Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ILMU GIZI

PENILAIAN STATUS GIZI

DISUSUN OLEH KELOMPOK III :


 FITRI HANDAYANI
NPM : 2018030008

 NURNANINGSIH. K
NPM : 2018030021

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES YAHYA BIMA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang di


konsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak di gunakan lagi. Status gizi adalah
keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, di
bedakan antara gizi kurang, baik, dan lebih berkaitan juga dengan keadaan akibat dari
keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi
tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.
Dalam penilaian status gizi terbagi menjadi dua bagian yaitu secara langsung dan
tidak langsung. Penilaian status gizi dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri,
klinis, biokimia dan biofisik. Dalam penilaian status gizi salah satunya yaitu dengan
metode pemeriksaan secara klinis.
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Penilaian status gizi perlu
dipertimbangkan dalam memilih metode penilaian status gizi yang meliputi tujuan, unit
sampel yang diukur, jenis informasi yang dibutuhkan, tingkat reliabilitas, dan akurasi
yang dibutuhkan. Dalam penentuan status gizi secara klinis terdapat pembagian
pemeriksaan yaitu riwayat medis dan juga pemeriksaan fisik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penilaian status gizi secara klinis?


2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi?
3. Bagaimana tanda dan gejala akibat kekurangan gizi ?
4. Apakah yang dimaksud dengan kecukupan gizi ?
5. Bagaimana cara memenuhi angka kecukupan gizi ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian penilaian status gizi secara klinis.


2. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
3. Menjelaskan tanda dan gejala beberapa gangguan akibat kekurangan gizi.
4. Mengetahui pengertian kecukupan gizi
5. Mengetahiu cara memenuhi angka kecukupan gizi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Penilaian Status Gizi Secara Klinis

Penilaian status gizi secara klinis merupakan metode yang sangant penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada
jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang
dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tyroid.

Penggunaan metode ini umumnya digunakan untuk survey klinis secata cepat . Survei
ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan
salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mrngrtahui tingkat status
gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala
(symptom) atau riwayat penyakit.

Salah satu metode penilaian status gizi secara langsung, secara umum terdiri dari dua
bagian yaitu :

1. Riwayat Medis (Medical History)


Merupakan catatan mengenai perkembangan penyakit dalam riwayat medis kita
mencatat semua kejadian yang berhubungan dengan gejala yang timbul pada
penderita beserta factor-faktor yang mempengaruhinya. Catatan tersebut
haruslah meliputi :
 Identitas penderita : umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, suku, dan
debagainya.
 Lingkungan fisik dan social budaya yang berkaitan dengan timbulnya
penyakit tersebut (malnutrisi), antara lain lingkungan fisik (keadaan
kesuburan tanah dan kandungan mineral tanah), lingkungan social dan
budaya (adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan-kebiasaan, serta pola
kehidupan masyarakat sekitarnya).
 Sejarah timbulnya gejala penyakit. Beberapa hal yang perlu diketahui
adalah : kapan berat badan mulai turun, kapan ada gejala anoreksia atau
nafsu makan menurun, kapan ada gejala muntah, apakah ada mencret
atau tidak, kalau ada kapan mulai terjadinya.
 Data-data tambahan yang diperlukan, misalnya :
a. Apakah penderita memderita anemia
b. Apakah penderita pernah operasi usus
c. Apakah penderita pernah menderita penyakit infeksi
d. Apakah pendrrita pernah menderita penyakit kronis seperti: lika
pada lambung(ulkus gaster), luka pada duodenum
e. Apakah ada kelainan bawaan (genetic)
f. Apakah ada alergi makanan
g. Apakah macam diet dan obat-obatan yang sebelumnya dipakai
Data-data tersebut dapat dikumpulkan melalui wawancara dengan penderita dan
keluarganya atau dengan observasi langsung pada rumah dan lingkungan
penderita. Semua informasi tersebut perlu dikumpulkan untuk mengetahui lebih
lanjut apakah gizi kurang disebabkan oleh penyebab primer yaitu konsumsi
makanan atau sebab lain seperti : penyakit menahun, obat-obatan yang lama,
keturunan (dalam hal ini mungkin disebabkan tidak terbentuknya enzim
pencernaan) sehingga menyebabkan terganggaunya proses pencernaan
makanan.

2. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemgamatan terhadap perubanah fisik yaitu semua peribahan yang
ada kaitannya dengan kekurangan gizi. Perubahan-perubahan tersebut dapat
dilihat pada kulit atau jaringan epitel, yaitu jaringan yang membungkus
permukaan tubuh, seperti rambut, mata, wajah, mulut, lidah, dan lain-lain serta
kelemjar tyroid. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui teknik :
 Inspeksi (periksa pandang)
Inspeksi adalah proses pengamatan dengan menggunakan mata (periksa
pandang). Inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang
berhubungan dengan status fisik. Inspeksi dilakukan secara terperinci dan
berfokus pada ukuran, bentuk, posisi, kelainan anatomis organ, tekstur,
penampilan, pergerakan dan kesimetrisan. Mulailah melakukan inspeksi
saat bertemu dengan klien, amati dari hal-hal yang umum kemudian ke
hal-hal yang khusus.
 Palpasi (periksa raba)
Perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau
tanagan, digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran,
pergerakan, bentuk, konsistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan
kelainan dari jaringan / organ tubuh merupakan tindakan penegasan dari
hasil inspeksi disamping untuk menemukan yang tidak terlihat.
 Perkusi (periksa ketuk)
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan
tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri
kanan) dengan tujuan menghasilkah suara
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan
konsistensi jaringan
 Auskultasi (pemeriksaan menggunakan stetoskop)
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan
suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang
disebut dengan stetoscop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi
jantung, suara nafas, dan bising usus.
Komisi ahli WHO yang dikutip oleh Jelliffe (1966) dan Jelliffe (1989)
mengelompokan tanda-tanda klinis menjadi tiga kelompok besar , yaitu :
Kelompok 1 : Tanda-tanda yang memang benar berhubungan dengan
kurang gizi bisa karena kekurangan salah satu zat gizi atau
lebih yang dibutuhkan tubuh
Kelompok 2 : Tanda-tanda yang membutuhkan infestigasi (penyelidikan)
lebih lanjut. Tanda-tanda ini mungkin karena gizi salah atau
mungkin oleh factor lain , seperti : kehidupan dibawah
standar (miskin), buta huruf.
Kelompok 3 : Tanda-tanda yang tidak berkaitan dengan gizi salah
walaupun hampir mirip. Tanda-tanda ini dalam diagnosis
untuk membedakannya memerlukan keahlian khusus

Daftar gambaran dan pengelompokan tanda klinis :


 Rambut
a. Kurang bercahaya : rambut kusam dan kering
b. Rambut tipis dan jarang
c. Rambut kurang kuat atau mudah putus
d. Tanda bendera (flag sign) dikarakteristikkan dengan pita selang
seling dari terang/gelapnya warna sepanjang rambut dan
mencerminkan episode selang seling dari KEP (kekurangan Energi
Protein) serta pengobatan yang telah diberikan
e. Mudah rontok , dengan kekuatan sedang dan tidak stabil bila
dicabut dan selalu diiringi oleh perubahan rambut lainnya

 Wajah
a. Penurunan pigmentasi yang tersebar secara berlebihan apabila
disertai anemia.
b. Pengeringan selaput mata.
c. Bintik bitot (bintik putih pada konjungtiva)

 Mata
a. Selaput mata pucat, tanda-tandanya : muka pucat, hal tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan warna
b. Keratomalasia, keadaan permukaan halus/lembut dari keseluruhan
bagian tebal atau keseluruhan kornea, terutama kebocoran
(perforation) yang biasanya mempengaruhi kedua mata , jika
kondisinya buruk, kornea berwarna putih buram .
c. Angular palpebritis, tanda-tandanya
d. Corneal acrus, ini ditunjukkan dengan lingkaran berwarna terang
mengelilingi sisi sebelah luar kedua selaput iris dan biasanya
terjadi pada usia remaja dan pada pengidap kolesterol darah yang
tinggi
e. Xanthomata, ditandai dengan warna putih kekuningan sering
membentuk plak pada kulit yang kebanyakan terdapat dibawah
mata (bagian bilateral)
f. Pterygium, luka ini disebabkan oleh sesuatu berbentuk sayap yang
dihasilkan oleh lipatan-lipatan ganda yang berdaging dari
konjungtiva, tumbuh cepat dan biasanya menyerang kornea bagian
lateral. Kemungkinan penyebabnya adalah iritasi yang berlangsung
lama, terutama karena sinar matahari dan angin.

