Halaman
SAMPUL DALAM i
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR Xi
Bab 1. Pendahuluan
1.1. Pengertian Bank 1
1.2. Sejarah Bank 2
1.3. Jenis - Jenis Bank 3
1.4. Area Pelayanan Bank Modern 6
1.5. Peranan Bank Dalam Perekonomian 6
Pendahuluan
Menurut Rose (2002 : 5) mengatakan bahwa “ Bank is A financial intermediary accepting deposits
and granting loans; offers the widest menu of services of any financial institution “. Menurut pengertian
Rose di atas, dapat dipahami bahwa Bank adalah perantara keuangan menerima simpanan dan
memberikan kredit; memberikan pelayanan dalam menu yang luas untuk berbagai lembaga keuangan.
Pengertian yang lebih banyak diacu oleh para pakar perbankan adalah Undang-Undang Nomor:
7 Tahun 1992, yang menyatakan bahwa “ Bank adalah badan usaha yang meng-himpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat kembali dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank juga merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menya-lurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank Umum: bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional, atau berdasarkan
Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Peninggalan lainnya yang lebih mudah usianya, bisa ditarik kesimpulan, bahwa pada abad ke 9
SM masyarakat pada waktu itu, telah menggunakan surat tanda tagihan berbentuk “promes” dan “cek”.
Dalam abad ke 6 SM masyarakat pada waktu itu telah menggunakan “kredit hipotik”. Bank
memimjamkan “emas” dan “perak” dengan tingkat bunga 20 % setiap bulan dan dikenal sebagai
Temples of Babylon.
Pada tahun 500 SM, menyusul di Yunani didirikan semacam bank, dikenal sebagai “Greek
Temple”, yang menerima simpanan dengan memungut biaya penyimpanannya, serta
meminjamkannya kembali kepada masyarakat. Pada saat itulah muncul bankir-bankir swasta pertama.
Operasinya meliputi; penukaran uang dan segala macam kegiatan bank. Lembaga perbankan yang
pertama di Yunani timbul pd thn 560 SM.
Usaha bank muncul di Romawi dengan cara beroperasi yang lebih luas lagi, yakni tukar menukar
mata uang, menerima deposito, memberikan kredit, mentransfer modal dan bersamaan dengan
jatuhnya kota Roma pada tahun 509 SM, perbankan juga ikut jatuh.
Sejarah perkembangan lembaga keuangan di negara Babylonia kuno terhenti dengan runtuhnya
kerajaan mereka yang sangat tenar tersebut. Baru kemudian pada zaman Renaissance, terutama pada
zamannya kota-kota dagang Venice dan Florence berkembang, kembali banyak meninggalkan benda-
benda sejarah di bidang perbankan.
Pada tahun 527 – 565 Yustinianus mengkodefikasikan hukum Romawi di Konstatntinopel
sehingga perbankan berkembang kembali pada tahun-tahun tersebut. Perkembangan ini di awali
dengan adanya perdagangan antara Konstantinopel dengan Cina, India dan Ethiopia.
Bahkan mata uang Konstantinopel ditetapkan sebagai mata uang internasional pada waktu itu.
Hubungan perdagangan kemudian berkembang ke Asia Barat (sekarang Timur Tengah) dan Eropa
sehingga kota-kota seperti Alexandria, Venesia dan beberapa pelabuhan di Italia Selatan terkenal
sebagai pusat perdagangan yang penting.
Bank Venesia didirikan pada tahun 1171 dan merupakan Bank Negara Pertama yang dipakai
untuk membiayai perang. Kemudian berturut-turut berdirilah Bank of Genoa dan Bank of Barcelona
pada tahun 1320.
Awal abad ke 16 di London (Inggeris), Amsterdam (Belanda) serta Antwerpen dan Leuven
(Belgia) tukang-tukang emas bersedia menerima uang logam (emas, perak) untuk disimpan. Sebagai
tanda bukti penyimpanan, tukang emas memberikan kepada penyimpan suatu tanda deposito yang
disebut “Goldsmith’s note” sebagai bukti bahwa tukang emas tersebut mempunyai hutang.
Lambat laun deposito itu diterima sebagai alat pembayaran atau menjadi uang kertas.Sejarah
mencatat, “Goldsmith’s note” oleh pemiliknya jarang ditukar kembali dengan uang logam.
Berdasarkan Kepemilikan Modalnya Bank dibagi menjadi : (1) Bank Pemerintah, (2) Bank Swasta
Nasional, (3) Bank Swasta Asing dengan uraian sebagai berikut:
(1) Bank Persero, yaitu bank umum milik negara (Badan usaha milik negara, atau BUMN). Bank
persero ini yang terdiri dari 5 bank yaitu;
(a) PT. Bank Rakyat Indonesia,
(b) PT. Bank Negara Indonesia (Persero),
(c) PT. Bank Tabungan Negara (Persero),
(d) PT. Bank Mandiri (Persero), dan
(e) PT. Bank Ekspor Indonesia.
(2) Bank Umum Swasta Nasional Devisa (BUSND), adalah bank umum milik swasta nasional
Indonesia yang dalam transaksinya dapat menggu-nakan mata uang dalam negeri (Rupiah)
maupun menggunakan valuta asing. Bank jenis ini di Indonesia terdiri 36 bank.
(3) Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa (BUSNND), yaitu bank umum milik swasta nasional
Indonesia yang dalam transaksinya hanya menggu-nakan mata uang dalam negeri (Rupiah). Bank
jenis ini di Indonesia terdiri dari 40 bank.
(4) Bank Pembangunan Daerah (BPD), adalah bank milik pemerintah daerah yang terdiri dari 26
bank.
(5) Bank Campuran (BC), yaitu bank milik campuran antara swasta nasional dengan swasta asing
yang terdiri dari 23 bank.
(6) Bank Asing (BA), adalah bank milik swasta asing yang terdiri dari 10 bank.
Adapun ke 10 area pelayanan Bank modern yang telah diuraikan sebelumnya dikemukakan pada
Gambar 1.1. sebagai berikut:
The insurance
(risk The thrift
management (saving
function) function)
Dari definisi pakar tersebut, dapat disimpulkan tiga fungsi utama bank dalam pembagunan
ekonomi, yaitu ; (a) lembaga penghimpun dana, (b) lembaga penyalur dana, dan (c) lembaga yang
memperlancar perdagangan.
(a). Bank sebagai lembaga penghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan.
(b). Bank sebagai lembaga yang penyalur dana ke masyarakat dalam bentuk kredit.
(c). Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang
Fungsi umum bank adalah intermediary antara surplus dana (nasabah penabung: Kreditur)
dengan defisit dana (nasabah peminjam: Debitur). Fungsi khusus bank menurut para pakar :
Howard D. Crosse dan George H. Hempel (1997) menyebut 7 fungsi pokok bank umum ;
(1) Credit creation (penciptaan kredit)
(2) Depository function (fungsi giral)
(3) Payments and collection (pembayaran dan penagihan)
(4) Saving accumulations and investment
(5) Trust service
(6) Other service
(7) Perolehan laba untuk imbalan para pemegang saham
Sedangkan Oliver G Wood Jr (1978) ada 5 fungsi bank dalam perekonomian yaitu;
(1) Memegang dana nasabah
(2) Menyajikan mekanisme pembayaran
(3) Menciptakan uang dan kredit
(4) Menyajikan pelayanan trust
(5) Menyajikan jasa-jasa lain
Di sisi lain American Bankers Association (1971) mengatakan paling tidak ada 4 fungsi Bank
antara lain :
(1) The deposits function (fungsi penyimpanan dana)
(2) The payments function (fungsi pembayaran)
(3) The loan function (Fungsi pemberian kredit)
(4) The money function (fungsi uang)
Fungsi menghimpun dan menyalurkan dana dari lembaga perbankan dapat digambarkan
sebagai berikut :
Primary Reserve
Giro
Secondary
Deposito Reserve
Bank Sebagai
Kredit
Tabungan Lembaga
Intermediary
Investasi
Modal Lain
Pinjaman Aktiva
Tetap
Dari pendapat beberapa pakar yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa fungsi bank pada umumnya adalah sebagai berikut : (1) Fungsi pengumpulan dana, (2) Fungsi
pemberian kredit, (3) Fungsi investasi, (4) Fungsi penciptaan uang, (5) Fungsi pembayaran, dan (6)
Fungsi pemindahan uang, serta (7) Fungsi pemasokan produk jasa perbankan lainnya, yang diuraikan
sebagai berikut:
1. Giro :
Simpanan DPK pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
mempergunakan antara lain; (a) cek, (b) bilyet giro, (c) surat perintah pembayaran lainnya atau
dengan cara pemindah bukuan.
2. Tabungan :
Simpanan DPK pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan mendatangi bank dan
jumlahnya tidak boleh melebihi saldo tabungan minimal.
3. Deposito :
Simpanan DPK pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai dengan jangka
waktu tertentu. Pada lembaran Deposito tercantum:nama pemilik, nilai pokok deposito, tingkat
bunga dan tanggal jangka waktu jatuh tempo.
Kegiatan pemberian kredit (loan) dapat diharapkan menutup berbagai pengeluaran (bunga
tabungan, bunga deposito, jasa giro, gaji karyawan, biaya operasional dan penyusutan aktiva, sewa)
disamping itu dari kegiatan ini juga diharapkan bank dapat membagikan dividen kepada pemilik
Kredit (loan) yang diberikan oleh bank dapat dibedakan sesuai jangka waktunya yaitu:
a. Kredit jangka pendek (kurang 1 tahun)
b. Kredit jangka menengah ( 1 – 3 tahun)
c. Kredit jangka panjang (lebih dari 3 tahun)
Berdasarkan macam penggunaan kredit dapat dibedakan menjadi : (a) Kredit Produksi, (b) Kredit
Konsumsi. Sedangkan berdasarkan macam jaminannya kredit dapat dibedakan menjadi : (a) Kredit
Kolateral, (b) Kredit Hipotek. Di lain pihak berdasarkan tujuan pemakaiannya kredit dapat dibedakan
menjadi: (a) Kredit Ekspor, (b) Kredit Modal Kerja, (c) Kredit Kredit Investasi, dan (d). Kredit Perumahan
dll.
2.5. Kegiatan Investasi
Investasi Finansial, yaitu penanaman dana dalam bentuk:
1. Surat-surat berharga (saham)
2. Surat tanda utang (surat obligasi, surat wesel, SBI dsb)
Tujuan investasi mendapatkan imbalan berupa pendpatan modal (bunga dan diskonto, laba atau
dividen). Dana yang tertanam dalam investasi dalam bentuk aktiva likuid (aktiva cadangan primer :
primary reserve). Yang termasuk sebagai transaksi investasi antara lain : (a) mendiskonto surat
berharga, (b) membeli dan menjual surat-surat pinjaman, (c) membeli dan menjual cek, (d) surat wesel,
(e) kertas dagang (commercial paper), dan (f) pembayaran dengan surat dan telegram.
Kertas perbendaharaan atas beban negara seperti; Surat Utang Negara (SUN) dengan
pelunasan dalam 6 bulan dan selama periode diskontonya turut bertanggung jawab secara solider.
Mandat dan/atau surat perintah membayar atas kas negara untuk rendemen lelang. Dalam diskonto
jenis ini bank membayar terlebih dulu seharga nilai nominal dikurangi suku bunga yang dikenakan pada
instrumen kredit yang didiskontokan tsb.
Pengiriman uang tersebut harus dilakukan berdasarkan peraturan likuiditas antar cabang yang
disertai suatu sistem cover yang baik, sehingga tidak menyulitkan likuiditas salah satu cabang yang
bersngkutan. Pengiriman uang hanya dapat dilakukan jika disertai penyetoran uang riil. Pengiriman
uang atas dasar penyetoran dengan cek bank lain (atau warkat-warkat kliring lainnya) yang belum
dikliringkan tidak diperkenankan
Manajemen Kredit
1. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu
pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka
waktu yang disepakati.
2. Kredit dalam pengertian lembaga perbankan, sesuai dengan yang termuat dalam Bab 1, pasal 1
ayat 12 Undang-undang No. 7 tahun 1992 yaitu : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan pengertian kredit yang mencakup 3 hal sebagai
berikut:
1. Adanya suatu penyerahan uang/tagihan atau dapat juga barang yang menimbulkan tagihan
tersebut kepada pihak lain, dengan harapan memberi pinjaman ini bank akan memperoleh suatu
tambahan nilai dari pokok pinjaman tersebut yang berupa bunga sebagai pendapatan bagi bank
yang bersangkutan.
2. Dari proses kredit itu telah didasarkan pada suatu perjanjian yang saling mempercayai kedua belah
pihak akan mematuhi kewajibannya masing-masing.
3. Dalam pemberian kredit ini terkandung kesepakatan pelunasan utang dan bunga akan diselesaikan
dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.
Dalam praktek sehari-hari persetujuan pinjaman kredit dinyatakan dalam bentuk perjanjian
tertulis baik di bawah tangan atau secara notariat, dan sebagai pengamanan bahwa pihak peminjam
akan memenuhi kewajibannya akan menyerahkan suatu jaminan baik yang bersifat kebendaan
maupun bukan kebendaan.
1. Character (Karakter)
Pemberian kredit pada dasarnya berdasarkan kepercayaan dari pihak Bank bahwa
sipeminjam mempunyai moral, watak ataupun sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif dan
juga mempunyai rasa tanggung jawab dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Manfaat dari penilaian soal karakter ini adalah untuk mengetahui sampai sejauhmana
tingkat kejujuran dan integritas serta tekad baik yaitu kemauan untuk memenuhi kewajiban-
kewajibannya.
2. Capacity (Kapasitas)
Kapasitas adalah kemampuan calon kreditur (calon peminjam) melunasi kewajiban-
kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan
dilakukannya yang akan dibiayai dengan kredit dari bank. Jadi jelaslah maksud dari penilaian
kapasitas disini adalh untuk menilai sampai sejauhmana hasil usaha yang akan diperolehnya
tersebut, akan mampu untuk melunasinya tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian yang
telah disepakatinya.
Pengukuran kapasitas dari calon kreditur (calon peminjam) dapat dilakukan melalui berbagai
pendekatan antara lain;
a. Pendekatan historis
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menilai past performance (kinerja masa lampau)
dari nasabah yang bersangkutan apakah usahanya banyak mengalami kegagalan atau selalu
menunjukkan perkembangan yang semakin maju dari waktu ke waktu.
b. Pendekatan Financial
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menilai posisi neraca dan laporan Rugi/laba untuk
beberapa periode terakhir untuk mengetahui seberapa besarnya solvabilitas, likuiditas, dan
rentabilitas usahanya serta tingkat risiko usahanya.
c. Pendekatan Educational
Pendekatan dilakukan dengan cara menilai latar belakang pendidikan para pengurus
calon kreditur (calon peminjam), hal ini penting bagi perusahaan-perusahaan yang
menghendaki kemampuan teknologi tinggi, ataupun usaha-usaha yang memerlukan
profesionalisme tinggi seperti; rumah sakit biro konsultan.
d. Pendekatan Yuridis
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menilai apakah calon kreditur (calon peminjam)
tersebut secara yuridis memiliki kapasitas untuk mewakili dirinya atau badan usaha yang
diwakilinya untuk mengadakan ikatan perjanjian kredit dengan bank.
e. Pendekatan Manajerial
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menilai sampai sejauhmana kemampuan dan
keterampilan nasabah dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin
perusahaannya.
f. Pendekatan Teknis
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menilai sampai sejauhmana kemampuan calon
kreditur dalam mengelola faktor-faktor produksi seperti; tenaga kerja, sumber bahan baku,
peralatan-peralatan kerja/mesin-mesin, administrasi dan keuangan, industrial relation, bahkan
sampai kepada kemampuan dalam merebut market share
3. Capital (modal)
Kapital/modal adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon kreditur (calon
peminjam). Kemampuan modal sendiri merupakan benteng yang kuat agar tidak mudah terkena
goncangan dari luar, miisalnya dalam situasi pasar modal dengan suku bunga yang tinggi, maka
sebaiknya komposisi modal sendiri ini harus semakin besar.
Jaminan juga dapat sebagai alat pengaman dalam menghadapi kemungkinan adanya
ketidakpastian pada kurun waktu yang akan datang pada saatnya kredit tersebut harus dilunasi.
Kolateral ini sifatnya sebagai pelengkap dari kelayakan dari proyek nasabah.
Penilaian kolateral ini harus ditinjau dari 2 sudut ekonomisnya, yaitu nilai ekonomis dari barang-
barang yang akan dijaminkan, serta nilai yuridisnya yaitu apakah barang-barang jaminan tersebut
memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai barang jaminan.
5. Condition of economic (Kondisi perekonomian)
Kondisi ekonomi adalah situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi dan budaya, peraturan-
peraturan pemerintah dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat,
maupun untuk suatu kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi
kelancaran usaha perusahaan yang memperoleh kredit.
1. Mencari Keuntungan
Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh hasil dari pemberian dari kredit itu
sendiri. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai kontraprestasi
(imbalan) jasa dan biaya administrasi dan provisi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan
ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank terus menerus menderita kerugian, akibat
kurangnya pendapatan bunga dari pemberian kredit, maka besar kemungkinan bank tersebut akan
dilikuidasi.
3. Membantu Pemerintah
Tujuan membantu pemerintah adalah memperlancar pertumbuhan perekonomian, mengingat
semakin banyak kredit yang disalurkan oleh bank kepada masyarakat yang membutuhkan, maka akan
semakin membuka kesempatan kerja.
Di samping tujuan di atas, suatu fasilitas kredit yang disediakan oleh lembaga perbankan memiliki
fungsi sebagai berikut:
Meningkatkan daya guna uang, barang dan peredaran/lalu lintas uang.
Meningkatkan peredaran barang dan sebagai alat stabilitas ekonomi.
Untuk meningkatkan kegairahan usaha dari perusahaan-perusahaan
Meningkatkan pemerataan pendapatan.
1. Kepercayaan
Dalam pengertian luas kredit diartikan sebagai “kepercayaan” . Maksud dari kepercayaan bagi si
pemberi kredit adalah pihak bank (debitur) percaya kepada penerima kredit (kreditur) bahwa kredit yang
disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi pihak debitur merupakan
penerimaan kepercayaan sehingga ia mempunyai kewajiban untuk membayar kembali kredit tersebut
sesuai jangka waktu yang telah disepakati kedua belah pihak.
Kepercayaan ini diberikan oleh pihak debitur (bank) dimana sebelumnya sudah dilakukan
penyeledikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.
2. Kesepakatan
Di samping unsur percaya di dalam pemberian kredit, juga mengandung unsur kesepakatan
antara debitur (bank) dengan kreditur. Pada umumnya kesepakatan ini dituangkan dalam suatu
perjanjian yang memuat hak dan kewajiban yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.
3. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan oleh debitur, memiliki jangka waktu yang mencakup masa
pengembalian kredit yang telah disepakati.
4. Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya
kredit (kredit macet). Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar risikonya.
Demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan pihak debitur, baik disengaja maupun tidak
disengaja. Misalnya terjadi bencana atau bangkrutnya usaha pihak kreditur tanpa ada kesegajaan.
5. Balas Jasa
Balas jasa merupakan kontraprestasi atas pemberian kredit dari pihak debitur yang dikenal
dengan bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan provisi serta biaya administasi ini, merupakan
pendapatan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah disebut sebagai bagi hasil (Profit sharing).
Kebijakan politis
dan strategis
Middle
Manajemen
Kebijakan
Teknis
Lower Operasional
Manjemen
Pelaksanaan
Operasional Operasional
Infromasi – internal
Dari gambar 3.1., di atas, dapat disimpulkan bahwa top manajemen dalam pembuatan kebijakan
kredit perlu infromasi ekstern dan infromasi intern. Kadar informasi ekstern akan lebih banyak
berpengaruh daripada infromasi intern. Sebaliknya pada lower manajemen kadar infromasi intern yang
lebih banyak berpengaruh.
Secara keseluruhan dari gambar di atas akan terlihat bahwa untuk membentuk kebijakan kredit
yang baik, memerlukan kerjasama yang erat dari semua level manajemen sesuai dengan porsinya
masing-masing dalam mengelola informasi ekstern/intern untuk membuat suatu kebijakan kredit.
Dalam menetapkan kebijaksanaan kredit diperlukan 3 azas pokok yaitu; azas likuiditas, azas
solvabilitas dan azas rentabilitas.
Di jual
secara
Ditagih Piutang dagang
Dari gambar 3.2., di atas, nampak bahwa dari uang kas digunakan untuk membeli barang
dagangan, kemudian barang dagangan dijual secara kredit yang melahirkan piutang dagang dan
akhirnya akan ditagih saat jatuh tempo menjadi uang kas kembali disebut sebagai satu siklus usaha.
Sedangkan arus modal kerja untuk industri dikemukakan pada Gambar 3.3., sebagai berikut;
Dari gambar 3.3., di atas, nampak bahwa dari uang kas digunakan untuk membeli bahan baku,
bahan pembantu, membayar upah tenaga kerja dan biaya tidak langsung, kemudian barang jadi dijual
secara kredit yang melahirkan piutang dagang dan akhirnya akan ditagih saat jatuh tempo menjadi
uang kas kembali disebut sebagai satu siklus usaha.
Secara lebih spesifik bentuk kredit modal kerja ini antara lain;
Untuk perdagangan, antara lain (kredit leveransir, kredit ekspor, kredit untuk pertokoan,
Untuk barang industri, antara lain (kredit modal kerja pabrik makanan, kredit modal kerja pabrik
tekstil, dll)
Untuk bidang perkebunan, antara lain (kredit untuk membeli pupuk, kredit untuk membeli obat-
obatan anti hama, dll)
Kredit untuk kontraktor bangunan
Kredit modal kerja untuk perbengkelan/service station, dll.
c. Personal loan
Kredit ini diberikan kepada pribadi untuk keperluan konsumtif, seperti untuk pembelian alat-alat
rumah tangga.
Dalam praktek sehari-hari bentuk garansi bank yang umum terjadi adalah ;
Tender bond, bid bond, yaitu bank garansi yang diperlakukan para kontraktor untuk dapat mengikuti
tender.
Bank garansi uang muka, yaitu bank garansi yang dikeluarkan oleh bank untuk menjamin atas
permintaan uang muka oleh nasabahnya dalam rangka suatu kerjasama/pelaksanaan kontrak
kerja dll.
Bank garansi untuk penangguhan pembayaran bea cukai.
Bank garansi untuk penyerahan barang/penerima barang oleh leveransir dari pabrikan dll.
Dalam posisi ini bank pembuka L/C mempunyai suatu kewajiban untuk melaksanakan
pembayaran apabila pihak importir gagal memenuhi kewajiban. Jadi pada saat pembukaan L/C dengan
setoran uang muka di bawah 100 % sudah terkandung adanya pemberian fasilitas kredit yang belum
efektif yang dapat disebut “ non cash loan”.
L/C dalam negeri menggunakan valuta rupiah sedangkan L/C impor menggunakan valuta asing
yang disepakati para pihak yang berkepentingan.
L/C dalam negeri hanya berlaku di wilayah Republik Indonesia.
Jangka waktu kreditnyapun juga dapat diperpanjng berulang-ulang selama kegiatan usahanya
tersebut berjalan dengan baik. Oleh karena itu, kredit ini cocok untuk membiayai kebutuhan modal kerja
usaha debitur, baik bidang perdagangan, industri, prasarana, perkebunan dll.
Begitupula untuk perhitungan bunga yang harus dibayar tergantung dari rata-rata penarikan/rata-
rata peredaran kredit atau dari rata-rata volume kreditnya. Semakin tinggi rata-rata penarikan kreditnya,
maka semakin tinggi pula kewajiban pembayaran bunganya.
Volume usaha
Baki debit Overdraft
Maksimum kredit
Plafond
Kelonggaran
Tarik
Periode Usaha
Dalam jenis kredit ini, mengingat dapat diperpanjang secara berulangkali, maka reputasi
manajemen merupakan faktor yang dominan dalam penilaian kredit yang akan diberikan, di samping
itu kestabilan volume pemasaran juga merupakan faktor yang perlu diperhitungkan.
Namun apabila jangka waktu tersebut diperkecil, dapat digambarkan sebagaimana Gambar 3.5.,
sebagai berikut;
Plafond
kredit
Volume usaha
Rata-rata
Kebutuh
an
Kredit
Kelong-garan
Tarik
Periode Usaha
Kegiatan usaha yang dibiayai dengan kredit ini mempunyai ciri utama memerlukan modal (dana)
yang relatif besar pada arah kegiatannya yang memerlukan jangka waktu yang relatif panjang dalam
pelunasannya. Pola kredit macam ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Volume kredit
Y a b
besarnya angsuran
tiap periode
Plafond
kredit pada
saat awal
c
l
dst
Y t
grace period periode operasi
Keterangan gambar :
a : Jumlah kredit yang diperoleh
a: b: : Y sampai dengan a, yaitu jangka waktu grace period/masa konstruksi/tenggang waktu
pelunasan
b : Besarnya angsuran kredit setiap jangka waktu yang telah ditetapkan
c : Jangka waktu tiap masa angsuran
Y : Plafond kredit/maksimum kredit yang semakin menurun
Untuk membantu mempermudah dalam perencanaan pelunasan kredit dapat ditempuh melalui
penyusunan :
a. Estimasi dari “statement of sources and uses of fund” sesuai jangka waktu ekonomis dari barang-
barang yang dibiayai dengan kredit. Dari estimasi ini baru diketahui jumlah dana yang dapat
dikumpulkan, tetapi belum menunjukkan jumlah rupiah yang dapat disishkan , oleh karena itu masih
belum memadai untuk mengukur kemampuan debitur dalam melunasi kreditnya secara tunai.
b. Estimasi Cash Flow, untuk mengatasi kekurangan yang ada pada statement of sources and uses
fund di atas, oleh karena itu perlu dilengkapi dengan estimasi Cash Flow ini, yang menunjukkan
arus uang tunai masuk dan keluar untuk suatu jangka waktu yang sama dengan estimasi dari
statement of sources and uses fund. Dengan demikian dari estimasi cash flow ini akan diketahui
jumlah uang tunai yang surplus tiap periode angsuran untuk pelunasan kredit investasi yang
diperoleh dari bank.
Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan langsung sudah tentu pihak bank dan pihak calon
debitur itu sendiri, karena kedua belah pihak inilah yang pertama-tama akan menerima manfaat dari
perkreditan itu secara langsung.
Sedangkan pihak pemerintah dalam hal ini penguasa moneter dan masyarakat luas juga akan
menerima manfaat perkreditan secara tidak langsung, berupa pertumbuhan perekonomian.
Bab 4
4.2. Kliring
Cara penyelesaian utang-piutang antara bank-bank peserta dlm bentuk warkat atau surat
berharga. Mekanisme kliring dpt mempermudah, memper-cepat dan lebih efisien utk penyelesaian
utang-piutang antar bank-bank peserta kliring. Proses dilaksanakan oleh lembaga kliring BI dgn
menyediakan tempat antar bank-bank peserta. Warkat kliring; cek , bilyet, Certificate Deposit, nota
debet dan nota kredit. Adapun mekanisme krliring antar bank-bank di Bank Indonesia dikemukakan
pada Gambar 4.1.
Bank Indonesia
Rek. Bank A
di kredit Lembaga kliring
Rek. Bank B
di debet
(4) Kliring masuk (4) Kliring keluar
Bank A Bank B
(1) Transaksi
Nasabah Giro (2) Cek/BG
Nasabah Giro
Bank A Bank B
Pertama-tama nasabah giro pada bank B melakukan transaksi dengan nasabah giro pada bank A
dan untuk transaksi tersebut nasabah giro bank A memberikan cek Bilyet Giro kepada nasabah giro
bank B, kemudian nasabah giro bank B selanjutnya memberikan cek bilyet giro tersebut kepada bank
B. kemudian lebih lanjut bank B memberikan cek bilyet giro bank B (kliring keluar) pada lembaga kliring
di Bank Indonesia dan lembaga kliring menarik cek bilyet giro bank A (kliring keluar), sehingga rekening
grio bank A dikredit dan rekening bank B di debet, selanjutnya bank A mendebet rekening giro nasabah
bank A dan Bank B mengkredit rekening giro nasabah B.
4.3. Inkaso
Inkaso adalah jasa bank yang diberikan kepada pihak lain untuk melakukan penagihan kepada
nasabah atas warkat kliring yang dimilikinya termasuk warkat yang diterbitkan oleh pihak bank yang
berada di luar wilayah kliring bank yang memberikan jasa penagihan tersebut. Penagihan dilakukan
oleh bank atas warkat kliring dgn perintah nasabahnya disebut Inkaso.
Misalnya; Amir memiliki warkat yang diterbitkan oleh Bank B, karena Amir tinggal berjauhan
dengan bank B, maka Amir tidak perlu melakukan penagihan kepada Bank B, Amirr dapat
menyerahkan penagihannya kepada Banknya (Bank C) yang akan melakukan penagihan melalui
lembaga kliring
Pembeli (importir) dan penjual (eksportir) memiliki alasan kekhawatiran terhadap risiko kerugian
jika di antaranya ada yang tidak memenuhi kewajibannya. Bank menjadi pihak ketiga yang memberikan
jasa keperantaraan dengan memberi jaminan kepada pihak penjual (eksportir) dan pembeli (importir).
Mekanisme letter of credit dikemukakan Gambar 4.2. :
Indonesia Jerman
(1)
Importir (5) Eksportir
(1) Kontrak
Nasabah Terjamin (4) Bank Garansi
Penerima Jaminan
Dari gambar 4.3., di atas, dapat dijelaskan sebagai berikutl; pertama-tama (1) terjadi transaksi
antara nasabah terjamin dengan penerima jaminan, kemudian berdasarkan transaksi tersebut, maka
nasabah terjamin mengajukan permohonan kepada bank penerbit garansi bank dengan ketentuan
bahwa nasabah terjamin memberikan kontra garansi dalam bentuk pembayaran provisi dan jaminan
kepada bank penerbit garansi bank, setelah bank garansi memberikan bank garansi kepada penerima
jaminan yang dapat digunakan untuk mengklaim kepada bank penerbit bank garansi, bila perjanjian
terjamin melanggar.
4.6. Transfer
Transfer adalah pengiriman uang, baik dalam negeri maupun luar negeri kepada seseorang atas
permintaan nasabahnya. Macam transfer; transfer dengan teleks, mail transfer, transfer telepon &
telegraf.
Mekanisme transfer dapat dilakukan dengan menggunakan bank koresponden apabila di daerah
tersebut bank yang bersangkutan tidak memiliki cabang disuatu daerah. Instrumen yang digunakan
dalam suatu wilayah kliring biasanya melalui Lalu Lintas Giral (LLG). Dekade tahun 80 an mekanisme
transfer dilakukan dengan menggunakan electronic transfer melalui online system.
Visa dan Master Card diterbitkan oleh City Bank dan Bank Duta (merger Danamon)
Jenis kartu plastik yang beredar di Indonesia dewasa ini adalah; (Amex Card, International Dinners,
BCA Card, Procard, Exim Smart, Duta Card, Kassa Card)
Fungsi Kartu Plastik sebagai ; (i) sumber kredit, (ii) sumber uang tunai (ATM) dan, (iii) penjaminan cek.
Berdasarkan fungsinya kartu plastik dapat digolongkan menjadi; (a) Credit card, (b) Charge
Card, ( c ) Debit Card dan, (d) Cash Card.
Berdasarkan wilayah berlakunya dapat digolongkan ; (a) kartu plastik lokal dan (b) kartu plastik
internasional.
Penggolongan Berdasarkan Wilayah Berlakunya:
Lokal (umumnya berupa Charge Card), seperti; Hero, Astra Card, Golden Truly, Garuda Executive
Card
Internasional, seperti; Visa Card (Persh.Visa International, operasinya, sistem franchise), Master Card
(Persh.Master card International, operasinya, sistem lisensi), Diners Club (Citicorp., operasinya,
mendirikan subsidiary, atau frachise), Carte Blanc (Citicorp., operasinya, mendirikan subsiadiary atau
franchise), American Express (American Express Travel Related Services Incorporated, operasinya,
sistem subsidiary) (Charge Card)
• Proses Penagihan
a. Buyer berbelanja dengan menggunakan kartu plastik pada toko-toko Merchant
b. Merchant biasanya mengenakan charge 2% - 3 % x nilai transaksi kpd Buyer
c. Issuer akan membayar seluruh tagihan yang diajukan Merchant setelah dikurangi discount
(komisi) (biasanya 3% - 5%)
d. angka waktu penagihan Merchant-Issuer (3-10 hari)
Contoh; Pemegang kartu berbelanja Rp 1.000.000, Jika Issuer memungut discount 5 %, maka
total tagihan yang dibayarkan kepada Merchant (5 % x Rp 1 Juta) Rp 950.000,- Jika menggunakan
Charge Card, pemegang kartu harus membayar lunas seluruh tagihan pada saat jatuh tempo. Jika
menggunakan kartu kredit, pemegang kartu membayar minimum payment dari total termasuk bunga.
Pembayaran minimum payment ditetapkan oleh Issuer (gold card atau regular) berkisar 3% - 3,75%
Adapun perbedaan antara Charge Card, Credit Card, dan Debit Card dikemukakan pada Tabel
4.1. sebagai berikut :
Tabel 4.1.
Gambar 5.4., menunjukkan mekanisme transaksi yang melibatkan pihak pemegang kartu,
merchant dan issuer (sekaligus bertindak sebaga acquirer, atau servicing agent)
Mekanisme transaksi franchise yang melibatkan pihak pemegang kartu, merchant, issuer dan,
acquirer (servicing agent).
Servicing agent membayar merchant setelah dipotong discount Rp 950.000. Kemudian mengklaim
kepada Issuer dengan memperoleh interchange fee (3%) yaitu Rp 30.000,-, sehingga reimbursement
oleh Issuer adalah Rp 980.000.
Issuer dalam transaksi memperoleh discount Rp 20.000 dan menagih kepeda pemegang kartu Rp
1.000.000,-
Adapun mekanisme transaksi kartu kredit dikemukakan pada Gambar 4.4., sebagai berikut:
Perusahaan Kartu
(Issuer/Acquirer)
Perjanjian Perjanjian
Pemegang
Transaksi Kartu Penjual Brg/Jasa
Kartu Brg/Jasa (Merchant)
(Buyer)
Gambar 4.4. Mekanisme Transaksi Kartu Kredit
Statement Tagihan:
Pemegang kartu secara periodik akan menerima statement tagihan dari issuer pada tanggla tertentu
setiap bulan yg berisi :
a. Nomor kartu
b. Tgl tagihan
c. Tgl jatuh tempo (7-15 hari)
d. Minimum Payment (DP min. 10% - 20%, sebelum jatuh tempo, sisa tagihan dpt dicicil dan akan
dikenakan bunga dari saldo kredit
e. Jumlah tagihan
f. Limit kredit
g. Batas penarikan uang tunai (50 % dari kredit limit)
h. Tunggakan
i. Tgl posting (tgl penagihan kpd pemegang kartu)
j. Tgl Transaksi
k. Nomor referensi (identitas setiap transaksi)
Bab 5
5.1. Pendahuluan
Langkah utama dalam mencapai tujuan adalah perencanaan organisasi. Perencanaan
organisasi terdiri dari; pembagian usaha yang logis, penetapan garis wewenang yang jelas, dan
pengukuran pelaksanaan dan prestasi. Tujuan perencanaan organisasi untuk pembuatan struktur
organisasi yang efektif
Jika perkreditan adalah kegiatan utama bank, maka pantas menyerahkan wewenang kredit
perdagangan (business loans) kepada manajer senior, sedangkan kredit konsumen dan kredit cicilan
dapat diserahkan kepada pejabat kredit yunior.
Jumlah bisnis trust tidaklah membutuhkan pekerjaan full time dari seseorang pejabat. Sebaliknya
karena bisnis trust ini, sangat penting bagi pelaksanaan pekerjaan ini adalah pengalaman dan
keterampilan, maka tidak jarang direktur utamalah yang menangani urusan bisnis trust ini.
Cara lain adalah dengan menggunakan jasa-jasa bank koresponden yang memiliki lebih banyak
keterampilan dalam bidang bisnis trust. Ada kalanya fungsi-fungsi tertentu dilaksanakan di luar bank
itu sendiri.
Struktur organisasi yang baik, mengandung sejumlah posisi/jabatan yang tidak mesti ada
kaitannya dengan jumlah pegawai yang sekarang. Spesifikasi seluruh jabatan senior menggambarkan
fungsi dasar jabatan tersebut, terutama tujuan dan ruang lingkupnya. Gambaran tersebut hendaklah
diikuiti oleh definisi terperinci mengenai wewenang dan tanggung jawab yang dibutuhkan oleh jabatan
tersebut. Adapun struktur organisasi bank kecil, sedang dan besae dikemukakan dalam gambar 5.1-
5.3
Dari gambar 5.1, di dapatkan informasi bahwa dalam struktur organisasi bank kecil terdapat
Dewan Komisaris yang mempunyai kewenangan tertinggi dan dalam menjalankan aktivitas
kesehariannya dalam mengontrol pelaksanaan operasi bank Dewan Komisaris memilih salah seorang
diantara anggotanya menjadi Presiden Komisaris.
Presiden Komisaris bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dan bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan tugas dari Direktur Utama.
Direktur Utama bertanggung jawab kepada Presiden Komisaris dan Dewan Komisaris dan
mempunyai tugas untuk mengendalikan jalannya organisasi bank secara menyeluruh. Karena
tugasnya yang sangat kompleks, maka Direktur Utama dibantu oleh 3 Direktur yaitu;
1. Direktur Prekreditan yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama dan bertugas untuk
menangani Departemen Kredit secara keseluruhan dan secara khusus menangani kredit
komersial. Di samping itu Direktur Perkreditan juga bertugas untuk mengontrol pelaksanaan
pekerjaan dari Asisten Direktur yang bertugas menangani kredit tanah dan bangunan, serta Asisten
Treasury yang bertugas menangani kredit konsumsi dan Departemen kredit secara keseluruhan.
2. Direktur Controller yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama dan bertugas dalam operasi
terutama pencatatan dan pembukuan, di sampin bertugas pula untuk memasarkan produk jasa-
jasa bank lainnya,
3. Direktur Personalia yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama dan bertugas untuk
menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan karyawan.
Dewan Komisaris
Presiden Komisaris
Direktur Utama
Treasury
Asisten Treasury Pembukuan (Bendahara)
(Kredit Konsumen)
Dewan Komisaris
Presiden Komisaris
Direktur Utama
Pembukuan
Penyimpanan Aman
Jasa-jasa Lain
Dewan Komisaris
Presiden Komisaris
Direktur Utama
Direktur Senior Direktur Investasi & Direktur Operasi dan Dir. Senior Pemasaran
Trust Controller
(Perkreditan)
Penyimpanan Aman
Direktur Personalia
Direktur Trust
Bangunan/Pekarangan
6.1. Pengantar
Perbankan memasuki millenium ketiga ini sering juga disebut oleh berbagai kalangan sebagai
era globalisasi yang memunculkan terjadinya perubahan-perubahan sebagai berikut: “ (1) Modernisasi,
(2) Deregulasi, (3) Privatisasi, (4) Internalisasi, (5) Jaminan Keamanan Dana, (6) Kecanggihan
Nasabah, dan (7) Rasio Kecukupan Modal” (Riyadi, 2003 : 2 - 9)
Implikasi dari modernisasi perbankan adalah terjadinya pergeseran pendapatan bank dari
peningkatan pendapatan spread bunga (lending base income), atau sering disebut sebagai kegiatan
on balance sheet kepada peningkatan pendapatan berdasarkan fee (fee base income), atau sering
disebut sebagai kegiatan off balance sheet, baik melalui sarana pasar uang (money market), maupun
melalui pasar modal (stock market), ataupun pendapatan bunga dari aktivitas money market dan fee
atas jasa-jasa yang diberikannya, seperti advising Letter of Credit L/C), pembukaan L/C, penerbitan
bank garansi, kartu kredit, serta jasa bank lainnya.
Implikasi dari deregulasi perbankan sejak dikeluarkannya paket kebijakan oktober (pakto 1988)
yang memuat peraturan tentang; peniadaan plafon kredit, pengurangan kredit bersubsidi (Kredit
Likuiditas Bank Indonesia), deregulasi tingkat bunga deposito dan loan, serta penghapusan subsidi
deposito. Paket kebijakan desember (pakdes 1988) yang memuat tentang; pengendoran izin dan
persyaratan pembukaan cabang, menurunkan reserve requirement dari 15 % menjadi 2 %,
mengizinkan Badan Usaha Milik Negara untuk menempatkan dananya pada bank swasta dan
memperbaiki peraturan lending limits.
Begitupula dengan Program Rekapitalisasi Perbankan Tahun 1999, maka dampaknya dapat
terlihat yaitu; a. Ekspansi pemberian kredit besar-besaran kepada nasabah baik dalam group sendiri,
maupun kepada nasabah lain yang memunculkan potensi terjadinya kredit macet, b. peningkatan
jumlah bank yang mengakibatkan persaingan menjadi semakin ketat, sehingga banyak bank yang
menjadi collaps.
Dilain pihak Kuntjoro dan Suhardjono (2002 : 315 – 316) mengemukakan bahwa: ”Deregulasi
perbankan memunculkan liberalisasi yang mendorong munculnya bank-bank baru dan masuknya
cabang-cabang bank asing di Indonesia, sehingga persaingan antar bank dalam memperebutkan pasar
yang semakin ketat. Dengan makin ketatnya persaingan bank dalam memperebutkan pasar
menyebabkan pergeseran yang mendasar dalam pola pemasaran “.
Dari pendapat Kuntjoro dan Suhardono, mengindikasikan perlunya upaya perbaikan pola
pemasaran bank, jika sebelumnya bank-bank melakukan kegiatan pemasaran lebih pasif, maka saat
ini dipaksa harus melaksanakan pemasaran secara aktif dengan mendatangi calon nasabah, baik
dirumah maupun di kantor disertai dengan promosi di media-media.
Selanjutnya implikasi dari fenomena privatisasi (privatization) pada negara-negara yang masih
tergolong developing countries mendorong bank-bank badan usaha milik negara (BUMN : state
commercial bank) untuk menjadi bank milik publik melalui go public di pasar modal yang mengandung
beberapa konsekwensi antara lain : bank-bank dimaksud dituntut untuk lebih meningkatkan
sumberdaya manusia (SDM), lebih transparan dan menyempurnakan tata kerjanya.
Implikasi dari Internalisasi (Internalization) adalah munculnya World Trade Organization (WTO),
maka persaingan dalam dunia internasional semakin lebih tajam lagi, karena setiap negara yang
menjadi anggota WTO termasuk Indonesia harus mematuhi ketentuan yang ditetapkan oleh badan
dunia itu, sehingga terjadi cross border di atara anggota-angotanya yang memberikan dampak yang
cukup luas, yakni bank-bank saat ini telah berubah orientasinya. Begitu pula hubungan dengan institusi
yang terkait dari nasional menjadi internasional.
Lebih lanjut implikasi dari sekuritisasi (securitization) dalam sektor perbankan memunculkan
perlunya faktor jaminan keamanan yang sangat mempengaruhi performance (kinerja) dari setiap bank.
Bagi negara yang tingkat keamanannya yang rendah, dalam arti sering terjadi kekacauan baik di bidang
ekonomi maupun di bidang politik, maka akan mempengaruhi kinerja bisnis perbankan dinegara yang
bersangkutan. Walaupun faktor ini berada di luar lembaga perbankan, namun tetap mempunyai
dampak langsung pada operasional bank di negara yang bersangkutan.
Oleh karena itu, lembaga perbankan seyogyanya memperhatikan faktor–faktor yang dapat
mepengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung, faktor–faktor eksternal seperti ; gejolak–
gejolak sosial dan politik, regulasi pemerintah, perkembagan valuta asing, sedangkan faktor–faktor
internal seperti; Investor, komisaris, direksi, karyawan.
Pihak otoritas moneter dan manajemen bank harus dapat membuat kebijakan yang dapat
mengeliminir risiko yang ditimbulkannya, misalnya melalui kebijakan penjaminan simpanan dana
masyarakat yang dihimpun, sehingga masyarakat yang menyimpan dananya, baik dalam bentuk giro,
tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito berjangka, maupun dalam bentuk simpanan lainnya
di bank, akan merasa aman bahwa dananya dapat ditarik setiap saat sesuai dengan perjanjian yang
telah ditetapkan antara nasabah dengan banknya.
Implikasi dari Capital Adequacy Ratio yang merupakan peraturan prudential banking dari BIS
(Bank for International Settlement) yang mengatur tingkat kesehatan bank, maka setiap bank yang
beroperasi diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan pemenuhan modal minimum, atau yang lebih
dikenal dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Sebelum masa krisis perbankan di Indonesia
diwajibkan memenuhi CAR sebesar 8 % dan secara bertahap menjadi 12 % pada tahun 2001. Tetapi
pada saat krisis, sementara diubah menjadi 4 % dan pada saatnya akan mengacu sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh BIS (SK. BI. Nomor : 30/277/KEP/DIR, 1998).
Pemenuhan kebutuhan modal minimum ini sangat dipengaruhi oleh cara perhitungan Aktiva
tertimbang menurut risiko (ATMR), besarnya modal yang dimiliki bank, besarnya penyisihan
penghapusan aktiva produktif dan laba yang dihasilkan, atau rugi yang diterima oleh bank tersebut.
Modal juga akan mempengaruhi langsung pada kemampuan bank dalam menyalurkan dananya dalam
bentuk kredit kepada masyarakat dan kemampuan bank untuk mengelola valuta asing atau foreign
exchange yang dimilikinya.
Pada dasarnya ada 3 hasil produk bank yaitu ; 1. Pelayanan penyimpanan dana masyarakat
(dpk), 2. Pemasokan dana kredit dan investasi, dan 3. Berbagai macam jasa lainnya.
Produk tersebut memerlukan kegiatan-kegiatan pema-saran (marketing) untuk bisa sampai
kepada nasabah secara menguntungkan. Oleh karena itu untuk memperlancar kegiatan tersebut
diperlukan analisis terhadap informasi yang lengkap untuk mengambil keputusan, atau kebijakan.
Untuk mendapatkan informasi bank perlu melakukan kegiatan Riset Pemasaran
Dari definisi kedua pakar tsb ditemukan 3 unsur pokok fungsi pemasaran bank yaitu; (1) unsur
penciptaan jasa baru, (2) unsur pemasaran bank, dan (3) unsur tujuan bank, dengan uraian sebagai
berikut:
Penciptaan jasa baru sama pentingnya dengan penyerahan jasa-jasa yg sudah ada Pemasaran
bank harus berorientasi pada konsumen dan tujuan bank untuk memperoleh laba tidak boleh dilupakan
Para pimpinan bank, terutama dewan direksi dan dewan komisaris, harus menyadari bahwa
semua kegiatan bank haruslah didasarkan dan mengarah pada kebutuhan dan keinginan konsumen.
Kegiatan yang tertuju kepada terwujudnya fungsi pemasaran bank mencakup; (a) identifikasi
produk dan riset pemasaran, (b) pengembangan dan manajemen produk, (c) kegiatan-kegiatan
promosi, dan (d) hubungan masyarakat
Unsur-unsur kepuasan nasabah, antara lain; (a) suasana tempat pelayanan yang
menyenangkan, (b) sikap teller yang menarik, pelayanan yang cepat, ( c) laporan bulanan yang
meyakinkan dari segi; transparasi, kecermatan, keamanan dan bonafiditas bank.
Strategi market segmentation dan product differentiation banyak digunakan di dalam lembaga
perbankan. Segmentasi pasar : usaha mengisolasi beberapa bagian dari seluruh pasar dan
menciptakan produk baru yang unik bagi bagian pasar yang dipilih, sehingga tidak dijumpai barang
subtitusinya.
Masalah yang sering dihadapi dalam melakukan segmentasi pasar; (a) kemungkinan sangat
cepatnya produk yang dikembangkan ditiru oleh pesaing, (b) terlalu kecilnya market share yang
tercakup dalam segmen yang dipilih. Untuk memecahkan masalah tersebut, maka strategi product
differentiation menjadi alternatif pilihan strategi berikutnya, dengan cara pemberian sifat-sifat khas pada
produk yang dipilihnya disertai dengan promosi yang memadai.
Krangley (1959) Introduction of New Service for Profit, menyatakan 7 tahap pengembangan
produk baru; (a) penyaringan, (b) mengumpulkan bukti-bukti sampel (potensi permintaan dan
persaingan), (c) membuat sistem sampel dalam pengembangan proses untuk penyampaian produk
kepada nasabah, (d) menganalisis benefit/cost, (e) evaluasi pasar (reaksi nasabah), (f) mempelajari
infromasi tentang produk baru tersebur. dan, (g) membawa produk ke pasar.
