Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani penulis menganggap
penting untuk diketahui oleh para guru pendidikan jasmani. Diharapkan
dengan mereka dapat menjelaskan pengertian dan konsep modifikasi,
menyebutkan apa yang dimodifikasi dan bagaimana cara
memodifikasinya, menyebutkan dan menerangkan beberapa aspek analisis
modifikasi.
Dalam penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya
mencerminkan karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu
“Developentally Appropriate Practice” (DAP). Artinya bahwa tugas ajar
yang disampaikan harus memerhatikan perubahan kemampuan atau
kondisi anak, dan dapat membantu mendorong kearah perubahan tersebut.
Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat
perkembangan dan tingkat kematangan anak didik yang diajarnya.
Tugas ajar itu juga harus mampu mengakomodasi setiap perubahan
dan perbedaan karakteristik individu dan mendorongnya kearah perubahan
yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan modifikasi ?
2. Apa tujuan dari pengadaan modifikasi ?
3. Bagaimana modifikasi dalam pembelajaran penjas ?
4. Bagaimana modifikasi pada olahraga bulutangkis ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang modifikasi.
2. Untuk mengetahui tujuan dari modifikasi.
3. Untuk mengetahui modifikasi dalam pembelajaran penjas.
4. Agar mengetahui tentang bagaimana cara memodifikasi cabang
olahraga bulutangkis.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Modifikasi
Modifikasi secara umum diartikan sebagai usaha untuk mengubah
atau menyesuaikan. Namun secara khusus modifikasi adalah suatu upaya
yang dilakukan untuk menciptakan dan menampilkan sesuatu hal yang
baru, unik, dan menarik. Modifikasi disini mengacu kepada sebuah
penciptaan, penyesuaian dan menampilkan suatu alat/sarana dan prasarana
yang baru, unik, dan menarik terhadap suatu proses belajar mengajar
pendidikan jasmani.
Pelaksanaan modifikasi sangat diperlukan bagi setiap guru
pendidikan jasmani sebagai salah satu alternatif atau solusi dalam
mengatasi permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar
pendidikan jasmani, modifikasi merupakan implementasi yang sangat
berintegrasi dengan aspek pendidikan lainnya.
B. Tujuan Memodifikasi
Setiap rencana yang akan dilaksanakan tentunya terdapat suatu
maksud dan tujuan. Dalam hal ini Lutan (1988) menyatakan mengenai
tujuan memodifikasi dalam pelajaran pendidikan jasmani yang dikutip
oleh Husdarta (2011:179) yaitu agar :
1. Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran.
2. Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi.
3. Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.
Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada di
dalam kurikulum dapat tersampaikan dan disajikan sesuai dengan tahap-
tahap perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor anak, sehingga
pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar dapat dilakukan secara
intensif.
C. Modifikasi Dalam Pembelajaran Penjas
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang dilakukan melalui
aktivitas fisik sebagai media utama untuk mencapai tujuan. Bentuk-betuk

2
aktivitas fisik yang lazim digunakan oleh anak Sekolah Dasar, sesuai
dengan muatan yang tercantum dalam kurikulum adalah bentuk gerakan-
gerakan olahraga, sehingga pendidikan jasmani Sekolah Dasar memuat
cabang-cabang olahraga.
Penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya
mencerminkan karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu
: “Development Appropriate Practice” (DAP). Artinya adalah tugas ajar
yang diberikan harus memperhatikan perubahan kemampuan anak dan
dapat membantu mendorong perubahan tersebut. Dengan demikian tugas
ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik yang
sedang dipelajarinya. Tugas ajar yang sesuai ini harus mampu
mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan karakteristik setiap
individu serta mendorongnya kearah perubahan yang lebih baik.
Untuk mencapai tujuan tersebut, guru pendidikan jasmani harus
dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran pendidikan jasmani
sesuai dengan tahap-tahap perkembangan dan karakteristik anak didik,
terutama di Sekolah Dasar. Memodifikasi sarana dan prasarana merupakan
salah satu upaya yang dapat dilakukan guru pendidikan jasmani Sekolah
Dasar agar pembelajaran dapat mencerminkan DAP.
Karena minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang
dimiliki sekolah-sekolah, menuntut seorang guru pendidikan jasmani
untuk lebih kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan
penggunaan sarana dan prasarana yang ada. Seorang guru pendidikan
jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau
memodifikasi yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang semenarik
mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran
penjas yang diberikan. Banyak hal-hal sederhana yang dapat dilakukan
oleh guru pendidikan jasmani untuk kelancaran jalannya pendidikan
jasmani.
Dengan melakukan modifikasi sarana maupun prasarana, tidak
akan mengurangi aktivitas siswa dalam melaksanakan pelajaran

