Anda di halaman 1dari 18

VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENELITIAN

MAKALAH
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodelogi PenelitianPendidikan
Dibina oleh Prof. Dra. Herawati Susilo,M.Sc.,Ph.D.

Disusun oleh
Kelompok 6 Offering C :
Ayu Purwanti (160341606006)
Dara Norisha (160341606000)
Destha Ramadanti Prasutri (160341606015)
Lia Damayanti (160341606027)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Maret 2019

1
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya sehingga
kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini yang berjudul “VALIDITAS DAN
RELIABILITAS PENELITIAN” untuk memenuhi mata kuliah Metodologi Penelitian
Pendidikan yang di ampu oleh Prof. Dra. Herawati Susilo,M.Sc.,Ph.D.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pendidikan biologi.
Demikianlah tugas ini kami susun, kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam
penyusunan tugas ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak yang membacanya.

Peneliti mengucapka banyak terima kasih kepada para mahasiswa dan mahasiswa serta
dosen yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini, kami ucapkan terima kasih.

Malang, 26 Maret 2019

Penyusun

3
4
DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................................................ 1

Kata pengantar................................................................................................................. 2

Daftas isi............................................................................................................................ 3

Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ......................................................................................................... 4
1.2 Rumusan masalah ................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 4

Bab II PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Validitas Penelitian ........................................................................... 5
2. 2 Jenis Validitas Penelitian ..................................................................................... 5
2. 3 Pengertian ReliabilitasPenelitian ........................................................................
11
2. 4 Jenis ReliabilitasPenelitian ..................................................................................
12

Bab III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 16
3.2 Saran ........................................................................................................................ 16

Daftar Pustaka

5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini banyak ditemui di dalam suatu penelitian persoalan tentang alat ukur yang
digunakan untuk mengkaji gejala – gejala empiris dalam keilmuan. Pada penelitian
kuantitaif misalnya selalu bergantung pada dua alat ukur yaitu validitas dan reliabilitas.
Validitas menunjukkan sejauh mana nilai atau ukuran yang diperoleh benar – benar
menyatakan hasil pengukuran dari penelitian yang ingin diukur oleh peneliti. Sedangkan
reliablitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat di
percaya.
Validitas dalam penelitian kuantitatif menunjukkan sejauhmana tingkat interpretasi dan
konsep – konsep yang diperoleh mempunyai makna yang sesuatu dengan peneliti dan
partisipan atau dimaa partipan dan peneliti mempunyai kesesuaian dalam mendeskripsikan
peristiwa terutama dalam hal memaknainya. Dalam sutau penelitian, persyaratan minimal
yang harus dimiliki oleh suatu kuesioner yang dibuat sebagai alat ukur yaitu harus
mempunyai minimal dua keunggulan yaitu validitas dan reliabilitas. Sedangkaan instrumen
yang dibuat sebagai alat ukur harus memiliki konsistensi dari ebberapa kali pelaksanaan
pengukuran akan tetap menghasilkan hasil yang relatif sama dinamakan reliabel. Oleh
karena itu validitas dan reliabilitas adalah syarat minimal yang harus dimiliki oleh alat ukur
yang digunakan dalam penelitian. Lebih jelasnya lagi akan di bahas di Bab II.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian validitas penelitian ?
2. Apa saja jenis-jenis validitas instrumen pengukuran data?
3. Apa pengertian dari reliabilitas instrumen pengukuran data?
4. Apa saja jenis-jenis reliabilitas instrumen pengukuran data?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian validitas instrumen pengukuran data.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis validitas instrumen pengukuran data.
3. Untuk mengetahui pengertian reliabilitas instrumen pengukuran data.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis reliabilitas instrumen pengukuran data.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Validitas Penelitian
Pada prinsipnya dalam suatu penelitian dibutuhkan alat ukur atau instrumen penelitian
yang baik agar didapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Pengukuran atau
6
pengujian instrumen penelitian merupakan suatu tindakan lanjut setelah dilakukan
penyusunan instrumen penelitian. Suatu instrument dikatakan valid apabila alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1986). Menurut
Arikunto (2009) validitas adalah suatu keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen
bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur. Sebuah instrumen dikatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Instrumen dikatakan valid apabila
dapat mengungkapakan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya
validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari
gambaran tentang validitas yang dimaksud.
Data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh
peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. (Sugiyono, 2010).
Suatu alat pengukur disebut valid bila alat itu mengukur apa yang hendak diukur, atau
mengukur secara tepat.
2.2 Jenis-jenis Validitas Instrumen Pengumpulan Data
2.2.1 Validitas Berdasarkan Cara Pengujian
Menurut Arikunto (2003) berdasarkan cara pengujiannya, validitas dibagi menjadi :
1. Validitas internal
Validitas internal merupakan hal yang esensial yang harus dipenuhi jika
peneliti menginginkan hasil studinya bermakna. Validitas internal mengacu pada
kemampuan desain penelitian untuk menyingkirkan atau membuat masuk akal
penjelasan alternatif hasil atau dugaan sementara. Validitas internal berkenaan
dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Instrumen
validitas internal dikembangan menurut teori yang relevan. Sehingga validitas
internal adalah tingkatan dimana hasil-hasil penelitian dapat dipercaya
