Anda di halaman 1dari 6

Laporan kasus

Kolisistitis dan kolelitiasis

Putri Karlina, S.Ked

Nim: 17174088

PEMBIMBING :

dr. Hasmija, Sp. B

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH

RSUD DATU BERU TAKENGON

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga laporan kasus dengan judul “kolesistitis dan
kolelitiasis “ dapat selesai dengan baik dan tepat waktu. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih atas bantuan dan kerja sama yang telah
diberikan selama penyusunan laporan kasus ini kepada :
1. dr. Hardi Yanis, Sp. PD., FINASIM selaku direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Datu Beru Kota Takengon.
2. dr. Hj. Sawdahanum, Sp. PD, FINASIM selaku koordinator kepaniteraan klinik
Rumah Sakit Umum Daerah Datu Beru Kota Takengon.
3. dr. Hasmija, Sp.B selaku pembimbing kepaniteraan klinik ilmu Bedah Rumah
Sakit Umum Daerah Datu Beru Kota Takengon.
4. dr. Gusnarwin, Sp.B selaku pembimbing kepaniteraan klinik ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Daerah Datu Beru Kota Takengon.
5. Staf Rumah Sakit Umum Daerah Datu Beru Kota Takengon bagian Bedah dan
Teman-teman seperjuangan yang telah memberi dorongan dan motivasi.

Kami menyadari bahwa penyusunan laporan kasus ini masih jauh dari kata
sempurna sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan. Demikianlah semoga laporan kasus ini bermanfaat.

Takengon, 30 Maret 2019


Penulis

Putri karlina
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Istilah kolelitiasis dimaksudkan untuk penyakit batu empedu yang

dapat ditemukan didalam kandung empedu atau di dalam duktus koledokus

atau kedua-duanya.1

Prevalensi kolelitiasis berbeda-beda di setiap negara dan berbeda antar

setiap etnik di suatu negara. Prevalensi kolelitiasis tertinggi yaitu pada orang -

orang Pima Indians di Amerika Utara, Cili, dan ras Kaukasia di Amerika

Serikat. Sedangkan di Singapura dan Thailand prevalensi penyakit kolelitiasis

termasuk yang terendah.2 Perbaikan keadaan sosial ekonomi, perubahan menu

diet yang mengarah ke menu gaya negara Barat, serta perbaikan sarana

diagnosis khususnya ultrasonografi, mengakibatkan prevalensi penyakit

empedu di negara berkembang termasuk Indonesia cenderung meningkat.3

Walaupun kolelitiasis memiliki angka mortalitas yang rendah, namun

penyakit ini berdampak signifikan terhadap aspek ekonomi dan kesehatan

penderita.4 Diperkirakan lebih dari 20 juta orang di Amerika Serikat menderita

kolelitiasis.2 Kolelitiasis juga merupakan penyakit tersering dan termahal dari

seluruh penyakit digestif di Amerika Serikat, setiap tahun sekitar 1 juta orang

dirawat dan 700.000 orang menjalani kolesistektomi.5 Sekitar 2% dari dana

kesehatan Amerika Serikat dihabiskan untuk penyakit kolelitiasis dan

komplikasinya.6
Di Negara Asia prevalensi kolelitiasis berkisar antara 3% sampai 10%.

Berdasarkan data terakhir prevalensi kolelitiasis di Negara Jepang sekitar 3,2 %,


4
China 10,7%, India Utara 7,1%, dan Taiwan 5,0%. Angka kejadian kolelitiasis

dan penyakit saluran empedu di Indonesia diduga tidak berbeda jauh dengan angka

negara lain di Asia Tenggara.7 Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun

2010-2011 didapatkan 101 kasus kolelitiasis yang dirawat.8

Angka kejadian kolelitiasis sangat dipengaruhi oleh umur dan jenis

kelamin. Terdapat peningkatan kejadian kolelitiasis yang progesif berhubungan

dengan peningkatan usia seseorang.6 Di Amerika Serikat 5% - 6% populasi yang

berusia kecil dari 40 tahun menderita kolelitiasis, dan pada populasi besar dari 80

tahun angka kejadian kolelitiasis menjadi 25%-30%.6 Kolelitiasis lebih sering

terjadi pada wanita dibandingkan pria.9 Menurut Third National Health and

Nutrition Examination Survey (NHANES III) dalam Greenberger dan Paumgartner

(2011), prevalensi kolelitiasis di Amerika Serikat yaitu 7,9% pada laki-laki dan

16,6% pada perempuan. Perbandingan kejadian kolelitiasis pada pria dan wanita

yaitu 3:1 dan pada dekade keenam dan ketujuh kehidupan perbandingan akan

semakin kecil.6

Selain umur dan jenis kelamin, angka kejadian kolelitiasis juga

dipengaruhi oleh obesitas, kehamilan, intoleransi glukosa, resistensi insulin,

diabetes mellitus, hipertrigliseridemia, pola diet, penyakit Crohn’s, reseksi

ileus terminal, dan faktor lain.5,10

Kolelitisis dapat menimbulkan komplikasi berupa kolesistitis akut yang

dapat menimbulkan perforasi dan peritonitis, kolesistitis kronik, ikterus


obstruktif, kolangitis, kolangiolitis piogenik, pankreatitis, dan perubahan

keganasan.7

Kolesistitis didefinisikan sebagai inflamasi kandung empedu yang


paling sering disebabkan oleh obstruksi duktus sistikus akibat adanya
koleitiasis. Sembilan puluh persen kasus kolesistitis terjadi akibat adanya batu
duktus sistikus (kolesistitis kalkulosa), sementara 10% sisanya merupakan
kasus kolesistitis akalkulosa.11 Dari semua warga Amerika Serikat yang
menderita kolelitiasis, sekitar sepertiganya juga menderita kolesistitis akut.12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Kandung Empedu
Kandung empedu (Vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear yang
terletak pada permukaan visceral hepar, panjangnya sekitar 7 – 10 cm.
Kapasitasnya sekitar 30-50 cc dan dalam keadaan terobstruksi dapat
menggembung sampai 300 cc. Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus dan
collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior
hepar yang dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi
ujung rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan visceral hati
dan arahnya keatas, belakang dan kiri. Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus
yang berjalan dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus
hepaticus comunis membentuk duktus koledokus. Peritoneum mengelilingi fundus
vesica fellea dengan sempurna menghubungkan corpus dan collum dengan
permukaan visceral hati.

Anda mungkin juga menyukai