Anda di halaman 1dari 12

BAB VII

PEDOMAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

A. Pengertian
1. Bahan-bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang selama
pembuatannya, pengolahaannya, pengangkutannya, penyimpanan, dan
penggunaannya mungkin menimbulkan atau membebaskan debu-debu,
kabut, uap-uap, gas-gas, serat atau radiasi mengion yang mungkin
menimbulkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, mati lemas, keracunan
dan bahaya-bahaya lain, dalam jumlah yang memungkinkan menimbulkan
gangguan kesehatan orang yang bersangkutan dengannya atau
menyebabkan kerusakan pada barang-barang atau harta benda
2. Bahan-bahan beracun adalah bahan kimia yang dalam jumlah relatif kecil
berbahaya bagi kesehatan bahkan juga jiwa manusia. Bahan-bahan
demikian dipergunakan, diolah dan dipakai serta dihasilkan oleh pekerjaan
3. Pengadaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah proses
pengadaan bahan berbahaya dan beracun yang dilaksanakan oleh
Instalasi Farmasi Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan berdasarkan kebutuhan pengguna (user)
4. Material Safety Data Sheet atau Lembar data Pengaman (MSDS/LDP)
adalah lembar petunjuk berisi informasi tentang fisika kimia dari
bahan berbahaya, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan
dan tindakan khusus, yang berhubungan dengan keadaan darurat dalam
penanganan bahan berbahaya. MSDS ini dikeluarkan oleh pabrik atau
supplier
5. Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah kegiatan
meyimpan yang dilakukan oleh Instalasi faramasi dengan maksud
menjamin agar bahan- bahan tersebut tidak bereaksi dengan bahan-
bahan lain serta memenuhi syarat- syarat penyimpanan
6. Kontaminasi adalah proses tertumpahnya specimen bahan-bahan
berbahaya dan beracun ke lingkungan yang dapat menyebabkan
kecalakaan kerja
7. Penanggulangan adalah upaya penanganan suatu bahan-bahan
berbahaya dan beracun agar bahan-bahan tersebut tidak bereaksi
dengan bahan-bahan lain dan menjaga agar bahan-bahan tersebut tidak
menimbulkan bahaya

B. Penggolongan
1. Bahan-bahan berbahaya
Bahan-bahan berbahaya dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Bahan-bahan yang dapat terbakar. Bahan-bahan ini biasanya
dikelompokkan lagi menjadi bahan yang dapat terbakar, bahan yang
mudah terbakar dan bahan yang terbakar spontan di udara. Tingkat
bahayanya ditentukan oleh titik leburnya, makin rendah titik lebur
makin berbahaya bahan tersebut. Titik lebur suatu cairan adalah
suhu yang terdapat pada cairan menyebabka terbentuknya uap
dengan cukup cepat dalam campuran udara dekat permukaan atau di
dalam bencana yang dipergunakan untuk wadah.Cairan- cairan
dengan titik lebur rendah harus dipergunakan dengan penuh
kewaspadaan atau tidak dipergunakan sama sekali
b. Bahan-bahan beracun. Bahan-bahan ini dapat diklasifikasikan lebih
lanjut menurut sifat-sifat khususnya seperti debu-debu yang
berbahaya, debu-debu beracun melalui kontak kulit, berbahaya jika
termakan, atau terminum atau terhirup, tertelan, gas-gas beracun,
gas tidak berbau, uap-uap yang berbahaya, dan bahan-bahan yang
kontak dengan air atau asam atau pada pengaruh bahan-bahan lain
2. Bahan-bahan beracun
Bahan-bahan beracun banyak terdapat dalam bentuk padat, cairan,
gas, uap, kabut, awan dan asap. Keracunan terjadi sebagai akibat
penghirupan melaui pernafasan, pencernaan melalui makan dan minum,
dan peresapan melalui kulit. Organ-organ yang dikenai bergantung pada
jenis racun, jalan masuk ke dalam tubuh, sifat kimiawi bahan-bahan dan
faktor-faktor pada tenaga kerjanya. Keracunan dapat tejadi mendadak
(akut) dan menahun (kronis) tergantung dari hubungan dosis dan waktu.
Sebab-sebab keracunan pada umumnya dapat digolongkan sebagai
berikut :
a. Racun-racun logam dan persenyawaannya yaitu timah hitam, air
raksa, arsen, mangan, nikel dan krom, serta persenyawaan-
persenyawaannya
b. Racun-racun metalloid dan persenyawaannya, seperti pospor,
sulfur, dan lain-lain, serta persenyawaannya
c. Racun-racun bahan organik, seperti derivate-derivate, arang batu,
halogen, hidrokarbon, alcohol, ether, aldehid, keton, insektisida fosfor
organik, dan lain-lain
d. Racun-racun gas seperti asam sianda, asam sulfide,
karbonmonoksida