kebenarannya.
Jika dalam desain penelitian dirancang untuk meneliti etos kerja tenaga
kependidikan, maka data yang diperoleh seharusnya adalah data yang akurat
tentang etos kerja tenaga kependidikan. Suatu instrument dapat dikatakan sebagai
suatu instrumen yang mempunyai validitas internal atau rasional apabila kriteria
yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang
diukur. Jadi kriterianya ada di dalam instrumen itu. Menurut Sugiyono (2010),
suatu penelitian dikatakan memiliki validitas internal jika data yang dihasilkan
7
merupakan fungsi dari rancangan dan instrumen yang digunakan. Terdapat
beberapa factor yang mempengaruhi validitas internal:
a. Sejarah (History)
Peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu yang kadang-kadang dapat
berpengaruh terhadap variabel terikat. Oleh karena itu terjadinya perubahan
variabel terikat, kemungkinan bukan sepenuhnya disebabkan karena perlakuan
atau eksperimen, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor sejarah atau pengalaman
subjek penelitian terhadap masalah yang dicobakan, atau masalah-masalah lain
yang berhubungan dengan eksperimen tersebut.
b. Kematangan (Maturity)
Manusia, binatang, atau benda-benda lainnya sebagai subjek penelitian selalu
mengalami perubahan. Pada manusia perubahan berkaitan dengan proses
kematangan atau maturitas, baik secara biologis maupun psikologis. Dengan
bertambahnya kematangan pada subjek ini akan berpengaruh terhadap variabel
terikat. Dengan demikian, maka perubahan yang terjadi pada variabel terikat
bukan saja karena adanya eksperimen, tetapi juga disebabkan karena proses
kematangan pada subjek yang mendapatkan perlakuan atau eksperimen.
c. Seleksi (Selection)
Dalam memilih anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol bisa
terjadi perbedaan ciri-ciri atau sifat-sifat anggota kelompok satu dengan
kelompok yang lainnya. Misalnya anggota-anggota kelompok eksperimen
lebih tinggi pendidikannya dibandingkan dengan anggota-anggota kelompok
kontrol, sehingga sebelum diadakan perlakuan sudah terjadi pengaruh yang
berbeda terhadap kedua kelompok tersebut. Setelah adanya perlakuan pada
kelompok eksperimen, maka besarnya perubahan variabel terikat yang terjadi
mendapat gangguan dari variabel pendidikan tersebut. Dengan kata lain,
perubahan yang terjadi pada variabel terikat bukan saja karena pengaruh
perlakuan, tetapi juga karena pengaruh pendidikan.
d. Prosedur Tes (Testing)
perubahan variabel terikat tidak hanya disebabkan oleh hasil eksperimen saja,
tetapi juga karena pengaruh dari pretes Pengalaman pada pretes dapat
mempengaruhi hasil postes, karena kemungkinan para subjek penelitian dapat
mengingat kembali jawaban-jawaban yang salah pada waktu pretes, dan
kemudian pada waktu postes subjek tersebut dapat memperbaiki jawabannya.
8
e. Instrumen (Instrumentation)
perubahan yang terjadi pada variabel terikat, bukan hanya disebabkan oleh
perlakuan atau eksperimen saja, tetapi juga karena pengaruh instrumen.
Sebagai contoh alat ukur atau instrumen pada pretes biasanya digunakan lagi
pada postes. Hal ini sudah tentu akan berpengaruh terhadap hasil postes
tersebut.
f. Mortalitas (Mortality)
Saat dilakukan proses eksperimen, atau pada waktu antara pretes dan postes
sering terjadi subjek yang “dropout” baik karena pindah, sakit ataupun
meninggal dunia. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap hasil eksperimen.
g. Regresi ke Arah Nilai Rata-rata (Regressien Toward The Mean)
Ancaman ini terjadi karena adanya nilai-nilai ekstrem tinggi maupun ekstrem
rendah dari hasil pretes (pengukuran pertama), cenderung untuk tidak ekstrem
lagi pada pengukuran kedua (postes), namun biasanya melewati nilai rata-rata.
Perubahan yang terjadi pada variabel terikat tersebut adalah bukan perubahan
yang sebenarnya, tetapi merupakan perubahan semu. Oleh sebab itu, regresi ke
arah nilai rata-rata ini juga disebut regresi semu (regression artifact).

2. Validitas eksternal
Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat
digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel diambil. Bila
sampel penelitian representatif, instrumen penelitian valid, cara mengumpulkan dan
analisis data benar, maka penelitian akan memiliki validitas eksternal yang tinggi.
Apabila kriteria instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada,
maka itu merupakan instrumen yang memiliki validitas eksternal. Menurut
Sugiyono (2010) untuk mendapatkan validitas eksternal yang tinggi, peneliti harus
membatasi karakteristik peserta dan kondisi yang didesain untuk melakukan
penelitian, seperti situasi ruangan, waktu dan tempat.

2.2.2 Validitas Berdasarkan Cara Menetapkannya


1. Validitas Logis
Validitas logis dilakukan dengan pertimbangan logis: item-item disusun secara
logis yang terdiri dari validitas isi, validitas logis dan validitas tampang (Arikunto,
2005). Item item dari validitas logis diperkirakan akan mengukur apa yang hendak di
ukur. Validitas logis bertitik tolak dari teori. Peneliti menjabarkan faktor-faktor dari
9
teori. Faktor-faktor itu adalah konstruk-konstruk yang didefinisikan dengan jelas,
digunakan sebagai dasar bekerja dan menjadi ukuran valid tidaknya alat tersebut.
Karena itu validitas logis disebut juga validitas konstruk atau validitas berdasarkan
definisi (Arikunto, 2009). Alat yang disusun akan valid bila cocok dengan teori.
Konsekuensinya jika teori yang digunakan sebagai dasar bekerja itu benar maka alat
itu valid. Tetapi sebaliknya pula bila hasil pengukuran dari berbagai alat yang
disusun itu berbeda dengan teori yang dimaksud perlu ditinjau kembali karena
validitas teori tersebut diragukan.
2. Validitas Empiris
Penetapan validitas empiris dilakukan dengan cara membuat perbandingan
empiris antara hasil pengukuran alat yang disusun dengan hasil pengukuran yang
menggunakan alat lain yang valid (Arikunto, 2005). Dalam proses perbandingan
diperlukan perhitungan-perhitungan statistik sehingga validitas empiris disebut pula
sebagai validitas statistik.

2.2.3 Validitas Berdasarkan Tujuannya, terdapat :


1. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi ialah validitas yang diperoleh bila alat mengukur suatu kawasan isi
(content area) yang dikehendaki suatu derajat tertentu (Margono, 2008). Validitas isi
antara lain terdapat di dalam bidang pelajaran. Tes hasil belajar misalnya digunakan
untuk mengukur isi atau tujuan yang telah diajarkan pada siswa. Kerena itu validitas
isi disebut juga validitas kurikuler. Validitas isi dapat terpenuhi bila alat pengukur
benar-benar dapat mengukur kawasan isi itu (validitas tampang), dan bila alat
pengukur berisi item-item yang terdiri dari sampel yang mampu mewakili kawasan isi
tersebut (validitas sampling). Dengan kata lain, validitas isi memerlukan validitas
tampang dan validitas sampling. Misalnya tes mata pelajaran Administrasi Pendidikan
harus berisi pengetahuan administrasi pendidikan, bukan pengetahuan lain, dan
menggambarkan semua aspek-aspek administrasi pendidikan, bukan hanya beberapa
aspek saja. Selain itu tes tersebut berisi item-item yang sesuai dengan apa yang telah
diajarkan. Bila tes tersebut tidak mengukur apa yang telah diajarkan pada siswa, tes itu
tidak valid.
2. Validitas Konstruk (Construc Validity)
Validitas konstruk adalah validitas yang diperoleh bila suatu alat mengukur suatu
alat hipotesis pada suatu derajat tertentu, konstruk bersifat abstrak, tidak dapat diamati
10
langsung, hanya hasil atau gejalanya secara tidak langsung yang dapat diamati (Rubino,
2011). Konstruk menjelaskan sesuatu, sehingga “diciptakan” untuk menjelaskan suatu
objek. Misalnya intelegensi adalah konstruk, dimana ia tidak dapat diamati. Orang dapat
mengamati intelegensi melalui IQ yaitu hasil pengukuran melalui tes intelegensi.
Validitas konstruk dapat dicapai bila alat pengukur yang digunakan mengukur konstruk
tersebut valid (Arikunto, 2005). Validitas konstruk dari alat suatu alat pengukur
diketahui dari sejauh apa tampilan pada pengukuran itu dapat diinterpretasi dalam
pegertian konstruk tersebut.
Menurut Arikunto (2005), dua aspek yang perlu diperhatikan untuk menjaga
validitas konstruk adalah aspek logis dan aspek empiris. Aspek pendekatan logis
mencari tahu apakah unsur-unsur alat pengukur sama dengan unsure-unsur konstruk.
Kesamaan unsur menjamin validitas alat ukur itu. Aspek pendekatan logis juga mencari
tahu apakah item-item alat pengukur memadai untuk mengukur unsur-unsur konstruk.
Aspek pendekatan empiris terhadap validitas konstruk (Arikunto, 2005) terdiri dari:
a. Hubungan internal, yaitu hubungan antara item-item di dalam alat
pengukur harus ada atau tidak bertentangan
b. Hubungan eksternal, yaitu hubungan antara skor yang diperoleh dari alat
pengukur tersebut dengan skor dari alat pengukur lain harus konsisten dengan
konstruk.
3. Validitas Konkuren (Concurrent Validity)
Pengertian concurrent validity adalah validitas yang berkaitan dengan hubungan
(korelasi) antara skor dalam item instrumen dengan kinerja, atau obyek penelitian yang
lain (Margono, 2011).
Validitas konkuren diperoleh dengan mencari korelasi antara skor pengukuran dan
kriteria ukuran yang telah ada pada waktu yang sama/yang disiapkan dalam waktu yang
hampir bersamaan (Margono, 2011). Untuk mengukur dan menentukan validitas yang
terjadi bersamaan, digunakan metode hubungan atau metode perbedaan. Dengan metode
hubungan, orang mencari hubungan antara skor hasil pengukuran alat yang disusun
dengan skor hasil pengukuran yang telah pasti. Bila angka korelasi tinggi berarti alat
pengukur tersebut memiliki validitas. Metode perbedaan menentukan skor hasil tes
dengan membedakan subjek-subjek yang mempunyai sifat-sifat dan yang tidak
mempunyai sifat-sifat tertentu atau subjek-subjek yang mempunyai sifat-sifat yang
berbeda tingkatannya.
11
4. Validitas Prediksi (Predictive Validity)
Validitas prediksi adalah validitas dimana suatu alat pengukur dapat memprediksi
kemampuan satu individu yang bekerja dalam situasi mendatang (Arikunto, 2009).
Validitas ini sangat penting untuk memilih atau mengklasifikasi individu-individu. Tak
ada alat pengukur yang mempunyai validitas prediksi yang paling baik. Lebih tepat
membuat prediksi dari kombinasi beberapa alat pengukur daripada hanya satu. Data
untuk klasifikasi diperoleh lebih dari satu indikator.
Validitas prediksi diperoleh dengan cara mencari korelasi antara skor pengukuran
dan kriteria pengukuran yang telah ada pada waktu yang lalu (Arikunto 2009). Untuk
mengetahui validitas prediksi digunakan perhitungan hubungan antara skor alat pegukur
yang disusun dengan alat pengukur lain yang telah berhasil digunakan dalam situasi
sebelumnya. Menurut Arikunto (2009), proses menghitung variabel prediksi terdiri dari
beberapa langkah yaitu:
a. Mengidentifikasi dan mendefinisi kriteria sehingga menjadi ukuran yang
valid
b. Menjalankan alat ukur atau variabel prediksi dan menanti sampai tingkah
laku yang diprediksi muncul
c. Gunakan ukuran kriteria dan korelasi dua himpunan skor tersebut
Bilangan perhitungan atau koefisien validitas menunjukkan validitas prediksi
dari alat pengukur tersebut. Jika koefisien itu tinggi berarti alat pengukur tersebut
valid memprediksi.

2.3 Pengertian Reliabilitas Penelitian


Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam
pandangan positifistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan reliable apabila dua atau lebih
peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam
waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi
dua menunjukkan data yang tidak berbeda (Azwar, 2015)
Apabila peneliti satu menemukan dalam obyek berwarna merah, maka peneliti yang lain
juga demikian. Kalau seorang peneliti dalam obyek kemarin menemukan data berwarna
merah, maka sekarang atau besok akan tetap berwarna merah. Karena reliabilitas berkenaan
dengan derajat konsistensi, maka bila ada peneliti lain mengulangi atau mereplikasi dalam
penelitian pada obyek yang sama dengan metode yang sama maka akan menghasilkan data
yang sama.
12
Menurut Mansyur (2015) reliabilitas berhubungan dengan validitas. Suatu instrumen
yang valid senantiasa reliabel tetapi instrumen yang reliabel belum tentu valid. Sama halnya
dengan validitas, reliabilitas terdiri dari beberapa jenis, yaitu reliabilitas test-retest,
reliabilitas bentuk ekuivalen, dan reliabilitas belah tengah.

2.4 Jenis-jenis Reliabilitas Instrumen Pengumpulan Data


a) Reliabilitas Tes-Retes
Reliabilitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang menunjukkan konsistensi
hasil sebuah tes dari waktu ke waktu. Tes-retes menunjukkan variasi skor yang
diperoleh dari penyelenggaraan satu tes yang dilakukan dua kali atau lebih, sebagai
akibat kesalahan pengukuran. Dengan kata lain, kita tertarik dalam mencari kejelasan
bahwa skor seseorang mencapai suatu tes pada waktu tertentu adalah sama hasilnya,
ketika orang tersebut dites lagi dengan tes tersebut (Sukardi, 2007)
Menurut Sukmadinata (2007) dengan melakukan tes-retes tersebut kita
mengetahui sejauh mana konsistensi suatu tes mengukur dengan apa yang ingin di
ukur. Reliabilitas tes-retes ini penting, khususnya ketika digunakan untuk menentukan
prediktor, misalnya tes kemampuan. Tes kemampuan tidak akan bermanfaat, jika
ternyata menunjukkan hasil yang selalu berubah-rubah secara signifikan saat
diberikan kepada responden. Penentu pemakaian reliabilitas tes-retes, juga tepat
ketika bentuk alterntif lainnya tidak ada, dan ketika tampak bahwa orang yang
mengambil tes kedua kalinya tidak ingat atas jawaban tes yang pertama.
Para pengambil tes pada umumnya akan terus mengingat jawabannya, jika
item-item yang ada banyak mengandung faktor sejarah, dibanding bentuk jawaban
item ilmu pengetahuan aljabar misalnya. Reliabilitas tes-retes dapat dilakukan dengan
cara seperti berikut:
a. Selenggarakan tes pada grup yang tepat sesuai dengan rencana.
b. Setelah selang waktu tertentu , misalnya satu minggu atau dua minggu,
lakukan kembali penyelenggarakan tes yang sama dengan grup yang sama
tersebut.
c. Korelasikan hasil tes tersebut.
Tes-retes juga mempunyai beberapa permasalahan. Di antaranya
permasalahan tersebut, yaitu faktor waktu tenggang yang diambil ketika dilakukan tes
pertama dengan tes kedua. Jika interval waktu terlalu pendek maka mahasiswa
13
memiliki kesempatan untuk mengingat jawaban dalam tes, sehingga tes yang kedua
dapat dipastikan lebih baik, karena faktor resistansi atau sia-sia hafalan yang terjadi
pada subjek pelaku. Jika interval waktu terlalu panjang, kemampuan para pelaku yang
mengikuti tes mungkin bertambah, karena dua kemungkinan, yaitu faktor maturasi
atau kedewasaan dan faktor intervensi dari faktor belajar para subyek (Sukardi, 2007)
Faktor-faktor tersebut menjadikan konsistensi tes cenderung artifsial dan rendah.
Mengenai interval waktu yang baik antara tes pertama dengan tes berikutnya
diberikan kepada subjek pelaku pilot study, (Gay, 1983, dalam Sukardi, 2007)
memberikan referensi bahwa satu hari terlalu pendek, sebaliknya satu bulan terlalu
panjang. Oleh karena itu, selisih waktu pemberian tes melalui tes-retes diantara satu
atau dua minggu.
b) Reliabilitas Bentuk Ekuivalensi
Sesuai dengan namanya, yaitu ekuivalen maka tes yang hendak diukur
reliabilitasnya dibuat identik. Setiap tampilannya, kecuali subtansi item yang ada
dapat berbeda. Kedua tes tersebut sebaiknya mempunyai karakteristik sama.
Karakteristik yang dimaksud termasuk, misalnya: mengukur variabel yang sama,
mempunyai jumlah item sama, struktur sama, mempunyai tingkatan kesulitan dan
mempunyai petunjuk, cara skoring, dan interpretasi yang sama (Fu’adi, 2008)

Dari semua kondisi yang direncanakan secara ekuivalen di atas idealnya jika
grup yang sama mengambil dua tes tersebut maka rerata skor maupun variabilitas
skor yang dicapai dari kedua tes yang diambil mestinya sama. Jika dikehendaki,
sebenarnya kita dapat memilih, mengambil sampel, dan item yang berbeda dari ranah
tingkah laku yang sama. Yang perlu diperhatikan mestinya adalah dalam hal apakah
skor tergantung item pilihan atau pada penampilan atas item-item yang dapat
digeneralisasi pada lainnya. Jika item terpilih baik dan setiap setnya menggambarkan
ranah yang setaraf maka penggambaran tersebut mestinya benar.

Reliabilitas ekuivalen, pada umumnya juga menggambarkan bentuk


konsistensi alternatif, yang dapat mmenunjukkan variasi skor yang terjadi dari bentuk
tes satu dengan bentuk lainnya. Tetapi juga perlu diingat bahwa pengambilan tes
reliabilitas ekuivalen ini akan dapat mencapai hasil yang tepat, jika pengambilan tes
hafal terhadap jawaban tes yang dibuat dalam sesi pertama, sehingga mereka dapat
14
menjawab kembali tes yang kedua. Ketika dua bentuk alternatif tes tersedia , yang
perlu diketahui dari kedua tes adalah berapa reliabilitas ekuivalensi. Hal ini perlu
diyakinkan kembali agar terjadi bahwa skor seseorang tidak akan dipengarui oleh
cara mengadministrasi tes tersebut (Fu’adi, 2008)

Implikasi dari analisis di atas ialah bahwa sebuah tes diberikan lebih dari satu
kali pada grup yang sama. Pertama tes diberikan pada grup sebagai proses dan setelah
selang waktu tertentu diberikannya untuk yang kedua kalinya sebagai post- tes. Hal
lain yang perlu diketahui yaitu bahwa ada kemungkinan pengaruh kegiatan
intervening, ketika mengukur suatu hal yang esensinya sama dengan menggunakan
tes sama. Langkah-langkah proses melaksanakan tes reliabilitas secara ekuivalen
yaitu:

1) Tentukan subjek sasaran yang hendak dites.