Masalah pokok identifikasi produk yang diperlukan oleh bank untuk mendasari keputusan dan
kebijakan bank menurut Crosse dan Hempel harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: (a)
siapa, usia, jenis kelamin, status ekonomi yang mengkonsumsi produk, (b)komposisi kredit besar dan
kecil, (c) Segmen ; geografis, etnis, atau jenis pekerjaan nasabah di lokasi bank, nasabah potensial,
(d) sumber penghasilan di lokasi dan prospeknya, (e) komposisi angkatan kerja, (f) bagaimana posisi
bank dlm persaingan (leader, challenger, follower, nicher), (g) tanggapan nasabah terhadap produk
bank dan alasan mereka menggunakan produk tersebut
American Bankers’ Association menyebutkan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam usaha
memperoleh gambaran trading area : (a) Normal drawing radius (lokasi yang dapat dijangkau oleh
masyarakat), (b) Traffic barriers’ (rintangan), (c) Pola aliran lalu lintas, (d) Driving time, (e) Rute, (f)
Kepadatan penduduk, (g) Persaingan
Penduduk setempat; potensi penabungan yang ada dlm trading area (penduduk, pendapatan,
kesempatan kerja, dan perumahan), perlu pula diketahui; kemampuan menabung rata-rata perorang,
kebutuhan akan kredit, dan kebutuhan akan jasa-jasa bank lainnya. Jumlah penduduk yang bekerja;
Populasi berbanding lurus dengan trading area. Semakin banyak populasi, semakin besar posisi
trading area.
Masyarakat bisnis ; Jenis bidang usaha, penyebaran serta konsentrasi geografis dan
kecenderungan perubahan di masa mendatang.
Begitupula dengan analisis Persaingan; persaingan dalam satu wilayah trading area, termasuk
persaingan bunga, persaingan non bunga (pelayanan). Perilaku dan Budaya Perbankan; masyarakat
dimana budaya perbankan masih tipis dengan sendirinya penabung perkapitanya cenderung kecil juga.
Potensi Penabungan; besar giro, deposito dan tabungan yang dapat ditarik dari trading area dimana
bank berlokasi.
Bab 7
ALMA muncul tahun 1980 an bersamaan dengan menculnya deregulasi moneter oleh
pemerintah yaitu paket kebijakan tanggal 1 juni tahun 1983 (pakjun 83). Deregulasi Moneter Pakjun
83, memberikan kelonggaran kepada bank-bank di Indonesia dalam menetapkan tingkat suku bunga
untuk penghimpunan dana (giro, tabungan, dan deposito).
Pakjan 90 (1 Januari 1990), menghapuskan hampir seluruh Kredit Likuiditas Bank Indonesia
(KLBI) dan sejak saat itu, sebagian besar dana murah dari Bank Indonesia telah dihentikan. Hal ini
memunculkan permasalahan yaitu; (1) Spread, (2) Persaingan, dan (3) Kewajiban yang diuraikan
sebagai berikut:
Spread (selisih tingkat bunga sumber dana dan penempatan dana) dan keuntungan bank
cenderung semakin menurun. Persaingan antar bank semakin meningkat secara tajam. Kewajiban
bank-bank untuk menjaga tingkat kesehatan bank yang dipersyaratkan Bank Indonesia.
Komplikasi yang muncul dari Kesalahan manajemen dana bank antara lain adalah sebagai
berikut;
Jika tingkat kesehatan bank terganggu, maka Bank Indonesia, membatasi kegiatan usaha bank
atau bahkan dapat mencabut izin operasi bank.
Manajemen perbankan harus bekerja lebih efisien dalam mengelola dana khususnya. Manajemen
harus mengikuti perkembangan moneter seperti:
Menurut Moestadjab (1995) yang mengatakan bahwa “ ALMA: manajemen struktur keuangan
bank untuk mengoptimalkan tingkat kesehatan keuangan dan memaksimalkan laba dalam batas-batas
risiko tertentu “. ALMA tidak hanya untuk memaksimalkan pendapatan, tapi laba dan dalam kondisi
keuangan yang harus selalu sehat dalam mencapai laba yangg optimal tersebut.
Manajemen struktur keuangan bank adalah masalah keseimbangan dalam mengelola berbagai
sumber dana (aktiva) dan penggunaan dana (passiva). Kedua sisi neraca harus dikelola secara optimal
mengingat, konsekwensi sumber dana adalah biaya bunga dan, konsekwensi penggunaan dana
adalah pendapatan bunga
Kesehatan :
Giro Wajib Minimum : 5 %
CAR = 12 %
LDR = 110 %
Tolok ukur tingkat kesehatan keuangan perbankan dapat dilihat pada :Pakfeb 91, dan Pakmei 93,
Undang – Undang tentang kesehatan bank sekitar tahun 1999.
Setiap usaha untuk meningkatkan pendapatan dan laba, harus selaras dengan kondisi tingkat
kesehatan bank. Hanya dengan cara ini, maka bank akan berkembang dengan semakin meningkat
secara berkesinambungan
* Memantau
ALCO * Mengevaluasi
* Merumuskan
* Memberikan alternatif
ASG: Keputusan ALMA
• Membantu/mensupport ALCO ttg
Alco Data intern & Ekstern dan Informasi ALMA
ASG • Memantau dan evaluasi realisasi
terhdp target ALMA
Suppor • Memberi saran dan menyusun laporan
t •• Melaksanakan hasil ALCO yg
Fund Manager diputuskan direksi
• Me-Manage ALMA
Group •• Memantau dan mengelola risiko kredit
• Melaksanakan keputusan ALCO
Profit Centre * Meningkatkan pendapatan
8.1. Pendahuluan
Arti penting dari pemahaman terhadap perilaku dari berbagai jenis sumber dana maupun
penempatan dana, sangat berpengaruh kepada penentuan kebijakan pricing dan GAP management
secara intern.
Di samping itu perlu pula memahami kondisi ekstern seperti; peredaran uang, pertumbuhan nilai
dan tingkat bunga (sumber dan penempatan), pola kebijakan moneter secara nasional dan
internasional (global).
Manajemen bank yang sangat memahami perilaku sumber dan penempatan dana lembaga yang
dipimpinnya akan dengan mudah membuat mengelola sumber dan penempatan dana tersebut secara
efektif dan efisien, sehingga dengan demikian, banknya akan dapat meraih keuntungan dan ditinjau
dari sisi kesehatan keuangan perbankan dapat dipertanggung jawabkan.
Sebelum membicarakan mengenai perilaku sumber dan penempatan dana, maka sebaiknya
dikemukakan tentang beberapa laporan keuangan yang ada dalam suatu lembaga perbankan, yaitu;
(1) Laporan Neraca, (2) Laporan Rugi/Laba, (3) Laporan Aktiva Produktif, (4) Laporan Komitmen dan
Kontijensi, dan (5) Laporan Rasio Keuangan, yang diuraikan sebagai berikut:
Laporan Neraca
Laporan Neraca memuat struktur kekayaan, struktur finansial dan struktur modal dari suatu bank.
Struktur kekayaan terletak di sisi kiri laporan neraca (aktiva). Struktur kekayaan atau pos aktiva dalam
neraca merupakan penggunaan (alokasi) dana Bank. Dalam struktur kekayaan terdapat pos-pos aktiva
yang berisi rekening aktiva yang terdiri dari:
Kas
Surat Berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (Reverse Repo)
PPAP (Reverse Repo) (+/-)
Tagihan derivatif
PPAP Tagihan deriva+/-)
Kredit yang diberikan yang terdiri dari;
a. Pihak terkait dengan Bank
b. Pihak lain
PPAP Kredit yang diberikan (+/-)
Tagihan Akseptasi
PPAP Tagihan Akseptasi (+/-)
Penyertaan
PPAP Penyertaan (+/-)
Aktiva tetap
Akumulasi penyusutan Aktiva tetap (-)
Aktiva lain-lain
Sedangkan struktur finansial dan struktur terletak pada sisi kanan laporan neraca. Adapun pos-
pos dalam neraca sebelah kanan merupakan sumber-sumber dana yang diperoleh bank untuk
menjalankan kegiatan operasinya. Pos-pos neraca berisi antara lain;
Giro
Tabungan
Sertifikat deposito
Surat Berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (Repurchase agreement : repo)
Kewajiban derivatif
Kewajiban Akseptasi
Kewajiban lain-lain
Pinjaman subordinasi
a. Pihak terkait dengan Bank
b. Pihak lain
Modal pinjaman
Laporan Rugi/Laba
Laporan Rugi/Laba memuat antara lain; Pendapatan-pendapatan dan beban-beban operasional
kegiatan perbankan, Dalam Laporan rugi/laba terdapat pos-pos yang terdiri dari:
Laporan Neraca memuat struktur kekayaan, struktur finansial dan struktur modal dari suatu bank.
Struktur kekayaan terletak di sisi kiri laporan neraca (aktiva). Struktur kekayaan atau pos aktiva dalam
neraca merupakan penggunaan (alokasi) dana Bank. Dalam struktur kekayaan terdapat pos-pos aktiva
yang berisi rekening aktiva yang terdiri dari:
Obligasi pemerintah
b.4. pendapatan lainnya
Dalam laporan ini akan memberikan informasi tentang kesehatan keuangan suatu lembaga
perbankan. Adapun rasio-rasio keuangan yang paling umum dalam hal ini antara lain; (a) Permodalan,
(b) Aktiva produktif, (c) Rentabilitas, (d) Likuiditas, dan (e) Kepatuhan.
Rasio Likuiditas
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Kelima rasio keuangan perbankan tersebut akan dengan mudah diakses melalui internet melalui
alamat website : www.bi.go.id.
Dari Tabel 9.1., di atas, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara laporan neraca
perusahaan non bank dengan laporan neraca lembaga perbankan, terutama dalam hal ; (a) Tagihan
pada bank lain yang terdiri dari ; giro, call money dan deposito, dalam laporan neraca perusahaan non
bank hanya memuat tagihan pada pihak lain, (b) Cadangan aktiva yang diklassifikasikan yaitu berupa
cadangan untuk mengurangi piutang-piutang bank yang berada dalam kondisi bermasalah (kredit
bermasalah).
Sedangkan dalam laporan neraca perusahaan non bank lebih banyak cadangan penyusutan
aktiva tetap, (c) Pada sisi passiva dari neraca perbankan terutama untuk poin 1 sampai 4 (giro, call
money, tabungan, dan deposito) tidak ada dalam laporan neraca perusahaan non bank.
Bank Indonesia, semua simpanan atau tagihan bank kepada Bank Indonesia dalam bentuk ; (a)
Giro, penempatan dana bank dalam rekening giro di Bank Indonesia (Giro Wajib Minimum : GWM),
(b). Sertifikat Bank Indonesia (SBI), surat berharga atas unjuk yang diterbitkan oleh Bank Indonesia,
sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.
Tagihan Pada Bank Lain (Antar Bank Aktiva), jenis simpanan atau tagihan kepada pihak bank
lain di Indonesia berupa : (a) Giro, simpanan atau penempatan dana pada bank lain, (b) Call Money
(Interbank Call Money), penempatan dana pada bank lain, melalui penerbitan surat berharga pasar
uang (SBPU) yang berjangka paling lama 90 hari, (c) Pos-pos lain, sepertil; deposito berjangka dan
kredit.
Surat Berharga dan Tagihan Lainnya seperti; (a) penempatan dana pada bank lain dalam bentuk
surat berharga yang berjangka waktu di atas 90 hari (SBPU, (b) obligasi, (c) kredit, (d) pembiayaan
bersama, dll.
Kredit Yang Diberikan, penempatan dana pada pihak ketiga non bank, misalnya; (a) KPR, (b)
kredit modal kerja, (c) kredit investasi, (d) kredit angsuran, dan (e) kredit rekening koran.
Penyertaan, penempatan kepada pihak ketiga non bank dengan cara pemilikan saham untuk
memperoleh dividend.
Cadangan Aktiva Yang Diklassifikasikan yaitu, penyisihan (pencadangan) yang dibentuk untuk
menutup kerugian yang mungkin timbul sehubungan dengan penanaman dana ke dalam aktiva
produktif.
Aktiva Tetap dan Inventaris berupa; (a) tanah, (b) gedung, (c) mesin-mesin, (d) kendaraan, dan
(e) peralatan bank lain. Nilai yang tercantum disini adalah Nilai Beli dikurangi dengan penyusutan.
Rupa-Rupa Aktiva yaitu, Saldo rekening atau pos-pos aktiva lain seperti; (a) tagihan inkaso,
pendapatan bunga yang akan diterima, (b) uang muka pajak, (c) selisih kurs pembukuan valuta asing,
(d) agunan yang diambil alih, (e) beban dibayar dimuka, dan (f) good will dll.
Laporan keuangan lainnya yang perlu dikemukakan disini adalah laporan rugi laba yang
ditampilkan pada Tabel 8.2., sebagai berikut:
Tabel 8.2.
Perhitungan Rugi Laba
1. Jan – 31 Des 2004 (Rp Milyar)
No Uraian Rp
1. Pendapatan
1.1. Pendapatan Operasional 420
a Hasil Bunga 353
b Provisi dan Komisi 37
c. Pendapatan Valas Lain 11
d. Pendapatan Lain 1
1.2. Pendapatan Non Operasional 2
Jumlah 806
2. Biaya
2.1. Biaya Operasional 367
a. Biaya Bunga 245
b. Biaya Valuta Asing (valas) 0
c. Biaya Personalia 47
d. Penyusutan 32
e. Biaya Lainnya 43
2.2. Biaya Non Operasional 3
Jumlah 737
3. Laba Sebelum Pajak (No 1 – No 2) 69
4. Sisa Laba Tahun Lalu 14
Jumlah Laba Tahun ini 83
Kewajiban Lain Segera Dibayar, kewajiban bank yang dapat ditagihkan oleh pemiliknya dan
harus segera dibayar, misalnya; (a) Dana yang diterima dari masyarakat untuk pengiriman uang kepada
pihak lain, (b) Kewajiban jangka pendek lain kepada pihak yang lebih dari 15 hari, seperti; call money,
beban bunga yang telah jatuh tempo namun belum ditarik oleh nasabah, (c) Kewajiban jangka pendek
kepada pemerintah seperti; kewajiban PPN, PPh, PBB. Dsb.
Tabungan, sumberdana yang diterima dari masyarakat (DPK), yang penarikannya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang telah disepakati.
Simpanan Berjangka, sumber dana dari masyarakat (DPK), yang penarikannya dilakukan
menurut jangka waktu tertentu. seperti; (a) depsotio, (b) sertifikat deposito, dan (c) deposit on call.
Bank Indonesia, kewajiban kepada Bank Indonesia yang terdiri dari; (a). Kredit Likuiditas (kredit
bersubsidi bunga rendah) seperti; KIK, KMKP., (b) Dana Bantuan Proyek (dana yang harus disalurkan
kembali).
Antar Bank Passiva, semua jenis kewajiban kepada bank lain di Indonesia, seperti; (a) Giro, (b)
transfer, (c) call money, (d) simpanan berjangka, (e) surat berharga, pinjaman yang diterima, dan (f)
pembiayaan bersama.
Surat Berharga, surat pengakuan hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh bank kepada
pihak ketiga non bank.
Pinjaman Yang Diterima, Pinjaman dari Pihak ketiga bukan bank seperti; (a) Pinjaman
Subordinasi, pinjaman yang memenuhi persyaratan dari BI, tentang adanya Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum (KPMM) bagi bank penerima pinjaman (Jangka panjang > 1 tahun), (b) Dana
Kelola, dana yang diterima untuk pemberian kredit kepada nasabah dan atas pemberian kredit tersebut,
bank tidak menanggung risiko, misalnya, nilai lawan valuta asing bantuan proyek yang diterima
langsung dari Departemen Keuangan, dan (c) Pinjaman yang diterima lainnya.
Setoran Jaminan, setoran-setoran pihak ketiga non bank dalam Rupiah untuk keperluan
transaksi, misal dalam rangka membuka L/C dan memperoleh garansi bank.
Passiva dalam Valuta Asing, kewajiban dalam valuta asing, baik kepada bank maupun non bank.
Antar Kantor Passiva, semua kewajiban bank di Indonesia kepada kantor pusat dan atau kantor-
kantor cabang lain di Indonesia.
Rupa-Rupa, saldo rekening passiva lainnya yang tidak dapat dimasukkan ke dalam poin 11, 13
dan 15 seperti; (a) Beban bunga yang masih harus dibayar, (b) Taksiran pajak penghasilan (PPh), (c)
Selisih kurs pembukuan valas, (d) Rekening yang diblokir, (e) Bunga yang dibayar dimuka yang belum
diamortisir sebagai faktor penunjang, dan (f) Pendapatan yang ditangguhkan, dll.
Modal Dasar, jumlah modal yang tercantum dalam Anggaran Dasar Bank. Yang meliputi; (a)
Modal Belum Disetor, modal yang masih harus disetor di Bank, (b) Agio, Selisih lebih setoran modal
yang diterima oleh Bank, sebagai akibat harga saham melebihi nilai nominalnya, (c) Modal Sumbangan,
modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat
dengan harga jual jika saham tersebut dijual, (d) Modal Pinjaman, Pinjaman yang didukung oleh
instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal dengan ciri-ciri sebagaimana Surat Edaran
Bank Indonesia perihal Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM).
Cadangan, yaitu cadangan-cadangan yang dibentuk menurut ketentuan Aanggaran Dasar atau
keputusan pemilik yang meliputi; (a) Cadangan Umum, cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba
yang ditahan, atau dari laba bersih, (b) Cadangan Tujuan, bagian laba bersih yang disisihkan untuk
tujuan tertentu, (c) Cadangan Revaluasi Aktiva Tetap, cadangan yang dibentuk dari selisih
penilaian kembali aktiva tetap, (d) Laba Ditahan, Saldo laba bersih yang tidak dibagikan kepada pemilik
saham.
Laba/Rugi, Adalah Laba/Rugi tahun-tahun yang lalu maupun tahun beralan yang belum
dibagikan : (a). Laba/Rugi Tahun yang lalu, dan (b) Laba/Rugi Tahun berjalan.
Manfaat penempatan dana pada Secondary Reserve antara lain; (a). Memperkuat likuiditas, (b)
Juga mendapatkan pendapatan bunga, walaupun < dari penempatan pada kredit, (c) Penempatan ini
memiliki risiko yang kecil.
Pos Aktiva yang masuk dalam Secondary Reserve yaitu; (a). Antar Bank Aktiva (Call money, giro
dan deposito), (b) Sertifikat Bank Indonesia (SBI), (c) Surat berharga yang diterbitkan oleh Pihak ketiga
non bank dan dibeli oleh bank dengan tujuan unttk diperjual belikan, (d) Tagihan lainnya kepada pihak
ketiga non bank
3. Loan
Loan (Kredit Yang Diberikan) merupakan penempatan dana pada pos aktiva ini paling produktif
dengan suku bunga tinggi, walaupun dengan risiko yang cukup besar pula. Kredit yang diberikan
kepada pihak ketiga non bank antara lain; (a) Kredit Angsuran, Kredit jenis ini, jumlah angsuran pokok
dan pembayaran bunganya sama besarnya setiap bulan, sampai dengan saat jatuh tempo.enempatan
dana ini lebih sesuai untuk sumber dana yang berasal dari deposito, (b) Kredit Rekening Koran.
Pembayaran bunga oleh nasabah berdasarkan saldo akhir.
Penempatan dana ini lebih sesuai untuk sumber dana yang berasal dari tabungan atau giro, (c)
Kredit Modal Kerja yang memiliki jangka waktu < 1 tahun. Penempatan dana ini lebih sesuai untuk
sumber dana yang berasal dari DPK, (d). Kredit Investasi yang memiliki jangka waktu yang panjang, >
1 tahun, biasanya untuk pendirian/perluasan pabrik, kredit mobil, KPR. Penempatan dana ini lebih
sesuai untuk sumber dana yang berasal dari KLBI dan Pinjaman Luar Negeri
4. Investasi
Investasi dalam Pemilikan dan Surat Berharga merupakan pPenyertaan dalam perusahaan lain,
umumnya > 1 tahun, dari kegiatan ini bank biasanya hanya mendapatkan pendapatan dalam bentuk
pembagian keuntungan (dividend). Sedangkan Investasi Aktiva Tetap bertujuan untuk melengkapi
sarana, prasarana kerja, meningkatkan mekanisme kerja dan pelayanan bank. Investasi ini dapat
mempengaruhi pelayanan yang akhirnya dapat memperbanyak nasabah dan laba meningkat.
Pos-Pos Rekening Passiva dibagi 5 kelompok yaitu; (1) Dana Masyarakat (DPK), (2) Kredit
Likuiditas Bank Indonesia (KLBI), (3) Purchased Fund, (4) Kewajiban Lain Segera Dibayar, dan (5)
Modal Sendiri yang diuraikan sebagai berikut;
5. Modal Sendiri
Modal sendiri dalam bank memiliki jangka waktu panjang, kebanyakan dana ini ditempatkan
untuk investasi seperti; (a) pembelian tanah dan gedung, (b) inventaris kantor, dan (c) sisanyanya pada
pos-pos yg produktif. Sebagian dana modal sendiri dapat di “jual” ke call money dengan pricing atau
rate yang lebih rendah, karena berasal dari dana murah.
Bab 9
Manajemen Likuiditas
Reserve Ratio (RR) = Likuiditas wajib minimum (Rp) dan (valas) yang ditetapkan kepada semua
bank untuk dilaporkan setiap minggu. Adapun rumus yang sering digunakan dalam perhitungan RR ini
antara lain :
Alat likuid
Prosentase Alat Likuid (RR) = ---------------- x 100 %
DPK
Menurut Pakfeb 91, RR minimal 2 %. – UU 2000 = 5 %.
Alat likuid meliputi ; Kas + Giro pd BI
DPK ; Giro, tabungan, Deposito, kewajiban lain.
Data yang dilaporkan setiap periode untuk Alat likuid adalah seminggu sebelumnya setiap:
Dengan demikian laporan untuk likuiditas minggu pertama dibuat setelah tanggal 7 dengan data
tanggal 1 – 7 dst. (Perbandingannya diambil nilai rata-ratanya). Data yang dilaporkan setiap periode
untuk DPK, adalah dua (2) minggu sebelumnya. Jika seandainya laporan minggu pertama bulan
Januari tanggal 2, maka : Data alat likuid, diambil tanggal 24 s/d 31 Desember tahun sebelumnya. Data
DPK, diambil dari tanggal 16 s/d 23 Desember.
1. Liquidity =
Data Pinjaman yg diterima > 3 bulan, bisa diambil dari kewajiban segera dibayar, atau
kewajiban
lain.
3. Current Ratio
Current Ratio adalah suatu rasio yang mengukur kemampuan bank dalam melunasi
kewajibannya yang bersifat jangka pendek (kurang 1 tahun).. Untuk menghitung current
ratio dapat dilakukan dengan cara membandingan antara aktiva lancar dengan passiva
lancar yang dapat dirumuskan sebagai berikut;
Sebelum menghitung CR, seluruh komponen AL dan PL dalam neraca bank terlebih
dahulu digolongkan berdasarkan sisa waktu jatuh temponya. Komponen yang termasuk
lancar maksimal 1 bulan.
Komponen AL meliputi; (a) saldo BI, (b) saldo pada bank-bank lain, (c) kredit
diberikan, (d) surat berharga dan (e) penempatan lain dengan jk waktu 1 bln. Sedangkan
komponen PL antara lain adalah; (a) giro, (b) tabungan, (c) deposito, (d) call money, dan
(e) kewajiban segera dibayar (yang sisa waktu jatuh temponya 1 bulan).
Tabel 9.1
Neraca Bank “XYZ”
Per 31 Des 2004 (Rp)
Porsi Porsi
Aktiva Jumlah Lancar Passiva Jumlah Lancar
Kas 300 500 Giro 1.000 300
Saldo BI 1.700 1.500 Tabungan 10.000 1.000
Bank Lain 3.000 3.000 Deposito 14.000 3.000
Kredit Yang 20.000 3.700 Call Money 4.000 2.900
Di-berikan
Surat 2.000 - Kewajiban Lain 1.000 -
Berharga Yg Segera
Diba-yar
Aktiva Tetap 5.000 - Modal 2.000 -
Aktiva 32.000 8.700 Passiva 32.000 7.200
Pada kas dan saldo Bank Indonesia ada bagian/porsi yang tidak lancar, yaitu Reserve Ratio (RR)
sebesar 2 % dari DPK.
CR = 8.700/7.200 = 1,21 x
Ini berarti bahwa penempatan dana dalam aktiva lancar (AL) sebagian dibiayai dari
Passiva tidak lancar (0,21), atau 21 % dari passiva lancar berasal dari passiva tidak lancar
(sumber dana jangka panjang).
Sebaliknya Basic Surplus Negatif, berarti bahwa penempatan untuk dana jangka panjang
pada aktiva, dibiayai oleh sumber dana jangka pendek, Kondisi ini menyebabkan pengelolaan
dana tidak optimal dan menyebabkan laba akan menurun.
Jika bank menerapkan strategi yang terlalu optimis, akan; (1) RR cenderung sama atau
di bawah ketentuan, sehingga berdampak kepada likuiditas yang melemah dan tidak aman,
Loanable fund meningkat, sehingga tingkat keuntungan akan lebih besar, (2) LDR akan lebih
besar % nya, sehingga likuiditas kurang aman. Penempatan pada aktiva produktif bertambah,
sehingga pendapatan bunga bertambah besar, (3) CR dapat dilakukan Basic Surplus Positif
atau Negatif
Penempatan dana pada kredit yang diberikan kurang memiliki struktur yang seimbang dalam
jangka waktu pengembaliannya. Misalnya sumber dana yang di dapat lebih banyak berjangka panjang,
sedangkan kredit yang diberikan lebih banyak berjangka pendek.
Jika sumber dana di dominasi oleh yang bersifat jangka pendek, sedangkan kredit yang diberikan
banyak berjangka sangat pendek, maka banyak dana yg idle.
Penempatan dana paling ideal harus diberikan porsi lebih besar pada; (a) Kredit yang diberikan,
(b) Primary reserve dan secondary reserve sesuai ketentuan Bank Indonesia.
Jika kesulitan menempatkan dana pada pemberian kredit, maka penempatan dana pada
secondary reserve harus betul-betul menguntungkan, oleh karena itu harus dilakukan ; (a) Monitoring
Cash Flow secara cermat, (b) Penyebaran sumber dana pada nasabah, sumber dana yang dihimpun,
sebaiknya tidak didominasi oleh hanya beberapa nasabah.
Bab 10
10.1. Pendahuluan
Penentuan suku bunga pinjaman (kredit) yang diberikan kepada nasabah adalah merupakan
perhitungan harga yang dilakukan dalam kegiatan usaha perdagangan. Suku bunga kredit adalah
harga yang harus dibayar oleh nasabah untuk mendapatkan kredit.
Bank “beli” (menghimpun dana) dari nasabah (giro, deposito dan, tabungan), sedangkan Bank
“jual” (menempatkan dana) berupa pemberian kredit kepada nasabah (kredit modal kerja, kredit
rekening koran, kredit angsuran, KPR dsb)
Pendapatan bunga pada Asset (PbA) dikurangi dengan Biaya bunga pada Liability (BbL) akan
menghasilkan Laba, atau Rugi
Pada Daftar R/L terdapat unsur-unsur pendapatan dan biaya bunga. Pendapatan (pendapatan bunga,
provisi, administrasi dan pendapatan lain) Biaya (biaya bunga, provisi, administrasi dan biaya umum
tetap seperti; gaji, promosi).
Faktor-Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan BLR antara lain sebagai berikut; (1) Jumlah
atau rata-rata harian sumber dana, (2) Tingkat bunga dari sumber dana, (3) Share atau komposisi
sumber dana, (4) Reserve Requirement (RR), (5) Cost of Fund (COF), (6) Cost of Loanable Fund
(COLF), (7) Overhead Cost (Biaya Overhead), (8) Cost of Good Sold, (9) Spread, (10) Tax, (11) Risk,
dan (12) BLR
Jumlah Rata-rata bunga yang dibayarkan bank untuk sumber dana dikemukakan pada Tabel 10.1.,
sebagai berikut:
Tabel 10.1
Rata-rata Bunga dari Sumber Dana
Selama 1 Bulan
(Rp Juta)
Tgl Giro Deposito Deposito Tabungan Kewajiban
(10%/Th) (18%/Th) (15%/Tn) (5%/Tn) Lainnya
1 12.500 7.000 5.000 4.500 500
2 13.100 7.500 5.500 4.400 500
3 13.100 7.500 5.500 4.400 500
4 13.000 7.600 5.600 4.200 520
5 12.000 7.400 5.900 4.300 530
10 14.500 8.500 5.500 4.000 500
11 14.000 8.600 5.800 4.300 530
12 14.300 8.400 6.200 4.200 520
13 14.700 8.300 6.100 4.800 550
14 15.000 8.200 5.900 4.900 560
15 15.100 8.500 5.800 5.100 540
20 15.100 9.000 6.200 5.500 520
25 15.300 8.200 6.600 5.600 560
26 15.700 8.900 6.400 5.000 550
27 15.400 9.100 6.500 5.500 560
28 15.600 9.200 6.400 5.400 550
29 16.100 9.300 6.900 5.500 520
30 15.900 9.500 7.200 5.200 530
Jum-lah 437.400 251.000 179.800 146.100 15.810
Rata-rata 14.580 8.366,67 5.993,33 4.870 527
12.500
Contoh :
Biaya bunga Bank x bulan Februari 04 = Rp 100.000.000
Saldo dana DPK bulan Januari 04 Rp 6.800.000.000 dan bulan Februari 04 Rp 7.200.000.000.
(9) Saldo pinjaman yg diberikan Rata-rata 1 tahun (Lihat Tabel 10.3) Rp 222.900.000,-
Tabel
(14) Risk…………………………………………………………………… 10.3. 0,03 %
Saldo Pinjaman Yang Diberikan
Base Lending Rate 16,71 %
Credit Risk :
Biaya Cadangan Penghapusan Piutang Ragu-ragu = 500.000
Ganti Rugi Asuransi Kredit = 50.000
Penerimaan Kredit yg dihapus = 300.000 (+)
TOTAL CREDIT RISK = 850.000
Overhead Cost (OC)
12 Pendpt Operasional + Pendpt Non Operaional
OC = ------ x ---------------------------------------------------------------
n Loanable Fund
11.1. Pendahuluan
Risiko dapat menimpa siapapun, sejak dari direksi sampai tukang sapu dalam suatu kantor,
manajemen puncak bisa mengalami musibah dan berdampak pada kinerja perusahaan.
Dari logistik sampai pemasaran, mulai bahan baku dibeli, pengiriman, pengolahan, pemasaran,
sampai pasca pemasaran. Bisa berdampak pada penuntutan oleh konsumen, dari aktivitas inti sampai
pendukung, seluruh bagian dalam value chain sensitif terhadap risiko.
Dari aset berujud sampai aset tanwujud, aset berujud bisa mengalami bencana, kebakaran,
pencurian, sedangkan aset tanwujud bisa hancur karena reputasi, pencemaran, ketidakpatuhan.
Semua risiko berpotensi merugikan perusahaan, terkait langsung dengan potensi kerugian,
gagal bayar oleh nasabah menyebabkan kredit macet, kebakaran pabrik menyebabkan kerugian modal
(biaya lain-lain).
Kenaikan suku bunga menyebabkan beban biaya meningkat, perubahan kurs valas
menyebabkan berubahnya biaya operasional.
Tidak terkait langsung tapi dampaknya cepat, kematian direksi berdampak pd kualitas
manajemen, rusaknya sistem informasi pasar menyebabkan hilangnya monitoring kebutuhan pasar.
Tidak terkait langsung tapi dampaknya panjang, hilangnya reputasi perusahaan menyebabkan
penjualan menurun pelan-pelan, rendahnya kepuasan karyawan menurunkan semangat kerja
sehingga kualitas produk menurun, kurangnya usaha hubungan masyarakat perusahaan semakin lama
ditinggalkan masyarakat.
Ukuran kuantitatif terhadap potensi kerugian meliputi antara lain; (a) Memahami risiko bertujuan
untuk mengelola, (b) Pengelolaan akan berjalan baik bila diketahui apa itu risiko, (c) Besarnya risiko
mempengaruhi prioritas dalam menetapkan kebijakan pengelolaan risiko
Ketidakpastian mengandung unsur-unsur sebagai berikut; (a) jenis subyek yang tidak kuantitatif,
(b) tidak dapat mengukur fluktu asinya dengan probabilitas, (c) tidak ada data pendukung untuk
mengukur kemungkinan kejadian, (d) unknown and unquantified outcomes
Cantillon, 1755 dlm Essay on the Nature of Commerce (Presmaan 1999:17) mengakui bahwa “
masa depan itu penuh ketidakpastian dan semua kegiatan ekonomi pd dasarnya mengandung risiko
ketidakpastian di masa depan “.
Sedangkan Benston, Eisenbeis, Horvitz, Kane dan Kaufman dalam Tampubolon (2004:21)
mengemukakan “ The probability that any event, or set of events, might occur. It usually denotes a
negative or undesired event-one that will cause a financial institution (hereafter generally called a bank)
to fail rather than to be very successful “.
Berdasarkan pendapat Cantillon dan Benston et al., maka dapat ditarik kesimpulan bahwa; (a)
risiko bank merupakan tingkat kemungkinan sebuah peristiwa terjadi disertai konsekuensi dari peristiwa
tsb pada bank, (b) setiap kegiatan mengandung potensi sebuah peristiwa terjadi atau tidak terjadi,
dengan konsekuensi yg memberi peluang untuk untung (upside) atau mengancam sebuah kesuksesan
(downside).
11.3. Klassifikasi Risiko
Ada dua klassifikasi risiko yaitu; (a) pure risk (risiko murni) yaitu risiko yang dapat mengakibatkan
kerugian pada perusahaan, tapi tidak ada kemungkinan menguntungkan , dan (b) speculative risk
(risiko spekulasi) yaitu, risiko yang dapat menyebabkan kerugian dan keuntungan
Klassifikasi risiko lainnya adalah ; (a) systematic risk (risiko sistematis) yaitu, risiko yang tidak
dapat didiversifikasi (tidak dapat dihilangkan atau dikurangi), dan (b) specific risk (risiko spesifik) yaitu,
risiko yang dapat dihilangkan melalui proses didiversifikasi
Dari Rose, maka dapat disimpulkan bahwa pihak manajemen bank hendaknya bukan hanya
meperhatikan nilai saham dan tingkat profitabilitas yang tinggi saja, akan tetapi juga harus
memperhatikan risiko–risiko yang dapat terjadi dalam perbankan seperti;
(a) Risiko kredit, merupakan kelalaian dari nasabah yang telah diberikan fasilitas kredit,
(b) Risiko likuiditas, yang dapat dalam muncul dari ketidakcukupan dana untuk membayar
kewajiban bank saat jatuh tempo,
(c) Risiko pasar, yaitu risiko perubahan nilai pasar asset bank, liabilitas, dan ekuitas yang dapat
merugikan,
(d) Risiko tingkat bunga, yang merupakan kemungkinan timbulnya pergeseran tingkat bunga yang
dapat dengan kurang baik mempengaruhi pendapatan netto bank, nilai assetnya, atau
ekuitasnya,
(e) Risiko pendapatan, yaitu kemungkinan penurunan return on assets (ROA) atau return on equity
(ROE) atau Earning bersihnya,
(f) Risiko solvensi, yakni kemungkinan munculnya profitabilitas negatif bank yang akan menguras
modalnya.
3. Menanggapi Risiko
Setelah mengidentifikasi dan mengukur risiko, maka Manajer risiko harus mengendalikan risiko
dengan membangun program mitigasi risiko.
Tahapannya adalah;
1. Menetapkan hasil yang diinginkan
2. Membangun pilihan-pilihan
3. Memilih dan menetapkan strategi
4. Komunikasi dan Konsultasi
Komunikasi dan konsultasi mengenai manajemen risiko dengan berbagai pihak yang
berkepentingan, khususnya dengan Bank Indonesia untuk mengambil keputusan manajemen risiko
yang sehat
a. Mempelajari dan meningkatkan proses pengambilan keputusan dan manajemen risiko, baik di
tingkat lokal maupun tingkat organisasi secara keseluruhan
b. Menggunakan kriteria dan pelaporan hasil dan kinerja secara efektif
c. Menyiapkan suatu sistem back-up dan prosedur yang memadai dan efektif untuk mencegah
terjadinya gangguan (disruptions) dalam proses pemantauan risiko dan melakukan pengecekan
terhadap back up tsb.