C. Pemasangan label dan tanda


Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan-
tulisan peringatan pada wadah untuk bahan berbahaya adalah tindakan
pencegahan esensial. Ketika bahan kimia sedang diproduksi, tenaga kerja
biasanya mempraktekkan usaha keselamatan kerja dengan baik, mengenai
bahan-bahan kimia dalam botol, kaleng atau wadah lainnya, biasanya
tenaga kerja yang mengolahnya belum mengetahui sifat bahaya bahan
tersebut. Oleh karena itu pemberian keterangan, label dan tanda pada bahan
tersebut sangatlah penting.
Peringatan bahaya dengan pemberian lambang-lambang merupakan
suatu syarat penting perlindungan, namun hal ini tidak dapat memberikan
perlindungan secara lengkap jika tidak disertai dengan usaha-usaha
keselamatan terhadap keberadaan bahan berbahaya dan beracun tersebut.

D. Pengadaan
1. Macam pengadaan bahan
Macam-macam pengadaan bahan berbahaya dan beracun yang
dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi di Unit Pengadaan RSIA Sitti Khadijah
III Mamajang adalah :
Table 1. Jenis B3

No. Cair Padat Gas


1 Brand spiritus Formalin tab NO2
2 Hydrogen peroksia Kaporit 70 % O2
3 Insektisida/Baygon Presept
4 Etanol/alcohol
5 Sitostatika
2. Prosedur pengadaan
Pengadaan Bahan Berbahaya dan Beracun sudah diatur sesuai dengan
prosedur di bagian Instalasi Farmasi dan Unit Pengadaan/Logistik RSIA
Sitti Khadijah III.

E. Penyimpanan
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) harus disimpan secara tepat dan
perlu dijamin agar bahan-bahan berbahaya tersebut tidak bereaksi dengan
bahan-bahan lain yang disimpan, dan juga perlu dijaga agar bahan-bahan
yang dapat menimbulkan bahaya seperti bahan explosive, obat narkotika, dan
lain-lain.
Untuk pengamanan suatu bahan dengan bahaya lebih dari satu
macam, segenap bahaya harus diperhatikan dan diamankan. Fasilitas
dan prosedur penyimpanan harus menampung keselamatan dari seluruh
kemungkinan bahaya yang ditimbulkan Ketentuan penyimpanan Bahan
Berbahaya dan Beracun sebagai berikut :
1. Bahan-bahan yang mudah terbakar
Suatu bahan/gas dipandang mudah terbakar apabila bahan itu menyala
bila bersentuhan dengan udara atau Oksigen. Hydrogen, propan, butan,
etilen, hydrogen sulfide merupakan gas-gas yang dapat terbakar. Bahan
yang mudah menyala harus disimpan di tempat yang cukup sejuk untuk
mencegah nyala api manakala uapnya bercampur dengan udara.
Daerah penyimpanan harus jauh dari setiap sumber panas atau
bahaya kebakaran. Pemadam api yang memadai harua tersedia dan
di daerah sekitar tidak diperkenankan merokok
2. Bahan-bahan beracun
Uap bahan beracun masuk kedalam udara sehingga perlu adanya
tempat yang memiliki pertukaran udara yang baik, tidak terkena sinar
matahari langsung. Bahan-bahan yang dapat bereaksi satu sama lain
ditempatkan secara terpisah.
3. Syarat penyimpanan
Selain cara-cara penyimpanan yang diterangkan di atas, masih perlu
diperhatikan syarat penyimpanan sebagai berikut :
a. Penyimpanan/segera mengetahui terjadinya kebocoran
b. Tenaga kerja yang berhubungan dengan B3 tidak dibenarkan
mempunyai kelainan penglihatan, pendengaran atau penciuman
c. Mereka yang memasuki daerah penyimpanan bahan yang mudah
terbakar harus dilarang merokok
d. Harus diperhatikan kebersihan lingkungan sekitarnya
e. Harus disediakan alat pemadam api ringan

