Anda di halaman 1dari 17

Metode Transportasi

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Riset Operasi


Dosen Pengampu.

Oleh :

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA

FAKULTAS SAINTEK

SISTEM INFORMASI

2017/2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah
SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti petunjuk beliau sampai
akhir zaman. Atas berkat rahmat allah yang maha esa, akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas
makalah riset operasi yang telah di bimbing oleh bapak Sulaiman dengan judul “Metode
Transportasi”.
Pembuatan makalah ini di buat dengan sesimple mungkin, dengan bahasa yang mudah di
mengerti. Metode transportasi ini di gunakan untuk mengatur distribusi dari sumber-sumber yang
menyediakan produk yang sama ke tempat-tempat yang membutuhkan secara optimal dengan
biaya yang termurah.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Namun bukan
mustahil dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan komentar yang relevan yang dapat dijadikan masukan dalam
menyempurnakan makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Amin
yarabbal ‘alamin.

Malang, 28 november 2017

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode Transportasi
2.2 Tujuan metode transportasi yaitu:
2.3 Ada tiga macam metode dalam metode transportasi:
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya masalah transportasi berhubungan dengan distribusi suatu produk tunggal
dari beberapa sumber, dengan penawaran terbatas, menuju beberapa tujuan, dengan permintaan
tertentu, pada biaya transport minimum. Karena hanya ada satu macam barang, suatu tempat
tujuan dapat memenuhi permintaanya dari satu atau lebih sumber. Asumsi dasar model ini adalah
bahwa biaya transport pada suatu rute tertentu proporsional dengan banyaknya unit yang
dikirimkan. Unit yang dikirimkan sangat tergantung pada jenis produk yang diangkut. Yang
penting, satuan penawaran dan permintaan akan barang yang diangkut harus konsisten.
Metode transportasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengatur distribusi
dari beberapa sumber ke tempat-tempat yang membutuhkan barang. Pendistribusian barang
harus diatur sedemikian rupa, karena ada perbedaan jarak atau biaya dari sumber-sumber yang
ada dan tempat-tempat yang yang membutuhkan barang. Tujuan dari masalah transportasi adalah
untuk menentukan jumlah yang optimal dari barang yang akan diangkut dari berbagai sumber ke
berbagai tujuan sehingga biaya transportasi total minimum.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode transportasi?
2. Apa tujuan metode transportasi?
3. Apa saja macam-macam metode transportasi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian metode transportasi
2. Untuk mengetahui tujuan metode transportasi
3. Untuk mengetahui macam-macam metode transportasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode Transportasi
Metode transportasi yaitu suatu metode yang di gunakan untuk mengatur distribusi dari
sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama ke tempat-tempat yang membutuhkan
secara optimal dengan biaya yang termurah. Alokasi produk ini harus di atur sedemikian rupa
karena terdapat perbedaan biaya-biaya alokasi dari satu sumber atau beberapa sumber ke tempat
tujuan yang berbeda.
Model transportasi diantaranya yaitu:
1. Merupakan salah satu bentuk dari model jaringan kerja (network)
2. Suatu model yang berhubungan dengan distribusi suatu barang tertentu dari sejumlah sumber ke
berbagai tujuan
3. Satiap sumber mempunyai sejumlah barang untuk di tawarkan dan setiap tujuan mempunyai
permintaan terhadap barang tersebut
4. Terdapat biaya transportasi per unit barang dari setiap rute
5. Asumsi dasar yaitu biaya transportasi pada suatu rute tertentu proporsional dengan banyak
barang yang di kirim
2.2 Tujuan metode transportasi yaitu:
1. Suatu proses pengaturan distribusi barang dari tempat yang menghasilkan barang dengan
kapasitas tertentu ke tempat yang membutuhkan barang tersebut dengan jumlah kebutuhan
tertentu agar biaya distribusi dapat di tekan seminimal mungkin
2. Berguna untuk memecahkan permasalahan distribusi
3. Memecahkan permasalahan bisnis lainnya seperti masalah pengiklanan, alokasi dana untuk
investasi, analisis lokasi dsb.
Ciri-ciri penggunaan
1. Terdapat sejumlah sumber dan tujuan tertentu
2. Kuantitas barang yang di distribusikan dari setiap sumber dan yang di minta oleh tujuan
besarnya tertentu
3. Barang yang di kirim dari suatu sumber ke suatu tujuan besarnya sesuai dengan permintaan dan
kapasitas sumber
2.3 Ada tiga macam metode dalam metode transportasi:
1. Metode Stepping Stone
2. Metode MODI (Modified Distribution Method)
3. Metode VAM (Vogel’s Approximation Method)
Contoh sederhana pemecahan masalah dengan metode transportasi yaitu suatu perusahaan
manufaktur yang membuat VCD mempunyai dua pabrik yang letaknya di kota Jakarta dan
Medan dengan kapasitas produksi masing-masing 1.000 dan 1.500 unit per minggu. Setiap akhir
minggu VCD tersebut dikirimkan ke 3 pusat industri yang berada di Pontianak, Makasar, dan
Jayapura. Daya tampung per minggu kota-kota distributor Pontianak (950 unit), Makasar (1.200
unit), dan Jayapura (400 unit). Biaya angkut per VCD dari setiap pabrik ke masing-masing
daerah yaitu:
Tabel 2.1 Alokasi barang dari tempat asal ke tempat tujuan
Dari-Ke Pontianak Makasar Jayapura
Jakarta Rp 10.000,00 Rp 25.000,00 Rp 60.000,00
Medan Rp 15.000,00 Rp 40.000,00 Rp 80.000,00

1. Metode Stepping Stone


Stepping Stone adalah memindahkan batu dari sel satu ke sel satu lain. Sebelumnya patokan sel
pada sudut kiri atas diisi lebih dahulu. berikut tabel matrik alokasi yang pertama dengan mengisi
sel pojok kiri atas.
Tabel 2.2 Matriks ke-1/ SS
Dari- ke Pontianak (P) Makasar (Mk) Jayapura (Jp) Kapasitas
Jakarta (J) 10 25 60 1.000
900 100 0
Medan (M) 15 40 80 1.500
0 1.100 400
Daya tampung 900 1.200 400 2.500

Sel ( J,P× ) sebagai perpotongan baris J dengan kolom P merupakan kotak sel yang
terdapat dipojok kiri atas ( north west corner). Isilah sel-sel lain dengan memperhatikan
kapasitas pada baris maupun daya tampung pada kolom masing-masing. Misalnya sel (J,P) tidak
dapat diisi 1.000 unit karena daya tampung P hanya 900. Pada sel (J,P) diisi dengan angka 900
saja. Kapasitas J sebesar 1.000 unit, baru dialokasikan sebanyak 900 ke P sehingga sisa 100 unit
dikirimkan ke sel (J,Mk). Sementara sel (J,Jp) kosong alias nol. Sel (M,P) sebesar 0 unit karena
kolom P hanya memerlukan 900 unit saja, dengan demikian sel (M,Mk) harus diisi sebesar
1.200-100 unit = 1.100 unit. Lalu perhatikan baris M di mana kapasitas yang tersedia sebesar
1.500, sedangkan yang telah dialokasikan hanya sebesar 1.100 unit ke sel (M,Mk) sehingga
sebesar 1.500 unit – 1.100 unit = 400 unit harus dialokasikan ke sel (M,Jp).
Dengan alokasi pengiriman barang dari dua tempat asal Jakarta dan Medan ke Pontianak,
Makasar, dan Jayapura seperti tercantum dalam Matriks ke-1, selanjutnya kita dapat menghitung
total biaya transportnya, yakni sebesar:
900 unit × Rp 10.000/unit = Rp 9.000.000,00
100 unit × Rp 25.000/unit = Rp 2.500.000,00
1.100 unit × Rp 40.000/unit = Rp 44.000.000,00
400 unit × Rp 80.000/unit = Rp 32. 000.000,00 +
Total biaya transportasinya = Rp 87.500.000,00
Pertanyaannya, apakah total biaya transport sebesar Rp 87.500.000,00 tersebut masih dapat
diturunkan lagi atau tidak ? Untuk menjawab pertanyaan ini cara-cara stepping stone memberi
petunjuk untuk coba memindahkan “batu-batu” tersebut ke sel-sel yang lain. Mari kita
mencobanya dengan memindahkan 1 batu saja dari sel (M,Mk) ke sel (M,P). Lihat anak-anak
panah pada matriks -1 memindahkan 1 unit (batu) dari sel (M,Mk) ke sel (M,P). Akibat
pemindahan tersebut, maka harus diikuti oleh pemindahan satu unit dari sel (J,P) ke sel (J,Mk)
sehingga jumlah vertikal dan horizontal “kapasitas “ dan “daya tampung” tidak berubah. Apakah
dengan pemindahan 1 unit dari dan ke sel-sel tersebut di atas mempunyai akibat terhadap biaya
transport? Tentu ada. Cara menghitungnya ialah sebagai berikut.
(i) Sel (M,Mk) ke sel (M,P) artinya mengurangi (-) sel (M,Mk) menambah (+) sel (M,P) sehingga
(-1 × Rp 40.000,00) + (1 × Rp 15.000,00) = - Rp 25.000,00
(ii) Sel (M,P) ke sel (J,P)
(+1 × Rp 15.000,00) + (-1 × Rp 10.000,00) = + Rp 5.000,00
(iii) Sel (J,P) ke sel (J,Mk)
(-1 × Rp 10.000,00) + (1 × Rp 25.000,00) = + Rp 15.000,00
(iv) Dari sel (J,Mk) ke sel (M,Mk)
(1 × Rp 25.000,00) + (-1 × Rp 40.000,00) = - Rp 15.000,00
Jadi, (i) + (ii) + (iii) + (iv) = -25.000 + 5.000 + 15.000 – 15.000 = -20.000
Artinya dengan memindahkan 1 unit (batu) dari sel (M,Mk) ke sel (M,P) akan menurunkan
biaya transport sebanyak Rp 20.000,00. Jika demikian, pindahkan saja sebesar 900 unit sehingga
diperoleh Matriks ke-2 berikut ini.
Tabel 2.3 Matriks ke-2/SS
Dari - ke Pontianak (P) Makasar (Mk) Jayapura (Jp) Kapasitas