Perbankan Internasional
Suyatno (1997) mengatakan bahwa dengan adanya beberapa pertemuan yang diselenggarakan
oleh gabungan beberapa negara, pada bulan Juli 1994, sebanyak 44 negara mendirikan United Nations
Monetary and Financial Conference di Bretton Woods New Hampshire, USA. Pada konferensi ini
dicanangkan Anggaran Dasar yaitu dengan terbentuknya dua Lembaga Keuangan Internasional yaitu;
1. International Monetary Fund (IMF)
2. International Bank For Reconstruction Development (IBRD), kemudian lebih dikenal dengan World
Bank
Meskipun peraturan-peraturan yang diciptakan oleh kedua lembaga di atas berbeda, tetapi tujuan
prinsipnya adalah sama, yaitu untuk menyediakan peralatan moneter dan keuangan yang dapat
memungkinkan negara-negara bekerja sama menuju ke arah kemakmuran dunia, melalui dukungan
terhadap stabilitas nasional dan memimpin perdamaian diseluruh negara.
Pada tahun 1945 Anggaran Dasar Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) diedarkan ke 44 negara
untuk disahkan. Akhirnya Anggaran Dasar tersebut diberlakukan pada tanggal 27 Desember 1945,
setelah di tanda tangani oleh 28 negara di Washington D.C. Seluruh negara yang aktif di konferensi
Bretton Wood, menjadi anggota dari kedua lembaga itu, kecuali Uni Siviet. Bank Dunia mulai beroperasi
pada tanggal 25 Juni 1946.
Bank dunia didirikan sebagai Lembaga Investasi Internasional jenis baru untuk memberikan atau
menjamin kredit-kredit yang ditujukan untuk proyek-proyek rekonstruksi dan pertumbuhan yang
produktif. Dana untuk itu berasal dari modal Bank Dunia sendiri, yang terdiri dari kontribusi pemerintah
negara-negara asing dan melalui mobilisasi modal swasta.
Modal saham Bank Dunia disusun sedemikian rupa, sehingga setiap risiko dalam melaksanakan
kegiatannya dibebankan kepada negara-negara asingnya dengan berdasarkan kekuatan ekonomi
mereka masing-masing.
Bank Dunia juga merupakan organisasi antar pemerintah (intergovernmental) yang mendasarkan
pada Pasar-Pasar Modal di dunia untuk sumber keuangannya. Fasilitas kredit yang diberikan oleh Bank
Dunia pertama kali dilaksanakan tahun 1947 dan berjumlah US $ 500 juta untuk Program Rekonstruksi
di empat negara Eropa.
Semula sumber-sumber yang dimiliki oleh Bank Dunia ditujukan untuk membantu proses
rekonstruksi bagi negara-negara yang menderita karena perang. Dengan kemajuan Marshall Plan dari
Amerika Serikat pada tahun 1948, maka Bank Dunia mengalihkan usaha-usahanya terutama ditujukan
untuk kegiatan pembangunan.
Namun tujuan utama dari IMF adalah meningkatkan kerjasama moneter internasional,
mengembangkan ekspansi dan pertumbuhan yang seimbang dalam perdagangan internasional,
meningkatkanb stabilitas kurs, menurunkan retriksi kurs dan memperbaiki ketidakseimbangan neraca
pembayaran, membantu usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara anggotanya
melalui pemberian pinjaman untuk proyek-proyek pembangunan yang produktif. Kedua lembaga IBRD
dan IMF mengadakan rapat tahunan bersama dengan Kantor Pusat yang berdekatan, untuk
memudahkan informasi di antara keduanya. Enam dari dua puluh Direktur Pelaksana Bank Dunia
(IBRD) merupakan Direktur Pelaksana dari IMF.
Beberapa lembaga keuangan internasional lainnya yang berkaitan penting dengan lembaga
perbankan Indonesia yang meskipun secara umum peranan dari lembaga keuangan internasional
tersebut lebih banyak dirasakan dalam sektor pemerintah, namun dapat dilihat bagaimana sektor
swasta (perbankan) dapat pula merasakan pentingnya peranan yang dimainkan lembaga-lembaga
keuangan internasional tersebut.
Bagi lembaga-lembaga keuangan dan perbankan di Indonesia peranan Bank Dunia, IMF serta
Asian Development Bank (ADB) tidak secara langsung mempengaruhi operasional perbankan, namun
efek sampingan yang timbul dari operasional lembaga-lembaga tersebut perlu diketahui dan
diperhatikan mengingat dampaknya yang begitu besar pada perekonomian, yang pada gilirannya
mempengaruhi pula operasional lembaga keuangan dan perbankan.
Semula bantuan ini diharapkan dan datang dari negara-negara Barat, namun dengan adanya
perkembangan rasa nasionalisme - terutama setelah selesainya Perang Dunia II - mendorong rasa
kerja sama di antara negara-negara Asia, dengan berusaha memperoleh bantuan politis maupun
ekonomi dari kalangan negara-negara Asia sendiri. Kesemuanya ini tercermin dalam pembentukan
berbagai organisasi Asia seperti Economic Commission for Asia and the Far East (ECAFE) yang terdiri
dari negara-negara Asia yang telah menjadi anggota PBB pada saat itu. Dalam suasana inilah ADB
lahir dan berkembang.
Tujuan pendirian ADB adalah : (a) Menyokong investasi modal pemerintah maupun swasta di
wilayah Asia untuk tujuan-tujuan pembangunan, (b) Memanfaatkan sumber-sumber daya yang tersedia
untuk membiayai pembangunan dengan memprioritaskan wilayah dan sub wilayah Asia, berupa
berbagai proyek dan program regional yang berperan secara efektif terhadap pertumbuhan ekonomi
yang selaras di wilayah tersebut secara keseluruhan. Pertimbangan utama dalam membantu negara
adalah kebutuhan dari negara-negara kecil atau negara-negara yang sulit berkembang di wilayah Asia,
(c) Memenuhi permintaan negera-negara anggota untuk membantu mereka dalam mengkoordinasikan
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan rencana pembangunan mereka dengan tujuan untuk lebih
memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki, menyehatkan perekonomian, dan meningkatkan
ekspansi perdagangan luar negeri, terutama di antara negara-negara Asia sendiri, (d) Memberikan
bantuan teknis (technical assistance) untuk menyiapkan, membiayai dan melaksanakan berbagai
program dan proyek-proyek pembangunan, termasuk mempformulasikan usulan bagi proyek-proyek
tertentu, (e) Bekerja sama dengan PBB, dan badan-badan organisasi di bawah PBB terutama ECAFE,
dan juga dengan berbagai lembaga negara dan lembaga internasional lainnya, seperti berbagai
organisasi nasional baik pemerintah maupun swasta yang berkepentingan dengan investasi dari
pengembangan dana di suatu wilayah, serta memberikan berbagai kesempatan untuk melakukan
investasi bagi lembaga-lembaga tersebut, (f) Melaksanakan berbagai kegiatan dan memberikan
berbagai jasa-jasa lainnya sesuai dengan tujuan ADB.
ECAFE (the Economic Commission for Asia and the Far East) merupakan suatu badan khusus
PBB yang berpusat di Bangkok, Thailand. Didirikan pada tahun 1947, atas inisiatif dari negara-negara
Asia anggota PBB, yang bertujuan untuk memperoleh pengakuan atas status Asia yang baru dalam
segala kejadian-kejadian di dunia. Pusat aktivitasnya tidak hanya anti kolonialisme, tapi juga
menyokong bantuan-bantuan finansial untuk Asia.
Eurocurrency market (atau external money market) meliputi bank-bank yang menerima deposito
dan memberikan pinjaman dalam bentuk valuta asing. Meskipun Eurocurrency market berhubungan
erat dengan pasar devisa (foreign exchange market) namun fungsi dari kedua pasar ini agak berbeda.
Dalam pasar devisa, satu mata uang ditukar dengan mata uang lainnya. Dalam Eurocurrency
market, pihak ketiga dapat menyimpan dana-dana mereka dan dapat menikmati fasilitas pinjaman.
Pinjaman yang diberikan, umumnya lebih aman bila didasarkan atas sumber dana dalam mata uang
yang sama pula. Fungsi perantara dalam sistem finansial eksternal umumnya dijalankan oleh lembaga-
lembaga yang dikenal sebagai Eurobank.
12.5. Eurobank
Eurobank adalah perantara finansial yang secara simultan menerima deposito dan memberikan
pinjaman, baikm dalam mata uang tempat lembaga itu berada, maupun dalam mata uang lainnya.
Secara singkat Eurobank dapat diartikan sebagai bank komersial yang memfokuskan kegiatannya di
Eurocurrency Market
Kekhususan bank ini ialah dapat memberikan pinjaman dalam valuta asing (salah satu bentuk
dari Eurocurrency) dengan bunga yang lebih rendah. Di samping itu Eurobank dapat juga menerima
deposito dalam valuta asing (mata uang negara mana saja dalam Eurocurrency) dengan bunga yang
lebih tinggi. Kemampuan Eurobank memberikan pinjaman yang lebih rendah bunganya dan menerima
deposito dengan pemberian bunga yang lebih tinggi, salah satu sebabnya adalah sebabnya adalah
Eurobank tidak terkena beban reserve requirement (cadangan giro wajib minimum) yang dibebankan
oleh Bank Sentral tempat bank tersebut terdaftar untuk beroperasi.
1. International Finance Coorporation (IFC) yang memulai kegiatannya pada tahun 1956.
2. International Development Association (IDA) yang memulai kegiatannya pada tahun 1960.
Kedua lembaga ini dan Bank Dunia membentuk kelompok Bank Dunia (World Bank Group).
Keanggotaan dari Bank Dunia merupakan persyaratan keanggotaan IFC (yang kegiatannya ditujukan
untuk sektor swasta di negara-negara berkembang) dan keanggotaan IDA (yang kegiatannya ditujukan
untuk sektor yang sama dengan kebijaksanaan dan sesuai dengan Bank Dunia, namun bantuan yang
diberikan hanya ditujukan untuk negera-negara miskin, dengan syarat-syarat yang lebih mudah
daripada pinjaman-pinjaman yang biasa diberikan oleh Bank Dunia). Juga mensponsori International
Centre for The Settlement Investment Development (ICSID).
Seluruh kekuasaan Bank Dunia berada di bawah Dewan Koordinasi yang terdiri dari para
komisaris yang mewakili negara anggota (masing-masing negara anggota menunjuk satu orang
komisarisnya). Dewan komisaris bertemu setahun sekali dan dapat mengirimkan suaranya melalui
surat atau kawat. Kecuali kekuasaan tertentu yang ditentukan secara spesifik dalam Anggaran Dasar
seperti keputusan keanggotaan, alokasi pendapatan bersih dan perubahan-perubahan dalam modal
saham; Dewan Komisaris menyerahkan kekuasaannya kepada Dewan Direksi (Board of Director) yang
melaksanakan tugas-tugas mereka secara penuh pada markas besar Bank Dunia di Washington D.C.
Umumnya para direksi mengadakan pertemuan seminggu sekali, 5 dari anggota direksi ditunjuk oleh 5
pemegang saham terbesar, dan lainnya (15 anggota direksi dipilih oleh negara anggota lainnya).
Pinjaman yang diberikan oleh Bank Dunia umumnya meliputi sebagian atau, keseluruhan jumlah
biaya-biaya dari proyek yang diusulkan dalam valuta asing, namun dalam hal-hal tertentu dapat juga
dalam mata uang lokal negara yang bersangkutan.
Daftar Pustaka
Afiff, F dkk., 1996, Strategi dan Operasional Bank, Bandung: PT. Eresco.
Koch T.W. and Mac Donald S.S, 1999, Bank Management, The Dryden Press,
Harcourt College Publisher, New York
.
Kuntjoro, M dan Suhardjono, 2002, Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi,
Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.
Mulyono T.P., 1995, Analisis Laporan Keuangan Untuk Perbankan, Edisi Revisi
3, Jakarta: Djambatan.
Rose P.S, 2002, Commercial Bank Management, Mc Graw Hill Irwin, Boston,
U.S.A.
Siamat D, 2001, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Ketiga, LPFE UI, Jakarta,