 Bibir
a. Angular stomatitis, istilah ini digunakan untuk menggambarkan
celahan pada sudut-sudut mulut, Celahan ini bisa dangkal atau
dalam membentuk daerah kecil pada sudut mulut , tanda ini harus
dilihat positif jika terjadi pada kedua sudut mulut
b. Jaringan parut angular, angular stomatitis yang telah sembuh
mungkin mengakibatkan bekas luka menjadi merah muda atau
memutih pada sudut-sudut mulut
c. Depigmrntasi kronis pada bibir bawah

 Lidah
a. Edema dari lidah
b. Lidah magenta, mungkin bisa diikuti dengan perubahan morfologi
c. Atrofi papilla
d. Lidah mentah/lidah berwarna merah cerah dan sangat nyeri

 Gigi
a. Pengikisan (attrition), terjadi pada tepi gigi seri dan taring
b. Erosi email , areanya sangat terbatas biasanya diarea tepi gusi,
tempat email gigi telah tererosi

 Kelenjar
a. Pembesaran tyroid, terlihat dan teraba membesar
b. Gynaecomastia, pembesaran bilateral terlihat dan teraba pada
putting dan jaringan dada glandular subaerola pada laki-laki

 Kulit
a. Xerisis, keadaan kulit yang mengalami kekeringan tanpa
mengandung air.
b. Mosaic dermatosis, plaque mosaic lebar tipis , sering terdapat
dilengan, tapi cenderung mengelupas pada sekelilingnya.

 Kuku
a. Koilonichya, keadaan kuku bagian bilateral cacat berbentuk sendok
pada kuku orang dewasa atau karena kurang zat besi, kuku sedikit
berbentuk sendok dapat ditemukan secara umum pada kuku
jempol

2.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi


1) Faktor langsung
a) Konsumsi Pangan
Penilaiann konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan merupakan
cara pengamatan langsung yang dapat menggambarkan pola konsumsi
penduduk menurut daerah, golongan social ekonomi dan social budaya.
Konsumsi pangan lebih sering digunakan sebagai salah satu teknik untuk
memajukan tingkat keadaan gizi .
b) Infeksi
Penyakit infeksi dan keadaan gizi anak merupakan 2 hal yang saling
mempengaruhi. Dengan adanya infeksi, nafsu makan anak mulai menurun dan
mengurangi konsumsi makanannya, sehingga berakibat berkurangnya zat gizi ke
dalam tubuh anak.
2) Faktor tidak langsung
a). Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan sangat menentukan bahan makanan yang akan dibeli,
pendapatan merupakan factor yang penting untuk menentukan kualitas dan
kuantitas makanan, maka erat hubungannya dengan gizi
b). Pengetahuan Gizi
Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan
sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan. Status gizi
memegang peranan yang sangat penting dalam penggunaan dan pemilihan
bahan makanan dengan baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang
seimbang.
c). Besar Keluarga
Besar Keluarga atau banyaknya anggota keluarga berhubungan erat dengan
distribusi dalam jumlah ragam pangan yang dikonsumsi anggota keluarga.
Besarnya keluarga akan menentukan besar jumlah makanan yang dikonsumsi
untuk tiap anggota keluarga. Semakin besar jumlah anggota keluarga maka
semakin sedikit jumlah asupan zat gizi atau makanan yang didapatkan oleh
masing-masing anggota keluarga dalam jumlah penyediaan makanan yang sama.

2.3 Tanda dan gejala akibat kekurangan gizi


Tanda dan gejala beberapa gangguan akibat kekurangan gizi:
1. Kekurangan Energi Protein (KEP)
Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah keadaan kekurangan gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan
sehari – hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi. Orang yang
mengidap gejala klinis KEP ringan dan sedang pada pemeriksaan hanya
nampak kurus. Namun gejala klinis KEP berat secara garis besar dapat
dibedakan menjadi 3, yaitu: marasmus, kwashiorkor, atau marasmus –
kwashiorkor. (Departemen Kesehatan RI, 1999).
a. Tanda – tanda klinis
Marasmus
 Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
 Wajah seperti orang tua
 Cengeng rewel
 Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, bahkan sampai
tidak ada.
 Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air55
 Tekanan darah, detak jantungdan pernafasan kurang

Kwashiorkor
 Oedem umumnya diseluruh tubuh dan terutama pada kaki (dorsun
pedis)
 Wajah membulat dan sembab
 Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri
dan duduk
 Perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis
 Anak sering menolak segala jenis makanan
 Pembesaran hati
 Sering disertai infeksi, anemia, dan diare/mencret
 Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut
 Gangguan kulit berupa becak merah yg meluas dan berubah
menjadi hitam terkelupas
 Pandangan mata anak nampak sayu

Marasmus – kwashiorkor
Tanda – tanda marasmus – kwashiorkor adalah gabungan dari tanda –
tanda yang ada pada marasmus dan kwashiorkor (Depkes RI, 1999)

b. Metode penentuan
Untuk mendeteksi Kurang Energi Protein (KEP), maka perlu dilakukan
pemeriksaan (inspeksi) terhadap target organ yang meliputi:
 Kulit seluruh tubuh terutama tangan, wajah, dan kaki
 Otot – otot
 Rambut
 Mata
 Hati
 Wajah
 Gerakan motorik

c. Interpretasi
Apabila dalam pemeriksaan fisik pada anak target organ banyak
mengalami perubahan sesuai dengan tanda – tanda kllinis yang Kurang
Energi Protein (KEP), maka ada petunjuk bahwa anak tersebut
kemungkinan besar menderita KEP. Meskipun demikian perlu dicermati
bahwa penilaian KEP masih memerlukan pengamatan lebih lanjut apakah
termasuk marasmus, kwashiorkor, atau kwashiorkor marasmus sesuai
dengan tanda – tanda yang lebih spesifik.

2. Kekurangan vitamin A (KVA)


Penyakit mata yang diakibatkan kekurangan vitamin A disebut xerophtalmia.
Penyakit ini merupakan penyebab kebutaan yang paling sering terjadi pada
anak - anak di Indonesia umumnya terjadi pada usia 2 – 3 tahun. Hal ini
karena anak tidak diberi makanan yang memenuhi syarat gizi, sementara
anak itu belum bisa mengambil makanan sendiri.
Gejala xerophtalmia terbagi 2, yaitu:
a. Keadaan yang reversibel yaitu yang dapat sembuh
 Buta senja (hemerolopia)
 Xerosis conjunctiva
 Xerosis kornea
 Bercak bitot
b. Keadaan yang ireversibel, yaitu keadaan yang agak sulit sembuh
 Ulserasi kornea
 Keratomalasia

3. Anemia gizi zat besi


Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin darah kurang
daripada harga normal.
a. Tanda – tanda klinis
 Lelah, lesu, lemah, letih, lunglai (5L)
 Bibir tampak pucat
 Nafas pendek
 Lidah licin
 Denyut jantung meningkat
 Susah buang air besar
 Nafsu makan berkurang
 Kadang – kadang pusing
 Mudah mengantuk

b. Metode penentuan
Untuk mendeteksi Anemia Gizi Zat Besi (AGB) maka perlu dilakukan
pemeriksaan (inspeksi) terhadap target organ yang meliputi:
 Mata
 Kuku
 Bibir
 Lidah

c. Interpretasi
Apabila dalam pemeriksaan fisik pada anak target organ banyak mengalami
perubahan sesuai dengan tanda – tanda klinis anemia gizi besi, maka ada
petunjuk bahwa kemungkinan besar anak tersebut menderita Anemia Gizi
Besi.

4. Gangguan akibat kurang yodium (GAKY)


Gangguan akibat kurang yodium tidak hanya menyebabkan pembesaran
kelenjar gondok tetapi juga berbagai macam gangguan lain. Kekurangan
yodium pada ibu yang sedang hamil dapat berakibat abortus, lahir mati,
kelainan bawaan pada bayi, meningkatnya angka kematian pranatal,
melahirkan bayi kretin. Kekurangan yodium yang diderita anak – anak
menyebabkan pembesaran kelenjar gondok, gangguan fungsi mental, dan
perkembangan fisik. Pada orang dewasa berakibat pada pembesaran kelenjar
gondok, hipotiroid, dan gangguan mental (pudjiadi, 1997).
Kekurangan yodium pada tingkat berat dapat mengakibatkan cacat fisik dan
mental, seperti: tuli, bisu tuli, pertumbuhan badan terganggu, badan lemah,
kecerdasan dan perkembangan mental terganggu. Akibat yang sangat
merugikan adalah lahirnya anak kretin. Kretin adalah keadaan seseorang yang
lahir di daerah endemik dan memiliki dua atau lebih kelainan - kelainan
berikut:
a. Satu perkembangan mental terhambat
b. Pendengaran terganggu dan dapat menjadi tuli
c. Perkembangan saraf penggerak terhambat, bila berjalan langkahnya khas,
mat juling, gangguan bicara sampai bisu dan refleks fisiologi yang meninggi
(Depkes RI, 1986).
Istilah gondok endemik digunakan jika di suatu daerah ditemukan banyak
penduduk yang mengalami pembesaran kelenjar gondok. Kriteria daerah
endemik menurut Departemen Kesehatan adalah sebagai berikut:
Kretin endemik terdapat di daerah gondok endemik. Kelainan kretin terjadi
pada waktu bayi dalam usia kandungan atau tidak lama setelah diantarkan
dan terdiri atas kerusakan pada saraf pusat dan hipotiroidisme. Kerusakan
saraf pusat bermanifestasi dengan:
a. Retardasi mental
b. Gangguan pendengaran sampai bisu tuli
c. Gangguan neuromotor, seperti gangguan bicara, cara jalan, dan lain – lain
d. Hipotiroidi dengan gejala:
 Mixedoma pada hipotiroidisme berat
 Tinggi badan yang kurang, cebol (stunted growth) dan osifikasi terlambat
 Pada pemeriksaan darah ditemukan kadar hormon tiroid rendah

