UP Fix
UP Fix
PENDAHULUAN
Dimasa modern seperti saat ini, tidak bisa dipungkiri bahwa maraknya
teknologi yang sangat canggih yang beredar di masyarakat. Sektor industri teknologi
yang sedang berkembang pesat saat ini adalah teknologi ponsel cerdas (Smartphone ),
salah satu negara yang sedang dilanda oleh kemajuan teknologi Smartphone ialah
Indonesia. Indonesia merupakan "raksasa teknologi digital Asia yang sedang tertidur"
jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 265 juta jiwa adalah pasar yang besar.
Pengguna Smartphone Indonesia juga bertumbuh dengan pesat, lembaga riset digital
di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan
menjadi negara dengan pengguna aktif Smartphone terbesar keempat di dunia setelah
Smartphone dalam mengakses internet. Berikut ini adalah tabel hasil survei yang
1
Tabel 1.1 Pengguna Perangkat Internet
Pengguna Perangkat Internet Persentase
Smartphone dan Komputer 39,3 %
Smartphone 44,2 %
Komputer 4,5 %
Sumber : APJII, 2017
Tentu saja hal ini menjadi peluang besar yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan
produsen Smartphone untuk menjual produknya ke pangsa pasar yang lebih luas.
persaingan yang sangat ketat, yang membuat semua perusahaan selalu berusaha
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan cara selalu menginovasi produk
mereka dengan teknologi dan fitur terbaru (Agus dan Jatra, 2017).
membangun suatu citra pada produk yang diproduksi. metode pemasaran tradisonal
yaitu promosi word of mouth (WOM) atau lebih tepatnya promosi dari mulut ke mulut
masih merupakan jenis aktivitas pemasaran yang paling efektif di Indonesia. Citra dari
suatu produk akan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya fenomena
getok tular atau yang sering dikenal word of mouth. Word of mouth dapat dikategorikan
sebagai suatu metode yang sangat efektif dalam meyakinkan calon konsumen karena
2
calon konsumen cenderung lebih mempercayai orang – orang di sekitarnya yang telah
terlebih dahulu menggunakan produk atau jasa tertentu dibandingkan dengan iklan
ataupun sarana pemasaran lain yang digunakan oleh para produsen (Aditya dan
Wardana, 2017).
Little John dan Foss (2014:411) menyebutkan bahwa komunikasi lisan sangat
fleksibel dan organis, pesan-pesan lisan sangat cepat dan bersifat sementara, sehingga
individu dan kelompok harus menyimpan informasi dalam pikiran mereka dan
dalam pemilihan produk daripada informasi yang diperoleh dari media cetak. Ada
banyak faktor dari mulut ke mulut yang mempertimbangkan konsumen sebagai sumber
informasi yang lebih disukai (Saba et al., 2015). Konsumen akan menceritakan
pengalamannya menggunakan produk atau jasa dari suatu perusahaan tertentu, atau
bahkan sampai tahap merekomendasikan produk atau jasa tersebut kepada orang lain
dapat saling berbagi informasi, bertukar pikiran, berbagi rasa dan memecah masalah
komunitas antar bangsa. Setiap orang baik disadari atau tidak, melakukan komunikasi
Niat beli ditentukan oleh manfaat dan nilai yang dirasakan oleh konsumen
(Wang dan Tsai, 2014). Niat beli merupakan bentuk pikiran nyata dari rencana
konsumen untuk membeli produk dalam jumlah tertentu dari beberapa merek yang
3
probabilitas yang lebih tinggi, meskipun pelanggan belum tentu benar-benar
membelinya.
memperhatikan beberapa faktor antara lain; (1) Faktor Psikis : merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri konsumen, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan,
dan sikap yang ada di dalam diri masing-masing individu. (2) Faktor Sosial :
merupakan proses dimana perilaku seseorang dipengaruhi orang lain dan kebudayaan
yang ada di sekitarnya seperti ; keluarga, status sosial, dan kelompok acuan. (3)
Pemberdayaan Bauran Pemasaran : faktor ini berasal dari perusahaan yang menjadi
produsen terhadap produk yang digunakan oleh konsumen yang terdiri atas ; produk,
harga, promosi dan distribusi. Brand image yang baik akan menimbulkan nilai-nilai
emosional konsumen, oleh sebab itu perusahaan perlu untuk meningkatkan brand
image mereka karena nilai emosional ini akan memicu terjadinya persepsi yang positif
akan suatu produk yang akan menimbulkan niat beli (Weli dan Rahyuda, 2016).
memastikan kualitas dari suatu produk, dalam hal ini internet sebagai sarana dalam
Perilaku konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh brand image
tersebut, hal ini berarti brand image adalah salah satu unsur penting yang mampu
mendorong calon konsumen untuk membeli sebuah produk. Semakin baik brand image
yang melekat pada produk tersebut maka konsumen akan semakin tertarik untuk
membeli, karena konsumen beranggapan bahwa suatu produk dengan citra merek yang
4
baik maka akan dipercaya dan lebih memberikan rasa aman ketika konsumen itu
menggunakan produk yang akan dibeli (Iswara dan Jatra, 2017). Brand image yang
positif akan berpengaruh terhadap keberlangsungan suatu produk dan tetap disukai
didukung dan dijaga untuk mendapatkan keunggulan. Citra merek dibangun melalui
iklan, dari mulut ke mulut, kelompok referensi, selebriti dan media (R. Mihalcea dan
I. Catoiu, 2008). Pemasar perlu melakukan strategi yang intensif untuk meningkatkan
brand image di hati konsumen, Dwi Putra dan Ekawati (2017) berpendapat bahwa
brand image yang kuat akan memberikan keunggulan utama bagi perusahaan seperti
menciptakan suatu keunggulan bersaing. Brand image yang baik akan berdampak
sehingga dapat meningkatkan daya tarik konsumen untuk menggunakan suatu produk
(Aristyowati dkk., 2015). Citra merek yang positif akan lebih sering diingat oleh
konsumen jika diucapkan secara positif, sebaliknya menjadi kurang diingat jika
diucapkan secara negatif dari mulut ke mulut. Selain itu, citra merek yang lebih tinggi
menyebabkan presepsi kualitas yang lebih tinggi dan citra merek yang lebih rendah
akan menyebabkan penurunan kualitas yang dirasakan. Ucapan dari mulut ke mulut
yang lebih positif juga menyebabkan presepsi kualitas yang lebih tinggi, dan
5
Sektor industri teknologi yang sedang berkembang pesat saat ini adalah
komunikasi yang sangat eksklusif berubah menjadi sebuah alat komunikasi komersil
yang hampir dimiliki oleh semua orang. Smartphone merupakan teknologi yang
sangat diperlukan bagi sebagian besar masyarakat diseluruh dunia sehingga banyak
perusahaan itu anatara lain: 5 vendor teratas Smartphone yang sedang bersaing secara
global adalah Samsung, Apple, Huawei, Oppo, dan Xiaomi,. Berikut adalah data
global market share terbaru yang diperoleh dari Statista yang ditampilkan pada Tabel
1.2.
Tabel 1.2
Global Market Share Smartphone Vendors
Tahun
Merek
2015 2016 2017
Berdasarkan Tabel 1.2 yang menunjukan bahwa produsen besar pada industri
Smartphone merupakan Samsung dan Apple, hal ini dapat dilihat dari perolehan
market share yang paling banyak daripada pesaing lainnya. Market leader pada tahun
6
2017 adalah Apple setelah berhasil merebut market share Samsung pada tahun 2016
dan 2017. Huawei dapat mempertahankan market share yang dimilikinya pada kisaran
10 persen mesikipun mengalami penurunan 0,3 persen dari tahun 2016 sampai tahun
2017. Xiaomi dapat meningkatkan market share yang dimilikinya dengan cukup tinggi
dari 3,3 persen hingga 7 persen pada tahun 2016 sampai 2017. Hal ini mengindikasikan
bahwa produk Xiaomi mulai dapat diterima dengan baik oleh konsumen. Sejak awal
phone. Kedua teknologi ini disuguhkan sekaligus menjadi tagline kuat Smartphone
asal China ini pada konsumen Indonesia. Oppo mengalami pertumbuhan market share
yang tinggi di tahun 2016 yang berarti tingginya minat konsumen terhadap produk
Smartphone Oppo tetapi pada tahun 2017 market share Oppo mengalami penurunan
yang mengindikasikan produk yang ditawarkan Oppo mulai kalah bersaing dengan
merek lainnya. Menurunnya market share Oppo juga disebabkan oleh perubahan pada
strategi salurannya dengan menjadi lebih selektif terhadap mitra ritelnya (International
Data Corporation, 2018). Adanya penurunan market share ini, Oppo harus
adanya berbagai produsen Smartphone yang memasuki pasar Indonesia. Melihat hasil
survei Top Brand Award merupakan cara yang dapat digunakan untuk melihat produk
Smartphone yang diminati pada pasar Indonesia. Penilaian yang digunakan Top Brand
Award dalam menentukan Top Brand adalah dengan cara membandingkan indikator
7
mind share, market share dan commitment share suatu produk dengan jenis produk
yang sama. Smartphone yang diminati pada pasar Indonesia dapat dilihat dari hasil
survei terbaru Top Brand Award kategori Smartphone pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3
Top Brand Fase 1 Kategori Smartphone 2018
Merek TBI
Samsung 48,6 %
Oppo 11,2 %
Xiaomi 5,5 %
Lenovo 4,5 %
Nokia 4,3 %
Indonesia. Hal ini dikarenakan Samsung merupakan produsen Smartphone yang besar
dan sudah bermain cukup lama pada industri Smartphone khususnya pada pasar
Indonesia. Posisi Top Brand nomor 2 ditempati oleh merek Oppo yang mampu
membangun brand image yang kuat dalam waktu 5 tahun semenjak memasuki pasar
Indonesia pada tahun 2013. Hal ini menunjukan produk Smartphone Oppo mampu
memberikan kesan yang kuat di benak konsumen sehingga mampu memperoleh Top
Brand nomor 2 mengalahkan Xiaomi, Lenovo, dan Nokia di awal tahun 2018 walaupun
pada tahun 2017 Oppo mengalami penurunan market share pada pasar internasional.
terlepas dari inovasi dan mengikuti trend permintaan pasar, seperti trend Smartphone
8
dengan layar besar dan memiliki kamera yang mampu menghasilkan foto selfie dengan
jernih (Oppo F5). Oppo sendiri terus membangun brand image yang dimilikinya
terutama dalam menanamkan ciri khas sebagai Smartphone dengan kamera yang
mampu mengambil gambar selfie terbaik. Hal tersebut dapat dilihat dari usaha Oppo
tahun terakhir serta Oppo sendiri telah menggunakan motto brand Smartphone yang
menunjukan ciri khas kamera selfie yang dimilikinya dengan menggunakan motto the
yang baik dan membangun jaringan purna jual yang kuat serta marketing cost yang
tinggi.
Tabel 1.4
Indonesian Top 5 Smarthphone Companies by Year Over Year (YOY) Market
share Comparation 2018
Tahun
Merek
2017 2018
Samsung 32% 27 %
Xiaomi 3% 25 %
Oppo 24 % 18 %
Vivo 3% 9%
Advan 9% 6%
9
Pada tabel 1.4 dapat dilihat bahwa Xiaomi berhasil meraup pangsa pasar
sebanyak 25 persen, naik signifikan dari tahun sebelumnya yang cuma 3 persen.
Xiaomi menggeser Oppo yang pada kuartal II-2018 ini mengalami penurunan pangsa
pasar menjadi 18 persen, dibanding 24 persen pada tahun lalu. Oppo harus mampu
meningkatkan brand image terhadap produknya agar mampu bersaing dengan pesaing
beli konsumen dalam mengambil langkah untuk melakukan pembelian. Word of mouth
memainkan peran penting dalam perilaku konsumen. Konsumen yang terkena word of
mouth positif lebih memungkinkan untuk membuat niat beli, dan sebaliknya konsumen
yang terkena kata negatif dari word of mouth cenderung untuk tidak membuat niat beli.