Jakarta (J) 10 25 60 1.000


0 1.000 0
Medan (M) 15 40 80 1.500
900 200 400
Daya tampung 900 1.200 400 2.500

Berdasarkan alokasi barang seperti tercantum dalam Matriks-2 diperoleh total biaya
transport (1.000 × Rp 25.000,00) + (900 × Rp 15.000,00) + (200 × Rp 40.000,00) + (400 × Rp
80.000,00) = Rp 78.500.000,00
Pertanyaannya, apakah total biaya Rp 78.500.000,00 tersebut masih dapat diturunkan lagi?
Kita coba lagi dengan memindahkan 1 unit barang dari sel (J,Mk) ke sel (J,Jp) dengan akibat
beruntun terlihat dengan anak panah pada matriks ke-2.
(i) Sel (J,Mk) ke sel (J,Jp) = (-1 × Rp 25.000,00) + (1 × Rp 60.000,00) = + Rp 35.000,00
(ii) Sel (J,Jp) ke (M,Jp) = (1 × Rp 60.000,00) + (-1 × Rp 80.000,00) = - Rp 20.000,00
(iii) Sel (M,Jp) ke sel (M,Mk) = (-1 × Rp 80.000,00) + (1 × Rp 40.000,00) = - Rp 40.000,00
(iv) Sel (M,Mk) ke sel (J,Mk) = (1 × Rp 40.000,00) + (-1 × Rp 25.000,00) = + Rp 15.000,00
Jadi, (i) + (ii) + (iii) + (iv) = Rp 35.000,00 – Rp 20.000,00 – Rp 40.000,00 + Rp 15.000,00 = -
Rp 10.000,00. Hal ini berarti dengan memindahkan 1 unit akan mengurangi biaya sebesar Rp
10.000,00. Oleh karena itu, pindahkan saja sebanyak 400 unit (sesuai dengan daya tampung Jp)
sehingga alokasinya seperti tercantum dalam matriks ke-3 berikut ini.

