Anda di halaman 1dari 15

PENGATURAN ASURANSI

Diatur dalam KUHD


1. Buku I KUHD
 Bab IX tentang asuransi dan pertanggungan pada umumnya
 Bab X bagian I tentang pertanggungan terhadap bahaya kebakaran
 Bab X bagian II tentang pertanggungan terhadap bahaya-bahaya
yang mengancam hasil pertanial yang belum panen
 Bab X bagian III tentang pertanggungan jiwa
2. Buku II KUHD
 Bab IX tentang pertanggungan terhadap bahaya laut
 Bab X tantang pertanggungan terhadap bahaya dalam
pengangkutan di daratan, di sungan dan perairan darat
3. Diluar KUHD
 UU No. 33/1964 tentang pertanggungan penumpang kecelakaan
 UU No.34/1964 pertanggungan tentang kecelakaan lalu lintang
jalan
 UU No.10/2963 tabungan dan asuransi pegawai negeri (TASPEN)
 UU No.40/2014 asuransi

ASURANSI
Asuransi atau Pertanggungan adalah Perjanjian dengan mana penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan
penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari suatu evenemen(peristiwa
tidak pasti). (PASAL 246 KUHD)
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu
perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan
premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
1. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin di derita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
tidak pasti; atau
2. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung
atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan
manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil
pengelolaan dana. (UU 40/2014 TENTANG PERASURANSIAN)

TUJUAN ASURANSI
1. Pengalihan resiko (Risk Transfer Theory)
Adanya ancaman bahaya terhadap harta benda kekayaan milik seseorang
dan jiwanya
2. Pembayaran ganti kerugian-pemayaran premi
Sifat kerugian meliputi: sebagian (partial loss) dan seluruhnya (total loss)
3. Pemabayaran santunan (asuransi sosial)
Melindungi masyarakat dari ancaman bahaya kecelakaan,
kematiaan/cacat tubuh. Dengan mambayar sejumlah premi kontribusi
tertanggung untuk memperoleh perlindungan dari ancaman bahaya.

MANFAAT ASURANSI
1. Memberikan rasa aman dan perlindungan
2. Sebagai tabungan
3. Alat ganti kerugian
JENIS-JENIS ASURANSI
1. Asuransi jiwa
2. Asuransi kesehatan
3. Asuransi pendidikan
4. Asuransi kendaraan
5. Asuransi rumah

RESIKO
Merupakan ancaman bahaya yang dapat menyebabkan timbulnya kerugian,
cacat badan atau kematian. Kriteria resiko meliputi :
1. Bahaya yang mengancam benda/obyek asuransi
2. Berasal dari faktor ekonomi, alam, dan manusia.
3. Diklasifikasikan menjadi resiko pribadi, kekayaan, tanggungjawab
4. Hanya berpeluang menimbulkan kerugian

KRITERIA RESIKO YANG DAPAT DIASURANSIKAN


1. Dapat dinilai dengan uang
2. Harus resiko murni, artinya hanya berpeluang menimbulkan kerugian
3. Kerugian timbul akibat bahaya /peristiwa
4. Tidak dilarang UU dan tidak bertentangan dengan ketertiban umum

EVENEMEN → Peristiwa yang tidak pasti


“Peristiwa yang menurut pengalaman manusia normal tidak dapat dipastikan
terjadi/walaupun sudah terajdi. Saat terjadinya tidak dapat ditentukan dan juga
tidak diharapkan akan terjadi, jika terjadi mengakibatkan kerugian”. (KUHD P251)
CIRI-CIRI EVENEMEN
1. Peristiwa yang terjadi menimbulkan kerugian
2. Tidak dapat diprediksi terjadinya
3. Berasal dari faktor alam, ekonomi, dan manusia
4. Kerugian terhadap diri, kekayaan, dan tanggung jawab seseorang

SYARAT SAHNYA PERJANJIAN ASURANSI (Pasal 1320 KUHPdt)


1. Kesepakatan
2. Kecakapan
3. Suatu hal tertentu
4. Sebab yang halal

SYARAT KHUSUS PERJANJIAN ASURANSI


1. Ada persetujuan kehendak
2. Berwenang melakukan perbuatan hukum
3. Harus ada obyek pertanggungan (berupa benda, jiwa manusia
/kepentinganya)
4. Ada kausa yang diperbolehkan
5. Ada pembayaran premi
6. Kewajiban pemberitahuan (notification)