2.4 Kecukupan Gizi


Kecukupan gizi adalah banyaknya zat-zat minimal yang dibutuhkan seseorang
untuk mempertahankan status gizi yang adekuat.
Kecukupan Gizi yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk
masing-masing kelompok umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, kondisi
khusus (hamil dan menyusui) dan aktivitas fisik (Almatsier, 2002).

Manusia memerlukan zat gizi untuk kelangsungan hidupnya, yang dapat


diperoleh dari makanan atau minuman. Zat gizi yang diperoleh dari makanan
digunakan untuk tumbuh, bereproduksi, dan memelihara kesehatan yang baik.

Secara definisi zat gizi merupakan substansi pangan yang memberikan energi;
diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan dan/atau pemeliharaan kesehatan;
atau bila kekurangan atau kelebihan dapat menyebabkan perubahan karakteristik
biokimia dan fisiologis tubuh. Kalau dulu zat gizi tersebut terbatas pada karbohidrat,
protein, lemak, vitamin-vitamin dan mineral, namun sekarang air ditetapkan
termasuk sebagai salah satu zat gizi.

Konsumsi pangan sangat mempengaruhi status gizi seseorang, dimana status


gizi baik apabila tubuh memperoleh asupan zat gizi yang cukup, sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan
kesehatan secara optimal. Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi seperti
jumlah dan kualitas pangan serta faktor gangguan dalam sistem pencernaan yang
diakibatkan oleh kelainan dan penyakit.

Status gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka
waktu yang cukup lama. Kekurangan atau kelebihan dalam waktu tersebut akan
berdampak tehadap kesehatan. Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan
dampak berupa penyakit defisiensi.

Asupan yang berlebihan dari salah satu zat gizi juga menimbulkan gangguan
kesehatan mulai dari gangguan yang ringan misalnya gangguan fungsi yang
menurun bahkan sampai gangguan yang sangat berat atau sifatnya fatal. Oleh
karena itu untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, diperlukan asupan zat
gizi yang harus didapatkan dari pangan dalam jumlah yang sesuai dengan yang
dianjurkan setiap harinya. Disinilah diperlukan suatu standar yang digunakan
sebagai acuan tentang kebutuhan gizi seseorang.
Pada dasarnya kebutuhan zat gizi setiap individu berbeda tergantung pada jenis
kelamin, umur, aktivitas, kondisi kesehatan/ penyakit. Laki-laki dan perempuan
mempunyai kebutuhan gizi yang berbeda, demikian pula bayi, anak-anak, orang
dewasa juga mempunyai kebutuhan yang berbeda pula.Orang dengan aktivitas
yang banyak akan mempunyai kebutuhan gizi yang lebih besar dibandingkan
dengan yang beraktivitas sedikit. Wanita hamil, orang dengan penyakit tertentu pun
akan mempunyai kebutuhan gizi yang khusus untuk mempertahankan
kesehatannya.

Penentuan kebutuhan gizi berbeda antar zat gizi. Meskipun demikian berangkat
dari prinsip yang sama, yaitu penentuan angka atau nilai asupan gizi untuk
mempertahankan orang sehat tetap sehat sesuai kelompok umur atau tahap
petumbuhan dan perkembangan, jenis kelamin, kegiatan dan kondisi fisiologisnya.
Untuk mengetahui kebutuhan gizi seseorang, maka sesuai dengan amanat
Undang-undang Kesehatan (UU36/2009) bahwa Menteri Kesehatan perlu
menetapkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) bagi Bangsa Indonesia. AKG
merupakan suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang
menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktifitas tubuh untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal. AKG bila diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari akan memenuhi kebutuhan sekitar 97-98% populasi sehat.
Menteri Kesehatan telah menetapkan AKG bagi Bangsa Indonesia yang terbaru
melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2013. Peraturan ini mencakup :
berat dan tinggi badan, kelompok umur, energi dan zat Gizi : protein, lemak,
karbohidrat, serat, air, vitamin dan mineral.