Tabel 2.4 Matriks ke-3/SS


Dari – ke Pontianak (P) Makasar (Mk) Jayapura (Jp) Kapasitas
Jakarta (J) 10 25 400 60
900 600 1.000
Medan (M) 15 40 80 1.500
900 600 0
Daya tampung 900 1.200 400 2.500

Dengan Matriks ke-3, maka total biaya transportasi = (600 × Rp 25.000,00) + (400 × Rp
60.000,00) + (900 × Rp 15.000,00) + (600 × Rp 40.000,00) = Rp 15.000.000,00 + Rp
24.000.000,00 + Rp 13.500.000,00 + Rp 24.000.000,00 = Rp 76.500.000,00.
Apakah total biaya Rp 76.500.000,00 ini masih dapat diperkecil? Mari coba lagi
memindahkan 1 unit dari sel (M, P) ke sel (J,P). Kita coba memindahkan 1 unit barang (batu/
stone) dari sel (M,P) ke sel (J,P). Apa yang terjadi?
(i) -1 (Rp 15.000,00) + 1 ( Rp 10.000,00) = - Rp 5.000,00
(ii) Dari sel (J,P) ke sel (J,Mk)
+1 (Rp 10.000,00) -1 (Rp 25.000,00) = - Rp 15.000,00
(iii) Dari sel (J,Mk) ke sel (M,Mk)
-1 (Rp 25.000,00) + 1 (Rp 40.000,00) = + Rp 15.000,00
(iv) Dari sel (M,Mk) ke (M,P)
+1 (Rp 40.000,00) -1 (Rp 15.000,00) = + Rp 25.000,00
Jadi, (i) + (ii) + (iii) + (iv) = - Rp 5.000,00 + (– Rp 15.000,00) + Rp 15.000,00 + Rp
25.000,00 = + Rp 20.000,00
Jadi, dengan memindahkan 1 unit barang dari sel (M,P) ke sel (J,P) akan menaikkan biaya
transport sebesar Rp 20.000,00. Jika demikian, jangan dipindahkan. Berdasarkan perhitungan
tersebut matriks-3 telah optimal, artinya pihak manajemen membuat perencanaan alokasi produk
VCD dari Jakarta dan Medan ke kota distribusi Pontianak, Makasar dan Jayapura sebagai berikut
: Pabrik Jakarta yang berkapasitas 1.000 unit mendistribusikan produknya ke Makassar 600 unit
dan Jayapura 400 unit. Pabrik Medan mendistribusikan produk VCD ke Pontianak 900 dan ke
Makassar 600 unit sesuai dengan kapasitas pabrik 1.500 unit.

2. Metode MODI (Modified Distribution Method)


Metode MODI atau singkatan dari metode Modified Distribution Method, merupakan
modifikasi perhitungan biaya transportasi cara Stepping Stone ( memindahkan batu). Artinya,
MODI ini merupakan perbaikan dari cara Stepping Stone tersebut, karena secara umum lebih
singkat.
Langkah dari MODI adalah sebagi berikut.
a) Mengisi sel berdasrkan northwest corner, sebagai langkah awal yakni mengisi sel yang terdapat
di sudut kiri atas terlebih dahulu. selanjutnya dengan memperhatikan kapasitas-kapasitas maupun
daya tampung setiap kolom, sel-sel berikutnya diisi.
b) Sel-sel yang berisi “batu” dinilai dengan rumus sebagi berikut.

Nilai tempat awal (A) + nilai tempat tujuan (T) + nilai sel (A, T) = 0

Dari - ke T
A Sel (A, T)

Nilai tempat tujuan T bila mempunyai J kolom, kita beri simbol Kj, sedangkan sel-sel yang
merupakan perpotongan baris Bi dan kolom Kj disebut sel (Bi, Kj), sehingga rumus umumnya
menjadi:
Nilai Bi + Nilai Kj + (Bi, Kj) = 0

c) Untuk menerapkan rumus tersebut, pada tahap pertama B, dari baris i diberi nilai sebesar 0 (nol).
d) Setelah seluruh sel-sel yang terisi “dinilai” untuk menghitung besarnya Bi dan Kj, selanjutnya
dengan rumus yang sama dinilai pula semua sel yang kosong. Tujuannya untuk mencari sel yang
bernilai paling rendah, dan kemudian menjadi sel yang harus diisi. Disinilah kelebihan MODI
dengan Stepping Stone, yaitu sel yang akan diisi perlu “dinilai” terlebih dahulu, sedangkan pada
Stepping Stone cara menilai sel-sel yang harus diisi dihitung secara lebih panjang prosesnya dan
lebih lama.
e) Bila sel-sel kosong telah terisi, berarti diperoleh matriks baru yang berbeda alokasinya dengan
matriks awal, selanjtunya matriks baru tersebut perlu dinilai lagi dengan prosedur yang sama dari
(a) sampai dengan (e).
Tampaknya akan lebih mudah penghayatannya bila penerapan metode MODI ini
dijelaskan dengan contoh seperti di bawah ini:
Tabel 2.5 Matriks ke-1/MODI
Dari - ke K1 = -10 K2 = -25 K3 = -65 Kapasitas

B1 = 0 10 25 60
900 100 1.000
B2 = - 15 15 40 80 1.500
1.100 400
Daya tampung 900 1.200 400 2.500

Ingat pada matriks ke-1, sel-selnya diisi di sudut kiri atas (north west corner) dengan
memperhatikan kapasitas dan daya tampung masing-masing baris dan kolom.
Menilai sel yang terisi:
(i) Sel ( B1,K1) : B1 + (B1,K1) +K1 = 0
0 + 10 + K1 = 0
K1 = -10 Cantumkan angka – 10 pada K1 di matriks ke -1
(ii) Sel ( B1,K2) : B1 + (B1,K2) +K2 = 0
0 + 25 + K2 = 0 K2 = - 25 Cantumkan angka – 25 pada K2 di matriks ke -1
(iii) Sel ( B2,K2) : B2 + (B2,K2) +K2 = 0
B2 + 40 + (-25) = 0
B2 + 15 = 0
B2 = -15 Cantumkan angka – 15 pada B2 pada baris di matriks ke -1
(iv) Sel ( B2,K3) : B2 + (B2,K3) + K3 = 0
-15 + 80 + K3 = 0
K3 = -65
Jadi B1, B2, K1, K2, dan K3 telah diisikan nilainya. Selanjutnya kita perlu menilai sel-sel
kosong mana yang berpotensi diisi menerima pindahan. Dalam hal ini terdapat dua sel saja,
yakni sel ( B1,K3), dan ( B2,K1).
(i) Sel ( B1,K3) : B1 + (B1,K3) +K3 = 0
0 + 60 + (-65) = -5
(ii) Sel ( B2,K1) : B2 + (B2,K1) +K1 = 0
-15 + 15 + (-10) = 0
0 – 10 = -10
Membandingkan kedua sel kosong tersebut, maka sel (B2, K1) mempunyai nilai negatif
sebesar –10, sedangkan sel (B1, K3) hanya sebesar –5. Jadi sel (B2, K1) harus diisi dengan
memindahkan dari sel yang ada. Berikut matriks ke-2 di bawah ini. Sel (B2, K1) diisi 900 unit.
Sel yang lain pun isinya bergeser sesuai kapasitas dan daya tampung.
Tabel 2.6 Matriks ke-2/MODI
Dari- ke K1 = 0 K2 = -25 K3 = -60 Kapasitas
B1 = 0 10 25 60 1.000
0 600 400
B2 = -15 15 40 80 1.500
900 600 0
Daya tampung 900 1.200 400 2.500

Karena sel (B2, K1) menerima 900 unit dari sel (B1, K1), maka sel (B2, K2) dan sel (B2, K3)
harus berkurang karena kapasitas baris B2 hanya 1.500 unit. Di lain pihak, sel (B1, K3) juga harus
diisi sebanyak 400 unit dengan memindahkan dari sel (B2, K3) sehingga sel (B2, K2) tinggal
1.500 – 900 = 600 unit. Kemudian di cek lagi apakah matrik ke-2 MODI sudah optimum.
Caranya sama:
(i) Mulai dengan B1 = 0, lalu gunakan rumus untuk mencari nilai B2, K2, K3. Perhatika sel-sel yang
terisi saja dulu. Sel (B1, K2) B1 + (B1, K2) + K2 = 0
0 + 25 + K2 = 0
K2 = -25
Sel (B1, K3) B1 + (B1, K3) + K3 = 0
0 + 60 + K3 = 0, K3 = -60
Sel (B2, K2) B2 + (B2, K2) + K2 = 0
B2 + 40 + (-25) = 0
B2 + 40 -25 = 0
B2 = -15
Sel (B2, K1) B2 + (B2, K1) + K1 = 0
-15 + 15 + K1 = 0
K1 = 0
Tahap berikutnya adalah menilai sel-sel yang kosong, yakni:
Sel (B1, K1) = B1 + (B1, K1) + 0 = 0 + 10 + 0 = 10, artinya bila sel ini diisi justru akan menambah
biaya transportasi sebesar Rp 10.000,00 per unit barang. Jadi, jangan diisi, karena nilainya positif
atau + (plus).
Sel (B2, K3) B2 + (B2, K3) + K3
-15 + 80 + (-60)
80 - 75 = 5
Sel (B2, K3) juga jangan diisi, karena hasilnya positif 5 atau +5.
Kesimpulannya, kedua sel yang kosong pada Matriks ke-2/ MODI tersebut mempunyai nilai
yang positif (+). Jadi, Matriks ke-2/ MODI tersebut telah optimum. Berapa total biaya
transportasinya? Mari kita hitung.
transportasi = 600 (Rp 25.000,00) + 400 (Rp 60.000,00) + 600 (Rp 40.000,00) + 900 ( Rp 15.000,00)
= Rp 15.0000.000,00 + Rp 24.000.000,00 + Rp 24.000.000,00 + Rp 13.500.000,00
TBT = Rp 76.500.000,00
Artinya, total biaya transportasi yang paling minimum sebesar Rp 76.500.000,00. Ternyata cara
matematis, stepping stone, dan MODI menghasilkan total biaya minimum yang sama, yakni Rp
76.500.000,00.

3. Metode VAM (Vogel’s Approximation Method)


Metode Vogel’s atau VAM tampaknya merupakan perbaikan dari cara-cara perhitungan
di atas, selain lebih mudah juga lebih praktis dan cepat.
Prosedur VAM terdiri dari:
a) Cari dan hitung besarnya selisih angka biaya transport peringkat terkecil dengan angka biaya
transport yang lebih besar pada peringkat berikutnya, dalam setiap baris dan kolom masing-
masing. Contoh peringkat terkecildengan peringkat berikutnya : Misal, dari angka 8,12,17, dan 6.
Angka peringkat terkecil 6, sedangkan peringkat berikutnya 8, jadi selisihnya 8 -6 = 2.
b) Angka selisih tersebut dalam butir (a) ditempatkan di ujung masing-masing baris atau di ujung
puncak kolom masing-masing.
c) Angka-angka tersebut, baik yang berada di ujung baris maupun puncak kolom dipilih yang
paling besar selisihnya. Angka yang dipilih menunjukkan baris atau kolom yang sel-selnya akan
dipilih untuk diisi sesuai dengan kapasitas atau daya tampungnya.
d) Hanya sel-sel baris atau kolom yang mempunyai biaya transportasi paling kecil mendapat
prioritas untuk memperoleh alokasi untuk diisi.
e) Bila baris atau kolom yang selnya diisi telah penuh sebesar kapasitas atau daya tampungnya,
maka baris atau kolom tersebut sebaiknya di “arsir” sebagai “tanda” agar tidak diganggu dalam
proses perhitungan berikutnya. Akan tetapi, apabila baris atau kolom belum penuh, karena masih
lebih kecil dari kapasitas atau daya tampungnya maka biarkan saja tidak perlu diarsir.
f) Tahap berikutnya, menjalani prosedur secara cermat dari (a) sampai dengan (e).
Untuk menerapkan tahap-tahap tersebut sebaiknya perhatikan contoh berikut.
Tabel 2.7 Matriks VAM
- 15 20 lapis -2

5 15 20 lapis -1

Dari – ke K1 K2 K3 Kapasitas

B1 10 25 400 60 15 35
0 600 1.000
B2 15 40 80 1.500 25 40
900 600 0
Daya tampung 900 1.200 400 2.500 Lapis- Lapis-
1 2

Pada lapisan 1, perbedaan angka pada kolom dari baris berturut-turut adalah 5,15, 20, 15,
dan 25. Mana yang paling besar? Tentu angka 25.
Catatan:
Angka 5 dalam kolom K1 sebesar 5 hasil dari 15-10. Sedangkan angka 25 pada baris B2 berasal
dari 40 – 15. Demikian pula angka lain dihitung dengan cara yang sama, seperti disebutkan
langkah (a).
Angka 25 berada pada baris B2 sehingga baris B2 dipilih untuk diisi. Oleh karena itu, buat
garis arah ( ) untuk menunjukkan baris B2 sebagai baris yang mempunyai sel (B2, K1), sel (B2,
K2), dan sel (B2, K3). Sel mana dari ketiga sel tersebut yang mempunyai angka biaya transport
paling kecil? Tentu saja sel (B2, K1) yaitu 15. Jadi, isi saja sel (B2, K1) tersebut dengan angka
900. Mungkin anda bertanya mengapa tidak diisi dengan angka 1.500 unit? Karena daya
tampung kolom K1 hanya 900 unit saja.
Jika demikian, berarti kolom K1 sudah terpenuhi kebutuhannya, sehingga kolom K1
diarsir. Selesai tahap ke-1, lalu diulang proses yang sama untuk 4 sel yang tersisa. Buat lapis ke-
2 untuk mencari selisih angka biaya transport seperti di atas. Dari lapis ke-2 kita diperoleh
angka-angka 15, 20, 35, dan 40. Mana yang paling besar? Tentu 40. Artinya, baris B2 terpilih lagi
untuk diisi sel-sel tersisa yaitu sel (B2, K2), dan sel (B2, K3). Sel yang mempunyai biaya transport
paling kecil adalah (B2, K2), yakni 40. Berapa unit harus diisikan pada sel (B2, K2)? Jumlahnya
1.500 unit – 900 unit = 600 unit. Jadi, baris B2 sudah penuh sebanyak kapasitas 1.500 unit. Oleh
karena itu baris B2 diarsir saja. Selesai tahap ke-2, seterusnya kita perhatikan sel yang tersisa,
yaitu sel (B1, K2) dan (B1, K3). Isi saja masing-masing dengan memperhatikan daya tampung dan
kapasitas. Jadi, sel (B1, K2) diisi dengan 600 unit (=1.200 unit – 600 unit. Sedangkan sel (B1, K3)
dengan 400 unit (= 1.000 unit – 600 unit).
Berarti selesai sudah alokasi “pengiriman dari tempat asal ke tempat tujuan dengan total
biaya transportasi sebesar
= (600 × 25.000) + ( 400 × 60.000) + (900 × 15.000) + (600 × 40.000)
= 15.000.000 + 24.000.000 + 13.500.000 + 24.000.000
= 76.500.000
Jadi t min = Rp 76.500.000,00

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode transportasi yaitu suatu metode yang di gunakan untuk mengatur distribusi dari
sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama ke tempat-tempat yang membutuhkan
secara optimal dengan biaya yang termurah.
Tujuan metode transportasi yaitu:
1. Suatu proses pengaturan distribusi barang dari tempat yang menghasilkan barang dengan
kapasitas tertentu ke tempat yang membutuhkan barang tersebut dengan jumlah kebutuhan
tertentu agar biaya distribusi dapat di tekan seminimal mungkin
2. Berguna untuk memecahkan permasalahan distribusi
3. Memecahkan permasalahan bisnis lainnya seperti masalah pengiklanan, alokasi dana untuk
investasi, analisis lokasi dsb.
Ada tiga macam metode dalam metode transportasi:
1. Metode Stepping Stone
2. Metode MODI (Modified Distribution Method)
3. Metode VAM (Vogel’s Approximation Method)
DAFTAR PUSTAKA

Trihudiyatmanto. 2017. “Metode transportasi”. Https://www.slideshare.net.com > hudysadwara. Di


akses pada tanggal 28 november 2017
Drs. Suyadi Prawirosentono, MM., M. B.A. 2005. Riset Operasi dan Ekonofisika. Jakarta: Sinar
Grafika Offset

Anda mungkin juga menyukai