Perilaku yang dimaksudkan disini adalah perilaku konsumen dalam melakukan niat
beli yang diawali dari niat beli konsumen terhadap suatu produk atau jasa. Adanya
Indonesia tetapi dalam waktu 5 tahun berhasil menjadi berhasil menjadi top brand
peringkat 2 di tahun 2018 walaupun pada tahun 2018 Smartphone Xiaomi mengalami
10
Tabel 1.5
Hasil Wawancara tentang keluhan konsumen smartphone
Oppo
23
harga yang mahal, kualitas standar
baterai non removable 19
body smartphone masih terbuat
17
dari plastik
Sumber : Data diolah, 2018
wawancara awal terhadap konsumen Smartphone Oppo telah dilakukan. Hasil dari
pengguna Smartphone Oppo merasa tidak puas akan pembelian Smartphone Oppo
tersebut. Hal ini disebabkan karena terdapat spesifikasi dan fitur-fitur Smartphone
Oppo yang tidak sesuai dengan harga yang ditawarkan serta harga yang ditawarkan
juga masih terlalu mahal bagi beberapa golongan di masyarakat. Adanya pengguna
Smartphone Oppo yang merasa tidak puas sehingga menurunkan niat beli pelanggan
karena smartphone Xiaomi yang mengetahui trend apa yang akan digemari oleh pasar
ke depannya. Hal itu terlihat pada Xiaomi Redmi 5, 5 Plus, dan Note 5, yang menjawab
Ruslim dan Andrew (2012), Jalilvand dan Samei (2012) ,Wahyuni dan Suparna
(2014), Wang dan Tsai (2014), serta Subiyanto (2013) didapatkan hasil bahwa terdapat
11
pengaruh yang positif dan signifikan antara brand image dan purchase intention.
Penelitian Ruslim dan Andrew (2012), Wahyuni dan Suparna (2014), serta Wang dan
Tsai (2014) diketahui bahwa kredibilitas seorang celebrity endorser memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap brand image, dan mempengaruhi purchase
berpengaruh langsung terhadap tingginya minat beli terhadap suatu produk karena
konsumen akan memiliki alasan untuk membeli atau menggunakan produk dengan
brand image yang dianggap khalayak sebagai produk yang baik, berkualitas, dan
dipakai oleh orang terkenal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Torlak et al.
Penelitian oleh Aberdeen et al. (2016) yang menyatakan citra merek berpengaruh
terhadap niat beli. Hasil berbeda ditemukan oleh Herdani & Sunaryo (2016), dalam
Ketidakkonsistenan hasil temuan ini diduga karena terdapat satu faktor yang
mempengaruhi niat beli yaitu citra merek sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Aberdeen et al. (2016) yang menyatakan bahwa citra merek memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap niat beli. Ruslim dan Andrew (2012), Jalilvand dan
Samei (2012), Wahyuni dan Suparna (2014), Wang dan Tsai (2014), serta Subiyanto
(2013) didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
12
Berdasarkan fenomena, hasil wawancara dan research gap yang telah
dipaparkan pada latar belakang ini, maka penelitian ini membahas mengenai “Brand
Image Memediasi Word Of Mouth Terhadap Niat Beli Produk Smartphone Oppo di
Kota Denpasar”.
13
1.2 Rumusan Permasalahan
mouth dengan niat beli pada produk Smartphone Oppo di Kota Denpasar?
3) Untuk menjelaskan pengaruh brand image terhadap niat beli pada produk
14
4) Untuk menjelaskan peran brand image dalam memediasi hubungan Word
Denpasar.
1) Kegunaan Teoritis
2) Kegunaan Praktis
beli konsumen pada produk Smartphone Oppo agar para pemasar lebih
15
BAB II
HIPOTESIS PENELITIAN
merupakan sebuah niat yang timbul pada konsumen untuk melakukan pembelian pada
Niat beli juga dapat diartikan sebagai konsumen lebih memilih untuk membeli
produk atau layanan karena merasa bahwa membutuhkan produk atau jasa tersebut
(Madahi dan Sukati, 2012). Jaafar dan Laalp (2013) menjelaskan bahwa niat beli adalah
penggunaan alat yang efektif dalam memprediksi proses pembelian. Setelah konsumen
memutuskan untuk membeli produk di toko tertentu didasarkan pada dorongan karena
Peter dan Olson (2007:149) keinginan adalah sebuah rencana untuk terlibat dalam
suatu perilaku khusus guna mencapai tujuan. Perilaku (behavioral) adalah tindakan
16
Menurut Durianto (2001) dikutip oleh Tanomi (2012), terdapat tiga indikator dari
Brand Image yang kuat biasanya memiliki ciri khas yang berbeda dari
pesaingnya sehingga brand image tersebut dapat tergambar dihati dan pikiran
konsumen dalam waktu yang lama. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap
yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki
citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan
pembelian. Menurut Schiffman dan Kanuk (2008:157) brand image adalah persepsi
yang ada di benak konsumen yang bertahan lama tentang suatu merek.
Brand Image dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dalam benak
konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu (Romdonah dkk., 2015). Menurut
Godey et al. (2012) brand image dapat mempengaruhi persepsi dan sikap konsumen
diberbagai kesempatan. Brand image produk yang baik dapat mendorong konsumen
untuk membeli produk tersebut daripada produk yang sama dengan merek lainnya
Brand image suatu produk adalah gambaran atau cerminan dari brand suatu
produk yang akan dibeli oleh konsumen (Wibowo dkk., 2017). Penciptaan brand image
17
sangat penting dilakukan karena dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Brand
image merupakan salah satu aspek yang kuat yang dapat membangun reputasi merek
tertentu di pasar sasaran (Durrani et al., 2015). Haryantana dan Ekawati (2017)
menyatakan brand image memiliiki sifat khas, dan sifat khas tersebut yang
membedakan produk yang satu berbeda dengan produk yang lainnya, walaupun
1) Identitas merek adalah identitas fisik yang terkait dengan merek atau
3) Asosiasi merek adalah hal-hal spesifik yang pantas atau selalu dikaitkan
4) Sikap merek atau perilaku merek adalah sikap atau perilaku suatu merek
yang ditawarkannya.
18
Ago et al. (2015) menyatakan umumnya konsumen lebih percaya bahwa
mereka dapat melakukan pembelian yang memuaskan dengan memilih merek yang
terkenal dan menurunkan resiko pembelian dengan melakukan hal tersebut. Hal ini
memiliki arti bahwa konsumen lebih mempercayai merek yang lebih terkenal sehingga
representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan
pengalaman masa lalu terhadap merek tersebut. Persaingan yang semakin ketat dalam
sehingga merek tersebut dapat memiliki keunggulan kompetitif. Brand image yang
baik akan sangat mempengaruhi kelangsungan suatu perusahaan begitu juga produknya
agar dapat tetap bertahan dan dicintai dipasar yang nantinya akan menentukan sikap
selanjutnya yang dilakukan oleh konsumen (Wahyuni dan Suparna, 2014). Arimbawa
dan Ekawati (2017) menyatakan brand image merupakan aset perusahaan untuk
Brand image produk yang baik akan mendorong calon pembeli untuk membeli
produk tersebut daripada membeli produk yang sama dengan merek lain (Rares dan
Jorie, 2015). Membangun brand image yang kuat dapat dicapai dengan program
marketing yang kuat terhadap produk yang dimaksud, serta memiliki keunikan yang
19
dapat dibedakan dengan produk lainnya (Aryadhe dan Rastini, 2016). Menurut Shimp
merek dan tidak ditemukan pada merek lainnya. Kekuatan yang dimaksud
merek dengan merek lainnya yang muncul dengan adanya atribut produk
tentang suatu merek yang berada pada benak konsumen yang didapatkan melalui
20
2.1.3 Word of Mouth (Mulut ke mulut)
Word of mouth adalah komunikasi dari orang ke orang antara sumber pesan dan
penerima pesan dimana penerima pesan menerima pesan dengan cara tidak komersil
mengenai suatu produk, pelayanan, atau merek. Word of mouth menjadi referensi yang
telah diterima adalah hal yang sering di perbincangkan. Pelanggan akan memasukkan
produk, jasa, dan merek itu kedalam daftar percakapan dan secara sadar atau tanpa
sadar mengungkapkannya kepada orang lain secara lisan (word of mouth) dalam
Menurut Kotler & Keller (2009:512) word of mouth marketing adalah kegiatan
pemasaran melalui perantara orang ke orang baik secara lisan, tulisan, maupun alat
pengalaman menggunakan produk atau jasa. Word of Mouth memiliki kekuatan besar yang
berdampak pada perilaku pembelian konsumen. Rekomendasi dari teman yang sudah
dipercaya, asosiasi, dan konsumen lain berpotensi untuk lebih dipercaya dibandingkan dari
sumber komersil, seperti iklan dan salespeople. Sebagian besar, word of mouth terjadi secara
alami, konsumen mulai dengan membicarakan sebuah merek yang mereka gunakan kepada
orang lain. (Kotler & Amstrong, 2012: 139). Harris et al (2013) mendefinisikan
WOM ini dapat bermuatan positif atau negatif. WOM negatif bertujuan untuk
21
Word of mouth (WOM) sebagai metode komunikasi antara dua orang non
komersial dan tanpa manfaat dalam bisnis yang mereka bicarakan. Konsumen belajar
mengenai produk dan merek baru terikat dengan kelompok konsumen yang ada di
masyarakat dari dua hal, yaitu melalui pengalaman dan pengamatan terhadap
penggunaan produk konsumen lainnya, dan mencari informasi dengan bertanya kepada
konsumen lain yang tahu dan pernah menggunakan produk yang akan dibelinya
(Suryani,2013:169).
1) Listen to many of my friends said that the product is powerful Indikator pertama
baik. Jika komunikan mendengarkan hal yang positif tentang produk maka
2) Evaluation of others has played a good role for me to understand the product
setelah melewati tahap evaluasi yang baik dari orang lain. Evaluasi yang
22
2.2 Kerangka Konseptual
Penelitian ini membahas tentang pengaruh word of mouth (X) terhadap brand
image (Y1) , word of mouth (X) terhadap niat beli (Y2), brand image (Y1) terhadap
niat beli (Y2), serta meneliti tentang variabel mediasi yaitu brand image (Y1) dari word
of mouth( X) terhadap niat beli (Y2). Kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada
Brand Image
(Y1)
H1 H3
H4
H2
Word of mouth (WOM) adalah komunikasi yang dilakukan antara dua orang
yaitu komunikator dan penerima yang sedang bertukar pikiran, ide atau yang lain tanpa
konsumen terhadap brand image Menurut Herr et al. (1991). Febriana and Rumyeni
(2016) menemukan hasil bahwa komunikasi word of mouth berpengaruh positif pada
23
brand image. Brand image menggambarkan seluruh pendapat tentang merek dan
terbentuk berdasarkan informasi dan pengalaman masa lalu mengenai merek tersebut
Penelitian yang dilakukan oleh Jalilvand (2012), Torlak et al. (2014), Pertiwi
& Tjok (2014), serta Faresha & Dimas (2017) dan Ruhamak and Rahayu (2016)
menemukan hasil bahwa komunikasi word of mouth berpengaruh positif pada brand
image. Berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis
sebagai berikut
image
Saba (2015) menyatakan variabel word of mouth memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel niat beli konsumen. Yi (2012), menyatakan bahwa word
of mouth yang didukung dengan variabel gender, berpengaruh positif dan signifikan
daerah dapat memperlancar fenomena terjadinya word of mouth yang juga turut andil
dalam tumbuhnya niat beli konsumen. Metode word of mouth yang berbasis teknologi
terbukti berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap niat beli konsumen online.
(Alfina, 2014).
24
Berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis
sebagai berikut
merupakan salah satu faktor kunci yang dipertimbangkan. Hal itu telah menunjukkan
bahwa brand image merupakan isyarat ekstrinsik untuk evaluasi kualitas produk, dan
brand image menjadi lebih baik jika memiliki presepsi kualitas yang tinggi (Grewal et
al., 2013).
Ketika isyarat intrinsik konsumen atau atribut lainnya dari produk tidak dapat
sebagai dasar dari evaluasi. Menurut Aaker dan Keller (2010), brand image yang baik
dapat meningkatkan loyalitas konsumen merek, kepercayaan, dan juga niat untuk
membeli produk dari brand yang dipercayainya. Oleh karena itu, brand image
memiliki pengaruh langsung pada volume penjualan produk (Thomson et al., 2005).