3
pendidikan jasmani. Bahkan sebaliknya, karena siswa bisa difasilitasi
untuk lebih banyak bergerak, melalui pendekatan bermain dalam suasana
riang gembira. Jangan lupa bahwa kata kunci pendidikan jasmani adalah
“Bermain – bergerak – ceria”.
D. Modifikasi Pada Olahraga Bulutangkis
Permainan bulutangkis adalah suatu permainan dengan tujuan
menyeberangkan shuttlecock ke daerah lawan dengan melewati net
dengan cara memukul menggunakan raket, bila kita melakukan
modifikasi permainan dengan menghilangkan unsur tersebut diatas maka
permainan yang kita modifikasi tersebut bukan lagi permainan bulutangkis
Bila aturan secondary yang dirubah maka hal ini yang seharusnya
pendidik lakukan dalam memodifikasi suatu permianan (sidentop,Hastie
dan Van Der Mars)
1. Merubah ukuran lapangan
Ukuran merupakan salah satu media yang harus dimodifikasi
utmanya dalam permainan bulutangkis karena kemampuan anak anak
atau siswa tidak dengan kemampuan orang dewasa.
 Untuk anak-anak usia di bawah 9 tahun: Panjang: 10,05 meter,
Lebar: 4,40 meter
 Untuk anak-anak usia 9 hingga di bawah 12 tahun: Panjang
11,88 meter Lebar 5,18 meter
 Garis bagian dalam lapangan bulu tangkis menjadi garis terluar
lapangan badmini). Ukuran sosialisasi lapangan yang akan
dipakai secara nasional dan internasional adalah lapangan
badmini untuk anak-anak usia di bawah 12 tahun.

2. Ukuran, berat jenis alat shuttlecock atau raket


Raket yang digunakan tentunya harus berbeda antara anak anak,
remaja dan orang dewasa dalam pengaplikasian modifikasi tentunya
yang diharapkan adalah bagaimana membuatnya menjadi riang
gembira dan menyenangkan bagi peserta didik.

4
 Jenis raket
 untuk usia di bawah 9 tahun menggunakan raket badmini
ukuran small/medium (21 inci/23 inci).
 Usia di bawah 12 tahun menggunakan raket badmini ukuran
medium/normal (23 inci).
 Jenis shuttlecock
 Terbaik untuk badmini adalah kok bulu tangkis dengan
ukuran kecepatan yang lebih pelan dari ukuran biasa, 76
grain. Kok dengan ukuran kecepatan terendah yang umum
di pasaran adalah ukuran 1 (ukuran resmi Yonex,
internasional), atau 75 grain, atau 4,8 gram.
3. Scoring
Sistem yang digunakan adalah the best of three. Pemenangnya
adalah yang berhasil mengumpulkan dua set/game terlebih dahulu.
Angka kemenangan tiap set:
 Tunggal putra : 11
 Ganda putra : 11
 Tunggal putri : 9
 Ganda putri : 9
4. Pemain
5. Tinggi net
Tinggi net untuk modifikasi ini yaitu 140 sentimeter. Berdasarkan
pengamatan empirik, tinggi anak-anak 10 hingga 12 tahun sekitar 140
sentimeter. Modifikasi permainan tidak ditujukan untuk mengubah
hakekat permainan cabang olahraga, modifikasi dilakukan untuk
menyesuaikan situasi dan kondisi agar permainan dapat dimainkan
dan dinikmati oleh kelompok tertentu terutama siswa sekolah dasar
(peserta didik).

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Modifikasi penjas merupakan salah faktor pendukung dalam
suksesnya proses belajar mengajar disekolah. Akan tetapi kurangnya
ketersediaan sarana dan prasarana dalam setiap sekolah terkhususnya mata
pelaran penjas, maka seorang guru dituntut untuk lebih kreatif dan
memanfaatkan apa yang ada disekitarnya yang diproses atau dimodifikasi
sebagai alat pembelajaran. Selain itu bagi sekolah yang memiliki sarana
prasarana yang memadai bukan berarti bahwa seorang guru tidak
memodifikasi sarana prasarana tersebut apalagi yang ingin
menggunakanya adalah sekolah dasar.
B. Saran
Penulis hanya berharap setelah kita memahami tentang modifikasi
yang digunakan dalam proses belajar mengajar disekolah, maka kita lebih
dituntut untuk lebih kreatif dalam memodifikasi media tersebut sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai