Anda di halaman 1dari 4

Pencegahan Penyakit Jantung

Pencegahan dibagi atas tiga kategori, yaitu :


1. Prevensi primer, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit pada orang normal
2. Prevensi sekunder, yang bertujuan untuk menghambat perkembangan suatu penyakit
3. Prevensi tersier, yang bertujuan untuk rehabilitasi dan meminimalkan dampak komplikasi

A. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya pencegahan yang dilakukan sebelum seseorang menderita
penyakit jantung. Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk menghambat berkembangnya dan
meluasnya faktor-faktor risiko penyakit jantung. Upaya pencegahan ini berupa :
1. Peningkatan kesadaran pola hidup sehat.
Upaya ini lebih baik dilakukan sejak bayi, dengan tidak membiarkan bayi jadi gemuk dan
merubah kriteria bayi gemuk sebagai pemenang kontes bayi sehat. Kegemukan pada bayi akan
lebih memudahkan waktu ia dewasa. Demikian pula pendidikan dan pengamalan pola hidup sehat,
harus dimulai sejak balita. Menganjurkan anak-anak banyak makan sayuran dan buah serta
menghindari makanan yang kurang mengandung serat dan banyak kolesterol seperti Pizza Hut, Mc
Donal's, CFC, KFC dan lain-lain.
Kampanye stop rokok memang terasa sulit, namun perlu dibudayakan. Bagi orang yang sudah
merasakan sakitnya angina pektoris, mungkin lebih mudah, tetapi bagi yang belum merasakanya
mungkin memerlukan bantuan orang lain seperti anak dan istrinya. Berhenti merokok merupakan
target yang harus dicapai, juga hindari asap rokok dari lingkungan, kurangi atau stop minum
alkohol.
Melakukan olahraga secara teratur. Biasakan setiap hari untuk melakukan olah raga, setidaknya
3 – 5 kali perminggu dapat melakukan olah raga selama 30 menit sangat berguna untuk kesehatan
jantung kita. Menghindari faktor-faktor risiko yang lain, khususnya faktor penyakit jantung yang
dapat dimodifikasi. Secara mudah pola hidup SEHAT dapat dilakukan, yang dapat dijabarkan yaitu
Seimbang gizi, Enyahkan rokok, Hindari Stres, Awasi tekanan darah, dan Teratur berolahraga.
Adapun rekomendasi dari Kementerian Kesehatan RI dalam periode 2012 – 2021 perlu
memberikan prioritas terhadap upaya mendorong masyarakat untuk mengadopsi pola hidup sehat
yaitu:
a. Tidak merokok
b. Mengkonsumsi makanan sehat : menghindari makanan berlemak, banyak makan makanan
berserat, sayur dan buah, serta membatasi konsumsi garam, gula dan alkohol
c. Beraktifitas fisik sedang ( jalan kaki 3 km ) setiap hari selama 30 menit minimal 5 x/minggu
d. Menjaga Indeks Massa Tubuh (IMT) < 23 kg/m2 dan menghindari obesitas sentral : lingkar
perut (LP) perempuan tidak melebihi 80 cm, laki-laki tidak melebihi 90 cm
e. Menjaga agar tekanan darah < 140/90 mmHg
f. Menjaga agar kadar kolesterol total darah < 190 mg/dl
g. Menjaga agar kadar kolesterol LDL darah < 115 mg/dl
h. Menjaga agar kadar gula darah puasa < 110 mg/dl

2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala


Banyak orang yang sudah menginjak usia senja (usia diatas 40 tahun) tidak mengetahui bahwa
dirinya mengidap penyakit tekanan darah tinggi, kencing manis ataupun dislipidemia (kelebihan
kolesterol), karena mereka enggan memeriksakan diri ke dokter atau mungkin pula penyakit
tersebut tidak memberikan suatu keluhan. Tidak jarang diantara mereka ini kemudian meninggal
mendadak karena serangan jantung. Karena itu, pemeriksaan kesehatan dalam rangka pencegahan
primer perlu dilakukan terutama pada :
a. Orang sehat (tanpa keluhan) diatas usia 40 tahun.
b. Anak dari orang tua dengan riwayat hipertensi, diabetes melitus, familier dislipidemia, mati
mendadak pada usia kurang dari 50 tahun
c. Obesitas
Adapun jenis pemeriksaan yang dianjurkan adalah :
a. Pemeriksaan fisik mengenai kemungkinan adanya kelainan pada jantung ataupun hipertensi.
b. Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) pada waktu istirahat.
c. Pemeriksaan laboratorium seperti : gula darah, total kolesterol, HDL, Kolesterol, LDL
kolesterol, Trigliserida, ureum, dan kreatinin.
d. Pemeriksaan treadmill test, terutama bagi penderita yang hasil EKG nya meragukan dengan
adanya keluhan nyeri dada (Chest pain).
e. Pemeriksaan Ekokardiografi terutama untuk melihat kelainan struktur / organis jantung.

