Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Observasi Jamur yang telah kelompok kami lakukan telah melibatkan dua orang
pengusaha jamur yang membudidayakan jamur dengan cara mandiri, sederhana, dan inovatif.
Berdasarkan pada hasil observasi yang telah dibahas maka berikut ini adalah pembahasan
observasi jamur dari kedua pengusaha :

1. Bapak Sutrisman (Ketua RT Dusun Desel Rt 01/04, Sadeng, Gunung Pati,


Semarang)

Kelompok kami melakukan observasi langsung ke rumah Bapak Sutrisman.


Rumah Bapak Sutrisman berada di Dusun Desel Rt 01/04 , Sadeng, Gunung Pati,
Semarang, Jawa Tengah. Bapak Sutrisman adalah seorang ketua RT. Beliau memulai
budidaya jamur baru 3 bulan yang lalu. Budidaya Jamur ini bertujuan untuk
meningkatkan peran aktif dusun Desel menjadi desa tematik. Sehingga secara tidak
langsung akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya produktivitas warga.
Bapak Sutrisman mendapatkan banyak pengetahuan tentang budidaya jamur dengan cara
mengikuti pelatihan diberbagai daerah di Jawa Tengah bahkan ke daerah Jawa Timur
seperti daerah Kediri. Jamur yang dibudidayakan oleh Bapak Sutrisman adalah jenis
jamur tiram dan jamur kuping. Namun untuk jamur tiram Bapak Sutrisman baru mencoba
beberapa log dari sekian banyak log di tempat budidaya. Bapak Sutrisman lebih focus
mengembangkan budidaya jamur kuping, jamur kuping lebih banyak diminati untuk obat
penyakit jantung. Pasar yang dituju oleh Bapak Sutrisman adalah beberapa apotek
disekitar daerah Gunung Pati. Beberapa apotek tersebut telah memesan jamur kuping dari
Bapak Sutrisman yang dapat panen setiap 15 hari. Perawatan yang dilakukan oleh Bapak
Sutrisman dengan cara 4 kali penyemprotan dengan air sedikit demi sedikit rutin setiap
pagi dan sore hari untuk tetap menjaga kelembapan jamur. Media yang digunakan dalam
budidaya jamur ini adalah dengan menggunakan log. Bapak Sutrisman menggunakan
1000 log untuk budidaya jamur tiram dan kuping. Kondisi tempat budidaya juga perlu
diperhatikan kebersihannya dengan cara tetap menjaga kelembapan dan kesterilan
tempat. Kendala dalam budidaya jamur ini adalah ketelatenan dan kesabaran. Faktor-
faktor yang menjadi penentu hasil budidaya salah satunya adalah panas atau suhu dan
musim yang berlangsung. Panen dilakukan dengan cara melihat ciri-ciri morfologi dari
jamur terlebih dahulu yaitu dari ukuran dan tekstur kekenyalannya. Jika jamur
kekurangan air maka dapat mempengaruhi pertumbuhannya. Untuk mengetahui log yang
akan muncul jamur adalah dengan cara melihat ada perubahan warna putih dibagian log,
pada saat itulah Bapak Sutrisman akan menyobek atau menggunting plastic log sehingga
hifa putih yang telah muncul akan dapat tumbuh menjadi jamur dan menonjol keluar dari
log. Rata-rata hasil panen yang didapatkan setiap sekali panennya adalah 1 log dapat
menghasilkan 1 kg, maka dalam sekali panen Bapak Sutrisman mendapatkan 30
kg/panen.

2. Bapak Muhammad Mahrus (Ketua RT 02 RW 01 Desa Gogik)

Tempat budidaya jamur kedua yang kami kunjungi adalah budidaya jamur tiram
di Desa Gogik Rt 02 di daerah Ungaran Barat dekat dengan lokasi wisata alam air terjun
Semirang. Budidaya Jamur ini milik Bapak Muhammad Mahrus alumni dari Universitas
Tujuh Belas Agustus jurusan Teknik Kimia. Bapak Mahrus telah merintis usaha budidaya
jamur sudah beberapa tahun yang lalu, beliau merintis budidaya ini karena beliau ingin
merasakan pengalaman dan mencoba menjadi petani modern yang memanfaatkan
keadaan alam dan teknologi saintek yang ada. Pemikiran inilah yang memotivasi untuk
membudidayakan jamur tiram. Beliau merintis usaha pertama kali dengan mengubah
kandang ayam dipinggir sawah depan Balai Desa menjadi sebuah tempat budidaya jamur
yang sederhana. Bapak Mahrus memulai usaha dengan 15000 log jamur tiram. Pertama
kali panen untuk budidayanya Bapak Mahrus menunggu selama 40 hari. Sistem panen
yang dilakukan Bapak Mahrus berbeda dengan Bapak Sutrisman. Jika Bapak Sutrisman
melakukan panen secara serentak setiap 15 hari sekali maka berbeda dengan Bapak
Mahrus. Bapak Mahrus melakukan panen tidak dengan cara serentak namun dengan cara
kontinyu sebagian. Sehingga setiap 10 harinya Bapak Mahrus mendapatkan 20 kg jamur
tiram sekali panennya. Namun setiap minggunya Bapak Mahrus daapt melakukan panen
juga. Hal ini dipilih agar tetap memenuhi kebutuhan pasar yang harus ada setiap
minggunya. Penyetoran jamur tiram yang dilakukan Bapk Mahrus kepada para pedagang
sayur yang berada di pasar antara lain pasar-pasar disepanjang jalan raya Ungaran seperti
pasar Babadan, Ungaran, dll. Bapak Mahrus sangat memperhatikan kelembapan tempat
budidaya, bahkan beliau ingin berinovasi menciptakan serangkaian alat yang dapat
mengubah angin, air, cahaya, dan beberapa gas yang sering muncul dari jamur tiram,
menjadi sebuah teknologi baru yang menghasilkan kabut atau uap air sehingga walau
dalam musim kemarau kondisi jamur tetap dalam keadaan baik dan terjaga
kelembapannya. Sebab jamur yang terkontaminasi dapat berubah warna menjadi kuning
pucat, sehingga tidak aman untuk dikonsumsi. Bapak Mahrus hanya menggunakan log
untuk 4 sampai 5 kali panen saja, agar tetap terjaga kualitas jamur tiramnya. Bapak
Mahrus juga berpesan kepada kami untuk tetap mengembangkan ilmu yang kami dapat
sealam perkuliahan untuk lingkungan sekitar dan implementasi langsung kehidupan.
3. Pembuatan Log

Log yang digunakan untuk budidaya jamur terdiri dari :

1. Grajen kayu
2. Tetes tebu
3. Kapur
4. Bekatul
Kualitas log sangat menentukan kualitas jamur yang dihasilkan. Kualitas log yang
baik dapat dilihat dengan cara melihat kualitas jamur pada panen pertama yaitu jamur
tebal dan berwarna bersih mengkilap. Satu log dapat digunakan sebanyak 4 sampai 5 kali
panen. Log yang sudah tidak digunakan untuk budidaya dapat didaur ulang untuk
makanan cacing yaitu ternak cacing yang digunakan untuk memancing ikan. Satu log
dihargai Rp 2000.

Anda mungkin juga menyukai