F. Penanggulangan kontaminasi
1. Upaya keselamatan kerja
a. Kontak dengan bahan korosif harus ditiadakan atau kemungkinannya
ditekan sekecil mungkin. Kontak tersebut khususnya terhadap kulit,
selaput lender dan mata
b. Ventilasi umum dan setempat harus memadai
2. Penanggulangan kontaminasi

No. Nama B3 Pemapara Gejala akut Penanganan kontaminasi


1. Hydrogen n
Mata Nyeri pada mata  Segera dicuci dg air sebanyak-
peroksida dan lacrimasi banyaknya
Saluran Iritasi saluran  Segera pindahkan korban dari
nafas nafas bagian lokasi kecelakaan ke tempat
atas berudara segar
 Diberi minum air/susu yang
Kerusakan banyak
Saluran oesophagus  Dibutuhkan pengenceran lebih
cerna dan lambung kurang 100 kali sampai tidak
berbahaya bagi jaringan.
 Untuk menghilangkan rasa sakit
diberi morfin sulfat 5-10 mg tiap
4 jam atau sesuai kebutuhan
 Jika terjadi asphyxia dibantu
dengan O2
 Jika terjadi shock diberi dextrose
2. Formalin Mata Iritasi mata  5% ataumata
Pelupuk NaCldibuka,
Jika terjadi
dialiri pada
anggotaair mengalir Diupayakan
dengan
Saluran Iritasi tubuh tertutup
agar seluruh , tanggalkan
formalin bisa keluar
cerna selaput pakaian korban dan mandikan
dari tubuh korban dengan segera
mukosa korban dg air sebanyak-
banyaknya
Eritema dan
vesikel

Kulit
Tabel : penanggulangan kontaminasi B3 bentuk cair
Kulit Iritasi kulit Jika terjadi pada anggota tubuh
tertutup, tanggalkan pakaian
korban,mandikan korban dg air
sebanyak- banyaknya

3. Etanol/ Mata Iritasi mata  Pelupuk mata dibuka, dialiri


alcohol dengan air mengalir
 Upayakan agar semua etanol
Saluran cerna Iritasi selaput dpt dikeluarkan atau dikeluar
mukosa kan dari tubuh korban dengan
segera
 Jika terjadi pada anggota tubuh
tertutup, tanggalkan pakaian
Kulit Iritasi kulit korban,mandikan korban
dengan air sebanyak-
4. Baygon Mata Iritasi mata  Pelupuk
banyaknya
mata dibuka, dialiri
Segera
dengan pindahkan
air mengalir,
korban
15 menit
dari
lokasi kecelakaan
Upayakan ke tempat
agar semua dpt
Saluran nafas
Pencernaan saluran
Iritasi mukosa berudara segar
dikeluarkan dari tubuh korban
nafas bagian atas dengan segera, minum susu
atau air
 Jika terjadi pada anggota tubuh
tertutup, tanggalkan pakaian
Kulit Iritasi kulit korban,mandikan korban dg
sabun dan siram air sebanyak-
banyaknya,15 menit Segera
pindahkan korban dari lokasi
kecelakaan ke tempat berudara
segar
Pernafasan Iritasi saluran nafas
5. Metanol/B Mata Iritasi mata  Pelupuk mata dibuka dialiri
rands dengan air mengalir selama 15
spiritus menit
Saluran cerna Iritasi selaput  Upayakan agar semua cairan
mukosa dapat dikeluarkan atau
dikeluarkan dari tubuh korban
dengan segera dan minum air
putih
Kulit Iritasi kulit  Jika terjadi pada anggota tubuh
tertutup, tanggalkan pakaian
6. Presept Mata Iritasi mata  Pelupuk
korban, mandikan korban dg
mata dibuka dialiri
(Triclosene sabun dan
dengan air air sebanyak-
mengalir , 15 menit
Sodium)/K Saluran cerna Iritasi selaput  Jangan
banyaknya
rangsang untuk
Segera pindahkan korban dari
lorine Pernafasan
Kulit Iritasi
mukosa saluran muntah
lokasi cuci
kecelakaan ke tempat
mulut dengan air,
nafas bagian atas berudara segar500 cc air atau
beri air minum
susu
 Jika terjadi pada anggota tubuh
Pernafasan Iritasi kulit tertutup, tanggalkan pakaian
korban, mandikan korban
dengan air sebanyak-
banyaknya
 Segera pindahkan korban dari
lokasi kecelakaan ke tempat
Iritasi saluran berudara segar
nafas
7. Natrium Inhalasi Iritasi, pusing jika  Bawa korban ke tempat yg
hidroksida menghirup NO2 segar dan istirahatkan, jika
(NO2) murni dalam perlu bawa ke IGD
jumlah b esar  Siram dengan air hangat
Melepuh atau (30°-40°C) pada bagian kulit
Kulit luka beku yang terbakar atau terluka,
jika perlu bawa ke IRD
Penglihatan  Bilas dengan air bersih atau
kabur dan iritasi NaCl 15 menit, jika perlu
Mata bawa ke IGD

8 Kaporit Mata Iritasi mata  Pelupuk mata dibuka dialiri dg


air mengalir , 15 menit
Saluran cerna Iritasi  Jangan rangsang untuk
selaput
muntah cuci mulut dengan air,
mukosa
beri air minum 500 cc air atau
susu
 Jika terjadi pada anggota tubuh
Kulit
tertutup, tanggalkan pakaian
Iritasi kulit
korban, mandikan korban dg air
sebanyak- banyaknya
 Segera pindahkan korban dari
lokasi kecelakaan ke tempat
berudara segar
Pernafasan
Iritasi saluran
nafas
9. Oksigen Inhalasi Iritasi, pusing jika  Bawa korban ke tempat yg
menghirup O2 segar dan istirahatkan, jika
murni dalam perlu bawa ke IGD
jumlah besar  Siram dengan air hangat
Melepuh atau (30°-40°C) pada bagian kulit
Kulit luka beku yang terbakar atau terluka,
jika perlu bawa ke IGD
 Bilas dengan air bersih atau
NaCl selama 15 menit, jika
Mata Penglihatan perlu bawa ke IGD
kabur dan iritasi
10. Sitostatika Mata Tanggalkan sarung tangan.
Segera rendam dan bilas mata
terbuka dengan air hangat
selama5 menit. Buka mata
dengan tangan dan cuci mata
terbuka dengan NaCl
0,9%.
Tanggalkan pakaian
Kulit pelindung Tanggalkan
sarung tangan. Bilas kulit
dengan air hangat. Bila
kulit tidak robek, seka
area dengan kasa yang
dibasahi dengan
larutan Chlorin 5%. Bila
kulit robek dengan
larutan H2O2 3%.
Tanggalkan seluruh
pakaian pelindung.
Tertusuk jarum. Jangan
segera mengangkat
jarumnya, tarik kembali
plunger untuk
menghisap
obat-obat yang mungkin
telah terinjeksi, angkat
jarum dari kulit.
Tanggalkan sarung
tangan dan bilas dengan
air hangat

Anda mungkin juga menyukai