B. Pencegahan Sekunder
Adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang yang sudah menderita penyakit jantung. Tujuan
Pencegahan Sekunder adalah agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut, tidak merasa invalid (cacat di
masyarakat), dan status psikologis penderita menjadi cukup baik. Untuk itu kiranya perlu dilakukan
langkah-langkah sebagai berikiut :
1. Pemeriksaan fisik yang lebih teliti untuk mengetahui kemampuan jantung dalam melaksanakan
tugasnya.
2. Mengendalikan faktor risiko yang menjadi dasar penyakitnya
3. Pemeriksaan treadmill test untuk menentukan beban/aktivitas fisik sehari-hari.
4. Pemeriksaan laboratoriumsecara rutin
5. Pemeriksaan Ekokardiografi (EKG) untuk melihat seberapa berat otot jantung yang telah mati.
6. Dilakukan pemeriksaan Angiografi koroner untuk melihat pembuluh darah koroner mana yang
tersumbat dan seberapa berat sumabatannya.
7. Ikut klub jantung sehat
8. Terapi Penyakit lebih lanjut : PTCA ataupun bedah pintas koroner (CABG).

C. Pencegahan Tersier
Program rehabilitasi jantung adalah suatu proses pemulihan dan penyembuhan seseorang yang
mengalami kelainan jantung, ketingkat yang optimal baik secara phisik, mental, sosial dan vokasional.
Terdapat 3 fase rehabilitasi jantung, yaitu :
1. Fase I
Tujuan Fase I yaitu mengembalikan kondisi (Reconditioning) yaitu mengatasi akibat negatif
dari tirah baring (Deconditiong) yang disebabkan karena sakitnya dan karena tindakan
pembedahan. Lamanya antara 7-14 hari. Penderita dipulangkan setelah uji latih jantung dengan
beban (Predischarge exercise test) atau tread mill test. Target Fase I yaitu mencapai kapasitas
aerobik 3 mets yaitu mampu jalan 1,5 km selama 30 menit, kenyataan tidak selalu tepat 1,5 km/30
kadang kurang lebih. Yang dikerjakan pada Fase I:
Ruang ICU : ROM-Chest Fisiotherapi/Breathing exercise
Ruang Intermendiate : Latihan ADL-Latihan duduk-Latihan berdiri-Latihan jalan
Ruang Rehab : Latihan jalan di luar kamar
Gymnasium : Latihan jalan dengan dosis yang meningkat, hingga mencapai 1,5km/30’
latihan sepeda 5’ tanpa beban. Pengawasan dengan telementri, tensi nadi
dan adanya keluhan.
2. Fase II
Tujuan Fase II, untuk menghindari progresifitas penyakit lebih jauh. Dilakukan edukasi,
evaluasi psikososial, vokasional dan seksual. Penderita sudah pulang dari Rumah Sakit, masih
latihan di UPF Rehabilitasi. Waktu latihan 4-8 minggu. Target Fase II yaitu mencapai kapasitas
aerobik 6 Mets yaitu mampu jalan 3 km selama 30 menit. Yang dikerjakan pada fase II
(Gymnasium) yaitu latihan jalan dengan dosis yang meningkat, hingga mencapai 3 km selama 30
menit latihan sepeda 10’ tanpa beban. Pengawasan dengan telementri, tensi nadi dan adanya
keluhan. Fase II diakhiri dengan Evaluasi Tread Mill Test, bila tidak tercapai makan tidak masuk
ke F.III tetapi mengulang kembali Fase II.
3. Fase III
Tujuan Fase III (pemeliharaan) yaitu untuk memelihara hasil yang dicapai supaya tidak mundur.
Mencegah progresifitas, memberikan latihan dan pengaturan diet. Dalam waktu 6 bulan diharapkan
regresi terjadi. Fase III dihubungkan dengan upaya Prevensi sekunder yaitu target Fase III:
Mencapai kapasitas aerobik 6-8 Mets, yaitu mampu jalan 3-4 km selama 30 menit tetapi
kenyataannya tidak selalu tepat 3-4 km/30 menit kadang kurang kadang lebih. Yang dikerjakan
pada fase III (Gymnasium ) yaitu latihan jalan dengan dosis yang meningkat, hingga mencapai 3-4
km selama 30 menit latihan sepeda 15’ tanpa beban.