2) Lakukan tes yang dimaksud kepada subjek sasaran tersebut.
3) Administrasi hasilnya secara baik.
4) Dalam waktu yang tidak terlalu lama, lakukan pengetesan untuk yang
kedua kalinya pada grup terebut.
5) Korelasikan kedua hasil tes skor.
Menurut Margono (2006) jika hasil koefisien ekuivalen tinggi, berarti tes
memiliki reliabilitas ekuivalen baik. Sebaiknya apabila ternyata bahwa koefisienya
rendah maka reliabilitas ekuivalen tes rendah. Reliabilitas ekuivalen merupakan salah
satu bentuk yang dapat diterima dan umum dipakai dalam penelitian terutama
penelitian pendidikan.yang perlu juga di ketahui para peneliti adalah bahwa tes
ekuivalen mempunyai kelemahan yaitu bahwa membuat dua buah tes yang secara
esensial ekuivalen adalah sulit. Akibatnya akan selalu muncul terjadinya kesalahan
pengukuran
c) Reliabilitas Belah Tengah
Menurut Nitko (2007) reliabilitas belah tengah tergolong dalam jenis
reliabilitas yang berdasarkan konsistensi internal dari instrumen pengukuran.
Reliabilitas ini diperlukan jika tes sangat panjang. Prosedur menentukan reliabilitas
belah tengah meliputi langkah-langkah:
1) Berikan seluruh tes pada satu kelompok.

15
2) Bagi tes kedalam dua bagian yang sama, dalam bentuk subtes, setengah
bagian pertama berisi item-item yang ganjil, sedangkan item-item yang genap
pada setengah bagian kedua.
3) Hitung skors setiap obyek pada kedua sub bagian dimana setiap subjek
mendapat mendapat 2 skor, 1 skor untuk item ganjil, dan 1 skor untuk item genap.
4) Korelasikan 2 skor himpunan itu.
Hasil korelasi ialah koefisien konsistensi internal, yang bila tingi berarti instrument
itu mempunyai reliabilitas yang tinggi.

BAB III
16
PENUTUP

3.3 Kesimpulan
1. Menurut Arikunto (2009) validitas adalah suatu keadaan yang menggambarkan
tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur.
2. Jenis – jenis validitas penelitian berdasarkan cara penetapannya ada validitas logis
dan validitas empiris. Jenis penelitian berdasarkan tujuan terdapat validitas isi, validitas
konstruk, validitas konkuren, dan validitas prediksi.
3. suatu data dinyatakan reliable apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang
sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam waktu berbeda menghasilkan
data yang sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang
tidak berbeda
4. jenis – jenis reliabilitas yaitu reliabilitas tes retes , reliabilitas bentuk ekuivalen,
dan reliabilitas belah tengah.
3.4 Saran
Sebagai seorang peneliti hendaknya menggunakan alat pengukuran data yang valid dan
reliabel dalam mengadakan penelitian supaya terpercaya dan keabsahannya terjamin dan
dapat di buktikan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Aneka Kraya

Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian, Suatu Praktek. Jakarta: Bina Aksara.

Arikunto,S. 2009. Metodelogi Penelitian (edisi revisi). Yogyakarta: Bina Aksara

Azwar, Saifuddin. 2015.Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar

Azwar, Saifudin. 1986. Validitas dan Reliabilitas. Jakarta: Rineka Cipta

Fu’adi, Athok. 2008. Sistem Pengembangan Evaluasi. STAIN PO Press. Ponorogo


Manyur, dkk. 2015. Asesmen Pembelajaran di Sekolah; Panduan bagai guru dan calon guru.
Yogyakarta:Penerbit Pustaka Pelajar

Margono, S. 2006. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta


Margono, S. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Karya

Nitko, Anthony J. 2007. Educational Assesment Of student. University of Lowa


Rubino, R. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: FKIP UMS

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi
Aksara.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


Roesdakarya.

18

Anda mungkin juga menyukai