Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI


DI BANGSAL SRIKANDI 5 RS AKADEMIK UGM YOGYAKARTA

Tugas Mandiri
Stase Praktik Keperawatan Dasar

Disusun Oleh:
Bella Wilita Desi
18/436102/KU/20958

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
I. KONSEP STROKE
A. Definisi Stroke
Stroke adalah suatu tanda klinis yang ditandai defisit neurologi fokal atau
global yang berlangsung mendadak selama 24 jam atau lebih atau kurang dari 24
jam yang dapat menyebabkan kematian, yang disebabkan oleh gangguan pembuluh
darah di otak. Gangguan pembuluha darah di otak menyebabkan jaringan otak tidak
mendapatkan oksigenasi yang adekuat sehingga jaringan otak akan rusak atau
nekrosis.
B. Pembagian Stroke Berdasarkan Kelainan Patologis
Berdasarkan kelainan patologis, stroke dapat dibagi menjadi :
1. Stroke hemoragik
Stroke hemorargik terjadi dari pendarahan arteri maupun vena intrakranial yang
disebabkan oleh hipertensi, aneurisme yang ruptur, trauma, atau gangguan
pendarahan. Berdasarkan lokasi pendarahan dapat dibagi menjadi perdarahan intra
serebral dan perdarahan ekstra serebral (sub-arakhnoid).
2. Stroke non-hemoragik
a. Trombosis serebri
Stroke trombotik yaitu stroke yang disebabkan karena adanya penyumbatan
lumen pembuluh darah otak karena trombus yang makin lama makin menebal,
sehingga aliran darah menjadi tidak lancar. Penurunan aliran darah ini
menyebabkan iskemia. Trombosis serebri adalah obstruksi aliran darah yang terjadi
pada proses oklusi satu atau lebih pembuluh darah lokal.
b. Emboli serebri
Infark iskemik dapat diakibatkan oleh emboli yang timbul dari lesi
ateromatus yang terletak pada pembuluh yang lebih distal. Gumpalan-gumpalan
kecil dapat terlepas dari trombus yang lebih besar dan dibawa ke tempat-tempat
lain dalam aliran darah. Bila embolus mencapai arteri yang terlalu sempit untuk
dilewati dan menjadi tersumbat, aliran darah fragmen distal akan terhenti,
mengakibatkan infark jaringan otak distal karena kurangnya nutrisi dan oksigen.
Emboli merupakan 32% dari penyebab stroke non hemoragik.
C. Faktor Risiko Stroke
Faktor yang dapat menimbulkan stroke dibedakan menjadi faktor risiko
yang tidak dapat diubah atau tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat
diubah atau dapat dimodifikasi. Kelompok faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin, ras, riwayat stroke dalam keluarga,
serta riwayat serangan transient ischemic attack atau stroke sebelumnya.
Kelompok faktor risiko yang dapat dimodifikasi merupakan akibat dari gaya hidup
seseorang dan dapat dimodifikasi, yang meliputi hipertensi, diabetes mellitus,
dislipidemia, penyakit jantung, merokok, alkohol, obesitas, dan penggunaan
kontrasepsi oral.
D. Patofisiologi Stroke
1. Trombosis menyebabkan blockage dan edema pada pembuluh darah dan iskemik
pada jaringan yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut.
2. Emboli memutus sirkulasi dengan mempersempit arteri menyebabkan iskemik dan
edema. Apabila emboli bersifat sepsis dan infeksi meluas ke dinding pembuluh
darah, maka aneurisme akan timbul. Aneurisme ini akan meningkatkan risiko
ruptur tiba-tba dan pendarahan serebral.
3. Pada stroke hemorargik, pembuluh darah akan pecah sehingga menurunkan suplai
darah ke otak. Darah yang terakumulasi dapat menyebabkan bahaya yaitu
compromising jaringan otak.
II. KONSEP KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI
A. Pengertian
Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan
karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan
sendiri sangat dipengaruhi kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi
seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Praktik hygiene sama dengan
peningkatan kesehatan. Dengan implementasi tindakan hygiene pasien, atau
membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu dalam lingkungan
rumah sakit, perawat menambah tingkat kesembuhan pasien. Dengan mengajarkan
cara hygiene pada pasien, pasien akan berperan aktif dalam meningkatkan
kesehatan dan partisipan dalam perawatan diri ketika memungkinkan.
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Dalam sejarah Yunani, Hygiene berasal dari
nama seorang Dewi yaitu Hygea (Dewi pencegah penyakit). Arti lain dari Hygiene
ada beberapa yang intinya sama yaitu:
1. Ilmu yang mengajarkan cara-cara untuk mempertahankan kesehatan jasmani,
rohani dan sosial untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.
2. Suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan
perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada.
3. Keadaan dimana seseorang, makanan, tempat kerja atau peralatan aman (sehat) dan
bebas pencemaran yang diakibatkan oleh bakteri, serangga, atau binatang lainnya.
4. Menurut Brownell, hygine adalah bagaimana caranya orang memelihara dan
melindungi kesehatan.
5. Menurut Gosh, hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mencakup seluruh factor
yang membantu/mendorong adanya kehidupan yang sehat baik perorangan maupun
melalui masyarakat.
6. Menurut Prescott, hygiene menyangkut dua aspek yaitu:
Yang menyangkut individu (personal hygiene) dan yang menyangkut lingkungan
(environment).
Personal hygiene adalah perawatan kebersihan diri yang dilakukan oleh
individu untuk mempertahankan kesehatannya sehingga individu merasa nyaman
dan aman. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
Macam – macam Personal Hygiene:
1. Perawatan kulit kepala & rambut
2. Perawatan mata
3. Perawatan hidung
4. Perawatan telinga
5. Perawatan kuku kaki dan tangan
6. Perawatan genetalia
7. Perawatan kulit seluruh tubuh
8. Perawatan tubuh secara keseluruhan

Tujuan perawatan Personal Hygiene:


1. meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. memelihara kebersihan diri seseorang
3. memperbaiki personal hygiene yang kurang
4. pencegahan penyakit
5. meningkatkan percaya diri seseorang
6. menciptakan keindahan
7. menghilangkan minyak yang menumpuk , keringat , sel-sel kulit yang mati dan
bakteri
8. menghilangkan bau badan yang berlebihan
9. memelihara integritas permukaan kulit
10. menstimulasi sirkulasi / peredaran darah
11. meningkatkan perasaan sembuh bagi klien
12. memberikan kesempatan pada perawatan untuk mengkaji kondisi kulit klien.
13. meningkatkan percaya diri seseorang
14. menciptakan keindahan
15. meningkatkan derajat kesehatan sesorang
Menurut Potter dan Perry (2005), sikap seseorang melakukan personal hygiene
dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
a. Citra tubuh
Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentinya hygiene pada orang
tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan
fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara
mempertahankan hygiene. Jika seorang pasien rapi sekali maka perawat
mempertimbangkan rincian kerapian ketika merencanakan keperawatan dan
berkonsultasi pada pasien sebelum membuat keputusan tentang bagaimana
memberikan peraatan hygienis. Karena citra tubuh pasien dapat berubah akibat
pembedahan atau penyakit fisik maka perawat harus membuat suatu usaha ekstra
untuk meningkatkan hygiene.
b. Praktik sosial.
Kelompok-kelompok social wadah seorang pasien berhubungan dapat
mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak
mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah
orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan atau air mengalir hanya merupakan
beberapa faktok yang mempengaruhi perawatan kebersihan.
c. Status sosio-ekonomi
Sumber daya ekonomi seeorang mempengruhi jenis dan tingkat praktik
kebersihan yang digunakan. Perawat hrus menentukan apakah pasien dapat
menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi dan
kometik. Perawat juga harus menentukan jika penggunaan produk-produk ini
merupakan bagian dari kebiasaan social yang dipraktikkan oleh kelompok social
pasien.
d. Pengetahuan
Pengtahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri
tidaklah cukup. Pasien juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan-diri.
Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong pasien untuk
meningkatkan hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan
menguntungkan dalam mngurangi resiko kesehatan dapat memotifasi seeorang
untuk memenuhi perawatan yang perlu.
e. Variable kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan pasien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan
hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik keperawatan
diri yang berbeda pula. Di asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan. Di
Negara-negara eropa, bagaimanapun, hal ini biasa untuk mandi secara penuh hanya
sekali dalam seminggu.
f. Pilihan pribadi
Setiap pasien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk
mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut . pasien memilih produk yang
berbeda (mis. Sabun, sampo, deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan pribadi.
g. Kondisi fisik.
Orang yang menderita penyakit tertentu (mis. kanker tahap lanjut) atau
menjalani operasi sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk
melakukan hygiene pribadi.
B. Nilai-Nilai Normal
Tingkat kemampuan klien melakukan self care:
0 = mandiri
1 = membutuhkan bantuan alat
2 = membutuhkan bantuan orang lain
3 = membutuhkan bantuan alat dan orang lain
4 = tergantung total

Tingkat ketergantungan/ kemandirian seseorang dapat dikaji melalui salah satu alat
ukur, yaitu: Pengkajian Fungsional Barthel Index, seperti berikut ini:
No. Fungsi Skor Kondisi
Mengendalikan rangsang 0 Inkontinen/ tidak teratur (perlu pencahar)
1. defekasi (mengontrol 1 Kadang tak terkendali (1 kali seminggu)
BAB) 2 Mandiri
Mengendalikan rangsang 0 Inkontinen dan menggunakan kateter
2. berkemih (mengontrol 1 Kadang tak terkendali (maksimal 1 x 24 jam)
BAK) 2 Mandiri
3 Membersihkan diri (cuci 0 Membutuhkan pertolongan orang lain
muka, sisir rambut, gosok Mandiri
1
gigi)
Penggunaan toilet masuk/ 0 Tergantung pertolongan orang lain
keluar (melepas, pakai Perlu pertolongan pada beberapa aktivitas, tapi
4. 1
celana, menyeka, aktivitas lain dapat mengerjakan sendiri
menyiram) 2 Mandiri
Makan 0 Tidak mampu
5. 1 Perlu bantuan memotong makanan
2 Mandiri
Pindah tempat dari 0 Tidak mampu
berbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk duduk (2 orang)
6.
2 Bantuan minimal, 1 orang
3 Mandiri
Mobilisasi/ berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa mobilitas dengan kursi roda
7.
2 Berjalan dnegan bantuan 1 orang/ walker
3 Mandiri
Berpakaian/ memakai 0 Tergantung orang lain
8. baju 1 Sebagian dibantu, misal mengancing baju
2 Mandiri
Naik turun tangga 0 Tidak mampu
9. 1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10. Mandi 0 Tergantung orang lain
No. Fungsi Skor Kondisi
1 Mandiri
Total Skor
Keterangan:
20 = Mandiri
12-19 = Ketergantungan ringan
9-11 = Ketergantungan sebagian
5-8 = Ketergantungan berat
0-4 = Ketrgantungan penuh
Untuk skor ≤ 8 dikonsulkan ke bagian Rehabilitasi Medik. Di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta, setiap pasien yang telah dikaji menggunakan Barthel Index,
selanjutnya akan dipantau mulai dari sebelum sakit, saat masuk rumah sakit, minggu I,
minggu II, dan saat pulang. Dengan demikian, petugas medis dapat memonitor dengan
mudah perkembangan ketergantuangan/ kemandirian pasien dilihat dari fungsional
aktivitas sehari-harinya.
C. Hal-Hal yang Perlu Dikaji pada Klien yang Mengalami Gangguan
Kebutuhan Perawatan Kebersihan Diri
1. Riwayat keperawatan
 Kebiasaan personal hygiene (mandi, oral care, perawatan kuku dan kaki,
perawatan rambut, mata, hidung, telinga, dan perineal care)
 Faktor yang mempengaruhi personal hygiene
 Riwayat masalah membran mukosa, kulit, mulut, hidung, telinga, kuku, kaki,
rambut dan perineal
 Pola kebersihan tubuh
 Perlengkapan personal hygiene yang dipakai
2. Pemeriksaan fisik
 Catat perubahan-perubahan pada area membran mukosa, kulit, mulut, hidung,
telinga, kuku, kaki, rambut dan perineal akibat terapi
 Lakukan inspeksi dan palpasi, catat adanya lesi dan kodisi lesi
 Observasi kondisi membran mukosa, kulit, mulut, hidung, telinga, kuku, kaki,
rambut dan perineal: warna, tekstur, kekebalan, turgor dan hidrasi
 Kaji masalah-masalah membran mukosa, kulit, mata, mulut, gigi, hidung,
telinga, kuku kaki dan tangan, rambut dan perineal.
3. Kemampuan melakukan self care
Kaji tingkat kemampuan klien melakukan Pengkajian Fungsional Barthel Index
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
 Gambaran diri
 Kebiasaan sosial
 Status sosial ekonomi
 Pengetahuan
 Budaya
 Kondisi fisik/status kesehatan
 Pilihan individu
 Tingkat perkembangan
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Defisit perawatan diri: Mandi
2. Defisit perawatan diri: Berpakaian
3. Defisit perawatan diri: Eliminasi
4. Risiko kerusakan membran mukosa oral
IV. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa Outcome Intervensi


Defisit perawatan diri: Perawatan diri: Mandi Bantuan perawatan
Mandi - Kemampuan pasien diri: Mandi
Definisi: Hambatan untuk mencuci - Meletakkan handuk,
kemampuan untuk wajah dapat sabun di sisi tempat
melakukan atau meningkat tidur
menyelesaikan aktivitas - Kemampuan pasien - Memonitor
mandi secara mandiri untuk mencuci kebersihan kuku
Batasan Karakteristik: badan bagian atas - Memonitor
- Ketidakmampuan dapat meningkat integritas kulit
membasuh tubuh - Kemampuan pasien - Memberikan
- Ketidakmampuan untuk mencuci bantuan sampai
mengambil badan bagian bawah pasien dapat mandiri
perlengkapan mandi dapat meningkat
- Ketidakmampuan - Kemampuan pasien
mengeringkan tubuh untuk
Faktor yang mengeringkan
Berhubungan: tubuh dapat
- Gangguan fungsi meningkat
kognitif
- Gangguan
neuromuskular
- Kelemahan
Defisit perawatan diri: Perawatan diri: Bantuan perawatan
Berpakaian Berpakaian diri: Berpakaian
Definisi: Hambatan - Kemampuan pasien - Bersedia
kemampuan untuk untuk memakai memberikan bantuan
melakukan atau pakaian bagian atas kebutuhan
menyelesaikan aktivitas dapat meningkat berpakaian
berpakaian - Kemampuan pasien - Menjaga privasi saat
Batasan Karakteristik: untuk memakai berpakaian
- Hambatan mengambil pakaian bagian - Memberikan
pakaian bawah dapat informasi mengenai
- Hambatan meningkat ketersediaan pakaian
mengenakan pakaian - Kemampuan pasien
pada bagian tubuh atas untuk membuka
- Hambatan pakaian bagian atas
mengenakan pakaian dapat meningkat
pada bagian tubuh - Kemampuan pasien
bawah untuk membuka
- Ketidakmampuan pakaian bagian atas
melepaskan atribut dapat meningkat
pakaian
Faktor yang
Berhubungan:
- Gangguan fungsi
kognitif
- Gangguan
neuromuskular
- Kelemahan
Hambatan perawatan Perawatan diri: Bantuan perawatan
diri: Eliminasi Eliminasi diri: Eliminasi
Definisi: Hambatan - Kemampuan pasien - Melepaskan baju
kemampuan untuk memposisikan di alat yang diperlukan
melakukan atau bantu eliminasi sehingga bisa
menyelesaikan aktivitas dapat meningkat eliminasi
eliminasi mandiri - Kemampuan pasien - Memberi privasi
Batasan Karakteristik: untuk selama eliminasi
- Ketidakmampuan mengosongkan usus - Membersihkan alat
melakukan hygiene dapat meningkat untuk eliminasi
eliminasi secara - Kemampuan pasien - Membantu pasien
komplet untuk mengelap untuk eliminasi
- Ketidakmampuan sendiri setelah buang - Mengganti pakaian
memanipulasi pakaian air kecil dapat pasien setelah
untuk eliminasi meningkat eliminasi
- Ketidakmampuan
mencapai toilet
Faktor yang
Berhubungan:
- Gangguan fungsi
kognitif
- Gangguan
neuromuskular
- Hambatan mobilitas
Risiko kerusakan Perawatan diri: Pemeliharaan
membran mukosa oral Kebersihan Mulut Kesehatan Mulut
Definisi: Rentan terhadap - Kemampuan pasien - Melakukan
cedera pada bibir, untuk menyikat gigi perawatan mulut
jaringan lunak, rongga dapat meningkat secara rutin
mulut dan/atau orofaring
yang dapat mengganggu - Kemampuan - Memonitor gigi
kesehatan. membersihkan (warna, kebersihan,
Faktor risiko: mulut, gusi, dan ada tidaknya debris)
- Gangguan fungsi lidah dapat - Membantu pasien
kognitif meningkat membersihkan
- Hambatan perawatan mulut setelah makan
diri atau sesuai
- Kurang kebersihan kebutuhan
mulut
V. DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan.
Salemba Medika. Jakarta
Bulechek, GM. Butcher, H.K. Dochterman, J.M., dan Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC) 6th Edition. Indonesia: Mocomedia
Herdman, T.H., dan Kamitsuru, S. 2015. Diagnosis Keperawatan. Definisi dan Klasifikasi
2015-2017. Jakarta: EGC
Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L., dan Swanson, E. 2016. Nursing Oucome
Classification (NOC) 5th Edition. Indonesia: Mocomedia
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik
edisi 4 volume 2. Jakarta: EGC
Potter, P.A. & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik ( Fundamentals of Nursing: Concept, Process & Practice) Edisi keempat.
Jakarta: EGC
Towarto, Wartonah. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3. Salemba
Medika. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai