Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH

“Kadar Air Tanah”

OLEH :

NAMA : BAHAR RUDIN


STAMBUK : M1A1 14 011
KELOMPOK : 1 (SATU)
ASISTEN : 1. DAVIK
2. SARIFINA SALIHIN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2015
1. Latar Belakang

Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air tidak ada makhluk yang dapat

hidup. Begitu juga tanaman, salah satu unsur terbesar tanaman adalah air yaitu

berkisar anatara 90% untuk tanaman muda, sampai kurang dari 10% untuk padi-

padian yang menua sedangkan tanaman yang mengandung minyak, kandungan

airnya sangat sedikit. penyiraman harus dilakukan teratur agar tidak kekurangan.

Jika tidak disiram, tanaman akan mati kekeringan. Air merupakan bahan untuk

fotosintesis, tetapi hanya 0,1% dari total air yang digunakan untuk fotosintesis.

Air yang digunakan untuk transpirasi tanaman sebanyak 99 %, dan yang

digunakan untuk hidrasi 1 %, termasuk untuk memelihara dan menyebabkan

pertumbuhan yang lebih baik. Selama pertumbuhan tanaman membutuhkan

sejumlah air yang tepat.

Kandungan air dalam tanah dapat ditemukan dengan beberapa cara. Sering

dipakai istilah nisbi,seperti basa dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang

tidak pasti tentang kandungan air dan karena itu dapat ditafsirkan bermacam-

macam. Walaupun penetuan kandungan air tanah didasarkan pengukuran

gravimetrik, tetapi jumlah air lebih mudah dinyatakan dalam hitungan volumetrik

seperti nisbah air.

Di dalam tanah air berada pada ruang pori tanah, terikat pada padatan

tanah (baik organik maupun anorganik), serta menjadi komponen bahan mineral.

Air dapat ditahan matriks tanah akibat adhesi langsung molekul air ke permukan

tanah.
Kadar air tanah dinyatakan dalam persentase volume air terhadap volume

tanah. Dua fungsi yang saling berkaitan dengan penyediaan air bagi tanaman yaitu

memperoleh air dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan pada akar tanaman.

Penentuan kadar air atau analisa kadar air suatu bahan sangat penting

dilakukan guna mengetahui seberapa besar atau seberapa banyak persentase air

pada bahan pangan atau hasil pertanian karena salah satu medium tumbuh

mikroorganisme pada bahan adalah air sehingga untuk meminimalkan resiko yang

dapat ditimbulkan oleh mikroorganisme terhadap bahan pangan perlu dilakukan

analisa kadar air terhadap suatu bahan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu

dilakukan percobaan terhadap kadar air tanah.

2. Tujuan

Praktikum ini ditujukan untuk mengetahui berapa kadar air tanah dari dua

sampel tanah.

3. Dasar Teori

Perhitungan kadar air tanah menggunakan metode gravimetric. Metodenya

dilakukan dengan mengambil sampel tanah pada setiap perlakuan. Ambil cawan

petridish kemudian ditimbang dan tambahkan 20 gram tanah lalu dikeringkan

dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105o. Perhitungan kadar air di lakukan

pada kedalaman 0-10 cm, 10-20 cm (Khoiri, 2011).

Aplikasi bahan organik tidak berpengruh nyata terhadap kadar air tanah

pada pF 4.2. Meskipun demikian, terdapat sedikit peningkatan kadar air tanah

setelah perlakuan pupuk organik. Pengaruh bahan organik terhadap peningkatan


porositas tanah disamping berkaitan dengan aerasi tanah, juga berkaitan dengan

status kadar air dalam tanah (Zulkarnain, 2013).

Pori air tidak tersedia adalah pori tanah dengan garis tengah lebih kecil dari

0,2𝜇𝑚 yang setara dengan kadar air pada pF 4,2. Presentasi pori air tidak tersedia

merupakan air merupakan nilai kadar lengas pada pF 4,2 dikali berat volume

tanah (Putinella, 2011).

Analisis kadar air adalah usaha untuk mengetahui persentase air yang ada

dalam bahan baku pakan unggas. Biasanya bahan baku yang akan diuji

dikeringkan atau kadar air yang ada di dalam bahan baku dikeluarkan (diuapkan).

Selanjutnya ditimbang, dan ada perbedaan beberapa persen dengan bahan baku

sebelum dikeringkan (Murtidjo, 2006).

Kadar oksigen dalam tanah selalu berlawanan dengan kadar air dalam tanah.

Jika kadar air tinggi, kadar O2 akan rendah. Keberadaan O2 dalam tanah sangat

penting untuk respirasi sel-sel akar yang akan berkaitan dengan penyerapan unsur

hara (transpirasi aktif) (Kodoatie, 2010).

Kadar air di hitung dengan menggunakan berat air dan berat benda uji

kering, pada tanah berbutir halus (kohesif), konsistensi tanah yang diberikan

tergantung pada kadar airnya, sedangkan kadar air tanah yang berhubungan

dengan batas cair dan batas palstik digunakan untuk menyatakan konsistensi

relative atau indek kecairan (Anonim, 2008).


4. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu cawan petridish, timbangan,

oven, dan desikator.

Bahan yang digunakan adalah sampel tanah utuh dari sampel tanah.

5. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada pengamatan ini yaitu :

Menimbang cawan petridish kosong, kemudian

memasukkan tanah kering udara sebanyak 35 gram

Mengaduk campuran tanah dengan air dengan batang

pengaduk dengan baik untuk melenyapkan udara

Mengeringkan dalam oven dengan suhu 105oC selama

24 jam

Mengeluarkan sampel dari oven

Mendinginkan dalam desikator

Menimbang berat kering tiap sampel

Menghitung kadar air tiap sampel


6. Data Pengamatan

No. Sampel Tanah Berat Tanah Kering Oven Kadar Air Tanah

1 Lapisan I 27,3 g 0,29 g

2 Lapisan II 28,9 g 0,21 g

7. Pembahasan

Kadar air merupakan sejumlah air yang terkandung dalam suatu benda,

misalnya dalam praktikum ini adalah kelembaban tanah. Berdasarkan hasil

pengamatan, kadar air pada lapisan I lebih besar daripada lapisan II yaitu

sebanyak 0,29 gram.

Metode oven/pengeringan yang digunakan merupakan salah satu metode

pemanasan langsung dalam penetapan kadar air. Dalam metode ini bahan

dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air menguap yang ditunjukkan

oleh berat konstan bahan setelah periode pemanasan tertentu. Kehilangan berat

bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang terkandung. Metode ini terutama

digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap pemanasan yang agak tinggi.

Faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan kadar air suatu

bahan selain bahan baku, cara pengolahan bahan juga sangat berpengaruh pada

kandungan air suatu bahan, kelembaban udara juga dapat berpengaruh terjadinya

perbedaan kadar air pada suatu bahan serta suhu pengeringan bahan dapat juga

berpengaruh pada perbedaan kadar air bahan.

Air bagi tanaman merupakan bahan untuk fotosintesis, tetapi hanya 0,1%

dari total air yang digunakan untuk fotosintesis. Air yang digunakan untuk
transpirasi tanaman sebanyak 99 %, dan yang digunakan untuk hidrasi 1 %,

termasuk untuk memelihara dan menyebabkan pertumbuhan yang lebih baik.

Selama pertumbuhan tanaman membutuhkan sejumlah air yang tepat .Kebutuhan

air bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lainjenis tanaman dalam

hubungannya dengan tipe dan perkembangannya, kadar air tanah dan kondisi

cuaca peranan air bagi tumbuhan sangat besar diantaranya untuk pemakaian

evapotranspirasi ,di gunakan untuk proses asimilasi, sebagai pengangkut unsur

harav, sebagai pengatur tegangan sel, dan sebagai bagian dari tanamaan baik

sebagai penyusun jaringan, maupun sebagai penolonng sifat sifat bahan-bahan

penyusun jaringan tersebut.

Kekurangan air bagi tanaman dapat menyebabkan aktivitas prposes

aktivitas dan fisiologis tanaman terhambat bahkan tidak akan berjalan, tanaman

yang kekuirangan air akan menyebabkan tanaman layu dan akhirnya akan

menyebabkan kematian pada tanaman karena jaringan-jaringan tanaman tidak lagi

berfungsi dengan baik. Sedangkan kelebihan air pada tanaman akan meyebabkan

permukaan tanah tempat tanaman hidup akan lembab karena kelebihan air,

keaaadaan lembab tersebut akan memunculkan mikro organisme jamur yang akan

mengakibatkan tumbuhnya penyakit bagi tanaman.

8. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan kadar air tanah maka, dapat ditarik

kesimpulan kadar air pada lapisan I sebanyak 0,29 gram dan lapisan II sebanyak

0,21 gram.
9. Saran

Sebaiknya laboran mempersiapkan perlengkapan laboratorium yang cukup

agar pelaksanaan praktikum bisa lebih efektif dan efisien.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Cara Uji Penentuan Kadar Air Untuk Tanah dan Batuan. http//:
blogspot.com.html. Diakses tanggal 23 maret 2015.

Khoiri. A. 2011. Perubahan Sifat Fisik Berbagai Jenis Tegakan Kelapa Sawit.
Universitas Riau. Riau.

Kodoatie. R., dan Sjarief.R., 2010. Tata Ruang Air. CV. Andi Ruang. Yogyakarta.

Murtidjo.B., 2006. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

Putinella.J. A. 2011. Perbaikan Sifat Fisik Tanah Regosol dan Pertumbuhan


Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Universitas Pattimura. Ambon.

Zulkarnain.M., 2013. Pengaruh Kompos, Pupuk Kandang, dan Custom-Bio


terhadap Sifat Tanah, Pertumbuhan dan Hasil Tebu. Universitas
Brawijaya. Malang.
Analisis Data

a. Lapisan I

Dik : berat tanah kering udara = 35 g

berat tanah kering oven = 27,3 g

Dit : Kadar air

berat tanah kering udara−berat taah kering oven


Peny : Kadar air = berat tanah kering kering oven

35 g−27,3 g
= 27,3 g

7,7 g
= 27,3 g

= 0,29 g

b. Lapisan II

Dik : berat tanah kering udara = 35 g

berat tanah kering oven = 28,9 g

Dit : Kadar air

berat tanah kering udara−berat taah kering oven


Peny : Kadar air = berat tanah kering kering oven

35 g−28,9 g
= 27,3 g

6,1 g
= 28,9 g

= 0,21 g

Anda mungkin juga menyukai