Penelitian oleh Cretu & Brodieb (2007), Wang & Yang (2010), Rahmawan &
Sigit (2016), Aberdeen et al. (2016), serta Akbar & Rosita (2017) menemukan bahwa
sebagai berikut
25
2.3.4 Peran Brand Image dalam Memediasi Word of mouth pada Niat beli
Kesan atau image dari merek itu sendiri dapat memengaruhi persepsi seseorang
terhadap suatu merek (Ruth et al., 2002). Park et al. (1986); dan Juhairi et al. (2016)
menyatakan brand image memiliki pengaruh langsung pada volume penjualan produk.
Aaker and Keller (1990); Putra and Sulistyawati (2015); dan Kirwadi (2016)
menyatakan semakin baik image suatu produk maka akan semakin tinggi keinginan
dijelaskan oleh Ruhamak and Rahayu (2016) yang menemukan pengaruh mediasi dari
26
BAB III
METODE PENELITIAN
karena bertujuan untuk menguji variabel bebas word of mouth (X) dengan satu variabel
terikat yaitu niat beli (Y2) dengan variabel mediasi yaitu brand image (Y1).
image, word of mouth terhadap niat beli, brand image terhadap niat beli, serta meneliti
tentang variabel mediasi yaitu brand image terhadap word of mouth dan niat beli.
Bali dan terdapat banyak masyarakat yang menggunakan berbagai jenis Smartphone
pada kota Denpasar sehingga sangat mudah untuk menemukan responden yang sesuai
Objek dari penelitian ini adalah word of mouth dan brand image yang dikaitkan
27
3.4 Identifikasi Variabel
Word of mouth (WOM) adalah komunikasi yang dilakukan antara dua orang
yaitu komunikator dan penerima yang sedang bertukar pikiran, ide atau yang lain tanpa
maksud tujuan tertentu. Indikator dari variabel word of mouth (WOM) menurut
1) Listen to many of my friends said that the product is powerful Indikator pertama
baik. Jika komunikan mendengarkan hal yang positif tentang produk maka
2) Evaluation of others has played a good role for me to understand the product
setelah melewati tahap evaluasi yang baik dari orang lain. Evaluasi yang
28
3) The recommendation of a friend has an important role in my decision Indikator
mendengar dan melihat mengenai merek Smartphone Oppo. Adapun indikator brand
image yang digunakan adalah Wijaya (2013) dan Shimp (2014:40) yaitu :
1) Sikap merek atau perilaku merek adalah persepsi responden tentang kualitas
29
3.5.3 Niat beli
Niat beli dapat diartikan sebagai keinginan untuk membeli di mana menurut
Peter dan Olson (2007:149) keinginan adalah sebuah rencana untuk terlibat dalam
suatu perilaku khusus guna mencapai tujuan terhadap produk Smartphone Oppo.
Menurut Durianto (2001) dikutip oleh Tanomi (2012), terdapaat tiga indikator dari niat
Smartphone Oppo.
Smartphone Oppo.
Smartphone Oppo.
30
Tabel 3.1
Indikator Variabel
dalam penelitian ini bersifat infinite (tidak terbatas). Sampel dalam penelitian ini adalah
konsumen yang melakukan pembelian terhadap produk Smartphone Oppo dan masih
pada penelitian ini adalah non probability sampling dengan metode purposive
31
masyarakat Kota Denpasar dinilai lebih mengikuti trend teknologi
sampel responden yang diambil untuk mengisi kuesioner dapat ditentukan paling
diperoleh ukuran sampel sebesar 60 – 120 responden. Jumlah dari sampel responden
path analysis dimana dalam metode tersebut harus menggunakan minimal 100 sampel.
Menurut Roscoe dalam Sekaran (2003) parameter sampel yang baik adalah sekitar 70-
140 sampel. Jadi, dengan dipilihnya 120 responden artinya sudah sesuai dengan kriteria
yang ditentukan.
32
dari pertanyaan-pertanyaan untuk menjelaskan identitas responden, dan pertanyaan
tertutup, yaitu pertanyaan yang meminta responden untuk memilih salah satu jawaban
yang tersedia dari setiap pertanyaan. Pertanyaan dalam kuesioner dibuat dengan
menggunakan skala Likert dengan skor pertanyaan yang diberikan kepada responden,
yaitu :
Tabel 3.2
Penentuan skor
SS Sangat Setuju Skor 5
ST Setuju Skor 4
CS Cukup Setuju Skor 3
TS Tidak Setuju Skor 2
STS Sangat Tidak Setuju Skor 1
Sumber : Sugiyono (2016:239)
Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu jenis data berdasarkan sifatnya
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 jenis
data yaitu:
1) Data Kuantitatif adalah data berbentuk angka yang dapat dinyatakan dan
33
Setuju = 4, Cukup Setuju = 3, Tidak Setuju = 2, Sangat Tidak Setuju = 1
yang nantinya angka – angka tersebut akan diolah pada teknik analisis data.
2) Data Kualitatif adalah data berbentuk kata, kalimat dan skema (Sugiyono,
baik atau tidaknya word of mouthdan brand image yang dikatakan secara
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam data
1) Data Primer adalah data langsung yang diperoleh dari lokasi penelitian
2) Data Sekunder adalah data yang bukan diperoleh secara langsung oleh
peneliti, melainkan dilakukan oleh pihak lain atau lembaga tertentu. Data
yang dimaksud seperti cara – cara atau media promosi yang telah dilakukan
oleh perusahaan.
34
3.9 Instrumen Penelitian
sebagai alat ukur sudah tepat sehingga mendapatkan hasil yang valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur
(Sugiyono, 2016:172). Teknik korelasi untuk menentukan validasi item ini sampai
sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan. Item yang mempunyai
korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan
bahwa item tersebut mempunyai validasi yang tinggi pula. Variabel-variabel terukur
dikatakan valid jika memiliki koefisien korelasi ( r ) hitung ≥ 0,3. Jika korelasi antara
butir dengan skor total ≤ 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak
Instrumen yang reliable adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono,
2016). SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik
Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach
Alpha > 0,70. Tahap berikutnya setelah diketahui validasi dan reliabilitas instrumen
35
3.10 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur.
Analisis jalur digunakan untuk menentukan pola hubungan antara tiga atau lebih dan
tidak dapat digunakan untuk mengkonfirmasi atau menolak hipotesis. Riduwan dan
hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun
Dasar perhitungan koefisien jalur adalah analisis korelasi dan regresi dan dalam
(4) Variabel (X) berpengaruh terhadap variabel (Y2) melalui variabel (Y1)
a) Persamaan Sub-struktural 1
𝑌1 = 𝛽1 𝑋 + 𝑒 … … … … … … … … … … … … … … … … … … (𝐼)
36
b) Persamaan Sub-struktural 2
𝑌2 = 𝛽2 𝑋 + 𝛽3 𝑌1 + 𝑒 … … … … … … … … … … … … … (2)
Keterangan :
X = kualitas produk
Y1 = brand image
Y2 = niat beli
e = error
perantara :
berikut :
37
Keterangan :
X = kualitas produk
Y1 = brand image
Y2 = niat beli
produk.
(𝜀1 = √1 − 𝑅 2 ) … … … … … … … … … . . (5)
kualitas produk.
(𝜀2 = √1 − 𝑅 2 ) … … … … … … … … … . . (6)
38
Berdasarkan pemaparan diatas mengenai persamaan struktural, maka diagram
1
Brand Image
(Y1)
β1 β3
β2
3) Menghitung koefisien jalur secara simultan (keseluruhan)
H0 : β1 = β3 = 0.............................................................(7)
H1 : β1 = β3 ≥ 0.............................................................(8)
39
a) Apabila nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
H0 : β1 , β2 , β3 = 0 (tidak signifikan.......................................(9)
probabilitas 0,05 dengan nilai Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai
berikut :
(1) Apabila nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau ( 0,05 sig ) maka H0 diterima dan H1 ditolak yang
(2) Apabila nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau ( 0,05 sig ) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang
berarti signifikan.
40
5) Meringkas dan menyimpulkan
interpestasi atau kesimpulan dari hasil analisis. Koefisien yang signifikan akan
dikembangkan oleh Sobel (1982) dan dikenal dengan Uji Sobel (Sobel Test). Uji sobel
mouth(X) ke variabel niat beli (Y2) melalui variabel brand image (Y1). Pengaruh tidak
langsung word of mouth(X) terhadap variabel niat beli (Y2) melalui variabel brand
image (Y1) dihitung dengan mengalikan koefisien jalur X terhadap Y1 (a) dengan
koefisien jalur Y1 terhadap Y2 (b) atau ab. Standard error koefisien a dan b ditulis
dengan Sa dan Sb, besarnya standard error tidak langsung (indirect effect) Sab.
Adapun langkah-langkah dalam pengujian variabel mediasi ( Uji sobel ) antara lain:
1) Penentuan Hipotesis
sebagai berikut:
41
terhadap niat beli produk Smartphone Oppo.
Taraf nyata yang digunakan dalam uji sobel sebesar 0,05 untuk menentukan
mediasi
mediasi.
ab
𝑍= ..........................................................................(5)
√b2 𝑠𝑎2 +𝑎2 𝑠𝑏2 +𝑠𝑎2 𝑠𝑏2
Keterangan:
mediasi (Y1)
dependen (Y2)
42
5) Kesimpulan hasil uji
melihat pengaruh variabel mediasi dalam memediasi variabel bebas (X) dengan
variabel terikat (Y2). Apabila nilai kalkulasi Z lebih besar dari 1,96 (dengan
Pengujian hipotesis mediasi dilakukan dengan metode VAF (Hair et al., dalam
Solihin dan Ratmono, 2013). Prosedur ini dibagi menjadi dua bagian pengujian
mediasi. Untuk pengujian mediasi variabel kepuasan kerja (M) pada pengaruh
komunikasi (X) terhadap kinerja karyawan (Y), pertama, pengaruh langsung harus
signifikan (a) saat variabel kepuasan kerja (M) belum dimasukkan ke dalam model.
Kedua, setelah variabel kepuasan kerja (M) dimasukkan ke dalam model, maka
pengaruh tidak langsung (b x c) harus signifikan. Setiap jalur yaitu b dan c harus
signifikan untuk memenuhi kondisi ini. Apabila ternyata pengaruh tidak langsung
hasilnya signifikan, maka hal ini menunjukkan bahwa variabel pemediasi mampu
menghitung Variance Accounted For (VAF) dengan rumus pengaruh tidak langsung
pengaruh langsung yang sebelumnya signifikan dari model tanpa pemediasi. Untuk
43
model pada Gambar 4.1, VAF dapat dihitung dengan (b x c)/(a + b x c). Apabila nilai
VAF di atas 80 persen, maka menunjukkan peran Y1 sebagai pemediasi penuh (full
mediation). Selanjutnya apabila nilai VAF di antara 20 persen hingga 80 persen, maka
dapat dikategorikan sebagai pemediasi parsial (partial mediation). Namun, apabila nilai
VAF kurang dari 20 persen, maka dapat dijelaskan bahwa hampir tidak ada efek
44
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David A., Keller, Kevin Lane. 2010. Consumer Evaluation of Brand Extension.
Journal of Marketing. 54(1), pp: 27-41
Aberdeen, N. I., Syamsun, M., & Najib, M. (2016). The effect of brand awareness and
image on consumer perceived quality and purchase intension : A study case of
carbonated drink brand at Bogor City. International Journal of Scientific and
Research Publications, 6(8), 441–446.
Aditya, Kadek Yoga dan Wardana, I Made. 2017. Peran Brand Equity Dalam
Memediasi Pengaruh Word Of Mouth Terhadap Niat Beli. E-Jurnal
Manajemen UNUD, 6(2) hal: 830-856.
Ago, Gordius., Suharno., Sri Mintarti., Sugeng Hariyadi. 2015. Effect of Product
Quality Perception, Trust, and Brand Image on Generic Drug Buying Decision
and Consumer Satisfaction of Hospital Patients in East Kalimantan. European
Journal of Business and Management, Vol.7 No.14, pp. 50-68.
Alfina, I., Ero, J., Hidayanto, A. H., Shihbab, M. R. 2014. The Impact of Cognitive
Trust and e-WOM on Purchase Intention in C25 e-Commerce site. Journal of
Computer Science. 10(12), pp: 2518-2524.
Algood, C. L., Harris, C., & Hong, J. S. (2013). Parenting success and challenges for
families of children with disabilities: An ecological system analysis. Journal of
Human Behavior in the Social Environment, 23, 126- 136.
Arimbawa, I Gede Sueca dan Ni Wayan Ekawati. 2017. Pengaruh Penerapan Green
Marketing Terhadap Citra Merek dan Keputusan Pembelian Produk. E-Jurnal
Manajemen Unud, Vol.6 No.5, hal. 2582-2608.
45
Dewi, Sutrisna. 2007. Komunikasi Bisnis. Edisi 1. Penerbit: C.V Andi Offset. Jakarta.
Durrani, Baseer Ali, Msc., Senior Lecturer Danish Iqbal Godil, M-Phil., Senior
Lecturer Mirza Uzair Baig, Msc., Senior Lecturer Sana Sajid, Mba. 2015.
Impact of Brand Image on Buying Behaviour Among Teenagers. European
Scientific Journal, Vol.11 No.5, pp.155-168.
Dwi Putr, Made Caesar Surya dan Ekawati, Ni Wayan. 2017. Pengaruh Inovasi Produk,
Harga, Citra Merk dan Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Pelanggan
Sepeda Motor Vespa. E-Jurnal Manajemen UNUD. 6(3), hal: 1674-1700.
Fandy Tjiptono, 2005. Pemasaran Jasa. Malang: Bayumedia Publising.
Fan, Yi-Wen and Yi-Feng Miao. 2012. Effect of electronic word-of-mouth on
consumer Purchase Intention: the perspective of gender differences.
International Journal of Electronic Business Management. 10(3), pp. 175-181.
Faresha, Karlina Siti dan Dimas Hendrawan. 2017. Pengaruh Electronic Word of
Mouth Terhadap Purchase Intention yang Dimediasi oleh Variabel Brand
Image Pada Situs Travel Online Traveloka (Studi Pada Pengguna di Kota
Malang). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Brawijaya, 2
(7), hal.1-10
Febriana, L., and Rumyeni. 2016. The Influence of Word Of Mouth Communication
towards Brand Image of Iphone on Student of Political Science and Social
Science Faculty University of Riau. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, 3(2):1-15.
Godey, Bruno., Daniele Pederzoli., Gaetano Aiello., Raffaele Donvito., Priscilla Chan.,
Hyunjoo Oh., Rahul Singh., Irina I. Skorobogatykh., Junji Tsuchiya., Bart
Weitz. 2012. Brand and Country of Origin Effect on Consumers’ Decision to
Purchase Luxury Products. Journal of Business Research, Vol.65, pp. 1461-
1470.
Hamouda, Manel dan Tabbane, Rym Srarfi. (2013). Impact of Electronic Word of
Mouth Evaluation on Purchase Intention: The Mediating Role of Attitude
toward the Product. International Journal of Online Marketing. 3(2), 20- 37.
Haryantana, I Putu Gede Handre dam Ni Wayan Ekawati. 2017. Pengaruh Celebrity
Endorser, Brand Image, dan Persepsi Kualitas Terhadap Niat Beli Sepeda
Motor Honda Scoopy di Kota Denpasar. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol.4
No.9, hal. 2806-2830.
Herr, P.M., Kardes, F.R. and Kim, J. (1991) Effects of word-of-mouth and product
attribute information on persuasion: an accessibility-diagnosticity perspective.
Journal of Consumer Research. 17, 454–62.
46
Indriani, Anak Agung Sagung Istri & Nurcaya, I Nyoman. 2015. Pengaruh Kualitas
Pelayanan terhadap Word of Mouth yang Dimediasi oleh Kepercayaan
Pelanggan pada PT Auto Bagus Rent a Car Denpasar. E-Jurnal Manajemen
Unud, 4 (5), 1301-1321.
International Data Corporation. 2018. Smartphone Vendor Market Share, 2017 Q4.
https://www.idc.com/promo/smartphone-market-share/vendor. Diakses 11
September 2018.
Jalilvand, Mohammad Reza, Neda Samiei. 2012. The Effect of Electronic Word of
Mouth on Brand Image and Purchase Intention. Marketing Intelligence &
Planning, 30 (4), pp: 460-476.
Kinnear, Thomas C, dan Taylor, James R. 1995. Riset Pemasaran, Edisi tiga. Jakarta,
Erlangga.
Kotler, Philip, dan Gary Armstrong 2012. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 13. Jilid
1. Erlangga : Jakarta.
Mihalcea, Raluca & Iacob, Catoiu. 2008. Consumer Identity And Implications For The
Brand Annales. University Apulensis Series Oeconomica, Faculty of Sciences.
2(10), pp:1-50.
Permadi, Prima C., Srikandi K., dan Andriani K. 2014. Pengaruh Citra Merek Terhadap
Word Of Mouth dan Keputusan Pembelian (Survei pada Konsumen Dapoer
Mie Galau Jalan Selorejo 83 Malang). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 10
(1), hal.2-7.
Peter, J. P., & Olson, J. C. (2008). Consumer behavior and marketing strategy (8th
ed.). Singapore: McGraw-Hill.
Pertiwi, Komang Yulia., Sukawati, Tjok Gede Raka. 2017. Brand Image memediasi
WOM terhadap Niat Beli Menggunakan Wedding Service di Cahaya Dewi
Beauty Salon Denpasar. E-Jurnal Manajemen UNUD. 6(5), hal: 2609-2641.
47
Prasetyo, Ketut., Suryadi, Nanang. 2014. Pengaruh Electronic Word Of Mouth di
Media Sosial Twitter Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Restoran Cepat
Saji Hoka - Hoka Bento. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas
Brawijaya. 2(1).
Putra, Triya Darma I.K dan Eka Sulistyawati, 2015. Peran Brand Image dalam
Memediasi Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap Niat Beli. E-Jurnal
Manajemen Universitas Udayana. 4(6), hal 1722-1734
Rahi, Samir. 2016. Impact of Customer Perceived Value and Customer’s Perception of
Public Relation on Customer Loyalty with Moderating Role of Brand Image.
Journal of Internet Banking and Commerce. 21(2).
Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. 2011. Cara Menggunakan dan Memakai Path
Analysis (analisis jalur). Bandung : Alfabeta.
Rares, Angelina dan Rotinsulu Jopie Jorie. 2015. Pengaruh Harga, Promosi, Citra
Merek dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen di Toko
Bengkel Gaoel Manada Town Square. Jurnal EMBA, Vol.3 No.2, hal. 592-604.