KEWAJIBAN PEMBERITAHUAN (NOTIFICATION)


a. Teori obyektifitas
 Tertanggung wajib memberitahukan keadaan benda yang
dipertanggungkan kepada penanggung.
 Keunggulan teori ini melindung penanggung dari perbuatan yang
tidak jujur dari pihak tertanggung.
 Kelemahanya teori ini ketidakmungkinan tertanggung
mengetahui cacat yang tersembunyiyang melekat pada obyek
asuransi yang mungkin dijadikan alsan penanggung untuk
menyatakan asuransi batal setelah ada evenement
b. Pada KUHD
 Tertanggung wajib memberithukan pada penanggung mengenai
keadaan obyek asuransi.
 Apabila tertanggung lalai akibat hukumnya asuransi batal (pasal
251 KUHD)
 Kewajiban pemberitahuan pasal 251 KUHD tidak tergantung pada
ada tidaknya itikad baik atau tidak dari tertangung. Apabila
tertanggung keliru memberitahukan tanpa kesenmgajaan juga
menyebabkan batalnya asuaransi, kecuali tertanggung dan
penanggung memperjanjikan lain.
POLIS ASURANSI → akta bukti asuransi, berfungsi sebagai alat bukti tetapi bukan
sebagai syarat sahnya perjanjian asuransi. Suatu pertanggungan harus dibuat
secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan Polis (PASAL 255 KUHD)

UNSUR-UNSUR POLIS (PP NO.73/1992)


1. Harus jelas isi polisnya
2. Tidak boleh mengandung kata-kata atau kalimat yang memungkinkan
perbedaan penafsiran mengenai:
 Resiko yang ditutup asuransinya
 Kewajiban penanggung dan tertanggung

ISI POLIS → Syarat khusus dan janji khusus (256 KUHD)


a. Hari & tanggal pembuatan perjanjian asuransi
b. Nama tertanggung untuk diri sendiri atau pihak ketiga
c. Urian tentang benda yang diasuransikan
d. Jumlah yang diasuranasikan
e. Kapan bahaya/evenement mula dan berakhir yang ditanggung oleh
penanggung
f. Premi
g. Janji-janji khusus yang diadakan oleh para pihak

POLIS
Isi polis dan syarat-syarat pertanggungan pada umumnya disusun sendiri oleh
masing-masing penanggung (perusahaan asuransi) sehingga di dalam praktek
asuransi, bisa saja didapat perbedaan isi dan syarat-syarat pertanggungan antara
penanggung yang satu dengan penanggung yang lain untuk jenis asuransi yang
sama.
Berbagai macam polis mempunyai isi sendiri-sendiri sesuai dengan jenis polis
itu. Isi polis asuransi tentu berbeda dengan polis perjalanan, juga berbeda dengan
polis kerugian. Polis kebakaran, polis kendaraan bermotor, dan lain-lain.

PENYERAHAN POLIS
Penanggung harus menyerahkan polis kepada tertanggung dalam jangka
waktu sebagai berikut :
Bila perjanjian dibuat seketika dan langsung antara penanggung dan
tertanggung atau yang dikuasakan tertanggung, maka polis yang telah
ditandatangani oleh penanggung harus diserahkannya kepada tertanggung ddalam
tempo 24 jam (pasal 259 KUHD).
Jika pertanggungan dilakukan melalui makelar asuransi (broker), maka polis
yang telah ditandatangani oleh penanggung harus diserahkan kepada tertanggung
paling lama dalam tempo 8 hari (pasal 260 KUHD).
Sekalipun secara otentik telah ditetapkan batas waktu penyerahan polis oleh
penanggung kepada tertanggung, namun di dalam praktek asuransi, penanggung
baru mau menyerahkan polis kepada tertanggung setelah dia memperoleh
pembayaran premi dari tertanggung.

FUNGSI POLIS BAGI PENANGGUNG


1. Sebagai bukti (tanda terima) premi asuransi dari tertanggung
2. Sebagai bukti tertulis atas jaminan yang diberikannya kepada tertanggung
untuk membayar ganti rugi yang mungkin diderita oleh tertanggung.
3. Sebagai bukti otentik untuk menolak tuntutan ganti rugi (klaim) bila yang
menyebabkan kerugian tidak memenuhi syarat-syarat polis.
PREMI ASURANSI
 Pasal 246 KUHD
“dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung
dengan membayar premi” ARTINYA
“Kewajiban utama yang harus dipenuhi oleh tertanggung kepada
penanggung (kewajiban membayar premi)”
 Penetuan besarnya premi
Berdasarkan perhitungan analisis resiko yang sehat. Besarnya jumlah
premi yang harus dibayar oleh tertanggung ditentukan berdasarkan
penilaian resiko yang dipikul oleh penanggung

ASAS KESEIMBANGAN DALAM ASURANSI (INDEMNITY PRINCIPLE)


a. Arti pentingnya
Bila terjadi evenement kerugian yang diganti dengan resiko yang harus
ditanggung oleh penanggung harus seimbang
b. Asas keseimbangan nemo plus
Tidak menerima melebihi apa yang menjadi hak dan tidak memberi
melebihi apa yang menjadi kewajiban

ASAS KESEIMBANGAN = ASAS KEPENTINGAN


Artinya, tanpa kepentingan tidak ada ganti kerugian. Asas keseimbangan
dalam KUHD, tidak secara tegas mengatur tentang asas keseimbangan (pasal 250,
252, 274, 277, 279, 284).

ASURANSI SOSIAL, UU no 40/2004 jamsos, negara berhak memberikan jaminan


terhadap warga negaranya. Bersifat wajib dimana santunan ditetapkan oleh
pemerintah, tidak bertujuan profit. Tujuan memberikan jamsos secara materiil.
UNSUR-UNSUR ASURANSI SOSIAL
1. Ditetapkan oleh pemerintah
2. Perikatan ada karena UU
3. Bersifat wajib
4. Penanggung adalam pemerintah

ASURANSI JIWA
“Perjanjian 2 pihak atau lebih antar penanggung dengan tertanggung degan
menrima premi asuransi, untuk memberikan ganti kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggungjawab
hukum pada pihak ke-3” (UU NO.2/1992).

KETENTUAN PASAL 1 AYAT 1 UU N0.2/1992


1. Asuransi kerugian
Penggantian kepada tertanggung = kerugian, kerusakan, kehilangan
keuntungan= karena pihak ke 3 yang mungkin diderita tertanggung
2. Asuransi jumlah
a. Jiwa
b. Sosial
Kesemuanya didasarkan pada matinya seseorang

ASURANSI JIWA
“Perjanjian 2 pihak atau lebih yang mana penangung mengikatkan diri pada
tertanggung dengan menerima premi, untuk memberikan pembayaran atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang diasuransikan”
“ Jiwa seseorang yang dapat diasuransikan untuk orang yang berkepentingan,
baik selama hidup maupun waktu yang ditentukan “ (pasal 302 KUHD)
“orang yang berkepentingan dapat mengadakan asuransi itu bahkan tanpa
diketahui atau persetujuan orang yang diasuransikan jiwanya itu” (Pasal 303 KUHD)

POLIS ASURANSI JIWA


Sesuai dengan ketentuan Pasal 255 KUHD, asuransi jiwa harus diadakan
secara tertulis dengan bentuk akta yang disebut polis. Menurut ketentuan Pasal
304, polis asuransi jiwa memuat:
a. Hari diadakan asuransi
b. Nama tertanggung
c. Nama jiwa yang diasuransikan
d. Saat mulai dan berakhirnya evenemen
e. Jumlah asuransi
f. Premi asuransi

EVENEMEN DAN UANG SANTUNAN


Dalam pasal 304 KUHD yang mengatur tentang isi polis, tidak ada ketentuan
keharusan mencantumkan evenemen dalam polis asuransi jiwa.
Dalam asuransi jiwa yang dimaksud dengan bahaya adalah meninggalnya
orang yang jiwanya diasuransikan. Meninggalnya seseorang itu merupakan hal
yang sudah pasti, setiap makhluk bernyawa pasti mengalami kematian. Akan tetapi,
kapan meninggalnya seseorang tidak dapat dipastikan.
Evenemen dalam asuransi jiwa hanya 1, yaitu ketidakpastian kapan
meninggalnya seseorang, sebagai salah satu unsur yang dinyatakan dalam definisi
asuransi jiwa. Karena evenemen ini hanya 1 (satu), maka tidak perlu dicantumkan
dalam polis.
Uang santunan adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh penanggung
kepada penikmat dalam hal meninggalnya tertanggung sesuai dengan kesepakatan
yang tercantum dalam polis.
Penikmat yang dimaksud adalah orang yang ditunjuk oleh tertanggung atau
orang yang menjadi ahli warisnya sebagai yang berhak menerima dan menikmati
santunan sejumlah uang yang dibayar oleh penanggung.

ASURANSI JIWA BERAKHIR


1. Karena terjadi evenemen
Apabila dalam jangka waktu yang diperjanjikan terjadi peristiwa
meninggalnya tertanggung, maka penanggung berkewajiban membayar
uang santunan karena penikmat yang ditunjuk oleh tertanggung atau
kepada ahli warisnya.
Sejak penanggung melunasi pembayaran uang santunan tersebut,
sejak itu pula asuransi jiwa berakhir.
2. Karena jangka waktu berakhir
Apabila jangka waktu berlaku asuransi jiwa itu habis tanpa terjadi
evenemen, maka beban resiko penanggung berkahir. Akan tetapi, dalam
perjanjian ditentukan bahwa penanggung akan mengembalikan sejumlah
uang kepada tertanggung apabila sampai jangka waktu asuransi habis
tidak terjadi evenemen.
Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak jangka waktu berlaku
asuransi habis diikuti dengan pengembalian sejumlah uang kepada
tertanggung.
3. Karena asuransi gugur
Menurut ketentuan pasal 306 KUHD “apabila orang yang
diasuransikan jiwanya pada saat diadakan asuransi ternyata sudah
meninggal, maka asuransinya gugur, meskipun tertanggung tidak
mengetahui kematian tersebut, kecuali jika diperjanjikan lain”.
4. Karena asuransi dibatalkan
Asuransi jiwa dapat berakhir karena pembatalan sebelum jangka
waktu berakhir. Pembatalan tersebut dapat terjadi karena tertanggung
tidak melanjutkan pembayaran premi sesuai dengan perjanjian atau
karena permohonan tertanggung sendiri.
Pembatalan asuransi jiwa dapat terjadi sebelum premi mulai dibayar
ataupun sesudah premi dibayar menurut jangka waktunya.
Apabila pembatalan sebelum premi dibayar, tidak ada masalah. Akan
tetapi, apabila pembatalan setelah premi dibayar sekali atau beberapa kali
pembayaran (secara bulanan), maka penyelesaiannya bergantung juga
pada kesepakatan pihak-pihak yang dicantumkan dalam polis.

ASURANSI KEBAKARAN (BUKU I BAB 10 PASAL 287-298 KUHD)


Hal-hal yang diatur dalam KUHD;
1. Polis asuransi
2. Obyek asuransi
3. Evenemen dan ganti kerugian
4. Asuransi rangkap dan perubahan resiko
5. Janji-janji khusus

EVENEMEN DAN GANTI KERUGIAN (PASAL 290 KUHD)


1. Petir, api timbul sendiri, kurang kehati-hatian, dan kecelakaan lain.
2. Kesalahan atau itikat tidak baik dari pelayan sendiri, tetangga, musuh, dan
perampok.
3. Sebab-sebab lain, dengan cara apa, dan bagaiamana kebakaran tersebut
terjadi.
Pasal 294 KUHD: “penanggung dibebaskan dari kewajiban untuk membayar
kerugian, apabila dia membuktikan bahwa kebakaran itu disebabkan oleh
kesalahan atau kelalaian tertanggung sendiri yang sangat melampaui batas”

DISAMAKAN DENGAN KEBAKARAN (PASAL 291 KUHD)


1. Benda asuransi menjadi rusak atau berkurang karena kena air pada saat
memadamkan kebakaran.
2. Benda asuransi menjadi hilang karena pencurian pada saat memadamkan
kebakaran.
3. Benda asuransi menjadi rusak atau berkurang karena perintah penguasa
untuk memadamkan kebakaran.
Pasal 292 KUHD disamakan dengan kerugian kebakaran yang ditimbulkan oleh
ledakan ketel uap, misiu, dan sambaran petir.
Pasal 294 KUHD Pembuktian kebakaran oleh penanggung

POLIS STANDAR KEAKARAN INDONESIA


1. Kebakaran, menjalarnya api yang tibul sendiri karena arus pendek, karena
sifat barang tersebut
2. Petir
3. Ledakan
4. Kejatuhan pesawat terbang
5. Asap
JANJI-JANJI KHUSUS
Pada asuransi kebakaran mengnai hak milik berupa gedung tertanggung dapat
minta diperjanjikan :
 Kerugian terhadap gedung hak milik supaya diganti atau
 Gedung tersebut supaya dibangun kembali atau
 Gedung tersebut supaya diperbaiki
ASURANSI LAUT
Dalam pengertian asuransi laut tidak terbatas pada lingkungan laut saja, tetapi
meliputi juga lingkungan darat dan perairan darat. Asuransi laut meliputi unsur-
unsur:
a. Objek asuransi yang diancam bahaya, selalu terdiri dari kapal dan barang
muatan.
b. Jenis bahaya yang mengancam benda asuransi, yang bersumber dari alam
dan yang bersumber dari manusia.
c. Bermacam jenis asuransi, yaitu tubuh kapal, muatan kapal, alat
perlengkapan kapal, bahan keperluan hidup, dan biaya angkutan.

ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR


Asuransi kendaraan bermotor adalah asuransi kerugian yang tidak mendapat
pengaturan khusus dalam KUHD. Karena itu, maka semua ketentuan umum
asuransi kerugian dalam KUHD berlaku terhadap asuransi kendaraan bermotor.
Agar resiko beralih kepada penanggung, maka tertanggung harus membayar
uang premi lebih dahulu, kecuali apabila diperjanjikan lain.

ASURANSI RANGKAP
Pasal 252 KUHD ditentukan;
“kecuali dalam hal yang ditentukan oleh UU, tidak boleh diadakan asuransi
kedua untuk waktu yang sama dan untuk evenemen yang sama atas benda
yang sudah diasuransikan dengan nilai penuh, dengan ancaman asuransi
kedua tersebut batal”
Akan tetapi, ada asuransi rangkap yang tidak dilarang, yaitu asuransi yang
diatur dalam Pasal 277 KUHD. asuransi dengan itikad baik diadakan untuk benda
yang sama, sedangkan asuransi pertama diadakan dengan nilai penuh, maka
asuransi inilah yang mengikat dan asuransi lainnya dibebaskan. Apabila asuransi
pertama tidak diadakan dengan nilai penuh, maka asuransi-asuransi berikutnya
hanya mengikat untuk nilai sisanya menurut waktu asuransi itu diadakan”
Maksud diadakannya peraturan mengenal asuransi rangkap adalah untuk
mencegah jangan sampai terjadi bahwa tertanggung memperoleh ganti kerugian
melebihi nilai benda sesungguhnya, sehingga melanggar asas keseimbangan.
Dalam Pasal 252 KUHD tidak dipersoalkan apakah asuransi rangkap itu dibuat
dengan itikad baik atau tidak, apakah dibuat dalam polis yang berlainan atau tidak.
Pokoknya, asuransi rangkap dilarang.

REASURANSI (ASURANSI ULANG) PASAL 271 KUHD


Reasuransi adalah perjanjian antara penanggung dan penanggung ulang,
berdasarkan perjanjian tersebut penanggung ulang menerima premi dari
penanggung yang jumlahnya ditetapkan lebih dulu, dan penanggung ulang bersedia
untuk membayar ganti kerugian kepada penanggung bilamana dia membayar ganti
kerugian kepada tertanggung sebagai akibat asuransi yang dibuat antara
penanggung dan tertanggung.
Reasuransi bertujuan untuk memungkinkan penanggung membayar klaim
kepada tertanggung dalam hal terjadi evenemen yang menimbulkan kerugian,
sedangkan penanggung khawatir jika dia tidak mampu membayar klaim tersebut.

Anda mungkin juga menyukai