepat.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan sebagai berikut:
1) Hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun
rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;
2) Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan
organisasi;
3) Setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan
kepentingan orang lain;
4) Jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
5) Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini
kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;
6) Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama;
7) Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil
yang baik;
8) Setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah
keputusan yang diambil itu betul; dan
9) Setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan
berikutnya.

Sumber:
Budiardjo, M. (2015). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Anda mungkin juga menyukai