Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak
dilakukan oleh emerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu guna
memecahkan masalah-masalah publik ataau demi kepentingan publik (Rusli,
2013) Selain itu, kebijakan publik juga didefinisikan sebagai suatu arahan untuk
melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu sehingga menggerakkan
seluruh sektor atau perangkat pemerintahan dan menciptakan perubahan pada
kehidupan yang terkena dampak dari kebijakan tersebut (Ayuningtyas, 2014).
Berdasarkan pengertian dari beberapa definisi di atas, maka dapat dipahami
bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak
dilakukan pemerintah untuk memecahkan masalah publik demi terwujudnya
kepentingan publik atau masyaarakat yang terkenaa dampak kebijakan.

Masalah yang menyangkut urusan orang banyak disebut masalah publik.


Anderson mendefinisikan masalah publik sebagai suatu kondisi atau situasi yang
menimbulkan kebutuhan atau rasa tidak puas masyarakat yang perlu diatasi
(Anderson dalam Lester dan Stewart, 2000). Ada pula pengertian lain, yaitu
masalah publik merupakan kondisi yang menghasilkan ketidakpuasan atau
kepentingan rakyat yang perlu dicari penanggulangannya (Smith dalam Islamy,
2004). Bila ada suatu masalah publik yang terjadi yang mengakibatkan
ketidakpuasan pada masyarakat, maka pemerintah diharapkan dapat menyikapinya
dan menetapkan masalah tersebut apakah perlu ditindaklanjuti atau tidak.

Pemerintah melakukan proses penyeleksian isu atau masalah yang akan


ditindaklanjuti sebagai agenda seting dalam formulasi kebijakan. Tidak semua
masalah publik pada akhirnya dapat menjadi isu kebijakan. Tahap ini sangat
penting dalam proses kebijakan publik dan dikenal sebagai tahap penentuan
agenda (agenda seting). Pengertian agenda seting menurut beberapa ahli, anatara
lain daftar massalah yang membutuhkan perhataian serius dari anggota-anggota
pemerintah dalam waktu yang ditentukan (Kingdon, 1995). Sementara itu,
Barbara Nelson (dalam Lester dan Stewart, 2000), mendefinisikan agenda seting
adalah aktivitas pemerintah dalam mempelajari masalah-masalah baru,
memutuskan untuk memberikan perhatian dan memobilisasi organisasi untuk
meresponnya.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mulai diberlakukan sejak


januari 2014 sebagai badan hukum publik yang bertugas menyelenggarakan
bantuan jaminan sosial dalam bidang kesehatan. Dari struktur perusahaan, BPJS
merupakan bagian dari ASKES, dimana fungsinya adalah melayani bantuan sosial
kesehatan layaknya asuransi kesehatan dari pemerintan. Berdasarkan Peta Jalan
JKN dan Perpres Nomor 12 tahun 2013, BPJS Kesehatan mengklasifikasi
penggunanyavke dalam dua kategori besar, yaitu BPJS Non Penerima Bantuan
Iuran (Non-PBI) merupakan golonngan masyarakat mampu yang bisa membayar
premi secara mandiri, dan BPJS Penerima Bantuan Iuran, merupakan golongan
masyarakat tidak mampu yang preminya dibayarkan oleh negara.

Seiring berjalannya waktu, BPJS mengalami defisit keuangan, disebutkan bahwa


defisit keuanngan BPJS dimulai pada tahun pertama, yaitu Rp 3,3 triliun dan
defisitnya makin membengkak menyentuh Rp 5,7 triliun pada tahun 2015.
Selanjutnya menjadi Rp 9,7 triliun pada tahun 2016 dan Rp 9,75 triliun pada tahun
2017. Untuk tahun ini, defisit diproyeksikan mencapai 16,5 triliun, setelah
dikoreksi hanya Rp 10,98 triliun berdasarkan perhitungan dari Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Fenomena tentang keuangan BPJS yang makin defisit, menjadi sorotan


pemerintah, dan Komisi DPR RI Komisi IX mendesak BPJS Kesehatan segera
menindaklanjuti amar putusan Mahkamah Agung (MA) yang mencabut Peraturan
Direktur jaminan Pelayanan kesehatan Nomor 2 Tahun 2018 tentang Penjaminan
Pelayanan Katarak dalam Program Jaminan Kesehatan, Peraturan Direktur
Jaminan Pelayanan Kesehatan Nomor 3 Tahun 2018 tentang Penjaminan
Pelayanan Persalinan dengan Bayi Lahir Sehat, dan Peraturan Direktur Jaminan
pelayanan Kesehatan Nomor 5 Tahun 2018 tentang Penjaminan Pelayanan
Rehabilitasi Medik, dengan segera membuat Peraturan Direksi BPJS Kesehatan
tentang pencabutan setelah menerima putusan dari MA dan secara resmi
mengirimkan ke seluruh fasilitas pelayanan kesehatan yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan.

Kebijakan publik penting diketahui oleh mahasiswa Program Magister


Keperawatan untuk mengetahui sebuah kebijakan itu dibuat, agar kajian teoritis
dan ilmiah yang dilakukan dalam kelas menjadi lebih bermakna. Atas dasar inilah,
dengan bimbingan Ibu Agustin Indracahyani, Ns. Skep, MS, mahasiswa S-2 Ilmu
Keperawatan peminatan manajemen mengadakan dua kali kunjungan dan
melakukan wawancara dengan Bapak Dede Yusuf Macan Effen, S. T, M.I, Pol,
sebagai Ketua Komisi IX DPR RI periode 2014-2019 menyelesaikan rapat pada
hari Kamis, 25 Oktober 2018 dan kunjungan kedua dilaksanakan pada tanggal 29
Oktober 2018.

Dari hasil kunjungan ini, mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dari pelaku
pembuat kebijakan publik di bidang kesehatan. Dalam pertemuan kunjungan
spesifik terkait pengawasan pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terkait
adanya tiga perdirjampelkes BPJS Kesehatan yang telah dicabut MA di Gedung
Nusantara I, di Ruang Rapat Komisi IX DPR RI, dihadiri oleh beberapa
stakeholder pada kunjungan pertama, dan pada kunjungan mahasiswa ke dua,
Menteri Kesehatan Ibu Nilla F. Moeloek dan Direktur BPJS, Bpk Fachmi Idris
menghadiri rapat.

1.2 Tujuan Kunjungan


A. Tujuan Umum
1. Mengetahui bagaimana suatu kebijakan publik dibuat.
2. Mengetahui berbagai landasan, kepentingan dan alasan yang melandasi
suatu kebijakan.
B. Tujuan Khusus
1. Sebagai agenda perkuliahan mata kuliah Kepemimpinan dan Kebijakan
Pelayanan Keperawatan
2. Sebagai sarana berkomunikasi dan mengaplikasikan hasil diskusi saat
perkuliahan Kepemimpinan dan Kebijakan Pelayanan Keperawatan
3. Sebagai sarana memperkenalkan mahasiswa FIK UI Program Manajemen
mengikuti proses dalam pembuatan kebijakan publik.

1.3 Manfaat Kunjungan


Kunjungan ke DPR RI ini memiliki manfaat yang besar bagi mahasiswa dan bagi
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Peminatan Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan FIK UI. Manfaatnya adalah sebagai berikut:
A. Bagi Mahasiswa
1. Mendapatkan pengayaan informasi kepada mahasiswa dalam proses
pembuatan kebijakan publik.
2. Mendapatkan berbagai macam informasi secara aktual dan fenomena yang
terkait dengan informasi pembuatan kebijakan publik.
3. Mendapatkan pengalaman langsung saat pertimbangan-pertimbangan
dalam pembuatan kebijakan publik.
B. Bagi Program Magister Manajemen Keperawatan
1. Mendapatkan pengayaan informasi tentang kebijakan-kebijakan negara di
Bidang Kesehatan dalam hal ini pembahasan tentang Jaminan Kesehatan
Nasional.
2. Pemutakhiran kajian dan teori kebijakan publik.

1.4 Pelaksanaan Kunjungan


Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis 25 Oktober 2018 dan hari Selasa, 29
Oktober 2018, kedua kunjungan tersebut dimulai pukul 14.00 WIB hingga 18.00
WIB bertempat di Ruang Sidang Komisi IX, Gedung Nusantara I, DPR RI, Jalan
Senayan, Jakarta Pusat. Peserta kunjungan terdiri atas 11 mahasiswa Program
Magister Manajemen Keperawatan, dibimbing oleh Ibu Agustin Indracahyani, Ns.
Skep, MS. Peserta tiba di gedung DPR RI pada pukul 13.00 WIB, dilanjutkan
dengan pengurusan administrasi dan kelengkapan. Peserta menuju ke balkon yang
berada di sekitar ruang rapat Komisi IX. Rapat dipimpin oleh Bapak Dede Yusuf
sebagai Ketua Komisi IX DPR RI periode 2014-2019. pada pukul 14.15 WIB.
Mahasiswa mengikuti proses persidangan hingga pukul 18.00 WIB. Setelah rapat
selesai, mahasiswa diberi kesempatan bertemu dengan Bapak Dede Yusuf dan
ada sesi tanya jawab yang dilakukan di lantai 1 Ruang Rapat Komisi IX.
Kegiatan berikutnya adalah foto bersama dan mahasiswa meninggalkan Gedung
MPR/DPR RI .

Anda mungkin juga menyukai