Minyak biji karet atau Rubber Seed Oils (RSO) yang akan diolah menjadi
biodiesel diperoleh dengan cara pengepresan biji karet. Karakteristik RSO harus
diketahui terlebih dahulu terutama FFA dan titik didihnya. Titik didih tersebut
akan menentukan pada temperatur berapa pengaturan kondisi operasi peralatan itu
harus dilakukan. Pengaturan yang paling penting dilakukan adalah setting
temperatur reaksi harus di bawah titik didih RSO untuk mempertahankan
kondisinya tetap cair.
Beradasarkan uji laboratorium, diperoleh data kandungan dari RSO, antara
lain viskositas 5,19 cSt, densitas 0,9209 kg/l, kadar air 0,2%, FFA 6,66%, dan titik
didih 305 ℃ . Metanol yang digunakan dengan kemurnian minimum 99,8%
diperoleh di pasaran bebas. Pengaruh laju aliran pengisian metanol terhadap
produktivitas dapat diteliti pada temperatur reaksi yang sama, misalnya 290 ℃
. Pengaruh temperatur reaksi, yaitu 270, 275, 280, 285, dan 290 ℃ terhadap
produktivitas juga dapat diteliti pada laju aliran pengisian metanol yang sama.
Rasio molar yang divariasikan, yaitu pada rasio 140, 150, dan 160.
Operasi dari sebuah reaktor BCR secara umum untuk memproduksi
biodiesel melalui reaksi transesterifikasi non katalis dari trigliserida merupakan
reaksi yang kompleks karena terdiri dari beberapa proses seperti difusi gas.
Metanol tidak hanya sebagai reaktan, tetapi juga sebagai pengangkut gas yang
telah mempunyai hukum yang sama dengan uap di dalam proses distilasi uap.
Metil ester dan gliserol sebagai produk reaksi diekstrak oleh uap metanol
dan dipisahkan dari zona reaksi. Hal ini secara tidak langsung menyatakan bahwa
reaksi bergerak ke kanan dan menaikkan konversi laju reaksi. Reaksi kompleks
tergantung pada banyak parameter, termasuk laju aliran pengisian metanol,
temperatur dan tekanan reaksi, waktu reaksi dan karakteristrik dari feedstock, dan
semua komponen dalam campuran reaksi. Hasil yang diperoleh menyatakan
bahwa minyak biji karet yang mempunyai kadar FFA tinggi, yaitu berada di atas
2,5% dapat secara langsung diproses tranesterifikasi tanpa adanya reaksi
penyabunan dan dapat menghasilkan biodiesel tanpa harus mengalami proses
degumming, esterifikasi, maupun pencucian. Densitas, angka setana, titik tuang,
titik nyala, dan angka asam pada metode non katalis lebih baik dari pada
menggunakan metode katalis. Kelemahannya adalah residu karbon mikro yang
dikandung oleh biodiesel biji karet (B-100) tergolong masih cukup tinggi di atas
standar yang diizinkan. Kadar biodiesel yang optimum diperoleh pada rasio molar
160 dan temperatur reaksi 290 ℃ dimana menghasilkan kadar biodiesel
terbesar dan gliserol terkecil.