Romdonah, Rinda., Azis Fathoni SE. MM,. Andi Tri Haryono SE. MM. 2015.
Pengaruh Inovasi Produk, Harga dan Brand Image Terhadap Keputusan
Pembelian Sepeda Motor Honda Beat (Studi Kasus pada Konsumen Dealer
Honda Pratama Kurnia Kasih). Journal of Management, Vol.1 No.1.
Rumahak, M. Dian., Rahayu, Budi. 2016. Pengaruh Word of Mouth terhadap Purchase
Intention melalui Brand Image pada Lembaga Kursus Bahasa Inggris Dynamic
English Course Pare. Jurnal Ekonomi Universitas Kediri. 1(2),hal :118-204.
Ruslim, Tommy Setiawan dan Richard Andrew. 2012. Pengaruh Brand Image dan
Product Knowledge Terhadap Purchase Intention (Kasus: Kosmetik Merek
“X”). Media Bisnis Universitas Tarumanegara, 4 (1), h: 34-44
Saba, Anwar Khan., Ramzan, Naveed., Shoaib, M., Mohyuddin, Adam. 2015. Impact
Of Word Of Mouth On Consumer Purchase Intention. SCI.Int (Lahore). 27(1)
pp:479-482.
Saraswati, Agung Ratih dan Ketut Rahyuda. 2017. Brand Image Memediasi Kualitas
Produk dan Harga dengan Keputusan Pembelian Smartphone Apple di Kota
Denpasar. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol.6 No.6, hal. 3252-3282.
48
Shah, S., Aziz, J., Jaffari, A. R., Waris, S., Ejaz, W., Fatima, M., et al. (2012). The
impact of brands on consumer purchase intention. Asian Journal Of Business
Management, 4(2), 105-110
Shimp, Terence A. 2014. Intergrated Marketing Communication in Advertising and
Promotion. Salemba Empat. Jakarta.
Silverman, George. 2001. The Secret of Word-of-Mouth Marketing: How to Trigger
Exponential Sales through Runaway Word-of-Mouth. New York: AMACOM
(American Management Association) Books.
Statista. 2018. Smartphone/mobile phone market share worldwide by vendor 2009 -
2017. https://www.statista.com/statistics/271496/global-market-share-held-
by-smartphone-vendors-since-4th-quarter-2009/. Diakses 11 September 2018.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryani, Tatik. 2013. Perilaku Konsumen di Era Internet.Yogyakarta : Graha Ilmu
Top Brand Award. 2018. Top Brand Index 2018 Fase 1. http://www.topbrand-
award.com/top-brand-survey/survey-result/top_brand_index_2018_fase_1.
Diakses 12 September 2018.
Tjokroaminoto, Jesicca dan Kunto, Yohanes Sondang. 2014. Analisis Pengaruh Brand
Image dan Company Image Terhadap Loyalitas Retailer Studi Kasus PT Asia
Paramita Indah. Jurnal Manajemen Pemasaran. 2(1), Hal. 1-11
Torlak, Omer, Behcet Yalin Ozkara, Muhammet Ali Tiltay, Hakan Cengiz, Mehmet
Fatih Dulger. 2014. The Effect of Electronic Word of Mouth on Brand Image
and Purchase Intention: An Application Concerning Cell Phone Brands for
Youth Consummers in Turkey. Journal of Marketing Development and
Competitiveness. Vol 8(2) pp:61-68.
Wahyuni, Ni Luh Gede dan Gede Suparna. 2014. Pengaruh Brand Image dan Product
Knowledge Terhadap Purchase Intention Produk Tas Tiruan Di Kota Denpasar.
E-Journal Universitas Udayana, 3 (4), h: 1022-1034.
Wang, Ya-Hui., Cing-Fen Tsai. 2014. The Relationship Between Brand Image and
Purchase Intention: Evidence From Award Winning Mutual Funds. The
International Journal of Business and Finance Research, 8 (2), pp: 27-40
Weli Moksaoka, I Made dan Rahyuda, I Ketut. 2016. Peran Brand Image Dalam
Memediasi Country Of Origin Terhadap Purchase Intention. E-Jurnal
Manajemen Unud. 5(3), hal: 1690-1716.
49
Wibowo, Setyo Ferry., Elsyana Purnama Sari., Basrah Saidani. The Effect of Trust and
Brand Image on Purchase Decree (US Toyota Car Survey in Jakarta Region).
Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI), Vol.8 No.2, pp. 317-337.
Wijaya, Bambang Sukma. 2013. Dimensions of Brand Image : A Conceptual Review
from the Perspective of Brand Communication. European Journal Business and
Management, Vol.5 No.31, pp. 55-65.
Yee, Karen Lim Lay, et al. 2011. Factors Affecting Smartphone Purchase Decision
Among Malaysian Generation Y. International Journal of Asian Social
Science. 3(12) pp: 2426-2440.
50
Lampiran – lampiran
piran 1
KUESIONER
Peran Brand Image Memediasi Pengaruh Word Of
MouthTerhadap Niat Beli
(Studi Pada Produk Smartphone Oppo Di Kota Denpasar)
KepadaYth:
Bapak/Ibu/Saudara/i
Konsumen Wardah Kosmetik
di-tempat
51
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : ……………………………………………………………
Alamat : ……………………………………………………………
B. DAFTAR PERNYATAAN
Keterangan :
Simbol Alternatif Jawaban Nilai
SS Sangat Setuju 5
S Setuju 4
N Cukup Setuju 3
TS Tidak Setuju 2
STS Sangat Tidak Setuju 1
Berilah tanda (√) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapat anda
1. Word Of Mouth
SS S CS TS STS
No Pernyataan
(5) (4) (3) (2) (1)
Saya menerima informasi dari komunikator
1 tentang kekuatan produk/kualitas produk yang
baik dari Smartphone Oppo.
Saya mengerti tentang sebuah produk setelah
2 melewati tahap evaluasi yang baik dari orang lain
tentang Smartphone Oppo.
52
Saya menerima rekomendasi dari orang lain untuk
3 membeli produk Smartphone Oppo.
2. Brand Image
3. Niat Beli
No. Pernyataan SS S CS TS STS
(5) (4) (3) (2) (1)
1. Saya akan mencari informasi mengenai
produk Smartphone Oppo.
53