Anda di halaman 1dari 32

Daftar Isi

BAB 1
BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN
A. BILANGAN BULAT.......................................................................... 1
1. Pengertian............................................................................... 1
2. Operasi Hitung pada Bilangan Bulat ................................................. 2
3. Sifat – sifat Operasi Hitung Bilangan Bulat ......................................... 3
4. Pangkat dan Akar Pangkat Bilangan Bulat .......................................... 3
B. BILANGAN PECAHAN ...................................................................... 4
1. Macam – macam Bilangan Pecahan .................................................. 5
2. Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan ............................................. 6
C. LATIHAN ...................................................................................10
D. TUGAS .....................................................................................11
BAB 2
BENTUK ALJABAR
A. Bentuk Aljabar ...........................................................................12
1. Pengertian..............................................................................12
2. Operasi pada Bentuk Aljabar ........................................................12
3. Operasi Pecahan dalam Aljabar .....................................................15
4. Menyederhanakan Pecahan Bentuk Aljabar .......................................17
5. FPB dan KPK Bentuk Aljabar .........................................................17
B. LATIHAN ...................................................................................18
C. TUGAS .....................................................................................18
BAB 3
PERSAMAAN dan PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL
A. Persamaan Linear Satu Variabel .......................................................19
1. Pengertian..............................................................................19
B. Pertidaksamaan Linear Satu Variabel .................................................21
1. Pengertian..............................................................................21
2. Menyelesaikan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel (PLSV) ...................22
C. LATIHAN ...................................................................................22
D. TUGAS .....................................................................................23
BAB 4
PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL
A. Persamaan Linear Dua Variabel........................................................24
1. Pengertian..............................................................................24

Matematika ii
B. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).....................................24
1. Pengertian..............................................................................24
6. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)..................24
7. Contoh Soal.............................................................................28
C. LATIHAN ...................................................................................29
D. TUGAS .....................................................................................30

Matematika iii
BAB 1
BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN

A. BILANGAN BULAT
1. Pengertian
Bilangan bulat terdiri atas bilangan bulat positif atau bilangan asli, bilangan
nol dan bilangan bulat negatif

Bilangan bulat digambarkan pada garis bilangan sbb:

Bilangan bulat terdiri dari


- Bilangan bulat positif : {1, 2, 3, 4, ....}
- Bilangan bulat negatif : {...., -4, -3, -2, -1}
- Bilangan nol : {0}
Di dalam bilangan bulat termuat bilangan-bilangan :
1. Bilangan Cacah  (0,1,2,3,4,....)
Bilangan yang dimulai dari nol
2. Bilangan Asli  (1,2,3,4,....)
Bilangan yang dimulai dari 1
3. Bilangan Genap  (2,4,6,8,....)
Bilangan yang habis dibagi 2
4. Bilangan Ganjil  (1,3,5,7,....)
Bilangan yang tidak habis dibagi 2 (bersisa)
5. Bilangan Prima  (2,3,5,7,11,....)
Bilangan asli yang hanya habis dibagi oleh bilangan satu dan bilangannya
sendiri

Matematika 1
2. Operasi Hitung pada Bilangan Bulat
1. Penjumlahan dan Pengurangan

Berlaku :
+ = + – + (− ) = − ( + )
– = + (− ) – (− ) = +

Contoh :
1. 4+3=7
2. 6 − 4 = 6 + (−4)
3. −3 + (−2) = −(3 + 2) = −5
4. 9 − (−5) = 9 + 5 = 14

2. Perkalian dan Pembagian


Perkalian merupakan penjumlahan secara berulang.
Contoh : 3 5 = 5 + 5 + 5 = 15
Berlaku :
= (− ) = −
(− ) = − (− ) (− ) =

Contoh :
1. 5 6 = 30
2. 4 (−7) = −28
3. (−3) 4 = −12
4. (−6) (−7) = 42

Pembagian merupakan kebalikan/invers dari perkalian.


Contoh : 30 ∶ 5 = 30 = 6

Berlaku :
∶ = (− ) ∶ = −

∶ (− ) = − (− ) ∶ (− ) =

Matematika 2
3. Sifat – sifat Operasi Hitung Bilangan Bulat
1. Sifat Komutatif ( pertukaran )
Pada penjumlahan
+ = +
contoh : 4 + 8 = 8 + 4

Pada perkalian
=
contoh : 4 8 = 8 4

2. Sifat Assosiatif ( pengelompokan )

Pada penjumlahan
+ ( + ) = ( + ) +
contoh: 4 + ( 5 + 6 ) = ( 4 + 5 ) + 6 = 16

Pada perkalian
( ) = ( )
contoh : 4 ( 5 6 ) = ( 4 5 ) 6 = 120

3. Sifat Distributif ( peyebaran )

Pada operasi perkalian terhadap penjumlahan


( + ) = ( ) + ( )
contoh : 2 ( 3 4 ) = ( 2 3 ) + ( 2 4 ) = 14

Pada operasi perkalian terhadap pengurangan


( – ) = ( )– ( )
contoh : 5 ( 7 – 6 ) = ( 5 7 ) – ( 5 6 ) = 5

4. Pangkat dan Akar Pangkat Bilangan Bulat

1. Kuadrat dan Pangkat Tiga Bilangan Bulat

Matematika 3
- Kuadrat Bilangan Bulat ( pangkat dua)
Diperoleh dengan mengalikan bilangan itu sendiri, atau mengalikan bilangan
tersebut secara berulang sebanyak dua kali.
=
Contoh :
4 = 4 4 = 16

- Pangkat Tiga Bilangan Bulat


Diperoleh dengan mengalikan bilangan tersebut secara berulang sebanyak
tiga kali
=
Contoh :
2 =2 2 2=8

2. Akar Kuadrat dan Akar Pangkat Tiga

- Akar Kuadrat
Merupakan kebalikan dari kuadrat ( pangkat dua )
Lambangnya √ ( akar pangkat dua )
Contoh :
√49 = ±7, 7 = 49 (−7) = 49
√121 = ±11 11 = 121 (−11) = 121

- Akar Pangkat Tiga


Merupakan kebalikan dari pangkat tiga
3
Lambangnya √ ( akar pangkat tiga )
Contoh :
√27 = 3, 3 = 27

√125 = 5, 5 = 125

B. BILANGAN PECAHAN
Bilangan pecahan terdiri dari pembilang dan penyebut

Matematika 4
; a = pembilang dan b = penyebut

1. Macam – macam Bilangan Pecahan


a. Pecahan biasa
Pembilangnya lebih kecil dari penyebut
; <

Contoh : , ,

b. Pecahan campuran
Pembilangnya lebih besar dari penyebut
; >

Contoh : = 1 , =1 , =1

c. Pecahan desimal
Pecahan yang dalam penulisannya menggunakan tanda koma.
Contoh : 0,5 ; 1,75

Bentuk desimal dapat diubah ke pecahan biasa atau campuran dengan


menggeser tanda koma ke arah kanan dengan memperhatikan persepuluhan,
perseratusan, perseribuan dst.
Contoh :
Bentuk pecahan dari 0,5 adalah

Tanda koma digeser kekanan 1 kali sehingga 0,5 menjadi 5,


Pergeseran sebanyak 1 kali, maka nilai hasil pergeseran dikalikan dengan
persepuluhan menjadi :
1 5 1
5 = =
10 10 2

Bentuk pecahan dari 1,75

Tanda koma digeser kekanan 2 kali sehingga menjadi 175


Pergeseran sebanyak 2 kali, maka nilai hasil pergeseran dikalikan dengan
seratus menjadi :
1 175 75 3
175 = =1 =1
100 100 100 4

d. Pecahan persen
Pecahan yang menggunakan lambang % yang berarti perseratus
%
100

- Mengubah bentuk persen menjadi pecahan biasa

Matematika 5
25 1
25% = =
100 4

- Mengubah bentuk persen menjadi pecahan desimal


35
35% = = 0,35
100

- Mengubah bentuk pecahan menjadi bentuk persen


3 3 300
= 100% = % = 75%
4 4 4
10 10 4 40
= = = 40%
25 25 4 100

2. Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan


a. Penjumlahan

- Penjumlahan pada pecahan biasa


Penyebutnya disamakan dulu baru dijumlahkan

Contoh :

1 2 3
+ =
4 4 4
1 2
+ =
3 4

Apabila penyebutnya tidak sama cari KPK dari penyebutnya itu, KPK
dari 3 dan 4 adalah 12 , sehingga perhitungannya menjadi :

1 2 4 6 10 5
+ = + = =
3 4 12 12 12 6

Ada cara lain dengan tidak menggunakan KPK yaitu dengan mengalikan
penyebutnya
Dapat dirumuskan sbb :

∶ ∶ ( )+( ) ( )+ ( )
+ = + =

Contoh:
2 4 (7 2) + (3 4) 14 + 12 26
+ = = =
3 7 3 7 21 21

- Penjumlahan pada pecahan campuran

Matematika 6
Apabila penyebutnya sudah sama, penjumlahan bisa langsung
dilakukan

Contoh :

2 1 2+1 3 3
5 + 4 =5+4+ = 9+ = 9
5 5 5 5 5

Apabila penyebutnya tidak sama, maka harus disamaan dulu

2 1 2 1 2 1 17
1 +3 =1+3+ + = 4+ + =4
5 6 5 6 5 6 30

2 1 (2 6) + (5 1) 12 + 5 17
+ = = =
5 6 5 6 30 30

- Penjumlahan pada pecahan desimal


Dengan cara bersusun pendek, tanda koma lurus kebawah

Contoh :

0,75 + 0,6555 =. . . .

0,75
0,655 +
1,405

a. Pengurangan

Sama dengan penjumlahan, pengurangan juga terdiri dari:

- Pengurangan pecahan biasa


Penyebutnya disamakan dulu baru di kurangkan

2 1 1
− =
4 4 4

− =....

Apabila penyebutnya tidak sama cari KPK dari penyebutnya itu, KPK
dari 4 dan 5 adalah 20 , sehingga perhitungannya menjadi :

2 1 10 4 6 3
− = − = =
4 5 20 20 20 10

Ada cara lain dengan tidak menggunakan KPK yaitu dengan mengalikan
penyebutnya
Dapat dirumuskan sbb :

Matematika 7
( ∶ ) ( ∶ )
− = −
( )−( ) ( )−( )
=

Contoh :

4 2 (4 5) − (7 2) 20 − 14 6
− = = =
7 5 7 5 35 35

- Pengurangan pada pecahan campuran


Apabila penyebutnya sudah sama, pengurangan bisa langsung dilakukan

Contoh :
2 1 (2 − 1) 1 1
4 − 3 = (4 − 3) + = 1+ = 1
3 3 3 3 3

Apabila penyebutnya tidak sama, maka harus disamakan dulu

3 1 3 1 3 1 7
3 − 1 = (3 − 1) + − =2+ − =2
4 6 4 6 4 6 12

3 1 (3 6) + (4 1) 18 − 4 14 14 ∶ 2 7
− = = = = =
4 6 4 6 24 24 24: 2 12

- Pengurangan pada pecahan desimal


Dengan cara bersusun pendek, tanda koma lurus ke bawah

Contoh :

1,25 – 0,65 =. . . .

1,25
0,65 −
0,60

b. Perkalian
- Perkalian pada pecahan biasa

Dilakukan dengan mengalikan pembilang dengan pembilang dan


penyebut dengan penyebut.

Contoh :

Matematika 8
2 3 2 3 6
= =
4 7 4 7 28

Apabila bilangan pecahan dikalikan dengan bilangan bulat, maka


pembilang pecahan dikalikan dengan bilangan bulat tersebut.

Contoh:

2 4 2 8 3
4 = = =1
5 5 5 5

- Perkalian pada pecahan campuran

Pecahan campuran harus diubah dulu ke dalam pecahan biasa baru


dilakukan pengalian

2 3 3 2+2 5 3+3 8 18 8 18 144 9


2 3 = = = = =9
3 5 3 5 3 5 3 5 15 15

- Perkalian pada pecahan desimal

Perkalian dilakukan dengan cara bersusun pendek, awalnya tanda koma


diabaikan, tetapi pada hasil perkaliannya diberi tanda koma sesuai
dengan jumlah tanda koma.

Contoh :
3,5 6,7 =. . ..  jumlah tanda koma 2

35
67 x
245
210 +
2345  karena jumlah tanda koma ada 2 maka hasil:
3,5 6,7 = 23,45

c. Pembagian

- Pembagian pada pecahan biasa

Apabila pecahan biasa dibagi dengan pecahan biasa, maka hasilnya


adalah perkalian pecahan biasa yang dibagi dengan kebalikan dari
pecahan pembagi

∶ =

Contoh:

Matematika 9
4 3 4 4 4 4 16
∶ = = =
5 4 5 3 5 3 15

Apabila pecahan biasa dibagi dengan bilangan asli, maka

∶ = -  c = bilangan asli

Contoh :

4 4 1 4 1 4
∶3= = =
5 5 3 5 3 15

Apabila bilangan asli dibagi dengan pecahan biasa:

∶ =

Contoh :

3 7 5 7 35 2
5∶ =5 = = = 11
7 3 3 3 3

- Pembagian pada pecahan campuran

Mengubah pecahan campuran ke pecahan biasa dulu


Contoh :

2 1 5 7+2 3 3 + 1 37 10 37 3 111 11
7 ∶3 = ∶ = ∶ = = =2
5 3 5 3 5 3 5 10 50 50

- Pembagian pada pecahan desimal


Dilakukan dengan cara bersusun pendek

Contoh:

43,5 ∶ 2,9 = . . ..  pembagi dan yang dibagi dikalikan 10 menjadi


435 ∶ 29 = ⋯

435
= 15
29
Jadi, 43,5 ∶ 2,4 = 15

C. LATIHAN
1. (−5) + 6 =
2. (−4) (−5) =
3. √64 =

Matematika 10
4. + (− ) =
5. =

D. TUGAS
1. (−6) − (−2) =
2. (−20) ∶ (−4) =
3. 6 =
4. − =
5. ∶ =

Matematika 11
BAB 2
BENTUK ALJABAR

A. Bentuk Aljabar
1. Pengertian

1. , 2 , +3 , 3 +5 , + + 3 disebut bentuk aljabar


2. + + = 0 ; , , , dan 0 adalah lambang-lambang aljabar, a dan b di
sebut koefisien; c disebut konstanta; dan x disebut variabel
3. 2 ; 2 disebut koefisien dan disebut variabel
5 ; 5 disebut koefisien dan q disebut variabel
4. 2 dan 3 merupakan dua suku sejenis
5 dan 7 merupakan dua suku tidak sejenis

2. Operasi pada Bentuk Aljabar

1. Penjumlahan dan Pengurangan

Suku-suku yang dapat dijumlahkan/dikurangkan adalah suku-suku yang


sejenis, yang dijumlahkan/dikurangkan adalah koefisiennya

a. Penjumlahan

+ =( + )
+ + + =( + ) +( + )

Contoh :

1. 7 + 3 = (7 + 3) = 10
2. −2 − 3 = (−2 − 3) = −5
3. 2 − 3 + − 4 = (2 + 1) + (−3 − 4) = 3 −7

b. Pengurangan

Matematika 12
− =( − )
− − − =( − ) −( + )

Contoh :
1. 7 − 3 = (7 − 3) = 4
2. 5 − 8 − 2 − 1 = (5 − 2) − (8 + 1) = 3 − 9

2. Perkalian dan Pembagian

- Perkalian

a. Perkalian konstanta dengan bentuk aljabar

( + )= +
Contoh :
1. 5(2 + 4 ) = 10 + 20
2. −3(3 − 2 ) = −9 + 6

b. Perkalian bentuk aljabar dengan bentuk aljabar

( + )= +
( + )= +
( + )( + ) = + + +

Contoh :
1. 3 (2 + 3 ) = 6 +9
(3 + )( − 2 ) = 3 . + (3 . −2 ) + . + ( . −2 )
=3 + (−6 )+ + (−2 )
=3 −5 −2
- Pembagian

Contoh :
1. (8 + 4): 4 = = (8 + 4) = 2 + 1
2. 12 ∶3 = = =4

3. Pemangkatan

Sifat – sifat pemangkatan bilangan bulat berlaku juga pada pemangkatan


bentuk aljabar.

Matematika 13
Contoh :
1. (3 ) = 3 . 3 = 9
2. (2 ) = 2 . 2 = 4

a. Pemangkatan bentuk aljabar dalam bentuk +

Contoh :

( + ) =( + )( + )
=( + ) +( + )
= + + +
= +2 +

b. Pemangkatan bentuk aljabar dalam bentuk −

Contoh :

( − ) =( − )( − )
=( − ) −( − )
= − − +
= −2 +

4. Pemfaktoran
a. Bentuk distributif

± = ( ± ) bisa koefisien atau variabel

Contoh :

3 + 9 = 3( + 3 )  berbentuk koefisien

− = ( − ) berbentuk variabel

b. Selisih kuadrat

− = ( + )( − )

Contoh :

−4 = − 16 = ( + 4)( − 4)

c. Kuadrat sempurna
+2 + =( + )

−2 + =( − )

Matematika 14
Contoh :

+ 8 + 16 = ( + 4)

− 8 + 16 = ( − 4)

d. Bentuk + + =0 =1

+ + =( + )( + )
Dengan + = . =

Contoh :

+ 7 + 12 = ( + 4)( + 3)

+ =7 . = 12
Yang memenuhi adalah = 4 =3 =3 =4

e. Bentuk + + =0 ≠1

. = . + =

Contoh :

2 +3 +1=0

2 . 1 = . dengan syarat + =3
Yang memenuhu adalah + 2 + 1 atau sebaliknya

Maka

2 +3 +1=0 2 +2 + +1=0
 2 ( + 1) + 1( + 1) = 0
 (2 + 1)( + 1)

3. Operasi Pecahan dalam Aljabar


Dalam Bentuk Aljabar juga dapat berupa pecahan

Contoh :

5
, , ,3 − ,
+ +2 3 +
1. Penjumlahan dan pengurangan

Matematika 15
Konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan dalam bentuk aljabar
sama dengan penjumlahan/pengurangan pecahan biasa yaitu dengan
menyamakan penyebutnya terlebih dahulu.

Contoh :

1. + = + =

( ) ( )
2. − = ( )( )

2. Perkalian dan Pembagian

a. Perkalian
Pada perkalian bentuk pecahan penyelesaiannya dengan cara
mengalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan
penyebut.

=
Contoh :

2 2 2
= =
1+ (1 + ) 1+

b. Pembagian
Pada pembagian bentuk pecahan penyelesaiannya sama dengan bentuk
pecahan biasa

∶ = =

Contoh :

6 2 6 3
∶ = =
2

3. Pemangkatan

Matematika 16
Pemangkatan pecahan bentuk aljabar adalah perkalian pecahan bentuk
aljabar itu sendiri sebanyak n kali.
Contoh :

3 3 3 9
= =

4. Menyederhanakan Pecahan Bentuk Aljabar


Penyederhanaan pecahan bentuk aljabar dapat dilakukan dengan
menggunakan operasi bentuk aljabar. Faktorkan pembilang dan penyebut
kemudian faktorkan yang sama dari pembilang dan penyebut dibagi.

Contoh :

. .
∶ = = =
. .

9 + 16 9 (1 + 2 )
= = 3 (1 + 2 ) = 3 + 6
3 3

+ 12 + 36 ( + 6)( +)
= = +6
+6 ( + 6)

5. FPB dan KPK Bentuk Aljabar

Contoh :

Carilah FPB dan KPK dari bentuk : 12 , 24 , 8 !

Jawab :
FPB  ambil faktor yang sama dengan pangkat terkecil
KPK  ambil semua faktor yang sama , pilih faktor dengan pangkat terbesar

Faktor prima:

12 =2 . 3. .

Matematika 17
24 = 2 .3 . . .
8 =2 . . .

= 2 . . =4
= 2 .3 . . . = 24

B. LATIHAN
1. – 4 + 7 =
2. 2 −4 =
3. (4 )(5 ) =
4. ∶ =
5. (5 + 4) =

C. TUGAS
1. –6 − 9 =
2. 2 −5+3 +6 =
3. 4 −3− −1 =
4. ∶ =
5. (10 + 8) =

Matematika 18
BAB 3
PERSAMAAN dan PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU
VARIABEL

A. Persamaan Linear Satu Variabel


1. Pengertian
Persamaan linear satu variabel adalah kalimat terbuka yang dihubungkan
dengan tanda (=) dan hanya memiliki satu variabel berpangkat satu.

a. Bentuk Umum Persamaan Linear Satu Variabel


Bentuk umum persamaan Linear Satu Variabel :
+ =
Dengan :
- ≠ 0; x disebut variabel/peubah
- semua suku di sebelah kiri tanda ‘=’ disebut ruas kiri
- semua suku di sebelah kanan tanda ‘=’ disebut ruas kanan

Contoh :
−4=0
5 + 6 = 16

Catatan :
Kalimat terbuka adalah kalimat yang mengandung satu variabel atau lebih
varibel dan belum diketahui nilai kebenarannya.

Contoh :

+2=5
+1=7

x dan p disebut variabel

jika x dan p diganti dengan suatu bilangan/angka maka kalimat


matematika terbuka tersebut merupakan suatu pernyataan yang dapat
bernilai benar atau salah.

Matematika 19
Jika x dalam kalimat terbuka di atas diganti dengan nilai x = 3 maka +
2 = 5 menjadi
3 + 2 = 5  merupakan pernyataan benar
dan jika diganti dengan nilai x = 1 maka + 2 = 5 menjadi
1 + 2 = 5  merupakan pernyataan salah

b. Penyelesaian Persamaan Linear Satu variabel

- Menambah atau mengurangi kedua ruas (kanan kiri) dengan bilangan


yang sama
Contoh :

1. Carilah penyelesaian dari + 10 = 5

Jawab : hal pertama yang harus kita selesaikan adalah bagaimana


menghilangkan angka 10. Angka 10 dihilangkan dengan menambah
lawan dari 10 yaitu -10 sehingga PLSV tersebut menjadi:

+ 10 − 10 = 5 − 10
= −5

2. Carilah penyelesaian dari 2 − 5 = 11


Jawab:
Lawan dari -5 adalah 5
Sehingga PLSV tersebut menjadi:

2 − 5 + 5 = 11 + 5
2 = 16
16
= =8
2

- Mengalikan atau membagi kedua ruas (kanan kiri) dengan bilangan yang
sama
Suatu PLSV dikatan ekuivalen (sama) apabila kedua ruas dikalikan atau
dibagi dengan bilangan yang sama

Contoh :

Tentukan penyelesaian dari =6

Jawab :

(1) Kalikan kedua ruas dengan penyebutnya

2
. 3=6. 3
3
2 = 18

Matematika 20
(2) Bagi kedua ruas dengan koefisien dari x yaitu 2

2 18
=
2 2

=9

- Menyelesaikan PLSV dengan menggunakan gabungan dari 1 dan 2 di


atas.
Contoh :

Carilah penyelesaian dari :

3(3 + 2) = 6( − 2)

Jawab :

9 + 6 = 6 − 13
9 + 6 − 6 = 6 − 12 − 6  kedua ruas dikurang 6
9 = 6 − 18
9 − 6 = 6 − 18 − 6  kedua ruas dikurangi 6
3 = −18
=−  kedua ruas dibagi 3
= −6

B. Pertidaksamaan Linear Satu Variabel


1. Pengertian
Pertidaksamaan linear satu variabel adalah kalimat terbuka yang dinyatakan
dengan menggunakan tanda/lambang ketidaksamaan/pertidaksamaan
dengan satu variabel (peubah) berpangkat satu
Lambang pertidaksamaan Arti
> Lebih dari
≥ Lebih dari atau sama dengan
< Kurang dari
≤ Kurang dari atau sama dengan
≠ Tidak sama dengan

Contoh :

3 +6≥2 −5
5 −1<0
dan disebut variabel

Matematika 21
2. Menyelesaikan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel (PLSV)
a. Menambah atau mengurangi kedua ruas (kanan kiri) dengan bilangan yang
sama

Contoh :
Carilah penyelesaian +6≥8

Jawab :
+6−6≥8−6
≥2

b. Mengalikan atau membagi kedua ruas (kanan kiri) dengan bilangan yang
sama
Jika dikalikan atau dibagi bilangan negatif makan tanda
pertidaksamaannya dibalik.

Contoh :
1. Carilah penyelesaian 2 − 4 < 10

Jawab :
2 − 4 + 4 < 10 + 4
2 < 14
2 14
<
3 2
<7

2. Carilah penyelesaian 3 − 4 ≥ 19

Jawab :
3 − 4 − 3 ≥ 19 − 3
−4 ≥ 16
4 16
− ≥
4 4
− ≥4
− . −1 ≤ 4 . −1  kedua ruas dikalikan -1, sehingga lambang
pertidaksamaannya di balik
≤ −4

C. LATIHAN
Tentukan himpunan penyelesaian dibawah ini.
1. 9 – 3 = 6
2. + 7 = 12
3. =8
4. 2 − 6 < 4 − 8
5. 4 − 2 < 2 + 5

Matematika 22
D. TUGAS

Tentukan himpunan penyelesaian dibawah ini.


1. 3 + 8 = 7
2. 1 = 9 +
3. 2 − = − 3
4. 7 > 5 + 4
5. 4( − 5) < 2(4 − 3 ) + 2

Matematika 23
BAB 4
SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

A. Persamaan Linear Dua Variabel


1. Pengertian
Persamaan linear dua variabel ialah persamaan yang mengandung dua
variabel dimana pangkat/derajat tiap-tiap variabelnya sama dengan satu.

Bentuk Umum PLDV:


+ = →

B. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)


1. Pengertian
Sistem persamaan linear dua variabel adalah dua persamaan linear dua
variabel yang mempunyai hubungan diantara keduanya dan mempunyai satu
penyelesaian.

Bentuk Umum SPLDV :


+ =
+ =

,
, , ,
,

6. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)


Cara penyelesaian SPLDV dapat dilakukan dengan cara :
1. Substitusi
Menggantikan satu variabel dengan variabel dari persamaan yang lain.

Contoh :

Carilah penyelesaian sistem persamaan


+2 =8

Matematika 24
2 − =6

Jawab :

Kita ambil persamaan pertama yang akan disubstitusikan yaitu + 2 = 8


Kemudian persamaan tersebut kita ubah menjadi = 8 − 2
Kemudian persamaan yang diubah tersebut disubstitusikan ke persamaan
2 − = 6 menjadi :

2(8 − 2 ) − = 6 ( persamaan kedua menjadi = 8−2 )


16 − 4 − = 6
16 − 5 = 6
−5 = 6 − 16
−5 = −10
5 = 10
10
= =2
5

Masukan nilai y = 2 ke dalam salah satu persamaan :

+2 =8
+ 2 .2 = 8
+4=8
= 8−4
=4

+2 =8
Jadi penyelesaian dari sistem adalah x = 4 dan y = 2
2 − =6

2. Eliminasi

Dengan cara menghilangkan salah satu variabel x atau y

Contoh :

Selesaikan soal di atas dengan cara eliminasi:

Jawab :
+2 =8
2 − =6

(i) Mengeliminasi variabel x

+2 = 8| 2 |  2 + 4 = 16
2 − = 6| 1|  2 − = 6 –
5 = 10

5 = 10

Matematika 25
10
=
2
=5

Masukkan nilai y = 2 ke dalam salah satu persamaan

+2 =8
+2. 2=8
+4=8
= 8−4
=4

+2 =8
Jadi penyelesaian dari sistem adalah x = 4 dan y = 2
2 − =6

(ii) Mengeliminasi variabel y

+2 −8| 1 | x + 2y = 8
2 − −6| 2 | 4 − 2 = 12 +
5 = 20
=
=4

Masukan nilai = 4 kedalam salah satu persamaan

+2 =8
4+2 =8
2 =8−4
2 =4
=
=2
+2 =8
Jadi penyelesaian dari sistem adalah x = 4 dan y = 2
2 − =6

 Catatan :
Nilai + atau – digunakan untuk menghilangkan/eliminasi salah
satu variabel agar menjadi 0

Contoh diatas :

(i) Yang dieliminasi adalah x :


x dalam persamaan satu + dan persamaan dua +, untuk
eliminasi digunakan tanda _ .

(ii) Yang dieliminasi adalah y :


y dalam persamaan satu +, persamaan dua -, untuk
eliminasi digunakan tanda + .

Matematika 26
3. Grafik

Dengan menggambarkan persamaan linearnya pada koordinat Cartesius,


titik potong dari kedua persamaan liniear tersebut merupakan
penyelesaiannya.

Contoh :

Carilah penyelesaian dari :

+ =8
2 − =4

Jawab :

- Tentukan titik potong garis + = 8 dengan sumbu x dan sumbu y

Titik potong dengan sumbu y jika x = 0


Jika x = 0  maka = 8 − = 8 − 0 = 8

Titk potong dengan sumbu x jika y = 0


Jika y = 0  maka = 8 − = 8 − 0 = 8

Maka persamaan garis + = 8 adalah melalui titik (0,8) dan (8,0)

- Tentukan titik potong garis 2 − = 4 dengan sumbu x dan sumbu y

Titik potong dengan sumbu y jika x = 0


Jika x = 0  maka = 2 − 4 = 2 . 0 − 4 = −4

Titik potong dengan sumbu x jika y = 0


Jika y = 0  maka 2 = + 4 = 0 + 4 + 4. maka = =2

Maka persamaan garis 2 − = 4 adalah melalui titik (0, −4) dan


(2,0)

Gambar grafiknya sbb :

Matematika 27
Dari gambar grafik terlihat titik potong garis + = 8 dan 2 − =4
adalah (4,4)
+ =8
Jadi penyelesaian dari adalah = 4 dan = 4
2 − =4

7. Contoh Soal
Harga 2 buah mangga dan 3 buah jeruk adalah Rp. 6000, kemudian apabila
harga untuk membeli 5 buah mangga dan 4 buah jeruk adalah Rp. 11.500,-

Berapa jumlah uang yang harus dibayar apabila kita akan membeli 4 buah
mangga dan 5 buah jeruk ?

Jawab :
Dalam menyelesaikan persoalan cerita seperti di atas diperlukan penggunaan
model matematika.

Misal : harga 1 buah mangga adalah x dan harga satu buah jeruk adalah y
Maka model matematika soal tersebut di atas menjadi:

Matematika 28
2 + 3 = 6000
5 + 4 = 11500

Ditanya 4 + 5 = ?

Kita eliminasi variabel x :

2 + 3 = 6000 | 5 |  10x + 15y = 30000

5 + 4 = 11500 | 2 | 10x + 8 = 23000 −

7 = 7000

= 1000

Masukkan ke dalam salah satu persamaan :


2 + 3 = 6000
2 + 3 . 1000 = 6000
2 + 3000 = 6000
2 = 6000 − 3000
2 = 3000
= 1500

Didapatkan = 1500 (harga sebuah mangga dan = 1000 (harga sebuah


jeruk)

Sehingga uang yang harus dibayar untuk membeli 4 buah mangga dan 5 buah
jeruk adalah

4 + 5 = 4 . 1500 + 5 . 1000
= 6000 + 5000
= Rp. 11000,-

C. LATIHAN
Gunakan metode substitusi dan eliminasi, tentukan penyelesaian SPLDV
berikut.
1. 3 + = 7
+4 =6

Matematika 29
2. + =7
2 + =9
Gunakan metode grafik ,tentukanlah penyelesaian SPLDV berikut.
3. + =2
3 + =6
4. − = 1
3 − =6

5. Harga 1 kg beras dan 4 kg minyak goreng . 14.000. sedangkan harga 2 kg


beras dan 1 kg minyak goreng . 10.500,-
Berapa jumlah uang yang harus dibayar jika membeli 2 kg beras dan 6 kg
minyak goreng ?

D. TUGAS
Gunakan metode substitusi dan eliminasi, tentukan penyelesaian SPLDV
berikut.
1. + 5 = 13
2 − =4
2. 2 + 3 = 1
− 7 = −2
Gunakan metode grafik ,tentukanlah penyelesaian SPLDV berikut.
3. 2 + = 6
+ =5

4. Umur Sani 7 tahun lebih tua dari umur Ari. Sedangkan jumlah umur mereka
adalah 43 tahun. Berapakah umur mereka masing – masing ?
5. Harga sebuah buku tulis dan sebuah buku gambar . 8000. sedangkan
harga dua buku tulis dan sebuah buku gambar . 11.000,- Berapakah
harga dari 5 buku tulis dan 4 buku gambar ?

Matematika 30

Anda mungkin juga menyukai