Aktivitas pada Rehabilitasi Jantung, dilakukan latihan : ROM, Breathing exercise, ADL, Latihan
duduk, Senam, latihan berdiri, latihan jalan, sepeda dan penyuluhan.
a. ROM (Range of Motion)
Menggerakkan sendi sesuai luas gerak sendi. Di ICU penderita berada di tempat tidur,
dilakukan ROM pada tangan, siku dan lengan, pada awal dilakukan Fisioterapi, hari berikutnya
dilakukan sendiri dengan bantuan Fisioterapi dan selanjutnya dilakukan sendiri oleh penderita.
b. Breathing exercise
Penderita dilatih untuk bernapas dengan cara menarik nafas melewati hidung, perut
dikembangkan dengan tujuan: untuk merubah posisi diafragma dari melengkung keatas
menjadi mendatar, sedemikian hingga rongga dada menjadi lebih luas. Dilanjutkan
mengeluarkan napas melalui mulut, perut dikecilkan kembali untuk mengembalikan posisi
diafragma dari mendatar menjadi melengkung kembali.
c. ADL (Activity Daily Living)
Penderita dilatih untuk dapat melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri, yaitu
mandi, BAB, BAK, membersihkan diri, memasang pakaian, makan minum.
d. Latihan duduk
Penderita dilatih untuk duduk diatas tempat tidur, kemudian duduk ditepi tempat tidur dengan
meletakkan kaki diatas kursi, selanjutnya duduk dikursi.
e. Senam
Penderita dilatih untuk melakukan senam ringan sambil duduk yaitu dengan menggerakkan
tangan , lengan dan leher.
f. Latihan berdiri
Penderita dilatih untuk berdiri ketika drain sudah diambil, diawali dengan berdiri ditepi tempat
tidur.
g. Latihan jalan
Setelah berdiri cukup stabil, penderita dilatih untuk berjalan dalam kamar, dilanjutkan diluar
kamar selanjutnya latihan jalan di ruangan Rehabilitasi. Latihan jalan merupakan latihan
endurance (daya tahan) sedemikian sehingga meningkatkan aerobik.
h. Sepeda
Diawali dengan tampa beban selama 5 menit, pada fase II ditingkatkan menjadi 10 menit
dengan beban 25 Watt dan pada fase III selama 10 menit dengan beban 50 Watt.
i. Penyuluhan
Mengenai pengendalian/ modifikasi faktor resiko yaitu diet, rokok, hipertensi, latihan, ADL,
sex, psikologi, sosial.
Secara Umum Upaya Pencegahan penyakit jantung yang dapat dilakukan pada orang yang sehat,
orang yang berisiko, maupun oleh orang yang pernah menderita penyakit jantung adalah :
1. Berolah raga secara teratur, untuk membantu pembakaran lemak dan menjaga agar peredaran
darah tetap lancar.
2. Mengurangi konsumsi makanan berlemak/ berkolesterol tinggi dan meningkatkan konsumsi
makanan tinggi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Menjaga berat badan ideal.
4. Cukup istirahat dan kurangi stress, sehingga jumlah radikal bebas yang terbentuk dalam tubuh
tidak terlalu banyak.
5. Hindari rokok, kopi, danminuman beralkohol.
6. Melakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala untuk memantau kadar kolesterol dalam
darah.
7. Menjaga lingkungan tetap bersih.

Sumber :
Kemenkes RI. (2010). Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian Penyakit Tidak
Menular. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan RI.
McGowan, MD. M. (2001). Menjaga Kebugaran Jantung. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Widodo, Arif. (2012). Upaya Perawat dalam Promosi Kesehatan untuk Pencegahan Penyakit Jantung.
Disampaikan pada Seminar Nasional “Oprtimalisasi Peran Perawat dalam Penanganan 3
Masalah Kesehatan Utama Penyakit Tidak Menular” di Aula RSUD Kabupaten Sukoharjo, 14
juli 2012.
Yusuf, M. Y. (2007). Rehabilitasi Penyakit Jantung. Wijaya kusuma, Volume I, Nomor 1, 41-48.

Anda mungkin juga menyukai