Pada Tabel berikut diuraikan Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak,


Karbohidrat, Serat dan Air yang dianjurkan untuk orang Indonesia (perorang
perhari) :
Selengkapnya AKG untuk vitamin (14 vitamin) dan mineral (13 mineral) yang
dianjurkan untuk orang Indonesia dapat dilihat dalam Permenkes nomor No.
75/2013 tentang Angka Kecukupan Gizi bagi Bangsa Indonesia.
Pada implementasinya, AKG digunakan sebagai acuan untuk:
 menilai kecukupan gizi;
 menyusun makanan sehari-hari termasuk perencanaan makanan di institusi;
 perhitungan dalam perencanaan penyediaan pangan tingkat
regionalmaupunnasional;
 pendidikan gizi; dan
 label pangan yang mencantumkan informasi nilai gizi.
Dalam praktek di masyarakat penerapan AKG memerlukan ukuran porsi pangan
untuk menilai maupun merancang konsumsi pangan. Beberapa contoh perkiraan
jumlah energi (kkal) pada porsi bahan makanan dalam ukuran rumah tangga (URT)
antara lain :
1 porsi nasi (3/4 gelas = 100 g) memberikan kalori 175 kalori yang juga setara
dengan yang diberikan oleh 1 porsi kentang (2 buah), singkong (1 potong), roti (3
iris). URT atau ukuran porsi dapat diperoleh dari berbagai sumber resmi.

Pemenuhan kebutuhan zat gizi dalam sehari dapat dilakukan dengan mengonsumsi
3 (tiga) kali makan besar (nasi,lauk hewani, lauk nabati, buah dan sayur) dan 2
(dua) kali makanan selingan (camilan).,atau dikenal juga dengan gizi seimbang.
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh yaitu jenis kelamin,
umur dan status kesehatan. Secara umum menu makanan yang seimbang dengan
komposisi energi dari karbohidrat 50% - 65%, protein 10% - 20%, dan lemak 20% -
30%.

Kebutuhan zat gizi tersebut divisualisasikan dalam bentuk piramida makanan.


Peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat kesehatan zat gizi serta
keunikan manfaat masing-masing zat gizi, telah memicu dunia industri
menghasilkan dan memasarkan aneka produk pangan yang diperkaya zat gizi atau
produk suplemen makanan. Untuk itu masyarakat perlu mencermati kandungannya
agar tidak terjadi konsumsi zat gizi terutama vitamin dan mineral secara berlebihan.
Kandungan gizi produk pangan dapat diketahui dengan membaca informasi nilai
gizi yang tertera pada label.

Di lain pihak, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pangan yang diiringi
dengan kemajuan yang pesat dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi,
telah menggiring masyarakat untuk mengonsumsi berbagai makanan siap saji yang
berlebihan dan akan berpengaruh negatif terhadap kesehatan.

Konsumsi makanan dengan pola gizi seimbang harus memperhatikan empat


prinsip dasar, yaitu :
1. keanekaragaman pangan
2. aktivitas fisik yang teratur dan terukur
3. kebersihan diri dan lingkungan yang terjaga
4. serta pantau atau pertahankan berat badan ideal.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Penilaian status gizi secara klinis merupakan metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat dan digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala
(symptom) atau riwayat penyakit. Riwayat medis dan pengujian fisik merupakan
metode klinis yang digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda (pengamatan yang
dibuat oleh dokter) dan gejala-gejala (manifestasi yang dilaporkan oleh pasien)
yang berhubungan dengan malnutrisi.
Sejalan dengan angka kecukupan gizi yang merupakan substansi pangan yang
memberikan energi yang diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan dan atau
pemeliharaan kesehatan.

3.2 Saran

Kita perlu mengetahui dan mengembangkan pengetahuan mengenai gizi dan


juga cara penilaian status gizi tersebut, berbagai cara dalam menilai status gizi
salah satunya yaitu metode pemeriksaan klinis yang merupakan metode penting
dalam menilai status gizi yang dapat mengukur derajat kecukupan gizi suatu
negara.
Begitupun dengan angka kecukupan gizi yang sangantlah penting kita ketahiu
untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan serta memelihara kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai