Anda di halaman 1dari 73

Daftar Isi

Halaman
SAMPUL DALAM i
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR Xi

Bab 1. Pendahuluan
1.1. Pengertian Bank 1
1.2. Sejarah Bank 2
1.3. Jenis - Jenis Bank 3
1.4. Area Pelayanan Bank Modern 6
1.5. Peranan Bank Dalam Perekonomian 6

Bab 2. Fungsi dan Kegiatan Bank


2.1. Fungsi Bank 10
2.2. Kegiatan Pokok Bank 13
2.3. Kegiatan Pengumpulan Dana 13
Simpanan
2.4. Kegiatan Pemasokan Kredit 14
2.5. Kegiatan Investasi 15
2.6. Pentransferan Uang dan Kliring 16
2.7. Produk Jasa Perbankan Lain 16

Bab 3. Manajemen Kredit


3.1. Pengertian Kredit 18
3.2. Prinsip-Prinsip Perkreditan 19
3.3. Tujuan Pemberian Kredit 22
3.4. Unsur – Unsur Kredit 23
3.5. Kebijakan Perkreditan 24
3.6. Sistematika Perkreditan 25
3.7. Pembagian Kredit Menurut Sifatnya 30
3.8. Manfaat Perkreditan 34

Bab 4. Manajemen Jasa-Jasa Bank Lainnya


4.1. Pengertian dan Jenis Jasa Bank Lainnya 35
4.2. Kliring 35
4.3. Inkaso 36
4.4. Letter of Credit 37
4.5. Bank Garansi 38
4.6. Transfer 39
4.7. Kartu Plastik 40

Bab 5. Perencanaan Organisasi Bank


5.1. Pendahuluan 45
5.2. Pengelompokan Fungsi-Fungsi 45
5.3. Struktur Organisasi Bank 45
5.4. Pelimpahan Tanggung Jawab 48
5.5. Jangkauan Pengawasan 48

Bab 6. Pemasaran dan Riset Pasar serta Kebijakan Lokasi Bank


6.1. Pengantar 51
6.2. Fungsi Pemasaran Bank 55
6.3. Pengembangan Produk 55
6.4. Produk Baru 56
6.5. Lokasi Strategis dan Trading Area 57
6.6. Lokasi Strategis Bank 57
6.7. Trading Area 58

Bab 7. Asset Liability Management


7.1. Pengertian Asset Liability Management 59
7.2. Pengertian ALMA 60
7.3. Landasan dan sasaran ALMA 61
7.4. Organisasi ALMA 62
7.5. Ruang Lingkup Tugas ALCO 62
7.6. Peran dan Mekanisme Kerja ALCO 63

Bab 8. Perilaku Sumber dan Penempatan Dana


8.1. Pendahuluan 66
8.2. Format Laporan Keuangan 74
8.3. Penjelasan Pos-Pos Aktiva 75
8.4. Penjelasan Pos-Pos Passiva 77
8.5. Perilaku Pos-Pos Aktiva 80
8.6. Perilaku Pos-Pos Passiva 81

Bab 9. Manajemen Likuiditas


9.1. Pengertian Manajemen Likuiditas 83
9.2. Strategi Likuiditas dan Profitabilitas 86
9.3. High Liquidity Ratio 86
9.4. Strategi Yang Diperlukan pada Kondisi 87
High Liquidity

Bab 10. Penentuan Suku Bunga Pinjaman


10.1. Pendahuluan 88
10.2. Pemahaman Neraca dan Rugi Laba 88
10.3. Konsep Dasar BLR 88

Bab 11. Manajemen Risiko Bank


11.1. Pendahuluan 93
11.2. Pengertian Risiko 94
11.3. Klassifikasi Risiko 95
11.4. Macam Risiko Bank 95
11.5. Manajemen Risiko Bank 96

Bab 12. Perbankan Internasional


12.1. Sejarah Perkembangan Bank
Internasional 98
12.2. Hubungan Bank Dunia (IBRD) dengan
IMF 99
12.3. The Asian Development Bank 100
12.4. Eurocurrency Market 102
12.5. Eurobank 103
12.6. Profil Bank Dunia 103

DAFTAR PUSTAKA 105


Daftar Tabel

No Nama Tabel Halaman

4.1. Perbedaan Charge Card, Credit Card, dan


Debit Card 42
8.1. Neraca PT. Bank ABC 74
8.2. Perhitungan Rugi Laba 77
9.1. Neraca Bank “XYZ” 85
10.1. Rata-rata Bunga dari Sumber Dana 89
10.2. Evaluasi Cost of Loanable Fund 91
10.3. Saldo Pinjaman Yang Diberikan 92
Daftar Gambar

No Nama Gambar Halaman

1.1. Area Pelayanan Bank Modern 8


2.1. Bank Sebagai Lembaga Intermediary 11
3.1. Piramida Kebijaksanaan Kredit 24
3.2. Arus Modal Kerja untuk Perdagangan 26
3.3. Arus Modal Kerja untuk Industri 26
3.4. Pola dari Revolving Credit 31
3.5. Pola dari revolving Credit Dengan Skala
Diperkecil 32
3.6. Pola Aplopend Credit 33
4.1. Mekanisme Kliring Antar Bank 36
4.2. Mekanisme Letter of Credit 37
4.3. Mekanisme Bank Garansi 39
4.4. Mekanisme Transaksi Kartu Kredit 43
5.1. Struktur Organisasi Bank Kecil 47
5.2. Struktur Organisasi Bank Sedang 49
5.3. Struktur Organisasi Bank Besar 50
7.1. Peran dan Mekanisme ALCO 65
Bab 1

Pendahuluan

1.1. Pengertian Bank


Pada dasarnya Bank dapat diartikan sebagai lembaga yang memediasi antara pihak surplus
dana dengan pihak defisit dana. Pihak surplus dana adalah masyarakat yang memiliki uang lebih yang
dapat disimpan di Bank dalam bentuk: giro, deposito, dan tabungan. Sedangkan pihak defisit dana
adalah masyarakat yang mengalami kekurangan dana yang dapat dipenuhi dengan cara meminjam di
Bank dalam bentuk kredit (loan)

Menurut Rose (2002 : 5) mengatakan bahwa “ Bank is A financial intermediary accepting deposits
and granting loans; offers the widest menu of services of any financial institution “. Menurut pengertian
Rose di atas, dapat dipahami bahwa Bank adalah perantara keuangan menerima simpanan dan
memberikan kredit; memberikan pelayanan dalam menu yang luas untuk berbagai lembaga keuangan.

Pengertian yang lebih banyak diacu oleh para pakar perbankan adalah Undang-Undang Nomor:
7 Tahun 1992, yang menyatakan bahwa “ Bank adalah badan usaha yang meng-himpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat kembali dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Kemudian pada Undang-Undang Nomor: 10 Tahun 1998, pengertian di atas ditambahkan,


“bank juga berfungsi sebagai tempat untuk penitipan atau penyimpanan uang dengan cara bank
memberikan surat, atau selembar kertas dalam bentuk sebagai berikut: Rekening koran atau giro
(demand deposit), Deposito berjangka (time deposit), dan Tabungan (saving deposit)

Bank juga merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menya-lurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Bank Umum: bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional, atau berdasarkan
Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

1.2. Sejarah Bank


Meskipun belum berhasil diketahui secara pasti kapan bank pertama kali lahir dipermukaan bumi
?, namun yang jelas peninggalan lempengan - lempengan tanah liat di negara Babylonia tahun 2000
Sebelum Masehi (SM) menunjukkan bahwa pada waktu itu telah beroperasi lembaga-lembaga
keuangan yang menyerupai bank-bank tabungan.

Peninggalan lainnya yang lebih mudah usianya, bisa ditarik kesimpulan, bahwa pada abad ke 9
SM masyarakat pada waktu itu, telah menggunakan surat tanda tagihan berbentuk “promes” dan “cek”.

Dalam abad ke 6 SM masyarakat pada waktu itu telah menggunakan “kredit hipotik”. Bank
memimjamkan “emas” dan “perak” dengan tingkat bunga 20 % setiap bulan dan dikenal sebagai
Temples of Babylon.

Pada tahun 500 SM, menyusul di Yunani didirikan semacam bank, dikenal sebagai “Greek
Temple”, yang menerima simpanan dengan memungut biaya penyimpanannya, serta
meminjamkannya kembali kepada masyarakat. Pada saat itulah muncul bankir-bankir swasta pertama.
Operasinya meliputi; penukaran uang dan segala macam kegiatan bank. Lembaga perbankan yang
pertama di Yunani timbul pd thn 560 SM.

Usaha bank muncul di Romawi dengan cara beroperasi yang lebih luas lagi, yakni tukar menukar
mata uang, menerima deposito, memberikan kredit, mentransfer modal dan bersamaan dengan
jatuhnya kota Roma pada tahun 509 SM, perbankan juga ikut jatuh.

Sejarah perkembangan lembaga keuangan di negara Babylonia kuno terhenti dengan runtuhnya
kerajaan mereka yang sangat tenar tersebut. Baru kemudian pada zaman Renaissance, terutama pada
zamannya kota-kota dagang Venice dan Florence berkembang, kembali banyak meninggalkan benda-
benda sejarah di bidang perbankan.
Pada tahun 527 – 565 Yustinianus mengkodefikasikan hukum Romawi di Konstatntinopel
sehingga perbankan berkembang kembali pada tahun-tahun tersebut. Perkembangan ini di awali
dengan adanya perdagangan antara Konstantinopel dengan Cina, India dan Ethiopia.

Bahkan mata uang Konstantinopel ditetapkan sebagai mata uang internasional pada waktu itu.
Hubungan perdagangan kemudian berkembang ke Asia Barat (sekarang Timur Tengah) dan Eropa
sehingga kota-kota seperti Alexandria, Venesia dan beberapa pelabuhan di Italia Selatan terkenal
sebagai pusat perdagangan yang penting.

Bank Venesia didirikan pada tahun 1171 dan merupakan Bank Negara Pertama yang dipakai
untuk membiayai perang. Kemudian berturut-turut berdirilah Bank of Genoa dan Bank of Barcelona
pada tahun 1320.

Awal abad ke 16 di London (Inggeris), Amsterdam (Belanda) serta Antwerpen dan Leuven
(Belgia) tukang-tukang emas bersedia menerima uang logam (emas, perak) untuk disimpan. Sebagai
tanda bukti penyimpanan, tukang emas memberikan kepada penyimpan suatu tanda deposito yang
disebut “Goldsmith’s note” sebagai bukti bahwa tukang emas tersebut mempunyai hutang.

Lambat laun deposito itu diterima sebagai alat pembayaran atau menjadi uang kertas.Sejarah
mencatat, “Goldsmith’s note” oleh pemiliknya jarang ditukar kembali dengan uang logam.

1.3. Jenis-Jenis Bank


Menurut Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 1967 Berdasarkan fungsinya Bank dibagi menjadi 4
macam yaitu : (1). Bank Sentral, (2). Bank Umum, (3). Bank Tabungan, dan (4). Bank pembangunan
yang diuraikan sebagai berikut:

(1). Bank Sentral


Bank Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang
akan diatur dengan Undang-Undang tersendiri yaitu sebagai Bank Sentral, atau pemimpin dari
bank-bank.

(2). Bank Umum


Bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan
deposito dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek.

(3). Bank Tabungan


Bank dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan
dalam usahanya terutama memperbungakan dananya dalam kertas berharga

(4). Bank Pembangunan


Bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito
dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan panjang dan dalam usahanya terutama
memberikan kredit jangka menegah dan panjang di bidang pembangunan

Berdasarkan Kepemilikan Modalnya Bank dibagi menjadi : (1) Bank Pemerintah, (2) Bank Swasta
Nasional, (3) Bank Swasta Asing dengan uraian sebagai berikut:

(1) Bank Pemerintah


Bank yang dimiliki oleh pemerintah dan dibagi lagi menurut Bank Umum, Bank Pembangunan
dan Bank Tabungan

(2) Bank Swasta Nasional


Bank yang modalnya dimiliki oleh pengusaha nasional Indonesia yang juga terdiri dari Bank
Umum, Bank Pembangunan dan Bank Tabungan

(3) Bank Swasta Asing


Bank Cabang dari Bank-Bank Asing yang berpusat di luar negeri yang kegiatan operasinya diatur
dengan ketentuan tersendiri.
Berdasarkan Institusi Penciptaan Uang Bank dapat dikelompokkan menjadi; (1) Bank Primer dan
(2) Bank Sekunder yang diuraikan sebagai berikut:

(1) Bank Primer


Bank yang bisa menciptakan uang (giral) melalui simpanan masyarakat yang ada padanya
(simpanan uang likuid dalam bentuk giro). Pada umumnya Bank-Bank Umum Pemerintah, Bank-Bank
Umum Swasta baik Nasional maupun Asing.

(2) Bank Sekunder


Bank yang tidak bisa menciptakan uang (giral) melalui simpanan masyarakat yang ada padanya.
Bank-bank ini pada umumnya ; Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Bank
Koperasi, atau bank-bank lain yang dipersamakan dengan itu.

Sedangkan penggolongan menurut Direktori Perbankan Indonesia (2003) Bank di Indonesia


dikelompokkan menjadi 6 jenis, yaitu; (1) Bank Persero, (2) Bank Umum Swasta Nasional Devisa, (3)
Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa, (4) Bank Pembangunan Daerah, (5) Bank Campuran dan,
(6) Bank Asing.

(1) Bank Persero, yaitu bank umum milik negara (Badan usaha milik negara, atau BUMN). Bank
persero ini yang terdiri dari 5 bank yaitu;
(a) PT. Bank Rakyat Indonesia,
(b) PT. Bank Negara Indonesia (Persero),
(c) PT. Bank Tabungan Negara (Persero),
(d) PT. Bank Mandiri (Persero), dan
(e) PT. Bank Ekspor Indonesia.

(2) Bank Umum Swasta Nasional Devisa (BUSND), adalah bank umum milik swasta nasional
Indonesia yang dalam transaksinya dapat menggu-nakan mata uang dalam negeri (Rupiah)
maupun menggunakan valuta asing. Bank jenis ini di Indonesia terdiri 36 bank.

(3) Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa (BUSNND), yaitu bank umum milik swasta nasional
Indonesia yang dalam transaksinya hanya menggu-nakan mata uang dalam negeri (Rupiah). Bank
jenis ini di Indonesia terdiri dari 40 bank.

(4) Bank Pembangunan Daerah (BPD), adalah bank milik pemerintah daerah yang terdiri dari 26
bank.

(5) Bank Campuran (BC), yaitu bank milik campuran antara swasta nasional dengan swasta asing
yang terdiri dari 23 bank.

(6) Bank Asing (BA), adalah bank milik swasta asing yang terdiri dari 10 bank.

1.4 Area Pelayanan Bank Modern


Rose (2002 : 8) menggambarkan area pelayanan Bank- Bank Modern dewasa ini meliputi 10
macam area antara lain :

(a) Fungsi Pemberian Kredit (The Credit/loan function)


(b) Fungsi Transaksi/Pembayaran (The payment/transaction function)
(c) Fungsi Penghematan (The thrift/saving function)
(d) Fungsi Investasi (The investment/financial planning function)
(e) Fungsi Pengembangan Masyarakat (The real estate and community development function)
(f) Fungsi Manajemen Kas (The cash management function)
(g) Fungsi Bank Perdagangan Investasi dan Surat Berharga (The merchant banking/temporary stock
investment function)
(h) Fungsi Penjaminan Saham (The investment banking/security underwriting function)
(i) Fungsi Broker Surat Berharga (The security brokerage/trading function)
(j) Fungsi Asuransi/Manjemen Risiko (The insurance/risk management function)
1.5. Peranan Bank Dalam Perekonomian
Selama ini masyarakat awam mengetahui peranan Bank dalam perekonomian terbatas pada
menerima tabungan dan memberikan kredit. Peranan Bank modern dalam perekonomian dewasa ini,
telah berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu perlu diadopsi peran baru
untuk melayani keinginan dan kebutuhan nasabah. Peran utama perbankan modern dewasa ini adalah
sebagai berikut: (1) Peran Intermediasi, (2) Peran Pembayaran, (3) Peran Guarrantor, (4) Peran
Manajemen Risiko, (5) Peran Penasehat Investasi dan Tabungan, (6) Peran Penjaminan Keamanan
Nilai Surat Berharga, (7) Peran Agensi, dan (8) Peran Pengambilan Kebijakan yang dapat diuraikan
secara rinci sebagai berikut:

(1) Peran Intermediasi


Mentrasnformasikan terutama merima simpanan uang (giro, deposito, dan tabungan) dari rumah
tangga kemudian memberikan kredit untuk perusahaan dan individu dalam rangka menginvestasikan
dananya dalam bentuk, pembangunan gedung baru, peralatan, dan barang-barang lain.

(2) Peran Pembayaran


Peran pembayaran bank adalah menyelesaikan pembayaran untuk atas nama nasabahnya
(seperti penerbitan dan pembayaran cek, pengiriman uang melalui telegram, menyediakan saluran
untuk pembayaran elektronik (ATM), dan penukaran valuta asing dan koin.

(3) Peran Guarrantor


Peran membantu dan menggaransi nasabah mereka untuk melunasi hutangnya, ketika nasabah
tersebut tidak mampu membayar (seperti penerbitan letter of credit)

Adapun ke 10 area pelayanan Bank modern yang telah diuraikan sebelumnya dikemukakan pada
Gambar 1.1. sebagai berikut:

The credit The Payments


(loan function) (transaction function)

The insurance
(risk The thrift
management (saving
function) function)

The security The investment/


brokerage financial planning
(trading function
function)
The
Modern
The investment Bank The real estate
banking (security and community
underwriting development
function) function)

The merchant banking The cash


(temporary stock management
investment function) function

Gambar 1.1. Area Pelayanan Bank Modern


(Sumber : Rose, 2002 : 8)
(4) Peran Manajemen Risiko
Peran bank dalam membantu nasabah dalam menyiapkan dana untuk menanggulangi risiko
properti dan individu

(5) Peran Penasehat Investasi dan Tabungan


Peran Bank dalam memberikan nasehat kepada nasabah dalam melakukan investasi dan
tabungan untuk tujuan jangka panjang untuk kehidupan yang lebih baik di masa mendatang dengan
membangun, memenej, dan memproteksi tabungan.

(6) Peran Penjaminan Keamanan Nilai Surat Berharga


Peran Bank dalam menjamin nilai surat berharga dan melindungi barang- barang berharga
nasabahnya dan menjamin harga pasar surat berharga nasabahnya.

(7) Peran agensi


Peran agensi Bank adalah bertindak atas nama nasbah untuk mengatur dan melindungi properti
nasabahnya, atau mengeluarkan dan menebus surat-surat berharga nsabahnya (yang pada umumnya
melalui jasa kepercayaan bank)

(8) Peran Pengambilan Kebijakan


Peranan Bank di sini adalah Bank bertindak sebagai saluran kebijakan pemerintah dalam
mengatur pertumbuhan ekonomi dan mengejar tujuan sosial.
Bab 2

Fungsi dan Kegiatan Bank

2.1. Fungsi Bank


Koch dan Donald, 2000 (2001 : 76) mengatakan bahwa “Bank berfungsi lembaga intermediasi.
Intermediasi keuangan adalah proses pembelian surplus dana dari unit ekonomi yaitu sektor usaha,
pemerintah dan individu atau rumah tangga, untuk disalurkan kepada unit ekonomi defisit. Dengan kata
lain, intermediasi keuangan merupakan kegiatan pengalihan dana dari penabung, atau kreditur
(ultimate lenders) kepada peminjam, atau debitur (ultimate borrowers)”.

Dari definisi pakar tersebut, dapat disimpulkan tiga fungsi utama bank dalam pembagunan
ekonomi, yaitu ; (a) lembaga penghimpun dana, (b) lembaga penyalur dana, dan (c) lembaga yang
memperlancar perdagangan.

(a). Bank sebagai lembaga penghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan.
(b). Bank sebagai lembaga yang penyalur dana ke masyarakat dalam bentuk kredit.
(c). Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang

Fungsi umum bank adalah intermediary antara surplus dana (nasabah penabung: Kreditur)
dengan defisit dana (nasabah peminjam: Debitur). Fungsi khusus bank menurut para pakar :

Howard D. Crosse dan George H. Hempel (1997) menyebut 7 fungsi pokok bank umum ;
(1) Credit creation (penciptaan kredit)
(2) Depository function (fungsi giral)
(3) Payments and collection (pembayaran dan penagihan)
(4) Saving accumulations and investment
(5) Trust service
(6) Other service
(7) Perolehan laba untuk imbalan para pemegang saham

Sedangkan Oliver G Wood Jr (1978) ada 5 fungsi bank dalam perekonomian yaitu;
(1) Memegang dana nasabah
(2) Menyajikan mekanisme pembayaran
(3) Menciptakan uang dan kredit
(4) Menyajikan pelayanan trust
(5) Menyajikan jasa-jasa lain

Di sisi lain American Bankers Association (1971) mengatakan paling tidak ada 4 fungsi Bank
antara lain :
(1) The deposits function (fungsi penyimpanan dana)
(2) The payments function (fungsi pembayaran)
(3) The loan function (Fungsi pemberian kredit)
(4) The money function (fungsi uang)

Fungsi menghimpun dan menyalurkan dana dari lembaga perbankan dapat digambarkan
sebagai berikut :
Primary Reserve
Giro

Secondary
Deposito Reserve
Bank Sebagai
Kredit
Tabungan Lembaga
Intermediary
Investasi
Modal Lain

Pinjaman Aktiva
Tetap

Gambar 2.1. Bank Sebagai Lermbaga Intermediary

Dari pendapat beberapa pakar yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa fungsi bank pada umumnya adalah sebagai berikut : (1) Fungsi pengumpulan dana, (2) Fungsi
pemberian kredit, (3) Fungsi investasi, (4) Fungsi penciptaan uang, (5) Fungsi pembayaran, dan (6)
Fungsi pemindahan uang, serta (7) Fungsi pemasokan produk jasa perbankan lainnya, yang diuraikan
sebagai berikut:

(1) Fungsi Pengumpulan Dana


Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang berasal dari masyarakat surplus dana yang dapat
disimpan pada Bank dalam bentuk ; (a) giro, (b) deposito dan (c) tabungan, kemudian diputar oleh Bank
dengan memberikan Kredit (loan) kepada Nasabah (masyarakat defisit dana) yang membutuhkan dan
memenuhi kriteria penerima kredit.

(2) Fungsi Pemberian Kredit


Kredit ini terdiri dari 3 jangka waktu yaitu : (a) Jangka pendek, (b) Jangka menengah, dan (c)
Jangka panjang.

(3) Fungsi Investasi (Penanaman Dana)


Investasi finansial dalam bentuk pembelian surat-surat berharga, seperti; (a) Surat tanda hutang
(obligasi, wesel, Sertifikat Bank Indonesia), dan (b) Laba atau deviden

(4) Fungsi Penciptaan Uang


Fungsi penciptaan uang (giral) dipandang sebagaikegiatan pokok bank seperti; (a) Pemberian
surat cek (rekening koran), (b) bilyet giro, (c) surat wesel, (d) buku tabungan nasabah

(5) Fungsi Pembayaran


Bank merupakan lembaga pemasok jasa pembayaran terbesar. Melalui; (a) cek atau bilyet giro,
(b) surat wesel, (c) kupon, (d) transfer uang (surat atau telegram). Pembayaran dilakukan melalui
pendebitan dan pengkreditan terhdp rekening-rekening bank dari nasabah

(6) Fungsi Pemindahan Uang


Bank dapat melakukan kegiatan pemindahan uang dengan cara; menerima dan membayarkan
kembali uang dalam rekening koran nasabahnya, menjalankan perintah untuk pemindahan uang,
menerima pembayaran dari tagihan atas kertas berharga dan melakukan perhitungan dengan atau
antara pihak ketiga, pelayanan pembayaran antara seperti; (a) telepon, (b) listrik, (c) air, (d) uang kuliah
yang kesemuanya disebut “Trust Service”

(7) Fungsi Pemasokan Produk Jasa Perbankan Lainnya


Bank dalam menjalankan fungsi pemasokan produk jasa lainnya seperti ; (a) pemberian Bank
garansi, (b) Safety box, (c) Letter of Credit, (d) Advising Letter of Credit, (e) Credit Card.dll
2.2. Kegiatan Pokok Bank
Menurut Ikhtisar Ketentuan Perbankan Indonesia (IKPI) menyebut kegiatan-kegiatan pokok
antara lain :
1. Menerima simpanan
2. Memberikan kredit jangka pendek
3. Memberikan kredit jangka menengah dan jangka panjang dan/atau turut serta dalam perusahaan
4. Memindahkan uang
5. Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran
6. Mendiskonto surat-surat berharga jenis tertentu
7. Membeli dan menjual cek, surat wesel, kertas dagang yang lain dan pembayaran dengan surat dan
telegram
8. Membeli dan menjual surat-surat pinjaman
9. Memberi garansi bank
10. Menyewakan tempat menyimpan barang berharga
11. Menjalankan usaha lain yang lazim dikerjakan oleh bank

2.3. Kegiatan Pengumpulan Dana Simpanan


Kegiatan pengumpulan dana simpanan yang dilakukan pihak perbankan berasal dari masyarakat
yang sering disebut dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang merupakan sumber dan bagi bank. Adapun
DPK tersebut terdiri dari : (1) Giro, (2) Tabungan, dan (3) Depostio, dengan uraian secara rinci sebagai
berikut:

1. Giro :
Simpanan DPK pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
mempergunakan antara lain; (a) cek, (b) bilyet giro, (c) surat perintah pembayaran lainnya atau
dengan cara pemindah bukuan.

2. Tabungan :
Simpanan DPK pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan mendatangi bank dan
jumlahnya tidak boleh melebihi saldo tabungan minimal.

3. Deposito :
Simpanan DPK pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai dengan jangka
waktu tertentu. Pada lembaran Deposito tercantum:nama pemilik, nilai pokok deposito, tingkat
bunga dan tanggal jangka waktu jatuh tempo.

2.4. Kegiatan Pemasokan Kredit


Kegiatan pemasokan kredit merupakan fungsi paling utama, karena dari kegiatan inilah bank
dapat memperoleh pendapatan (lending base income: on balance sheet)

Kegiatan pemberian kredit (loan) dapat diharapkan menutup berbagai pengeluaran (bunga
tabungan, bunga deposito, jasa giro, gaji karyawan, biaya operasional dan penyusutan aktiva, sewa)
disamping itu dari kegiatan ini juga diharapkan bank dapat membagikan dividen kepada pemilik

Kredit (loan) yang diberikan oleh bank dapat dibedakan sesuai jangka waktunya yaitu:
a. Kredit jangka pendek (kurang 1 tahun)
b. Kredit jangka menengah ( 1 – 3 tahun)
c. Kredit jangka panjang (lebih dari 3 tahun)

Berdasarkan macam penggunaan kredit dapat dibedakan menjadi : (a) Kredit Produksi, (b) Kredit
Konsumsi. Sedangkan berdasarkan macam jaminannya kredit dapat dibedakan menjadi : (a) Kredit
Kolateral, (b) Kredit Hipotek. Di lain pihak berdasarkan tujuan pemakaiannya kredit dapat dibedakan
menjadi: (a) Kredit Ekspor, (b) Kredit Modal Kerja, (c) Kredit Kredit Investasi, dan (d). Kredit Perumahan
dll.
2.5. Kegiatan Investasi
Investasi Finansial, yaitu penanaman dana dalam bentuk:
1. Surat-surat berharga (saham)
2. Surat tanda utang (surat obligasi, surat wesel, SBI dsb)

Tujuan investasi mendapatkan imbalan berupa pendpatan modal (bunga dan diskonto, laba atau
dividen). Dana yang tertanam dalam investasi dalam bentuk aktiva likuid (aktiva cadangan primer :
primary reserve). Yang termasuk sebagai transaksi investasi antara lain : (a) mendiskonto surat
berharga, (b) membeli dan menjual surat-surat pinjaman, (c) membeli dan menjual cek, (d) surat wesel,
(e) kertas dagang (commercial paper), dan (f) pembayaran dengan surat dan telegram.

Ketentuan Transaksi Diskonto


Surat wesel dan surat order dengan dua penanggung jawab atau lebih secara solider dan dengan
masa berlaku yang tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan. Surat wesel dan kertas
dagang (commercial paper) yang tidak lebih lama masa berlakunya daripada kebiasaan dalam
perdagangan, baik yang ditarik dengan jaminan surat kredit, maupun dengan jaminan dokumen
pengangkutan.

Kertas perbendaharaan atas beban negara seperti; Surat Utang Negara (SUN) dengan
pelunasan dalam 6 bulan dan selama periode diskontonya turut bertanggung jawab secara solider.
Mandat dan/atau surat perintah membayar atas kas negara untuk rendemen lelang. Dalam diskonto
jenis ini bank membayar terlebih dulu seharga nilai nominal dikurangi suku bunga yang dikenakan pada
instrumen kredit yang didiskontokan tsb.

Membeli dan Menjual Surat-Surat Pinjaman


Wesel yang diakseptasi oleh bank yang waktu berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam
perdagangan seperti; Kertas perbendaharaan atas beban negara, Surat utang yang tercatat pada suatu
bursa efek resmi atas beban negara atas bunganya atau pelunasannya dijamin oleh negara

Membeli dan Menjual Cek, Surat Wesel, Kertas Dagang


Kegiatan ini, masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan, dan
adanya jaminan yang lazim berlaku untuk hal tsb.

2.6. Pentransferan Uang dan Kliring


Jasa pemindahan (pengiriman) uang ini, pelaksanaannya bisa dengan menggunakan berbagai
cara : (a) melalui pengiriman wesel tunjuk, (b) cek, (c) bilyet giro, (d) penarikan atas saldo kredit pada
bank koresponden.

Ketentuan Transfer dan Kliring


Bank Umum memindahkan uang baik dengan pemberitauan: telegram, surat, wesel tunjuk
diantara sesama kantornya, penarikan atas saldo kredit yang ada pada korensponden. Pengiriman
uang hanya boleh dilakukan dengan menggunakan cara yang biasa dilakukan oleh dunia perbankan
yaitu dengan wesel, kawat dan surat.

Pengiriman uang tersebut harus dilakukan berdasarkan peraturan likuiditas antar cabang yang
disertai suatu sistem cover yang baik, sehingga tidak menyulitkan likuiditas salah satu cabang yang
bersngkutan. Pengiriman uang hanya dapat dilakukan jika disertai penyetoran uang riil. Pengiriman
uang atas dasar penyetoran dengan cek bank lain (atau warkat-warkat kliring lainnya) yang belum
dikliringkan tidak diperkenankan

2.7. Produk Jasa Perbankan Lain-Lain


Produk jasa perbankan lain terdiri dari dua macam yaitu; produk jasa perbankan dalam negeri
dan produk jasa perbankan luar negeri :

Produk Jasa Perbankan Dalam Negeri berupa :


 Jasa “trust”
 Mendiskontokan surat-surat berharga
 Membeli dan menjual surat-surat kredit
 Pemberian jaminan
 Jual-beli surat-surat berharga pasar uang
 Aktivitas jual-beli efek
 Jual-beli efek
 Jasa penyimpanan
 Kartu kredit

Produk Jasa Perbankan Luar Negeri terdiri dari:


 Pemasokan kredti untuk membelanjai impor dan ekspor
 Mengeluarkan L/C komersial
 Menerbitkan L/C wisata (travelers’ L/C)
 Mendiskontokan surat wesel luar negeri
 Membeli dan menjual valuta asing
 Menerbitkan surat wesel luar negeri
 Mentransfer dana ke luar negeri melalui pos atau melalui telegram
 Mengikuti informasi perkembangan keadaan dan keuangan negara lain
 Melaksanakan koleksi/penagihan cek surat wesel dan surat utang luar negeri
 Melaksanakan pengurusan surat-surat angkutan dipelabuhan pengiriman ke luar negeri
 Melaksanakan pembayaran L/C ekspor dan L/C wisata
 Menjual cek wisata (travelers’ check)
 Membayar tunai cek wisata
 Mengikuti peraturan-pertauran ttg ekspor, dan penggunaan valuta asing yg dikeluarkan oleh
pemerintah negara lain.
Bab 3

Manajemen Kredit

3.1. Pengertian Kredit


Kata “Kredit” berasal dari bahasa Yunani “Credere”, artinya “kepercayaan” yang dalam praktek
sehari-hari berkembang lebih luas lagi antara lain: (1) Kredit dalam pengertian umum, dan (2) Kredit
dalam pengertian sesuai dengan Undang-undang. Adapun uraian pengertian secara rinci sebagai
berikut:

1. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu
pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka
waktu yang disepakati.

2. Kredit dalam pengertian lembaga perbankan, sesuai dengan yang termuat dalam Bab 1, pasal 1
ayat 12 Undang-undang No. 7 tahun 1992 yaitu : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan pengertian kredit yang mencakup 3 hal sebagai
berikut:

1. Adanya suatu penyerahan uang/tagihan atau dapat juga barang yang menimbulkan tagihan
tersebut kepada pihak lain, dengan harapan memberi pinjaman ini bank akan memperoleh suatu
tambahan nilai dari pokok pinjaman tersebut yang berupa bunga sebagai pendapatan bagi bank
yang bersangkutan.

2. Dari proses kredit itu telah didasarkan pada suatu perjanjian yang saling mempercayai kedua belah
pihak akan mematuhi kewajibannya masing-masing.

3. Dalam pemberian kredit ini terkandung kesepakatan pelunasan utang dan bunga akan diselesaikan
dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.

Dalam praktek sehari-hari persetujuan pinjaman kredit dinyatakan dalam bentuk perjanjian
tertulis baik di bawah tangan atau secara notariat, dan sebagai pengamanan bahwa pihak peminjam
akan memenuhi kewajibannya akan menyerahkan suatu jaminan baik yang bersifat kebendaan
maupun bukan kebendaan.

3.2. Prinsip-Prinsip Perkreditan


Untuk dapat melaksanakan kegiatan perkreditan secara sehat telah dikenal adanya prinsip 5 C
yang meliputi ; (1) Character, (2) Capacity, (3) Capital, (4) Collateral, dan (5) Condition of economic,
dengan uraian masing-masing sebagai berikut:

1. Character (Karakter)
Pemberian kredit pada dasarnya berdasarkan kepercayaan dari pihak Bank bahwa
sipeminjam mempunyai moral, watak ataupun sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif dan
juga mempunyai rasa tanggung jawab dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Manfaat dari penilaian soal karakter ini adalah untuk mengetahui sampai sejauhmana
tingkat kejujuran dan integritas serta tekad baik yaitu kemauan untuk memenuhi kewajiban-
kewajibannya.

2. Capacity (Kapasitas)
Kapasitas adalah kemampuan calon kreditur (calon peminjam) melunasi kewajiban-
kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan
dilakukannya yang akan dibiayai dengan kredit dari bank. Jadi jelaslah maksud dari penilaian
kapasitas disini adalh untuk menilai sampai sejauhmana hasil usaha yang akan diperolehnya
tersebut, akan mampu untuk melunasinya tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian yang
telah disepakatinya.

Pengukuran kapasitas dari calon kreditur (calon peminjam) dapat dilakukan melalui berbagai
pendekatan antara lain;

a. Pendekatan historis
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menilai past performance (kinerja masa lampau)
dari nasabah yang bersangkutan apakah usahanya banyak mengalami kegagalan atau selalu
menunjukkan perkembangan yang semakin maju dari waktu ke waktu.

b. Pendekatan Financial
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menilai posisi neraca dan laporan Rugi/laba untuk
beberapa periode terakhir untuk mengetahui seberapa besarnya solvabilitas, likuiditas, dan
rentabilitas usahanya serta tingkat risiko usahanya.

c. Pendekatan Educational
Pendekatan dilakukan dengan cara menilai latar belakang pendidikan para pengurus
calon kreditur (calon peminjam), hal ini penting bagi perusahaan-perusahaan yang
menghendaki kemampuan teknologi tinggi, ataupun usaha-usaha yang memerlukan
profesionalisme tinggi seperti; rumah sakit biro konsultan.

d. Pendekatan Yuridis
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menilai apakah calon kreditur (calon peminjam)
tersebut secara yuridis memiliki kapasitas untuk mewakili dirinya atau badan usaha yang
diwakilinya untuk mengadakan ikatan perjanjian kredit dengan bank.

e. Pendekatan Manajerial
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menilai sampai sejauhmana kemampuan dan
keterampilan nasabah dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin
perusahaannya.

f. Pendekatan Teknis
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menilai sampai sejauhmana kemampuan calon
kreditur dalam mengelola faktor-faktor produksi seperti; tenaga kerja, sumber bahan baku,
peralatan-peralatan kerja/mesin-mesin, administrasi dan keuangan, industrial relation, bahkan
sampai kepada kemampuan dalam merebut market share

3. Capital (modal)
Kapital/modal adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon kreditur (calon
peminjam). Kemampuan modal sendiri merupakan benteng yang kuat agar tidak mudah terkena
goncangan dari luar, miisalnya dalam situasi pasar modal dengan suku bunga yang tinggi, maka
sebaiknya komposisi modal sendiri ini harus semakin besar.

4. Collateral (Borg : jaminan)


Kolateral adalah barang-barang jaminan yang diserahkan oleh kreditur sebagai jaminan atas
kredit yang diterimanya. Manfaat kolateral adalah sebagai alat pengamanan, apabila usaha yang
dibiayai dengan kredit tersebut gagal, atau sebab-sebab lain, dimana kreditur tidak mampu melunasi
kredit dari usahanya yang normal.

Jaminan juga dapat sebagai alat pengaman dalam menghadapi kemungkinan adanya
ketidakpastian pada kurun waktu yang akan datang pada saatnya kredit tersebut harus dilunasi.
Kolateral ini sifatnya sebagai pelengkap dari kelayakan dari proyek nasabah.

Penilaian kolateral ini harus ditinjau dari 2 sudut ekonomisnya, yaitu nilai ekonomis dari barang-
barang yang akan dijaminkan, serta nilai yuridisnya yaitu apakah barang-barang jaminan tersebut
memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai barang jaminan.
5. Condition of economic (Kondisi perekonomian)
Kondisi ekonomi adalah situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi dan budaya, peraturan-
peraturan pemerintah dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat,
maupun untuk suatu kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi
kelancaran usaha perusahaan yang memperoleh kredit.

3.3. Tujuan Pemberian Kredit


Tujuan utama pemberian kredit yang dapat diuraikan disini antara lain: (1) Mencari Keuntungan,
(2) Membantu Usaha Nasabah, dan (3) Membantu Pemerintah yang diuraikan sebagai berikut:

1. Mencari Keuntungan
Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh hasil dari pemberian dari kredit itu
sendiri. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai kontraprestasi
(imbalan) jasa dan biaya administrasi dan provisi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan
ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank terus menerus menderita kerugian, akibat
kurangnya pendapatan bunga dari pemberian kredit, maka besar kemungkinan bank tersebut akan
dilikuidasi.

2. Membantu Usaha Nasabah


Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana
investasi maupun dana untuk modal kerja. Adanya kredit bagi pengusaha, maka ekspansi perusahaan
dapat dilakukan dengan baik.

3. Membantu Pemerintah
Tujuan membantu pemerintah adalah memperlancar pertumbuhan perekonomian, mengingat
semakin banyak kredit yang disalurkan oleh bank kepada masyarakat yang membutuhkan, maka akan
semakin membuka kesempatan kerja.

Di samping tujuan di atas, suatu fasilitas kredit yang disediakan oleh lembaga perbankan memiliki
fungsi sebagai berikut:
 Meningkatkan daya guna uang, barang dan peredaran/lalu lintas uang.
 Meningkatkan peredaran barang dan sebagai alat stabilitas ekonomi.
 Untuk meningkatkan kegairahan usaha dari perusahaan-perusahaan
 Meningkatkan pemerataan pendapatan.

3.4. Unsur – Unsur Kredit


Unsur – unsur yang harus ada dalam pengelolaan kredit perbankan antara lain: (1) Kepercayaan,
(2) kesepakatan, (3) Jangka Waktu, (4) Risiko, dan (5) Balas jasa, dengan penjelasan masing-masing
sebagai berikut:

1. Kepercayaan
Dalam pengertian luas kredit diartikan sebagai “kepercayaan” . Maksud dari kepercayaan bagi si
pemberi kredit adalah pihak bank (debitur) percaya kepada penerima kredit (kreditur) bahwa kredit yang
disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi pihak debitur merupakan
penerimaan kepercayaan sehingga ia mempunyai kewajiban untuk membayar kembali kredit tersebut
sesuai jangka waktu yang telah disepakati kedua belah pihak.

Kepercayaan ini diberikan oleh pihak debitur (bank) dimana sebelumnya sudah dilakukan
penyeledikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.

2. Kesepakatan
Di samping unsur percaya di dalam pemberian kredit, juga mengandung unsur kesepakatan
antara debitur (bank) dengan kreditur. Pada umumnya kesepakatan ini dituangkan dalam suatu
perjanjian yang memuat hak dan kewajiban yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.

3. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan oleh debitur, memiliki jangka waktu yang mencakup masa
pengembalian kredit yang telah disepakati.
4. Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya
kredit (kredit macet). Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar risikonya.
Demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan pihak debitur, baik disengaja maupun tidak
disengaja. Misalnya terjadi bencana atau bangkrutnya usaha pihak kreditur tanpa ada kesegajaan.

5. Balas Jasa
Balas jasa merupakan kontraprestasi atas pemberian kredit dari pihak debitur yang dikenal
dengan bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan provisi serta biaya administasi ini, merupakan
pendapatan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah disebut sebagai bagi hasil (Profit sharing).

3.5. Kebijaksanaan Perkreditan


Kebijakan perkreditan merupakan pedoman kerja, sehingga kebijakan tersebut haruslah
mengandung keputusan-keputusan politis dan keputusan-keputusan yang bersifat teknis operasional.
secara sederhana keputusan manajemen dapat digambarkan dalam bentuk piramida kebijakan
sebgaia berikut :

Kebijakan politis
dan strategis

Informasi ekstern Top


Manajeman
Kebijakan taktis
Implementatif

Middle
Manajemen
Kebijakan
Teknis
Lower Operasional
Manjemen

Pelaksanaan
Operasional Operasional
Infromasi – internal

Gambar 3.1. Piramida Kebijakan Kredit

Dari gambar 3.1., di atas, dapat disimpulkan bahwa top manajemen dalam pembuatan kebijakan
kredit perlu infromasi ekstern dan infromasi intern. Kadar informasi ekstern akan lebih banyak
berpengaruh daripada infromasi intern. Sebaliknya pada lower manajemen kadar infromasi intern yang
lebih banyak berpengaruh.

Secara keseluruhan dari gambar di atas akan terlihat bahwa untuk membentuk kebijakan kredit
yang baik, memerlukan kerjasama yang erat dari semua level manajemen sesuai dengan porsinya
masing-masing dalam mengelola informasi ekstern/intern untuk membuat suatu kebijakan kredit.

Dalam menetapkan kebijaksanaan kredit diperlukan 3 azas pokok yaitu; azas likuiditas, azas
solvabilitas dan azas rentabilitas.

Di samping itu manajemen perlu pula memperhatikan; keadaan perekonomian, perkembangan


politik, peraturan-peraturan penguasa moneter yang ada, kemampuan banka yang bersangkutan
dalam mengumpulkan dan dengan biaya yang relatif murah, volume permintaan kredit, besarnya laba
yang diharapkan, kemampuan manajemen bank itu sendiri, para saingan dari bank-bank/lembaga
keuangan lain yang memasar-kan jasa perkreditan.
3.6. Sistematika Perkreditan
Variasi bentuk perkreditan dapat ditinjau dari beberapa segi antara lain; (1) Pembagian menurut
jenis kredit yang diberikan, (2) Pembagian menurut sifat kredit yang diuraikan secara rinci sebagai
berikut:

1. Pembagian Menurut Jenis Kredit Yang Dibiayai


Dalam klassifikasi ini bentuk perkreditan dapat dilihat dari obyek yang dibiayai dengan kredit
tersebut antara lain; (a) Kredit modal kerja, (b) Kredit Investasi, (c) Personal loan, dan (d) Non Cash
loan, dengan uraian masing-masing sebagai berikut:

a. Kredit Untuk Modal Kerja


Kredit Modal Kerja (KMK) adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada krediturnya untuk
memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Kriteria modal kerja yaitu kebutuhan modal yang habis dalam
satu siklus usaha (jika dilihat pada neraca terdiri dari; uang kas, piutang dagang, persediaan bahan
baku, bahan dalam proses, dan barang jadi). Arus modal kerja dapat digambarkan sebagai berikut :

Uang Kas Barang Dagangan

Di jual
secara
Ditagih Piutang dagang

Gambar 3. 2. Arus Modal Kerja untuk Perdagangan

Dari gambar 3.2., di atas, nampak bahwa dari uang kas digunakan untuk membeli barang
dagangan, kemudian barang dagangan dijual secara kredit yang melahirkan piutang dagang dan
akhirnya akan ditagih saat jatuh tempo menjadi uang kas kembali disebut sebagai satu siklus usaha.

Sedangkan arus modal kerja untuk industri dikemukakan pada Gambar 3.3., sebagai berikut;

Uang Kas Bahan Baku, Bahan Barang


Bantu Jadi

Tenaga Kerja, Biaya

Ditagih Piutang Dagang Dijual secara


Kredit
Gambar 3.3. Arus Modal Kerja untuk Industri

Dari gambar 3.3., di atas, nampak bahwa dari uang kas digunakan untuk membeli bahan baku,
bahan pembantu, membayar upah tenaga kerja dan biaya tidak langsung, kemudian barang jadi dijual
secara kredit yang melahirkan piutang dagang dan akhirnya akan ditagih saat jatuh tempo menjadi
uang kas kembali disebut sebagai satu siklus usaha.

Secara lebih spesifik bentuk kredit modal kerja ini antara lain;
 Untuk perdagangan, antara lain (kredit leveransir, kredit ekspor, kredit untuk pertokoan,
 Untuk barang industri, antara lain (kredit modal kerja pabrik makanan, kredit modal kerja pabrik
tekstil, dll)
 Untuk bidang perkebunan, antara lain (kredit untuk membeli pupuk, kredit untuk membeli obat-
obatan anti hama, dll)
 Kredit untuk kontraktor bangunan
 Kredit modal kerja untuk perbengkelan/service station, dll.

b. Kredit Untuk Investasi


Kredit investasi adalah kredit yang dikeluarkan oleh perbankan untuk pembelian barang-barang
modal yaitu tidak habis dalam satu siklus usaha. Uang kas yang dikeluarkan untuk membeli barang-
barang modal akan dapat terhimpun kembali setelah melalui proses depresiasi/amortisasinya sesuai
jangka waktu ekonomisnya dalam jangka waktu antara 5 sampai 20 tahun.

Bentuk-bentuk kredit investasi yang lebih spesifik antara lain;


 Membeli tanah untuk industri, tanah untuk pertambangan, maupun tanah untuk perkebunan dll.
 Membeli mesin-mesin, alat-alat angkutan, peralatan-peralatan produksi dll.
 Mendirikan bangunan gedung pabrik, bangunan hotel, rumah sakit, gedung perkantoran, proyek
pertokoan dll.
 Menanam tanaman-tanaman keras pada perkebunan sampai menghasilkan secara ekonomis.
 Membangun kapal, pesawat terbang, peralatan-peralatan kerja yang akan dipakai sendiri.

c. Personal loan
Kredit ini diberikan kepada pribadi untuk keperluan konsumtif, seperti untuk pembelian alat-alat
rumah tangga.

d. Non cash Loan


Kredit jenis ini adalah sejenis kredit yang belum efektif dapat ditarik secara tunai ataupun secara
pemindahbukuan, tetapi di dalamnya telah terkandung adanya suatu kesanggupan untuk melakukan
pembayaran dikemudian hari. Pembayaran baru akan dilakukan oleh bank apabila transaksi yang akan
dilakukan direalisir atau apa yang diperjanjikan menjadi efektif. Jenis-jenis kredit non kas antara lain;
(d1) bank garansi, (d2) fasilitas L/C impor, (d3) fasilitas L/C dalam negeri

d1. Bank Garansi


Sesuai dengan SK Dir Bank Indonesia No. 23/88/Kep./Dir tanggal 18 Maret 1991 dan Surat
Edaran No. 23/7/UKU tanggal 18 Maret 1991 yaitu;
 Jaminan dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh Bank yang mengakibatkan kewajiban
membayar terhadap pihak yang menerima jaminan apabila pihak yang dijamin melakukan cedera
janji.
 Jaminan dalam bentuk penandatanganan kedua dan seterusnya atas surat-surat berharga seperti
aval dan endosemen yang dapat menimbulkan kewajiban membayar bagi bank apabila yang
dijamin cedera janji,
 Jaminan lain yang terjadi karena perjanjian bersyarat, sehingga dapat menumbuhkan kewajiban
finansial bagi bank.

Dalam praktek sehari-hari bentuk garansi bank yang umum terjadi adalah ;
 Tender bond, bid bond, yaitu bank garansi yang diperlakukan para kontraktor untuk dapat mengikuti
tender.
 Bank garansi uang muka, yaitu bank garansi yang dikeluarkan oleh bank untuk menjamin atas
permintaan uang muka oleh nasabahnya dalam rangka suatu kerjasama/pelaksanaan kontrak
kerja dll.
 Bank garansi untuk penangguhan pembayaran bea cukai.
 Bank garansi untuk penyerahan barang/penerima barang oleh leveransir dari pabrikan dll.

d2. Fasilitas Pembukaan L/C Impor


Letter of credit (L/C) adalah perangkat kerja bank yang berupa suatu jaminan yang diterbitkan
oleh bank untuk penjual atas permintaan dan sesuai dengan instruksi pembeli, dimana bank
memberikan jaminan atau memberikan kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran
akseptasi atau negosiasi wesel-wesel berdasarkan penyerahan dokumen-dokumen yang ditentukan
sesuai dengan syarat dan kondisi dalam L/C yang bersangkutan.

Dari pengertian L/C terkandung suatu perjanjian kesanggupan/jaminan berupa;


 Untuk pihak pembeli hal ini merupakan kepastian penerimaan barang sebagaimana ditentukan
dalam L/C.
 Untuk pihak penjual merupakan kepastian pembayaran atas penyerahan barangnya sebagaimana
ditentukan dalam L/C.

Dalam posisi ini bank pembuka L/C mempunyai suatu kewajiban untuk melaksanakan
pembayaran apabila pihak importir gagal memenuhi kewajiban. Jadi pada saat pembukaan L/C dengan
setoran uang muka di bawah 100 % sudah terkandung adanya pemberian fasilitas kredit yang belum
efektif yang dapat disebut “ non cash loan”.

d.3. Fasilitas L/C dalam negeri


Mekanisme kerja dari L/C dalam negeri pada intinya sama dengan L/C Impor, baik dalam
penerbitan maupun dalam aturan mainnya, jadi sama-sama fungsinya “non cash loan” pula, adapun
perbedaannya antara lain ;

 L/C dalam negeri menggunakan valuta rupiah sedangkan L/C impor menggunakan valuta asing
yang disepakati para pihak yang berkepentingan.
 L/C dalam negeri hanya berlaku di wilayah Republik Indonesia.

2. Pembagian Kredit Menurut Sifat-Sifatnya


Jenis-jenis kredit menurut sifat-sifatnya dapat dikelompokkan menjadi ; (a) Revolving credit, dan
(b) Kredit dengan plafond menurun/Kredit Investasi dengan uraian sebagai berikut:

a. Revolving Credit (Kredit Berulang)


Kredit jenis ini merupakan kredit yang dapat ditarik sesuai dengan kebutuhan dana dari pihak
debitur. Jadi pada jenis kredit ini baki debitnya akan berfluktuasi dari waktu ke waktu yang lain sesuai
dengan kapasitas/kebutuhan ddana yang sedang berlangsung.

Jangka waktu kreditnyapun juga dapat diperpanjng berulang-ulang selama kegiatan usahanya
tersebut berjalan dengan baik. Oleh karena itu, kredit ini cocok untuk membiayai kebutuhan modal kerja
usaha debitur, baik bidang perdagangan, industri, prasarana, perkebunan dll.

Mengingat sifatnya yang berputar/berulang (revolving), maka dalam pelaksanaannya kepada


nasabah yang bersangkutan dibukakan suatu hubungan rekening koran, dan kepada nasabah yang
bersangkutan dapat pula diberikan “cek/bilyet giro” untuk melaksanakan penarikan kreditnya sewaktu-
waktu sesuai dengan kebutuhan modal kerjanya. Dengan demikian nasabah tidak khawatir
rekeningnya tidak dapat ditarik padahal yang berrsangkutan baru saja melakukan setoran-setoran pada
rekening tersebut.

Begitupula untuk perhitungan bunga yang harus dibayar tergantung dari rata-rata penarikan/rata-
rata peredaran kredit atau dari rata-rata volume kreditnya. Semakin tinggi rata-rata penarikan kreditnya,
maka semakin tinggi pula kewajiban pembayaran bunganya.

Pola kredit ini dapat digambarkan sebagai berikut ;

Volume usaha
Baki debit Overdraft
Maksimum kredit
Plafond

Kelonggaran
Tarik

Periode Usaha

Gambar 3.4. Pola dari Revolving Credit


Untuk pengendalian kredit jenis ini dapat dimonitor melalui estimasi Statement of Sources and
uses of fund atau dari estimasi cash flow dari suatu periode ke periode berikutnya. Apabila usaha
nasabah mempunyai bermacam-macam kegiatan, dimana masing - masing kegiatan tersebut
diadministrasikan dalam unit yang terpisah/dapat dipisahkan secara tegas, maka plafond kredit
tersebut dapat diberikan untuk masing-masing jenis, tetapi sebaiknya dikontrol melalui satu plafond
kredit saja.

Dalam jenis kredit ini, mengingat dapat diperpanjang secara berulangkali, maka reputasi
manajemen merupakan faktor yang dominan dalam penilaian kredit yang akan diberikan, di samping
itu kestabilan volume pemasaran juga merupakan faktor yang perlu diperhitungkan.

Namun apabila jangka waktu tersebut diperkecil, dapat digambarkan sebagaimana Gambar 3.5.,
sebagai berikut;

Plafond
kredit

Realisasi baki Debit

Volume usaha

Baki debit Overdraft


Maks
kredit
Plafond

Rata-rata
Kebutuh
an
Kredit

Kelong-garan
Tarik
Periode Usaha

Gambar 3.5. Pola dari Revolving Credit


Dengan Skala Diperkecil

b. Kredit Dengan Plafond Menurun/Kredit Investasi


Kredit dengan plafond menurun yaitu jenis-jenis kredit yang secara sistematis plafondnya
bertahap menurun sesuai dengan jadwal angsuran yang telah disepakati antara bank dengan nasabah.
Pemberian kredit atas dasar plafond menurun ini diberikan untuk pembiayaan “Deffered cost” yang
diperlukan oleh nasabah untuk pembelian barang-barang modal yang mempunyai turnover lebih dari
satu siklus usaha.

Kegiatan usaha yang dibiayai dengan kredit ini mempunyai ciri utama memerlukan modal (dana)
yang relatif besar pada arah kegiatannya yang memerlukan jangka waktu yang relatif panjang dalam
pelunasannya. Pola kredit macam ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Volume kredit

Y a b
besarnya angsuran
tiap periode

Plafond
kredit pada
saat awal
c
l
dst

Y t
grace period periode operasi

Gambar 3.6. Pola Aplopend Credit

Keterangan gambar :
a : Jumlah kredit yang diperoleh
a: b: : Y sampai dengan a, yaitu jangka waktu grace period/masa konstruksi/tenggang waktu
pelunasan
b : Besarnya angsuran kredit setiap jangka waktu yang telah ditetapkan
c : Jangka waktu tiap masa angsuran
Y : Plafond kredit/maksimum kredit yang semakin menurun

Untuk membantu mempermudah dalam perencanaan pelunasan kredit dapat ditempuh melalui
penyusunan :
a. Estimasi dari “statement of sources and uses of fund” sesuai jangka waktu ekonomis dari barang-
barang yang dibiayai dengan kredit. Dari estimasi ini baru diketahui jumlah dana yang dapat
dikumpulkan, tetapi belum menunjukkan jumlah rupiah yang dapat disishkan , oleh karena itu masih
belum memadai untuk mengukur kemampuan debitur dalam melunasi kreditnya secara tunai.
b. Estimasi Cash Flow, untuk mengatasi kekurangan yang ada pada statement of sources and uses
fund di atas, oleh karena itu perlu dilengkapi dengan estimasi Cash Flow ini, yang menunjukkan
arus uang tunai masuk dan keluar untuk suatu jangka waktu yang sama dengan estimasi dari
statement of sources and uses fund. Dengan demikian dari estimasi cash flow ini akan diketahui
jumlah uang tunai yang surplus tiap periode angsuran untuk pelunasan kredit investasi yang
diperoleh dari bank.

3.8. Manfaat Perkreditan


Ada berbagai pihak yang berkepentingan secara langsung dan tidak langsung terhadap fasilitas
perkreditan yang dipasarkan oleh bank-bank komersial.

Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan langsung sudah tentu pihak bank dan pihak calon
debitur itu sendiri, karena kedua belah pihak inilah yang pertama-tama akan menerima manfaat dari
perkreditan itu secara langsung.

Sedangkan pihak pemerintah dalam hal ini penguasa moneter dan masyarakat luas juga akan
menerima manfaat perkreditan secara tidak langsung, berupa pertumbuhan perekonomian.
Bab 4

Manajemen Jasa-Jasa Bank Lainnya

4.1. Pengertian dan Jenis-Jenis Jasa Bank Lainnya


Salah satu fungsi bank yang sangat vital lainnya, adalah membantu memperlancar transaksi
bisnis guna memperlancar lalu lintas pembayaran. Untuk menjalankan fungsi bank tersebut di atas,
maka dibutuhkan jasa-jasa bank lainnya yaitu; (i) Kliring, (ii) Inkaso, (iii) Letter of Credit, (iv) Bank
Garansi, (v) Transfer, dan (vi) Kartu Plastik (kartu kredit) dengan uraian sebagai berikut:

4.2. Kliring
Cara penyelesaian utang-piutang antara bank-bank peserta dlm bentuk warkat atau surat
berharga. Mekanisme kliring dpt mempermudah, memper-cepat dan lebih efisien utk penyelesaian
utang-piutang antar bank-bank peserta kliring. Proses dilaksanakan oleh lembaga kliring BI dgn
menyediakan tempat antar bank-bank peserta. Warkat kliring; cek , bilyet, Certificate Deposit, nota
debet dan nota kredit. Adapun mekanisme krliring antar bank-bank di Bank Indonesia dikemukakan
pada Gambar 4.1.

Adapun mekanisme kliring tersebut dikemukakan sebagai berikut:

Bank Indonesia
Rek. Bank A
di kredit Lembaga kliring
Rek. Bank B
di debet
(4) Kliring masuk (4) Kliring keluar

Cek/BG Bank A Cek/BG Bank B

Bank A Bank B

(3) Cek/BG Bank A

(5) Rek Nasbah A (6) Rek Nasabah B


di debet di kredit

(1) Transaksi
Nasabah Giro (2) Cek/BG
Nasabah Giro
Bank A Bank B

Gambar 4.1. Mekanisme Kliring Antar Bank

Pertama-tama nasabah giro pada bank B melakukan transaksi dengan nasabah giro pada bank A
dan untuk transaksi tersebut nasabah giro bank A memberikan cek Bilyet Giro kepada nasabah giro
bank B, kemudian nasabah giro bank B selanjutnya memberikan cek bilyet giro tersebut kepada bank
B. kemudian lebih lanjut bank B memberikan cek bilyet giro bank B (kliring keluar) pada lembaga kliring
di Bank Indonesia dan lembaga kliring menarik cek bilyet giro bank A (kliring keluar), sehingga rekening
grio bank A dikredit dan rekening bank B di debet, selanjutnya bank A mendebet rekening giro nasabah
bank A dan Bank B mengkredit rekening giro nasabah B.

4.3. Inkaso
Inkaso adalah jasa bank yang diberikan kepada pihak lain untuk melakukan penagihan kepada
nasabah atas warkat kliring yang dimilikinya termasuk warkat yang diterbitkan oleh pihak bank yang
berada di luar wilayah kliring bank yang memberikan jasa penagihan tersebut. Penagihan dilakukan
oleh bank atas warkat kliring dgn perintah nasabahnya disebut Inkaso.

Misalnya; Amir memiliki warkat yang diterbitkan oleh Bank B, karena Amir tinggal berjauhan
dengan bank B, maka Amir tidak perlu melakukan penagihan kepada Bank B, Amirr dapat
menyerahkan penagihannya kepada Banknya (Bank C) yang akan melakukan penagihan melalui
lembaga kliring

4.4. Letter of Credit (L/C)


Jasa lain yang diberikan kepada nasabah dalam rangka mempermudah dan memperlancar
transaksi jual beli barang, terutama ekspor-impor adalah kredit rekening koran (letter of credit : L/C).
Bank yang memberikan L/C kepada nasabah, berarti bank yang bersangkutan memberikan jaminan
untuk membayar sejumlah tertentu kepada pihak lain atas permintaan nasabahnya.

Pembeli (importir) dan penjual (eksportir) memiliki alasan kekhawatiran terhadap risiko kerugian
jika di antaranya ada yang tidak memenuhi kewajibannya. Bank menjadi pihak ketiga yang memberikan
jasa keperantaraan dengan memberi jaminan kepada pihak penjual (eksportir) dan pembeli (importir).
Mekanisme letter of credit dikemukakan Gambar 4.2. :

Indonesia Jerman
(1)
Importir (5) Eksportir

(2) (8) (4) (6)

(3) Bank Koresponden


Bank Importir (7)
1.
2. I
A
d
Gambar s 4.2. Mekanisme Letter of Credit
v
s
i
Adapun penjelasan mekanisme u letter of credit tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
s
1. Kontrak jual beli antara Eksportiri (Indonesia) dengan Importir (Jerman)
i
2. n
Permohonan L/C oleh Importir disertai dengan setoran jaminan kepada Issuing Bank
n
3. Permintaan pembukuan L/C olehgIssuing Bank ke Advising Bank
g
4. Pemberitahuan Advising Bank kepadaB Eksportir mengenai L/C Importir & jaminan bayar
B
5. Pengiriman barang kepada importir a
a
6. n
Penyerahan dokumen ekspor. Selanjutnya Advising Bank akan melakukan verifikasi dokumen dan
n
pemeriksaan syarat-syarat lain. k
k
7. Pengiriman dokumen dan permintaan pembayaran L/C kepada issuing bank.
8. Bank memberitahukan kedatangan dokumen kepada importir dan pelunasan L/C.

Dokumen Dalam Transaksi L/C terdiri dari:


• Konosemen (bill of lading), dokumen pengapalan yang di dalamnya dijelaskan; nama pengirim
(shipper), yang berhak menerima barang (consignee), pihak yang diberitahukan atas kedatangan
barang, dan nama ekspedisi (carrier). Untuk barang yang dikirim melalui pesawat (airway bill).
• Wesel (bill of exchange)
• Faktur (invoice)
• Asuransi: Free on Board (FOB), Cost and freight (C&F) dan, Cost Insurance and Freight (CIF)
• Daftar pengepakan
• Surat keterangan asal barang
• Sertifikat pemeriksaan dari Surveyor yang independen.
4.5. Bank Garansi
Bank garansi adalah Jaminan yang diberikan bank atas permintaan nasabah untuk memenuhi
kewajibannya kepada pihak lain apabila nasabah yang bersangkutan tidak memenuhi kewajibannya.
Mekanisme garansi ada 3 pihak terkait; (i) bank sebagai penjamin, (ii) terjamin (nasabah atas
permintaan) dan, (iii) penerima jaminan
Bank dlm pemberian garansi ini, biasanya meminta setoran jaminan yang besarnya 10 % - 30 %
dari total nilai obyek yang dijaminkan, disamping itu bank memungut provisi dan mengenakan bunga
atas jumlah nilai jaminan tersebut. Adapun mekanisme pemberian bank garansi dikemukakan pada
Gambar 4.3. sebagai berikut :
Bank
(Penerbit)
(2) Permohonan
*Provisi
*Jaminan (3) Bank Garansi (5) Klaim bila perjanjian
(kontra garansi) terjamin melanggar

(1) Kontrak
Nasabah Terjamin (4) Bank Garansi
Penerima Jaminan

Gambar 4.3. Mekanisme Bank Garansi

Dari gambar 4.3., di atas, dapat dijelaskan sebagai berikutl; pertama-tama (1) terjadi transaksi
antara nasabah terjamin dengan penerima jaminan, kemudian berdasarkan transaksi tersebut, maka
nasabah terjamin mengajukan permohonan kepada bank penerbit garansi bank dengan ketentuan
bahwa nasabah terjamin memberikan kontra garansi dalam bentuk pembayaran provisi dan jaminan
kepada bank penerbit garansi bank, setelah bank garansi memberikan bank garansi kepada penerima
jaminan yang dapat digunakan untuk mengklaim kepada bank penerbit bank garansi, bila perjanjian
terjamin melanggar.

4.6. Transfer
Transfer adalah pengiriman uang, baik dalam negeri maupun luar negeri kepada seseorang atas
permintaan nasabahnya. Macam transfer; transfer dengan teleks, mail transfer, transfer telepon &
telegraf.
Mekanisme transfer dapat dilakukan dengan menggunakan bank koresponden apabila di daerah
tersebut bank yang bersangkutan tidak memiliki cabang disuatu daerah. Instrumen yang digunakan
dalam suatu wilayah kliring biasanya melalui Lalu Lintas Giral (LLG). Dekade tahun 80 an mekanisme
transfer dilakukan dengan menggunakan electronic transfer melalui online system.

4.7. Kartu Plastik (Kartu Kredit)


Kartu palstik adalah kartu yang diterbitkan oleh Bank, atau perusahaan yang dapat digunakan
sebagai pembayaran untuk transaksi jual beli, atau menjamin keabsahan cek yang dikeluarkan, di
samping untuk melakukan penarikan uang tunai.
Kartu plastik ini diiperkenalkan oleh Edward Bellamy (1887), ia memproyeksikan bahwa pada
tahun 2000, uang sebagai alat pembayaran akan digantikan oleh kartu kredit, dimana pemegangnya
dapat memenuhi seluruh kebutuhannya dengan menggunakan kartu kredit. Pada tahun 1950 oleh
Frank McNamara menciptakan mekanisme pembayaran dengan menggunakan kartu plastik (Dinners
Club) dan kartu ini merambah ke seluruh dunia pada tahun 1970.
Kartu plastik yg berlaku saat ini; Visa, Master Card, Visa International, Mastercard International.
Sedangkan Kartu Palstik di Indonesia antara lain ;

Visa dan Master Card diterbitkan oleh City Bank dan Bank Duta (merger Danamon)

Jenis kartu plastik yang beredar di Indonesia dewasa ini adalah; (Amex Card, International Dinners,
BCA Card, Procard, Exim Smart, Duta Card, Kassa Card)

Fungsi Kartu Plastik sebagai ; (i) sumber kredit, (ii) sumber uang tunai (ATM) dan, (iii) penjaminan cek.

Berdasarkan fungsinya kartu plastik dapat digolongkan menjadi; (a) Credit card, (b) Charge
Card, ( c ) Debit Card dan, (d) Cash Card.

Berdasarkan wilayah berlakunya dapat digolongkan ; (a) kartu plastik lokal dan (b) kartu plastik
internasional.
Penggolongan Berdasarkan Wilayah Berlakunya:
Lokal (umumnya berupa Charge Card), seperti; Hero, Astra Card, Golden Truly, Garuda Executive
Card

Internasional, seperti; Visa Card (Persh.Visa International, operasinya, sistem franchise), Master Card
(Persh.Master card International, operasinya, sistem lisensi), Diners Club (Citicorp., operasinya,
mendirikan subsidiary, atau frachise), Carte Blanc (Citicorp., operasinya, mendirikan subsiadiary atau
franchise), American Express (American Express Travel Related Services Incorporated, operasinya,
sistem subsidiary) (Charge Card)

Mekanisme Transaksi Kartu Kredit


• Persyaratan Anggota
a. Penghasilan pertahun,
b. Membayar uang pangkal dan iuran tahunan

• Proses Penagihan
a. Buyer berbelanja dengan menggunakan kartu plastik pada toko-toko Merchant
b. Merchant biasanya mengenakan charge 2% - 3 % x nilai transaksi kpd Buyer
c. Issuer akan membayar seluruh tagihan yang diajukan Merchant setelah dikurangi discount
(komisi) (biasanya 3% - 5%)
d. angka waktu penagihan Merchant-Issuer (3-10 hari)
Contoh; Pemegang kartu berbelanja Rp 1.000.000, Jika Issuer memungut discount 5 %, maka
total tagihan yang dibayarkan kepada Merchant (5 % x Rp 1 Juta) Rp 950.000,- Jika menggunakan
Charge Card, pemegang kartu harus membayar lunas seluruh tagihan pada saat jatuh tempo. Jika
menggunakan kartu kredit, pemegang kartu membayar minimum payment dari total termasuk bunga.
Pembayaran minimum payment ditetapkan oleh Issuer (gold card atau regular) berkisar 3% - 3,75%

Adapun perbedaan antara Charge Card, Credit Card, dan Debit Card dikemukakan pada Tabel
4.1. sebagai berikut :
Tabel 4.1.

Perbedaan Charge Card, Credit Card, dan Debit Card

No Charge Card Credit Debit


Card Card
Umumnya tidak Ketentuan limit Pemilik kartu
1. ada ketentuan kredit bagi setiap harus memiliki
limit peng- anggota tergan- rekening di bank
gunaan dalam tung jenis kartu
tran-saksi. (Gold, Regular)

Pembayaran Pembayaran Transaksi dpt


2. penuh atas minimum 10%- dilaku-kan jika
semua tagihan 20% dari total pemegang kartu
sebelum tagihan saldo tagihan dan memiliki saldo
beri-kutnya dibayarkan paling yang cukup pada
lambat pada tgl rekening untuk
jatuh tempo me-nutup biaya
penagihan yang Tran-saksinya.
dittkan setiap
bulan
Jika Tkt bunga Pembayaran
3. pembayaran dikenakan atas dila-kukan
tidak dilakukan saldo kredit, dengan
secara penuh besarnya sesuai mendebit
dari tagihan tingkat bunga langsung saldo
akan dikena-kan pasar. rekening pe-
denda megang kartu
keterlambatan dan mengkredit
sebesar % rekening
tertentu. pihak merchant

4. Tdk dikenakan Keterlambatan


tingkat bunga pemba-yaran
atas setiap pem- akan dikenakan
bayaran tagihan. denda sebesar
persen-tase
tertentu dari
pemba-yaran
minimal, atau se-
jumlah tertentu
tanpa di-kaitkan
dgn pembayaran
minimal.

Gambar 5.4., menunjukkan mekanisme transaksi yang melibatkan pihak pemegang kartu,
merchant dan issuer (sekaligus bertindak sebaga acquirer, atau servicing agent)

Mekanisme transaksi franchise yang melibatkan pihak pemegang kartu, merchant, issuer dan,
acquirer (servicing agent).

Servicing agent membayar merchant setelah dipotong discount Rp 950.000. Kemudian mengklaim
kepada Issuer dengan memperoleh interchange fee (3%) yaitu Rp 30.000,-, sehingga reimbursement
oleh Issuer adalah Rp 980.000.

Issuer dalam transaksi memperoleh discount Rp 20.000 dan menagih kepeda pemegang kartu Rp
1.000.000,-
Adapun mekanisme transaksi kartu kredit dikemukakan pada Gambar 4.4., sebagai berikut:

Perusahaan Kartu

(Issuer/Acquirer)

Statement Tagihan Tagihan 100 %

Perjanjian Perjanjian

Pembayaran Pembayaran Cicilan + Bunga


Dikurangi
Discount (5 %)

Pemegang
Transaksi Kartu Penjual Brg/Jasa
Kartu Brg/Jasa (Merchant)
(Buyer)
Gambar 4.4. Mekanisme Transaksi Kartu Kredit

Statement Tagihan:
Pemegang kartu secara periodik akan menerima statement tagihan dari issuer pada tanggla tertentu
setiap bulan yg berisi :

a. Nomor kartu
b. Tgl tagihan
c. Tgl jatuh tempo (7-15 hari)
d. Minimum Payment (DP min. 10% - 20%, sebelum jatuh tempo, sisa tagihan dpt dicicil dan akan
dikenakan bunga dari saldo kredit
e. Jumlah tagihan
f. Limit kredit
g. Batas penarikan uang tunai (50 % dari kredit limit)
h. Tunggakan
i. Tgl posting (tgl penagihan kpd pemegang kartu)
j. Tgl Transaksi
k. Nomor referensi (identitas setiap transaksi)
Bab 5

Perencanaan Organisasi Bank

5.1. Pendahuluan
Langkah utama dalam mencapai tujuan adalah perencanaan organisasi. Perencanaan
organisasi terdiri dari; pembagian usaha yang logis, penetapan garis wewenang yang jelas, dan
pengukuran pelaksanaan dan prestasi. Tujuan perencanaan organisasi untuk pembuatan struktur
organisasi yang efektif

5.2. Pengelompokan Fungsi-Fungsi


Melalui pengelompokan fungsi-fungsi, maka pengetahuan dan keterampilan maksimum dapat
dimasukkan pada masing-masing usaha. Fungsi-fungsi khusus dapat dipusatkan untuk mempertajam
pada suatu bidang tertentu. Bentuk pengelompokan spesialisasi yang sangat penting adalah
pengelompokan kegiatan kegiatan staf dan servis yang merupakan fungsi-fungsi bank.

Jika perkreditan adalah kegiatan utama bank, maka pantas menyerahkan wewenang kredit
perdagangan (business loans) kepada manajer senior, sedangkan kredit konsumen dan kredit cicilan
dapat diserahkan kepada pejabat kredit yunior.

Jumlah bisnis trust tidaklah membutuhkan pekerjaan full time dari seseorang pejabat. Sebaliknya
karena bisnis trust ini, sangat penting bagi pelaksanaan pekerjaan ini adalah pengalaman dan
keterampilan, maka tidak jarang direktur utamalah yang menangani urusan bisnis trust ini.

Cara lain adalah dengan menggunakan jasa-jasa bank koresponden yang memiliki lebih banyak
keterampilan dalam bidang bisnis trust. Ada kalanya fungsi-fungsi tertentu dilaksanakan di luar bank
itu sendiri.

5.3. Struktur Organisasi Bank


Setiap posisi hendaklah terdiri dari; tugas, wewenang pembebanan seseorg dengan tanggung
jawab yang memungkinkan pembebanan seseorang untuk bertanggung jawab (accountabilty). Sifat
dan tingkat spesialisasi dalam bank hendaklah mencerminkan ukurannya dan jenis bisnis tertentu yang
diutamakannya (core business). Struktur organisasi dapat dikelompok menjadi 3 macam; (1) Struktur
organisasi bank kecil, (2) Struktur organisasi bank menengah dan, (3) Struktur organisasi bank besar.
Salah satu ciri organisasi yang baik adalah fleksi-bilitasnya, yaitu kemampuannya untuk mengembang
dan menciut menurut volume bisnis. Struktur organisasi dibuat berdasarkan fungsi dan tugas

Struktur organisasi yang baik, mengandung sejumlah posisi/jabatan yang tidak mesti ada
kaitannya dengan jumlah pegawai yang sekarang. Spesifikasi seluruh jabatan senior menggambarkan
fungsi dasar jabatan tersebut, terutama tujuan dan ruang lingkupnya. Gambaran tersebut hendaklah
diikuiti oleh definisi terperinci mengenai wewenang dan tanggung jawab yang dibutuhkan oleh jabatan
tersebut. Adapun struktur organisasi bank kecil, sedang dan besae dikemukakan dalam gambar 5.1-
5.3

Dari gambar 5.1, di dapatkan informasi bahwa dalam struktur organisasi bank kecil terdapat
Dewan Komisaris yang mempunyai kewenangan tertinggi dan dalam menjalankan aktivitas
kesehariannya dalam mengontrol pelaksanaan operasi bank Dewan Komisaris memilih salah seorang
diantara anggotanya menjadi Presiden Komisaris.

Presiden Komisaris bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dan bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan tugas dari Direktur Utama.

Direktur Utama bertanggung jawab kepada Presiden Komisaris dan Dewan Komisaris dan
mempunyai tugas untuk mengendalikan jalannya organisasi bank secara menyeluruh. Karena
tugasnya yang sangat kompleks, maka Direktur Utama dibantu oleh 3 Direktur yaitu;
1. Direktur Prekreditan yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama dan bertugas untuk
menangani Departemen Kredit secara keseluruhan dan secara khusus menangani kredit
komersial. Di samping itu Direktur Perkreditan juga bertugas untuk mengontrol pelaksanaan
pekerjaan dari Asisten Direktur yang bertugas menangani kredit tanah dan bangunan, serta Asisten
Treasury yang bertugas menangani kredit konsumsi dan Departemen kredit secara keseluruhan.
2. Direktur Controller yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama dan bertugas dalam operasi
terutama pencatatan dan pembukuan, di sampin bertugas pula untuk memasarkan produk jasa-
jasa bank lainnya,
3. Direktur Personalia yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama dan bertugas untuk
menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan karyawan.

5.4. Pelimpahan Tanggung Jawab


Merupakan salah satu cara atasan meningkatkan efektivitas dalam mencapai tujuan bank.
Direktur utama bertanggung jawab atas keberhasilan seluruh usaha bank. Oleh karena itu ia harus
membagi tanggung jawabnya ke dalam bagian-bagian yang jumlahnya tergantung pada kompleksitas
usaha dan volume bisnis banknya.
Akan tetapi tanggung jawab yang telah diberikan kepada orang lain tidak akan melepaskan seluruh
tanggung jawab seorang Direktur utama. Selanjutnya masing-masing pejabat dalam hirarki itu
membagi fungsinya ke dalam komponen dan membebankannya kepada masing-masing orang.
Seorang Dirut hendaknya hanya menahan yang tidak bisa dikerjakan orang lain dan melimpahkan
sisanya kepada eksekutif yang lain. Selanjutnya para eksekutif ini melimpahkan pula wewenangnya
kepada level yang lebih rendah dalam garis wewenang itu.
Sukses atau gagalnya atasan tidaklah diukur dengan prestasinya sendiri, tetapi dengan total
usaha bagiannya yang merupakan usaha kelompok dalam satu bagian. Direktur utama, juga
bertanggung jawab penuh kepada para pemegang saham.
Begitupula setiap level dalam organisasi itu bertanggung jawab penuh kepada atasan
langsungngya. Atasan bertanggung jawab atas hasil pekerjaan bagiannya, baik yang dikerjakan
sendiri, maupun yang dikerjakan oleh para bawahannya dalam rantai komando (chain of command).

5.5. Jangkauan Pengawasan


Jangkauan pengawasan atau sering disebut sebagai span of control merupakan tindakan
pengendalian terhadap suatu organisasi. Kompleksitas pekerjaan juga berpengaruh kepada jangkauan
pengawasan yang efektif dari atasan. Dalam bagian kredit tertentu seperti bagian kredit komersial,
tugas-tugasnya kompleks, sehingga meminta banyak interaksi antara para pejabat kredit
Adapun Struktur Organisasi Bank Kecil, Sedang dan Besar dikemukakan pada Gambar 5.1, 5.2,
dan 5.3 sebagai berikut:

Dewan Komisaris

Presiden Komisaris

Direktur Utama

Direktur Perkreditan Direktur


Controller
(Operasi) Personalia
(Kredit Komersial)

Asdir (Kredit Pembukuan


tanah/bangunan) Catatan:

Treasury
Asisten Treasury Pembukuan (Bendahara)

(Kredit Konsumen)

Departemen Kredit Jasa-Jasa Lainnya

Gambar 5.1. Struktur Organisasi Bank Kecil


Adapun struktur organisasi bank sedang dapat di lihat pada Gambar 5.2., sebagai berikut:

Dewan Komisaris

Presiden Komisaris

Direktur Utama

Direktur Senior Direktur Investasi & Direktur Operasi dan Direktur


Trust Controller Personalia
(Perkreditan)

Direktur Kredit Direktur Humas


Komersial

Asdir Kredit Asdir Trust Asdir Operasi


Konsumen, tanah
dan Bangunan
Kasir-Kasir

Pembukuan

Penyimpanan Aman

Jasa-jasa Lain

Gambar 5.2. Struktur Organisasi Bank Sedang


Adapun struktur organisasi bank besar dikemukakan pada Gambar 5.3., sebagai berikut:

Dewan Komisaris

Presiden Komisaris

Direktur Utama

Direktur Senior Direktur Investasi & Direktur Operasi dan Dir. Senior Pemasaran
Trust Controller
(Perkreditan)

Direktur Departemen Direktur Trust Dir.Jasa Perseroan Direktur Humas


Kredit

Direktur Kredit Direktur Hukum Pembelian Direktur. Periklanan


Tanah&Bangunan

Asdir Direktur Kasir-Kasir


Manajer Cabang Investasi
Manajer Cabang
Manajer Cabang
Pembukuan
Direktur
Pengem-bangan
Akunting Biaya Bisnis

Penyimpanan Aman
Direktur Personalia
Direktur Trust
Bangunan/Pekarangan

Gambar 5.3. Struktur Organisasi Bank Besar


Bab 6

Pemasaran dan Riset Pasar serta Kebijakan


Lokasi Perbankan

6.1. Pengantar
Perbankan memasuki millenium ketiga ini sering juga disebut oleh berbagai kalangan sebagai
era globalisasi yang memunculkan terjadinya perubahan-perubahan sebagai berikut: “ (1) Modernisasi,
(2) Deregulasi, (3) Privatisasi, (4) Internalisasi, (5) Jaminan Keamanan Dana, (6) Kecanggihan
Nasabah, dan (7) Rasio Kecukupan Modal” (Riyadi, 2003 : 2 - 9)

Pendapat Riyadi, menggambarkan tuntutan bagi dunia perbankan ditengah-tengah perubahan


dan perkembangan zaman yang tidak dapat dielakkan oleh perbankan sebagai lembaga intermediasi
antara surplus dana dengan defisit dana.

Implikasi dari modernisasi perbankan adalah terjadinya pergeseran pendapatan bank dari
peningkatan pendapatan spread bunga (lending base income), atau sering disebut sebagai kegiatan
on balance sheet kepada peningkatan pendapatan berdasarkan fee (fee base income), atau sering
disebut sebagai kegiatan off balance sheet, baik melalui sarana pasar uang (money market), maupun
melalui pasar modal (stock market), ataupun pendapatan bunga dari aktivitas money market dan fee
atas jasa-jasa yang diberikannya, seperti advising Letter of Credit L/C), pembukaan L/C, penerbitan
bank garansi, kartu kredit, serta jasa bank lainnya.

Implikasi dari deregulasi perbankan sejak dikeluarkannya paket kebijakan oktober (pakto 1988)
yang memuat peraturan tentang; peniadaan plafon kredit, pengurangan kredit bersubsidi (Kredit
Likuiditas Bank Indonesia), deregulasi tingkat bunga deposito dan loan, serta penghapusan subsidi
deposito. Paket kebijakan desember (pakdes 1988) yang memuat tentang; pengendoran izin dan
persyaratan pembukaan cabang, menurunkan reserve requirement dari 15 % menjadi 2 %,
mengizinkan Badan Usaha Milik Negara untuk menempatkan dananya pada bank swasta dan
memperbaiki peraturan lending limits.

Begitupula dengan Program Rekapitalisasi Perbankan Tahun 1999, maka dampaknya dapat
terlihat yaitu; a. Ekspansi pemberian kredit besar-besaran kepada nasabah baik dalam group sendiri,
maupun kepada nasabah lain yang memunculkan potensi terjadinya kredit macet, b. peningkatan
jumlah bank yang mengakibatkan persaingan menjadi semakin ketat, sehingga banyak bank yang
menjadi collaps.

Dilain pihak Kuntjoro dan Suhardjono (2002 : 315 – 316) mengemukakan bahwa: ”Deregulasi
perbankan memunculkan liberalisasi yang mendorong munculnya bank-bank baru dan masuknya
cabang-cabang bank asing di Indonesia, sehingga persaingan antar bank dalam memperebutkan pasar
yang semakin ketat. Dengan makin ketatnya persaingan bank dalam memperebutkan pasar
menyebabkan pergeseran yang mendasar dalam pola pemasaran “.

Dari pendapat Kuntjoro dan Suhardono, mengindikasikan perlunya upaya perbaikan pola
pemasaran bank, jika sebelumnya bank-bank melakukan kegiatan pemasaran lebih pasif, maka saat
ini dipaksa harus melaksanakan pemasaran secara aktif dengan mendatangi calon nasabah, baik
dirumah maupun di kantor disertai dengan promosi di media-media.

Selanjutnya implikasi dari fenomena privatisasi (privatization) pada negara-negara yang masih
tergolong developing countries mendorong bank-bank badan usaha milik negara (BUMN : state
commercial bank) untuk menjadi bank milik publik melalui go public di pasar modal yang mengandung
beberapa konsekwensi antara lain : bank-bank dimaksud dituntut untuk lebih meningkatkan
sumberdaya manusia (SDM), lebih transparan dan menyempurnakan tata kerjanya.

Implikasi dari Internalisasi (Internalization) adalah munculnya World Trade Organization (WTO),
maka persaingan dalam dunia internasional semakin lebih tajam lagi, karena setiap negara yang
menjadi anggota WTO termasuk Indonesia harus mematuhi ketentuan yang ditetapkan oleh badan
dunia itu, sehingga terjadi cross border di atara anggota-angotanya yang memberikan dampak yang
cukup luas, yakni bank-bank saat ini telah berubah orientasinya. Begitu pula hubungan dengan institusi
yang terkait dari nasional menjadi internasional.
Lebih lanjut implikasi dari sekuritisasi (securitization) dalam sektor perbankan memunculkan
perlunya faktor jaminan keamanan yang sangat mempengaruhi performance (kinerja) dari setiap bank.
Bagi negara yang tingkat keamanannya yang rendah, dalam arti sering terjadi kekacauan baik di bidang
ekonomi maupun di bidang politik, maka akan mempengaruhi kinerja bisnis perbankan dinegara yang
bersangkutan. Walaupun faktor ini berada di luar lembaga perbankan, namun tetap mempunyai
dampak langsung pada operasional bank di negara yang bersangkutan.

Oleh karena itu, lembaga perbankan seyogyanya memperhatikan faktor–faktor yang dapat
mepengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung, faktor–faktor eksternal seperti ; gejolak–
gejolak sosial dan politik, regulasi pemerintah, perkembagan valuta asing, sedangkan faktor–faktor
internal seperti; Investor, komisaris, direksi, karyawan.

Pihak otoritas moneter dan manajemen bank harus dapat membuat kebijakan yang dapat
mengeliminir risiko yang ditimbulkannya, misalnya melalui kebijakan penjaminan simpanan dana
masyarakat yang dihimpun, sehingga masyarakat yang menyimpan dananya, baik dalam bentuk giro,
tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito berjangka, maupun dalam bentuk simpanan lainnya
di bank, akan merasa aman bahwa dananya dapat ditarik setiap saat sesuai dengan perjanjian yang
telah ditetapkan antara nasabah dengan banknya.

Implikasi dari adanya Customer’s Sophistication (Pelanggan canggih) yang memunculkan


orientasi pasar dari bank-bank yang mengandung makna demi kepuasan pelanggan atau nasabah.
Persaingan tidak hanya dari segi pricing dalam arti dari sudut sumber maupun penggunaannya, tetapi
juga dari segi kemudahan dalam pemberian pelayanannya. Oleh karena itu, kalangan perbankan akan
mengeluarkan biaya lebih besar dibanding sebelumnya, atau paling tidak mengurangi margin yang
telah dinikmatinya selama ini. Tetapi ditinjau dari sisi yang positif, maka hal ini juga telah memaksa
kalangan perbankan untuk selalu inovatif dalam menekan cost dan meningkatkan income dari sisi fee
base line-nya, atau kegiatan off balance sheetnya, atau kegiatan off balance sheet.

Implikasi dari Capital Adequacy Ratio yang merupakan peraturan prudential banking dari BIS
(Bank for International Settlement) yang mengatur tingkat kesehatan bank, maka setiap bank yang
beroperasi diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan pemenuhan modal minimum, atau yang lebih
dikenal dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Sebelum masa krisis perbankan di Indonesia
diwajibkan memenuhi CAR sebesar 8 % dan secara bertahap menjadi 12 % pada tahun 2001. Tetapi
pada saat krisis, sementara diubah menjadi 4 % dan pada saatnya akan mengacu sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh BIS (SK. BI. Nomor : 30/277/KEP/DIR, 1998).

Pemenuhan kebutuhan modal minimum ini sangat dipengaruhi oleh cara perhitungan Aktiva
tertimbang menurut risiko (ATMR), besarnya modal yang dimiliki bank, besarnya penyisihan
penghapusan aktiva produktif dan laba yang dihasilkan, atau rugi yang diterima oleh bank tersebut.
Modal juga akan mempengaruhi langsung pada kemampuan bank dalam menyalurkan dananya dalam
bentuk kredit kepada masyarakat dan kemampuan bank untuk mengelola valuta asing atau foreign
exchange yang dimilikinya.

Pada dasarnya ada 3 hasil produk bank yaitu ; 1. Pelayanan penyimpanan dana masyarakat
(dpk), 2. Pemasokan dana kredit dan investasi, dan 3. Berbagai macam jasa lainnya.
Produk tersebut memerlukan kegiatan-kegiatan pema-saran (marketing) untuk bisa sampai
kepada nasabah secara menguntungkan. Oleh karena itu untuk memperlancar kegiatan tersebut
diperlukan analisis terhadap informasi yang lengkap untuk mengambil keputusan, atau kebijakan.
Untuk mendapatkan informasi bank perlu melakukan kegiatan Riset Pemasaran

6.2. Fungsi Pemasaran Bank


Merketing merupakan fungsi perusahaan yang dilaksanakan dengan tujuan untuk menjembatani
produksi dan konsumsi atas produk-produk yang dihasilkannya. Ryan (1981) A Guide to Marketing,
menyatakan bahwa ;” pemasaran merupakan kegiatan yang menyangkut usaha memahami kebutuhan
konsumen, mengembangkan produk dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan
menciptakan serta memperluas permintaan akan produk-produk dan jasa-jasa yg dihasilkan.
Di lain pihak Crosse dan Hempel (1973) dalam Management Policies for Commercial Banks,
mengatakan bahwa; “ pemasaran sebagai kegiatan penciptaan dan penyampaian produk (barang/jasa)
pemuas kebutuhan konsumen yang mendatangkan laba bagi bank.

Dari definisi kedua pakar tsb ditemukan 3 unsur pokok fungsi pemasaran bank yaitu; (1) unsur
penciptaan jasa baru, (2) unsur pemasaran bank, dan (3) unsur tujuan bank, dengan uraian sebagai
berikut:

Penciptaan jasa baru sama pentingnya dengan penyerahan jasa-jasa yg sudah ada Pemasaran
bank harus berorientasi pada konsumen dan tujuan bank untuk memperoleh laba tidak boleh dilupakan

Para pimpinan bank, terutama dewan direksi dan dewan komisaris, harus menyadari bahwa
semua kegiatan bank haruslah didasarkan dan mengarah pada kebutuhan dan keinginan konsumen.

Kegiatan yang tertuju kepada terwujudnya fungsi pemasaran bank mencakup; (a) identifikasi
produk dan riset pemasaran, (b) pengembangan dan manajemen produk, (c) kegiatan-kegiatan
promosi, dan (d) hubungan masyarakat

6.3. Pengembangan Produk


Setelah tahu kebutuhan dan keinginan para nasabah, bank harus mengembangkan dan
menghasilkan produk sesuai yang diinginkan mereka. Meskipun esensi yang dilakukan bank adalah
memberi kredit dan menerima tabungan, tapi unsur kepuasan konsumen juga perlu mendapatkan
perhatian untuk purchase retention.

Unsur-unsur kepuasan nasabah, antara lain; (a) suasana tempat pelayanan yang
menyenangkan, (b) sikap teller yang menarik, pelayanan yang cepat, ( c) laporan bulanan yang
meyakinkan dari segi; transparasi, kecermatan, keamanan dan bonafiditas bank.

Masalah-masalah yang akan dijumpai dalam pengambilan kebijakan pengembangan produk


bank; (a) strategi produk, (b) produk baru, (c) identifikasi produk dan (d) keanekaragaman produk.

Strategi market segmentation dan product differentiation banyak digunakan di dalam lembaga
perbankan. Segmentasi pasar : usaha mengisolasi beberapa bagian dari seluruh pasar dan
menciptakan produk baru yang unik bagi bagian pasar yang dipilih, sehingga tidak dijumpai barang
subtitusinya.

Masalah yang sering dihadapi dalam melakukan segmentasi pasar; (a) kemungkinan sangat
cepatnya produk yang dikembangkan ditiru oleh pesaing, (b) terlalu kecilnya market share yang
tercakup dalam segmen yang dipilih. Untuk memecahkan masalah tersebut, maka strategi product
differentiation menjadi alternatif pilihan strategi berikutnya, dengan cara pemberian sifat-sifat khas pada
produk yang dipilihnya disertai dengan promosi yang memadai.

6.4. Produk Baru


Dalam lingkungan persaingan yang ketat, maka bank perlu mengembangkan produk-produk
baru. Ide-ide produk baru dapat timbul dari; nasabah, dewan komisaris, direksi, karyawan, pesaing,
lemabaga-lembaga keuangan lain dan, media massa.

Krangley (1959) Introduction of New Service for Profit, menyatakan 7 tahap pengembangan
produk baru; (a) penyaringan, (b) mengumpulkan bukti-bukti sampel (potensi permintaan dan
persaingan), (c) membuat sistem sampel dalam pengembangan proses untuk penyampaian produk
kepada nasabah, (d) menganalisis benefit/cost, (e) evaluasi pasar (reaksi nasabah), (f) mempelajari
infromasi tentang produk baru tersebur. dan, (g) membawa produk ke pasar.

6.5. Riset Pemasaran


Kegiatan pemasaran lainnya yang harus dilaksanakan adalah; identifikasi pasar, berupa usaha
untuk mengetahui produk perbankan mana saja yang dibutuhkan dan diminta oleh para nasabahnya.
Riset pemasaran adalah suatu kegiatan pengumpulan, pencatatan dan penganalisisan data
faktual yang berkaitan dengan masalah penjualan dan pengiriman barang dan jasa dari produsen ke
konsumen.

Masalah pokok identifikasi produk yang diperlukan oleh bank untuk mendasari keputusan dan
kebijakan bank menurut Crosse dan Hempel harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: (a)
siapa, usia, jenis kelamin, status ekonomi yang mengkonsumsi produk, (b)komposisi kredit besar dan
kecil, (c) Segmen ; geografis, etnis, atau jenis pekerjaan nasabah di lokasi bank, nasabah potensial,
(d) sumber penghasilan di lokasi dan prospeknya, (e) komposisi angkatan kerja, (f) bagaimana posisi
bank dlm persaingan (leader, challenger, follower, nicher), (g) tanggapan nasabah terhadap produk
bank dan alasan mereka menggunakan produk tersebut

6.6. Lokasi Strategis Bank


Unsur mudah sukarnya bank dijangkau oleh masyarakat sangat menentukan besarnya omzet
sebuah bank. Unsur lokasi bank harus memperhatikan trading area, yang merupakan daerah geografis
dimana bank melayani nasabah.

American Bankers’ Association menyebutkan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam usaha
memperoleh gambaran trading area : (a) Normal drawing radius (lokasi yang dapat dijangkau oleh
masyarakat), (b) Traffic barriers’ (rintangan), (c) Pola aliran lalu lintas, (d) Driving time, (e) Rute, (f)
Kepadatan penduduk, (g) Persaingan

6.7. Trading Area


Capaldini (1966) dalam Reksoprayitno (1997) Manajemen Bank Umum, menyebutkan 8 unsur
pembentuk trading area yaitu;
1. Jumlah penghuni kawasan
2. Penduduk yg bekerja
3. Masyarakat usaha
4. Kegiatan konstruksi
5. Analisis lalu lintas
6. Analisis persaingan
7. Perilaku dan budaya perbankan
8. Potensi penabungan

Penduduk setempat; potensi penabungan yang ada dlm trading area (penduduk, pendapatan,
kesempatan kerja, dan perumahan), perlu pula diketahui; kemampuan menabung rata-rata perorang,
kebutuhan akan kredit, dan kebutuhan akan jasa-jasa bank lainnya. Jumlah penduduk yang bekerja;
Populasi berbanding lurus dengan trading area. Semakin banyak populasi, semakin besar posisi
trading area.

Masyarakat bisnis ; Jenis bidang usaha, penyebaran serta konsentrasi geografis dan
kecenderungan perubahan di masa mendatang.

Kegiatan konstruksi; kegiatan perekonomian dan kegiatan sektor konstruksi/bangunan


(residential construction, commercial construction, dan transportation construction). Analisis Lalu
Lintas; sifat lalu lintas, pola aliran lalu lintas dan rute transportasi umum.

Begitupula dengan analisis Persaingan; persaingan dalam satu wilayah trading area, termasuk
persaingan bunga, persaingan non bunga (pelayanan). Perilaku dan Budaya Perbankan; masyarakat
dimana budaya perbankan masih tipis dengan sendirinya penabung perkapitanya cenderung kecil juga.
Potensi Penabungan; besar giro, deposito dan tabungan yang dapat ditarik dari trading area dimana
bank berlokasi.
Bab 7

Asset Liability Management

7.1. Pengertian Asset Liability Management


Asset Liability Management, atau sering disingkat dengan sebutan ALMA yang dalam praktek
sehari-hari merupakan kegiatan manajemen dana. ALMA paling sering digunakan dalam memecahkan
masalah pendanaan di bidang Perbankan.

ALMA muncul tahun 1980 an bersamaan dengan menculnya deregulasi moneter oleh
pemerintah yaitu paket kebijakan tanggal 1 juni tahun 1983 (pakjun 83). Deregulasi Moneter Pakjun
83, memberikan kelonggaran kepada bank-bank di Indonesia dalam menetapkan tingkat suku bunga
untuk penghimpunan dana (giro, tabungan, dan deposito).

Begitupula dengan Pakto 88 (1 Oktober 1988), bank-bank diberi kemudahan melakukan


ekspansi usahanya, dan diberikan peluang yang semakin besar, sehingga banyak bank-bank baru
yang berdiri di samping semakin banyaknya kantor-kantor cabang bank di seluruh wilayah Indonesia.
Hal ini sekaligus memunculkan persaingan yang semakin ketat di antara bank-bank di Indonesia.

Pakjan 90 (1 Januari 1990), menghapuskan hampir seluruh Kredit Likuiditas Bank Indonesia
(KLBI) dan sejak saat itu, sebagian besar dana murah dari Bank Indonesia telah dihentikan. Hal ini
memunculkan permasalahan yaitu; (1) Spread, (2) Persaingan, dan (3) Kewajiban yang diuraikan
sebagai berikut:

Spread (selisih tingkat bunga sumber dana dan penempatan dana) dan keuntungan bank
cenderung semakin menurun. Persaingan antar bank semakin meningkat secara tajam. Kewajiban
bank-bank untuk menjaga tingkat kesehatan bank yang dipersyaratkan Bank Indonesia.

Komplikasi yang muncul dari Kesalahan manajemen dana bank antara lain adalah sebagai
berikut;

 Sering terjadi kalah kliring di Bank Indonesia


 Kekurangan likuiditas (dana jangka pendek), sehingga dapat menyulitkan pembayaran atas
penarikan dana nasabah
 Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan akan menurun (rush)
 Ketidakseimbangan (mismatch) antara dana sisi liability dan assets
Mengganggu struktur keuangan, sehingga dapat mengurangi keuntungan dan dapat
mempengaruhi kesehatan bank

Jika tingkat kesehatan bank terganggu, maka Bank Indonesia, membatasi kegiatan usaha bank
atau bahkan dapat mencabut izin operasi bank.

Implikasi lebih lanjut terhadap manajemen bank antara lain;

Manajemen perbankan harus bekerja lebih efisien dalam mengelola dana khususnya. Manajemen
harus mengikuti perkembangan moneter seperti:

* Kebijakan pemerintah di bidang moneter


* Perkembangan pasar uang
* Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK), dan tingkat bunga simpanan
* Perkembangan tingkat bunga kredit
* Penyaluran kredit dan perkembangan sector riil
* Pengaruh globalisasi gejolak bunga luar negeri

7.2. Pengertian ALMA


Sinkey Jr.(2002) mengatakan bahwa “ALMA adalah spread management, yang dihubungkan
dengan pemeliharaan spread positif, antara tingkat bunga dalam pos pendapatan bunga dari bagian
asset dan biaya bunga dari bagian passiva neraca.
Pengertian lebih luas, meliputi kegiatan manajemen antara lain ;
* Spread management
* Liquidity managament
* Control of overhead cost
* Capital management
* Tax management

Menurut Moestadjab (1995) yang mengatakan bahwa “ ALMA: manajemen struktur keuangan
bank untuk mengoptimalkan tingkat kesehatan keuangan dan memaksimalkan laba dalam batas-batas
risiko tertentu “. ALMA tidak hanya untuk memaksimalkan pendapatan, tapi laba dan dalam kondisi
keuangan yang harus selalu sehat dalam mencapai laba yangg optimal tersebut.

7.3. Landasan dan Sasaran ALMA


Merujuk kepada pengertian luas ALMA, maka dapat disimpulkan bahwa ALMA mengandung
antara lain:

1. Manajemen struktur keuangan bank


2. Mengoptimalkan tingkat kesehatan bank
3. Mengoptimalkan laba dalam batas-batas risiko tertentu.

7.3.1. Manajemen Struktur Keuangan Bank


Manajemen struktur keuangan berfungsi untuk mendapatkan dana (obtaining of funds) maupun
menggunakan dana (use of funds). Pemilihan susunan kualitas aktiva akan menentukan “struktur
kekayaan” dan pemilihan susunan kualitas passiva akan menentukan “struktur modal”.

Manajemen struktur keuangan bank adalah masalah keseimbangan dalam mengelola berbagai
sumber dana (aktiva) dan penggunaan dana (passiva). Kedua sisi neraca harus dikelola secara optimal
mengingat, konsekwensi sumber dana adalah biaya bunga dan, konsekwensi penggunaan dana
adalah pendapatan bunga

7.3.2.Mengoptimalkan Tingkat Kesehatan Keuangan Bank


Dalam mencapai laba optimal, bank harus mampu pula mencapai tingkat kesehatan keuangan
bank yangg ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Kesehatan :
Giro Wajib Minimum : 5 %
CAR = 12 %
LDR = 110 %
Tolok ukur tingkat kesehatan keuangan perbankan dapat dilihat pada :Pakfeb 91, dan Pakmei 93,
Undang – Undang tentang kesehatan bank sekitar tahun 1999.

7.3.3. Mengoptimalkan Laba Dalam Batas Risiko Tertentu


Mengingat bank merupakan bisnis kepercayaan, maka Bank Indonesia telah menetapkan
rambu-rambu sebagai langkah pengamanan kegiatan operasional bank antara lain;

Setiap usaha untuk meningkatkan pendapatan dan laba, harus selaras dengan kondisi tingkat
kesehatan bank. Hanya dengan cara ini, maka bank akan berkembang dengan semakin meningkat
secara berkesinambungan

7.4. Organisasi ALMA


Organisasi khusus yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan ALMA adalah Asset Liability
Committee (ALCO) yang mengkoordinasikan berbagai departemen untuk merumuskan kebijakan
ALMA. Keanggotaan ALCO terdiri :
* Direksi
* Pemasaran
* Administrasi Kredit
* Treasury (dana)
* Jasa dan Operasional
*R&D
7.5. Ruang Lingkup Tugas ALCO
Memantau, mengevaluasi, merumuskan kebijakan, dan memberikan alternatif keputusan
tentang :

* Perkembangan pasar uang dan tingkat bunga


* Manajemen likuiditas
* GAP Manajemen (Asset Management and Liability Management)
* Pricing
* Manajemen Valutas Asing (Foreign Exchange : FOREX)

Sedangkan kewajiban ALCO antara lain;

Memantau dan mengevaluasi:


Perkembangan pasar uang dan tingkat bunga bank-bank lain dan pengaruhnya bagi bank yang
bersangkutan.
Likuiditas keseluruhan keuangan bank yang bersangkutan maupun likuiditas (cash flow) bank
yang bersangkutan pada rekening Bank Indonesia.
Posisi liability dan asset untuk mengetahui posisi manajemen GAP, sebagai kontrol terhadap
efisiensi dalam pengendalian dana.
Perkembangan tingkat bunga bank yang bersangkutan, apakah masih mampu mencapai laba
optimal.
Perkembangan Forex

Merumuskan dan Memberikan Alternatif Keputusan:


Manajemen likuiditas (rasio likuiditas yang harus dicapai dikaitkan dengan kesehatan bank.
Manajemen GAP, meliputi pencapaian posisi GAP yang layak untuk menghindari kerugian.
Tentang berbagai alternatif keputusan tingkat bunga kredit beserta alternatif pencapaian
outstanding kredit yang diberikan.

7.6. Peran dan Mekanisme Kerja ALCO


Peran dan mekanisme kerja Asset Liability Committee (ALCO) dalam suatu lembaga perbankan
dapat dilihat pada Gambar 8.1., Gambar 8.1., menunjukkan 6 bidang kerja yang terlibat dalam komisi
tersebut antara lain; (a) Board of director (dewan direksi) yang bertugas; menetapkan pokok
kebijaksanaan, mengarahkan program kerja, dan menelaah dan memutuskan kebijaksanaan ALMA
dalam lembaga perbankan yang dipimpinnya, (b) ALCO.

Komisi ALMA yang bertugas; memantau, mengevaluasi, merumuskan, memberikan alternatif


dan mengambil keputusan ALMA, (c) ALCO Support Group (ASG), atau pembantu komisi ALMA yang
bertugas; membantu/mensupport ALCO tentang data intern dan ekstern dan informasi ALMA,
memantau dan mengevaluasi pencapaian target ALMA yang telah ditentukan, memberi saran dan
menyusun laporan, (d) Fund Manager, atau sering disebut dengan treasury (manajer dana) yang
bertugas; melaksanakan hasil ALCO yang telah diputuskan dewan direksi dan mengelola ALMA. (e)
Profit Centers (pusat pendapatan yang pada umumnya dalam lembaga perbankan adalah Direktur
perkreditan) bertugas; memantau dan mengelola risiko kredit, melaksanakan keputusan ALCO, dan
meningkatkan pendapatan lembaga perbankan, (f) Cost Centers (Pusat biaya yang pada umumnya
dalam lembaga perbankan adalah Controller atau Direktur Operasi) yang bertugas; memantau dan
mengelola risiko sumber dana, dan berupaya menekan biaya.
Adapun Peran dan mekanisme kerja ALCO dikemukakan pada Gambar 7.1. sebagai berikut:

•Menetapkan pokok kebijaksanaan


Board of Director • Mengarahkan porgram kerja
• Menelaah dan memutuskan kebijakan ALMA

* Memantau
ALCO * Mengevaluasi
* Merumuskan
* Memberikan alternatif
ASG: Keputusan ALMA
• Membantu/mensupport ALCO ttg
Alco Data intern & Ekstern dan Informasi ALMA
ASG • Memantau dan evaluasi realisasi
terhdp target ALMA
Suppor • Memberi saran dan menyusun laporan
t •• Melaksanakan hasil ALCO yg
Fund Manager diputuskan direksi
• Me-Manage ALMA
Group •• Memantau dan mengelola risiko kredit
• Melaksanakan keputusan ALCO
Profit Centre * Meningkatkan pendapatan

•• Memantau & Mengelola risiko


sumber dana
Cost Centre
• Menekan biaya

Gambar 7.1. Peran dan Mekanisme ALCO


Bab 8

Perilaku Sumber dan Penempatan Dana

8.1. Pendahuluan
Arti penting dari pemahaman terhadap perilaku dari berbagai jenis sumber dana maupun
penempatan dana, sangat berpengaruh kepada penentuan kebijakan pricing dan GAP management
secara intern.

Di samping itu perlu pula memahami kondisi ekstern seperti; peredaran uang, pertumbuhan nilai
dan tingkat bunga (sumber dan penempatan), pola kebijakan moneter secara nasional dan
internasional (global).

Manajemen bank yang sangat memahami perilaku sumber dan penempatan dana lembaga yang
dipimpinnya akan dengan mudah membuat mengelola sumber dan penempatan dana tersebut secara
efektif dan efisien, sehingga dengan demikian, banknya akan dapat meraih keuntungan dan ditinjau
dari sisi kesehatan keuangan perbankan dapat dipertanggung jawabkan.

Sebelum membicarakan mengenai perilaku sumber dan penempatan dana, maka sebaiknya
dikemukakan tentang beberapa laporan keuangan yang ada dalam suatu lembaga perbankan, yaitu;
(1) Laporan Neraca, (2) Laporan Rugi/Laba, (3) Laporan Aktiva Produktif, (4) Laporan Komitmen dan
Kontijensi, dan (5) Laporan Rasio Keuangan, yang diuraikan sebagai berikut:

Laporan Neraca
Laporan Neraca memuat struktur kekayaan, struktur finansial dan struktur modal dari suatu bank.
Struktur kekayaan terletak di sisi kiri laporan neraca (aktiva). Struktur kekayaan atau pos aktiva dalam
neraca merupakan penggunaan (alokasi) dana Bank. Dalam struktur kekayaan terdapat pos-pos aktiva
yang berisi rekening aktiva yang terdiri dari:

Kas

Penempatan pada Bank Indonesia, terdiri dari;


a. Giro pada bank Indonesia
b. Sertifikat bank Indonesia
c. Lainnya

Giro pada Bank lain

Penempatan pada Bank lain yang terdiri dari;


PPAP-Penempatan pada Bank lain (+/-)
(PPAP : Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif)

Surat Berharga yang dimiliki yang terdiri dari;


a. Diperdagangkan
b. Tersedia untuk dijual
c. Dimiliki hingga jatuh tempo

PPAP Surat Berharga yang dimiliki (+/-)

Obligasi pemerintah, yang terdiri dari;


a. Diperdagangkan
b. Tersedia untuk dijual
c. Dimiliki hingga jatuh tempo

Surat Berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (Reverse Repo)
PPAP (Reverse Repo) (+/-)

Tagihan derivatif
PPAP Tagihan deriva+/-)
Kredit yang diberikan yang terdiri dari;
a. Pihak terkait dengan Bank
b. Pihak lain
PPAP Kredit yang diberikan (+/-)

Tagihan Akseptasi
PPAP Tagihan Akseptasi (+/-)

Penyertaan
PPAP Penyertaan (+/-)

Pendapatan yang masih akan diterima

Biaya dibayar dimuka

Uang muka pajak

Aktiva pajak tangguhan

Aktiva tetap
Akumulasi penyusutan Aktiva tetap (-)

Aktiva sewa guna usaha


Akumulasi penyusutan Aktiva sewa guna usaha (-)

Agunan yang diambil alih

Aktiva lain-lain

Sedangkan struktur finansial dan struktur terletak pada sisi kanan laporan neraca. Adapun pos-
pos dalam neraca sebelah kanan merupakan sumber-sumber dana yang diperoleh bank untuk
menjalankan kegiatan operasinya. Pos-pos neraca berisi antara lain;

Giro

Kewajiban segera lainnya

Tabungan

Deposito berjangka, yang terdiri dari;


a. Pihak terkait dengan Bank
b. Pihak lain

Sertifikat deposito

Simpanan dari Bank lain

Surat Berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (Repurchase agreement : repo)

Kewajiban derivatif

Kewajiban Akseptasi

Surat Berharga yang diterbitkan

Pinjaman yang diterima, yang terdiri dari;


a. Fasilitas pendanaan jangka pendek Bank Indonesia
b. Lainnya, yaitu;
c. Pihak terkait dengan Bank
d. Pihak lain
Estimasi kerugian komitmen dan kontijensi

Kewajiban sewa guna usaha

Beban bunga yang masih harus dibayar

Taksiran pajak penghasilan (PPh)

Kewajiban pajak tangguhan

Kewajiban lain-lain

Pinjaman subordinasi
a. Pihak terkait dengan Bank
b. Pihak lain

Modal pinjaman

Pihak terkait dengan Bank


a. Pihak lain
b. Hak minoritas

Ekuitas, yang tediri dari;


a. Modal disetor
b. Tambahan modal disetor
c. Agio (Disagio) saham
d. Modal sumbangan
e. Selisih penjabaran laporan keuangan
f. Selisih penilaian kembali Aktiva tetap
g. Rugi belum direalisasi dari Surat Berharga dan Obligasi Pemerintah
h. Pendapatan Komprehensif lainnya
i. Selisih nilai transaksi Rekstrukturisasi entitas sepengendali
j. Saldo Rugi (Laba)

Laporan Rugi/Laba
Laporan Rugi/Laba memuat antara lain; Pendapatan-pendapatan dan beban-beban operasional
kegiatan perbankan, Dalam Laporan rugi/laba terdapat pos-pos yang terdiri dari:
Laporan Neraca memuat struktur kekayaan, struktur finansial dan struktur modal dari suatu bank.
Struktur kekayaan terletak di sisi kiri laporan neraca (aktiva). Struktur kekayaan atau pos aktiva dalam
neraca merupakan penggunaan (alokasi) dana Bank. Dalam struktur kekayaan terdapat pos-pos aktiva
yang berisi rekening aktiva yang terdiri dari:

Pendapatan operasional, yang terdiri dari;


a.1. Pendapatan bunga
a.2. Provisi dan komisi

Pendapatan operasional lainnya, yang terdiri dari;


b.1. Pendapatan provisi, Komisi dan Fee
b.2. Pendapatan transaksi valuta asing
b.3. Pendapatan kenaikan nilai dan laba jual beli Surat Berharga dan

Obligasi pemerintah
b.4. pendapatan lainnya

Pendapatan non operasional

Beban operasional, terdiri dari;


d.1. Beban bunga
d.2. Provisi dan komisi
Beban Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

Pendapatan pemulihan estimasi kerugian komitmen dan kontijensi

Beban (Pendapatan pemulihan) Penyisihan Aktiva lain-lain

Beban operasional lainnya, terdiri dari;


h.1. Beban administrasi umum
h.2. Beban personalia
h.3. Beban penurunan nilai dan rugi jual Surat berharga dan Obligasi
pemerintah
h.4. Beban transaksi valuta asing
h.5. Beban lainnya

Beban non operasional

Pendapatan (Beban) Luas biasa

Taksiran pajak penghasilan, terdiri dari;


k.1. Periode berjalan
k.2. Ditangguhkan

Slado Rugi (laba) akhir periode

Laba bersih per saham

Laporan Aktiva Produktif


Laporan Aktiva produktif memuat informasi tentang besarnya nilai aktiva produktif yang tergolong
: Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, dan Macet.

Selain itu, laporan aktiva produktif juga berisi antara lain;


PPAP yang wajib dibentuk
PPAP yang dibentuk

Total aset Bank yang dijaminkan, yang terdiri dari;


c.1. Pada Bank Indonesia
c.2. Pada bank lain

Prosentase KUK terhadap kredit

Prosentase jumlah debitur KUK terhadap total debitur

Laporan Komitmen dan kontijensi


Laporan komitmen dan kontijensi berisi antara lain;
Komitmen yang berupa antara lain;
a.1. Tagihan komitmen berupa Fasilitas pinjaman yang diterima dan
belum digunakan
a.2. Kewajiban komitmen berisi;
a.2.1. Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik.
a.2.2. Irrevocable L/C yang masih berjalan dalam rangka impor dan ekspor.
a.2.3. Lainnya

Kontijensi yang terdiri dari;


b.1. Tagihan kontijensi berisi;
b.1.1. Garansi yang diterima
b.1.2. Pendapatan bunga dalam penyelesaian
b.1.3. Lainnya
b.2. Kewajiban kontijensi yang terdiri dari;
b.2.1. Garansi yang diberikan
b.2.2. Revocable L/C yang masih berjalan dalam rangka impor dan ekspor.
b.2.3. Lainnya

Laporan Rasio Keuangan


Laporan rasio keuangan merupakan laporan yang memuat perbandingan antara salah, atau
beberapa pos-pos yang ada dalam suatu neraca, atau rugi laba dengan satu atau beberapa pos-pos
yang ada dalam neraca, atau rugi laba, baik pada tahun yang sama, maupun dalam tahun yang
berbeda.

Dalam laporan ini akan memberikan informasi tentang kesehatan keuangan suatu lembaga
perbankan. Adapun rasio-rasio keuangan yang paling umum dalam hal ini antara lain; (a) Permodalan,
(b) Aktiva produktif, (c) Rentabilitas, (d) Likuiditas, dan (e) Kepatuhan.

Rasio permodalan yang meliputi;


a.1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
a.2. Aktiva Tetap Terhadap Modal

Rasio Aktiva Produktif yang terdiri dari;


b.1. Aktiva Produktif bermasalah
b.2. Non Performing Loan (NPL)
b.3. PPAP Terhadap Aktiva Produktif
b.4. Pemenuhan PPAP

Rasio Rentabilitas yang meliputi antara lain;


c.1. Return on Assets (ROA)
c.2. Return on Equity (ROE)
c.3. Net Interest Margin (NIM)
c.4. Beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)

Rasio Likuiditas
Loan to Deposit Ratio (LDR)

Rasio Kepatuhan (Compliance) yang meliputi;


e.1. Persentase pelanggaran BMPK
e.1.1. Pihak terkait
e.1.2. Pihak lain

e.2. Persentase pelampauan BMPK


e.2.1. Pihak terkait
e.2.2. Pihak lain

e.3. Giro Wajib Minimum (GWM)

e.4. Posisi Devisa Netto (PDN)

BMPK : Batas Minimum Pelanggaran Kredit

Kelima rasio keuangan perbankan tersebut akan dengan mudah diakses melalui internet melalui
alamat website : www.bi.go.id.

8.2. Format Laporan Keuangan


Berbicara mengenai format laporan keuangan, maka akan lebih pas jika menampilkan contoh
laporan keuangan lembaga perbankan yang telah disederhanakan yang dikemukakan pada Tabel 8.1.,
sebagai berikut:
Tabel 8.1.
Neraca PT. Bank ABC
31 Desember 2004 (Rp Milyar)

No Aktiva (Assets) Rp No Passiva (Liability) Rp


1. Kas 28 1. Giro 492
2. Giro Pd BI 22 2. Call Money 96
3. Tagihan pd bank 3. Tabungan 430
Lain
a. Giro 16 4. Deposito 1.808
b. Call Money 12 5. Kewajiban Lainnya 103
c. Deposito 260 6. Surat Berharga Yg 131
Diterbitkan
4. Surat Berharga 323 7. Pinjaman Diterima 161
dan
Tagihan Lainnya
5. Kredit Yg 2.726 8. Rupa-Rupa Passiva 66
diberikan
6. Penyertaan 33 9. Modal Disetor 137
7. Cadangan Aktiva (50) 10. Cadangan 106
Yg
Diklassifikasikan
8. Aktiva Tetap dan 105 11. Laba 83
Inventaris
9. Rupa-Rupa 138
Aktiva
Total Aktiva 3.613 3.613

Dari Tabel 9.1., di atas, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara laporan neraca
perusahaan non bank dengan laporan neraca lembaga perbankan, terutama dalam hal ; (a) Tagihan
pada bank lain yang terdiri dari ; giro, call money dan deposito, dalam laporan neraca perusahaan non
bank hanya memuat tagihan pada pihak lain, (b) Cadangan aktiva yang diklassifikasikan yaitu berupa
cadangan untuk mengurangi piutang-piutang bank yang berada dalam kondisi bermasalah (kredit
bermasalah).

Sedangkan dalam laporan neraca perusahaan non bank lebih banyak cadangan penyusutan
aktiva tetap, (c) Pada sisi passiva dari neraca perbankan terutama untuk poin 1 sampai 4 (giro, call
money, tabungan, dan deposito) tidak ada dalam laporan neraca perusahaan non bank.

8.3. Penjelasan Pos-Pos Aktiva


Kas (terdiri dari uang kartal, uang logam dan commemorative coin yang dikeluarkan Bank
Indonesia menurut nilai nominal.

Bank Indonesia, semua simpanan atau tagihan bank kepada Bank Indonesia dalam bentuk ; (a)
Giro, penempatan dana bank dalam rekening giro di Bank Indonesia (Giro Wajib Minimum : GWM),
(b). Sertifikat Bank Indonesia (SBI), surat berharga atas unjuk yang diterbitkan oleh Bank Indonesia,
sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.

Tagihan Pada Bank Lain (Antar Bank Aktiva), jenis simpanan atau tagihan kepada pihak bank
lain di Indonesia berupa : (a) Giro, simpanan atau penempatan dana pada bank lain, (b) Call Money
(Interbank Call Money), penempatan dana pada bank lain, melalui penerbitan surat berharga pasar
uang (SBPU) yang berjangka paling lama 90 hari, (c) Pos-pos lain, sepertil; deposito berjangka dan
kredit.

Surat Berharga dan Tagihan Lainnya seperti; (a) penempatan dana pada bank lain dalam bentuk
surat berharga yang berjangka waktu di atas 90 hari (SBPU, (b) obligasi, (c) kredit, (d) pembiayaan
bersama, dll.
Kredit Yang Diberikan, penempatan dana pada pihak ketiga non bank, misalnya; (a) KPR, (b)
kredit modal kerja, (c) kredit investasi, (d) kredit angsuran, dan (e) kredit rekening koran.

Penyertaan, penempatan kepada pihak ketiga non bank dengan cara pemilikan saham untuk
memperoleh dividend.

Cadangan Aktiva Yang Diklassifikasikan yaitu, penyisihan (pencadangan) yang dibentuk untuk
menutup kerugian yang mungkin timbul sehubungan dengan penanaman dana ke dalam aktiva
produktif.

Aktiva Tetap dan Inventaris berupa; (a) tanah, (b) gedung, (c) mesin-mesin, (d) kendaraan, dan
(e) peralatan bank lain. Nilai yang tercantum disini adalah Nilai Beli dikurangi dengan penyusutan.

Rupa-Rupa Aktiva yaitu, Saldo rekening atau pos-pos aktiva lain seperti; (a) tagihan inkaso,
pendapatan bunga yang akan diterima, (b) uang muka pajak, (c) selisih kurs pembukuan valuta asing,
(d) agunan yang diambil alih, (e) beban dibayar dimuka, dan (f) good will dll.

Laporan keuangan lainnya yang perlu dikemukakan disini adalah laporan rugi laba yang
ditampilkan pada Tabel 8.2., sebagai berikut:

Tabel 8.2.
Perhitungan Rugi Laba
1. Jan – 31 Des 2004 (Rp Milyar)
No Uraian Rp
1. Pendapatan
1.1. Pendapatan Operasional 420
a Hasil Bunga 353
b Provisi dan Komisi 37
c. Pendapatan Valas Lain 11
d. Pendapatan Lain 1
1.2. Pendapatan Non Operasional 2
Jumlah 806
2. Biaya
2.1. Biaya Operasional 367
a. Biaya Bunga 245
b. Biaya Valuta Asing (valas) 0
c. Biaya Personalia 47
d. Penyusutan 32
e. Biaya Lainnya 43
2.2. Biaya Non Operasional 3
Jumlah 737
3. Laba Sebelum Pajak (No 1 – No 2) 69
4. Sisa Laba Tahun Lalu 14
Jumlah Laba Tahun ini 83

8.4. Penjelasan Pos-Pos Passiva


Giro, sumber dana yang diterima dari masyarakat (DPK), yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menggunakan cek/Bilyet Giro.

Kewajiban Lain Segera Dibayar, kewajiban bank yang dapat ditagihkan oleh pemiliknya dan
harus segera dibayar, misalnya; (a) Dana yang diterima dari masyarakat untuk pengiriman uang kepada
pihak lain, (b) Kewajiban jangka pendek lain kepada pihak yang lebih dari 15 hari, seperti; call money,
beban bunga yang telah jatuh tempo namun belum ditarik oleh nasabah, (c) Kewajiban jangka pendek
kepada pemerintah seperti; kewajiban PPN, PPh, PBB. Dsb.

Tabungan, sumberdana yang diterima dari masyarakat (DPK), yang penarikannya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang telah disepakati.
Simpanan Berjangka, sumber dana dari masyarakat (DPK), yang penarikannya dilakukan
menurut jangka waktu tertentu. seperti; (a) depsotio, (b) sertifikat deposito, dan (c) deposit on call.

Bank Indonesia, kewajiban kepada Bank Indonesia yang terdiri dari; (a). Kredit Likuiditas (kredit
bersubsidi bunga rendah) seperti; KIK, KMKP., (b) Dana Bantuan Proyek (dana yang harus disalurkan
kembali).

Antar Bank Passiva, semua jenis kewajiban kepada bank lain di Indonesia, seperti; (a) Giro, (b)
transfer, (c) call money, (d) simpanan berjangka, (e) surat berharga, pinjaman yang diterima, dan (f)
pembiayaan bersama.

Surat Berharga, surat pengakuan hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh bank kepada
pihak ketiga non bank.

Pinjaman Yang Diterima, Pinjaman dari Pihak ketiga bukan bank seperti; (a) Pinjaman
Subordinasi, pinjaman yang memenuhi persyaratan dari BI, tentang adanya Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum (KPMM) bagi bank penerima pinjaman (Jangka panjang > 1 tahun), (b) Dana
Kelola, dana yang diterima untuk pemberian kredit kepada nasabah dan atas pemberian kredit tersebut,
bank tidak menanggung risiko, misalnya, nilai lawan valuta asing bantuan proyek yang diterima
langsung dari Departemen Keuangan, dan (c) Pinjaman yang diterima lainnya.

Setoran Jaminan, setoran-setoran pihak ketiga non bank dalam Rupiah untuk keperluan
transaksi, misal dalam rangka membuka L/C dan memperoleh garansi bank.

Passiva dalam Valuta Asing, kewajiban dalam valuta asing, baik kepada bank maupun non bank.

Antar Kantor Passiva, semua kewajiban bank di Indonesia kepada kantor pusat dan atau kantor-
kantor cabang lain di Indonesia.

Rupa-Rupa, saldo rekening passiva lainnya yang tidak dapat dimasukkan ke dalam poin 11, 13
dan 15 seperti; (a) Beban bunga yang masih harus dibayar, (b) Taksiran pajak penghasilan (PPh), (c)
Selisih kurs pembukuan valas, (d) Rekening yang diblokir, (e) Bunga yang dibayar dimuka yang belum
diamortisir sebagai faktor penunjang, dan (f) Pendapatan yang ditangguhkan, dll.

Modal Dasar, jumlah modal yang tercantum dalam Anggaran Dasar Bank. Yang meliputi; (a)
Modal Belum Disetor, modal yang masih harus disetor di Bank, (b) Agio, Selisih lebih setoran modal
yang diterima oleh Bank, sebagai akibat harga saham melebihi nilai nominalnya, (c) Modal Sumbangan,
modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat
dengan harga jual jika saham tersebut dijual, (d) Modal Pinjaman, Pinjaman yang didukung oleh
instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal dengan ciri-ciri sebagaimana Surat Edaran
Bank Indonesia perihal Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM).

Cadangan, yaitu cadangan-cadangan yang dibentuk menurut ketentuan Aanggaran Dasar atau
keputusan pemilik yang meliputi; (a) Cadangan Umum, cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba
yang ditahan, atau dari laba bersih, (b) Cadangan Tujuan, bagian laba bersih yang disisihkan untuk
tujuan tertentu, (c) Cadangan Revaluasi Aktiva Tetap, cadangan yang dibentuk dari selisih
penilaian kembali aktiva tetap, (d) Laba Ditahan, Saldo laba bersih yang tidak dibagikan kepada pemilik
saham.

Laba/Rugi, Adalah Laba/Rugi tahun-tahun yang lalu maupun tahun beralan yang belum
dibagikan : (a). Laba/Rugi Tahun yang lalu, dan (b) Laba/Rugi Tahun berjalan.

8.5. Perilaku Pos-Pos Aktiva


Pos-pos rekening aktiva dibagi 4 yaitu: (1) Reserve Requirement (Primary Reserve), (2)
Secondary Reserve, (3) Loan (Kredit Yang Diberikan), dan (4) Investasi
1. Reserve Requirement
Sebagian dana bank harus ditempatkan untuk memenuhi Reserve Requirement di Bank
Indonesia dalam bentuk Giro (GWM), jumlah GWM 5 % dari DPK, Penempatan RR pada Bank
Indonesia tidak menghasilkan bunga, tapi merupakan kewajiban Yuridis, jika dana dalam GWM > dari
5 %, akan menyebabkan tidak efisien dan dapat menurunkan laba.

2. Secondary Reserve (SR)


Penempatan dana pada Secondary Reserve mempunyai 2 tujuan yakni: (a) Memperkuat
likuiditas, dan (b) Menempatkan dana sementara “parkir” pada Secondary Reserve, jika penempatan
pada kredit yang diberikan belum maksimal.

Manfaat penempatan dana pada Secondary Reserve antara lain; (a). Memperkuat likuiditas, (b)
Juga mendapatkan pendapatan bunga, walaupun < dari penempatan pada kredit, (c) Penempatan ini
memiliki risiko yang kecil.

Pos Aktiva yang masuk dalam Secondary Reserve yaitu; (a). Antar Bank Aktiva (Call money, giro
dan deposito), (b) Sertifikat Bank Indonesia (SBI), (c) Surat berharga yang diterbitkan oleh Pihak ketiga
non bank dan dibeli oleh bank dengan tujuan unttk diperjual belikan, (d) Tagihan lainnya kepada pihak
ketiga non bank

3. Loan
Loan (Kredit Yang Diberikan) merupakan penempatan dana pada pos aktiva ini paling produktif
dengan suku bunga tinggi, walaupun dengan risiko yang cukup besar pula. Kredit yang diberikan
kepada pihak ketiga non bank antara lain; (a) Kredit Angsuran, Kredit jenis ini, jumlah angsuran pokok
dan pembayaran bunganya sama besarnya setiap bulan, sampai dengan saat jatuh tempo.enempatan
dana ini lebih sesuai untuk sumber dana yang berasal dari deposito, (b) Kredit Rekening Koran.
Pembayaran bunga oleh nasabah berdasarkan saldo akhir.
Penempatan dana ini lebih sesuai untuk sumber dana yang berasal dari tabungan atau giro, (c)
Kredit Modal Kerja yang memiliki jangka waktu < 1 tahun. Penempatan dana ini lebih sesuai untuk
sumber dana yang berasal dari DPK, (d). Kredit Investasi yang memiliki jangka waktu yang panjang, >
1 tahun, biasanya untuk pendirian/perluasan pabrik, kredit mobil, KPR. Penempatan dana ini lebih
sesuai untuk sumber dana yang berasal dari KLBI dan Pinjaman Luar Negeri

4. Investasi
Investasi dalam Pemilikan dan Surat Berharga merupakan pPenyertaan dalam perusahaan lain,
umumnya > 1 tahun, dari kegiatan ini bank biasanya hanya mendapatkan pendapatan dalam bentuk
pembagian keuntungan (dividend). Sedangkan Investasi Aktiva Tetap bertujuan untuk melengkapi
sarana, prasarana kerja, meningkatkan mekanisme kerja dan pelayanan bank. Investasi ini dapat
mempengaruhi pelayanan yang akhirnya dapat memperbanyak nasabah dan laba meningkat.

8.6. Perilaku Pos-Pos Passiva

Pos-Pos Rekening Passiva dibagi 5 kelompok yaitu; (1) Dana Masyarakat (DPK), (2) Kredit
Likuiditas Bank Indonesia (KLBI), (3) Purchased Fund, (4) Kewajiban Lain Segera Dibayar, dan (5)
Modal Sendiri yang diuraikan sebagai berikut;

1. Dana Masyarakat (DPK)


Mayoritas kegiatan operasional bank ditunjang oleh sumber dana dari masyarakat. Oleh karena
itu, menurut ketentuan Pakfeb 91, Capital Adequacy Ratio (CAR) = 8 %, Artinya bahwa besarnya modal
sendiri bank minimal cukup sebesar 8 % dari total aktivanya. Dana Pihak Ketiga dalam suatu perbankan
ada 3 yaitu ; (a) Giro, (b) Tabungan, dan (c) Deposito

2. Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI)


Sumber dana dengan tingkat bunga murah, bila dibandingkan dengan tingkat bunga dana dari
masyarakat, karena adanya unsur subsidi bunga dari pemeritah. Jangka waktunya juga lebih
panjang.Jenis kredit ; (a) KIK/KMKP, (b) kredit ekspor, (c) kredit investasi umum, (d) kredit usaha tani,
(e) kredit untuk koperasi dan (f) kredit untuk mahasiswa. Setelah Pakjan 91 hampir semua jenis KLBI
dihapus, tinggal seperti; (a) kredit usaha tani, dan (b) kredit untuk koperasi.
3. Purchased Fund
Sumber dana yang di dapat dari pasar uang seperti; Call money, penjualan promissory notes,
pendiskontoan SBPU. Sumber dana ini sensitif dengan tingkat bunga, karena perkembangan tingkat
bunga ditentukan oleh pasar uang.

4. Kewajiban Segera Dibayar


Kewajiban segera dibayar juga bisa dimasukkan sebagai sumber dana jangka pendek. Sumber
dana ini berasal dari penundaan kewajiban yang harus dibayar seperti; (a) biaya bunga yang masih
harus dibayar, (b) Kewajiban kepada supplier yang masih harus dibayar, (c) Dana kiriman yang belum
diambil oleh penerima, (d) Setoran pembayaran; telepon, listrik, air. Dana “nganggur” jangka pendek
ini bisa digunakan sebagai sumber dana bagi bank untuk ditempatkan pada posisi aktiva untuk jangka
pendek pula seperti; call money 1 – 3 hari.

5. Modal Sendiri
Modal sendiri dalam bank memiliki jangka waktu panjang, kebanyakan dana ini ditempatkan
untuk investasi seperti; (a) pembelian tanah dan gedung, (b) inventaris kantor, dan (c) sisanyanya pada
pos-pos yg produktif. Sebagian dana modal sendiri dapat di “jual” ke call money dengan pricing atau
rate yang lebih rendah, karena berasal dari dana murah.
Bab 9

Manajemen Likuiditas

9.1. Pengertian Manajemen Likuiditas


Dalam bidang perbankan terdapat beberapa pengertian likuiditas yang masing-masing
mempunyai tolok ukur sendiri-sendiri yang antara lain;

Reserve Ratio (RR) = Likuiditas wajib minimum (Rp) dan (valas) yang ditetapkan kepada semua
bank untuk dilaporkan setiap minggu. Adapun rumus yang sering digunakan dalam perhitungan RR ini
antara lain :

Alat likuid
Prosentase Alat Likuid (RR) = ---------------- x 100 %
DPK
Menurut Pakfeb 91, RR minimal 2 %. – UU 2000 = 5 %.
Alat likuid meliputi ; Kas + Giro pd BI
DPK ; Giro, tabungan, Deposito, kewajiban lain.

Contoh laporan Likuiditas sesuai dengan ketentuan BI (1993)

Data yang dilaporkan setiap periode untuk Alat likuid adalah seminggu sebelumnya setiap:

Minggu pertama : 1 s/d 7


Minggu Kedua : 8 s/d 15
Minggu Ketiga : 16 s/d 23
Minggu Keempat: 24 – 30 atau 31

Dengan demikian laporan untuk likuiditas minggu pertama dibuat setelah tanggal 7 dengan data
tanggal 1 – 7 dst. (Perbandingannya diambil nilai rata-ratanya). Data yang dilaporkan setiap periode
untuk DPK, adalah dua (2) minggu sebelumnya. Jika seandainya laporan minggu pertama bulan
Januari tanggal 2, maka : Data alat likuid, diambil tanggal 24 s/d 31 Desember tahun sebelumnya. Data
DPK, diambil dari tanggal 16 s/d 23 Desember.

9.2. Likuiditas Menurut Tingkat Kesehatan Bank

Berdasarkan Pakfeb 91 rasio likuiditas ada 2 yaitu :

1. Liquidity =

Kewajiban Bersih Call Money


---------------------------------------- x 100 %
Kas + Giro BI + SBI + SBPU

2. Loan to Deposit Ratio (LDR) =

Loan (Kredit yang diberikan)


---------------------------------------------------------------------- x 100 %
DPK + Pinjaman yg diterima > 3 bln + Modal Sendiri

Data Pinjaman yg diterima > 3 bulan, bisa diambil dari kewajiban segera dibayar, atau
kewajiban
lain.

3. Current Ratio

Current Ratio adalah suatu rasio yang mengukur kemampuan bank dalam melunasi
kewajibannya yang bersifat jangka pendek (kurang 1 tahun).. Untuk menghitung current
ratio dapat dilakukan dengan cara membandingan antara aktiva lancar dengan passiva
lancar yang dapat dirumuskan sebagai berikut;

Aktiva Lancar (AL)


Current Ratio (CR) = -------------------------- x 100 %
Passiva Lancar (PL)

Sebelum menghitung CR, seluruh komponen AL dan PL dalam neraca bank terlebih
dahulu digolongkan berdasarkan sisa waktu jatuh temponya. Komponen yang termasuk
lancar maksimal 1 bulan.
Komponen AL meliputi; (a) saldo BI, (b) saldo pada bank-bank lain, (c) kredit
diberikan, (d) surat berharga dan (e) penempatan lain dengan jk waktu 1 bln. Sedangkan
komponen PL antara lain adalah; (a) giro, (b) tabungan, (c) deposito, (d) call money, dan
(e) kewajiban segera dibayar (yang sisa waktu jatuh temponya 1 bulan).

Contoh soal dapat dikemukakan Tabel 9.1 sebagai berikut:

Tabel 9.1
Neraca Bank “XYZ”
Per 31 Des 2004 (Rp)

Porsi Porsi
Aktiva Jumlah Lancar Passiva Jumlah Lancar
Kas 300 500 Giro 1.000 300
Saldo BI 1.700 1.500 Tabungan 10.000 1.000
Bank Lain 3.000 3.000 Deposito 14.000 3.000
Kredit Yang 20.000 3.700 Call Money 4.000 2.900
Di-berikan
Surat 2.000 - Kewajiban Lain 1.000 -
Berharga Yg Segera
Diba-yar
Aktiva Tetap 5.000 - Modal 2.000 -
Aktiva 32.000 8.700 Passiva 32.000 7.200

Pada kas dan saldo Bank Indonesia ada bagian/porsi yang tidak lancar, yaitu Reserve Ratio (RR)
sebesar 2 % dari DPK.

Reserve Ratio pada contoh soal = 2 % x DPK


= 2 % x 25.000 = 500

CR = 8.700/7.200 = 1,21 x

Ini berarti bahwa penempatan dana dalam aktiva lancar (AL) sebagian dibiayai dari
Passiva tidak lancar (0,21), atau 21 % dari passiva lancar berasal dari passiva tidak lancar
(sumber dana jangka panjang).

Perhitungan CR bisa menggunakan Basic Surplus Positif, yang menunjukkan bahwa


penempatan dana dalam aktiva jangka pendek (sejenis kredit yang diberikan) sebagian dibiayai
dari sumber dana jangka panjang.

Sebaliknya Basic Surplus Negatif, berarti bahwa penempatan untuk dana jangka panjang
pada aktiva, dibiayai oleh sumber dana jangka pendek, Kondisi ini menyebabkan pengelolaan
dana tidak optimal dan menyebabkan laba akan menurun.

Basic Surplus = Aktiva Lancar – Passiva Lancar


= 8.700 – 7.200 = 1.500 (Surplus)
9.3. Strategi Likuiditas dan Profitabilitas
Jika bank menerapkan strategi ekstrim dengan terlalu konservatif (terlalu hati-hati) akan
menyebabkan; (1). RR akan cenderung jauh di atas ketentuan, sehingga berdampak pada
likuiditas yang kuat dan aman, Loanable fund berkurang, sehingga keuntungan akan
menurun, (2) LDR akan mengecil % nya, sehingga likuiditas baik dan aman. Namun demikian
penempatan pada aktiva produktif berkurang, sehingga pendapatan bunga menurun, (3) CR
dapat dilakukan Basic Surplus Positif atau Negatif.

Jika bank menerapkan strategi yang terlalu optimis, akan; (1) RR cenderung sama atau
di bawah ketentuan, sehingga berdampak kepada likuiditas yang melemah dan tidak aman,
Loanable fund meningkat, sehingga tingkat keuntungan akan lebih besar, (2) LDR akan lebih
besar % nya, sehingga likuiditas kurang aman. Penempatan pada aktiva produktif bertambah,
sehingga pendapatan bunga bertambah besar, (3) CR dapat dilakukan Basic Surplus Positif
atau Negatif

9.4. High Liquidity Ratio


High liquidity ratio menunjukkan sangat kuatnya kondisi likuiditas bank yang kemungkinan
disebabkan oleh antara lain; (a) Berlebihan dalam ekspansi menghimpun dana yang tidak diimbangi
dengan penempatan dana pada aktiva produktif, (b) Kelemahan penempatan dana yang disebabkan
oleh komposisi penempatan dana kurang optimal (terlalu banyak pada reserve requirement dan
secondary reserve), kredit yang diberikan kecil (banyak dana idle), (c) Strategi asset liability kurang
berjalan baik, atau bisa juga kredit yang diberikan > secondary reserve, namun kualitas kreditnya
banyak bermasalah (NPL).

Penempatan dana pada kredit yang diberikan kurang memiliki struktur yang seimbang dalam
jangka waktu pengembaliannya. Misalnya sumber dana yang di dapat lebih banyak berjangka panjang,
sedangkan kredit yang diberikan lebih banyak berjangka pendek.

9.5. Strategi Yg Diperlukan Pada Kondisi High Liquidity


Spreading maturity, adalah kegiatan penyebaran jatuh tempo dari sumber dana yang di dpt oleh
bank. Sumber dana seperti; (a) deposito, atau (b) sertifikat deposito diusahakan mempunyai maturity
yang bervariasi. Penyebaran jatuh tempo dari sumber dana diusahakan harus seimbang dengan yang
ada pada kredit yang diberikan, agar tidak muncul gap (mismatch).

Strategi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

Jika sumber dana di dominasi oleh yang bersifat jangka pendek, sedangkan kredit yang diberikan
banyak berjangka sangat pendek, maka banyak dana yg idle.

Penyebaran kredit pada nasabah

Perbaiki placement strategy

Penempatan dana paling ideal harus diberikan porsi lebih besar pada; (a) Kredit yang diberikan,
(b) Primary reserve dan secondary reserve sesuai ketentuan Bank Indonesia.

Jika kesulitan menempatkan dana pada pemberian kredit, maka penempatan dana pada
secondary reserve harus betul-betul menguntungkan, oleh karena itu harus dilakukan ; (a) Monitoring
Cash Flow secara cermat, (b) Penyebaran sumber dana pada nasabah, sumber dana yang dihimpun,
sebaiknya tidak didominasi oleh hanya beberapa nasabah.
Bab 10

Penentuan Suku Bunga Pinjaman


(Base Lending Rate : BLR)

10.1. Pendahuluan
Penentuan suku bunga pinjaman (kredit) yang diberikan kepada nasabah adalah merupakan
perhitungan harga yang dilakukan dalam kegiatan usaha perdagangan. Suku bunga kredit adalah
harga yang harus dibayar oleh nasabah untuk mendapatkan kredit.
Bank “beli” (menghimpun dana) dari nasabah (giro, deposito dan, tabungan), sedangkan Bank
“jual” (menempatkan dana) berupa pemberian kredit kepada nasabah (kredit modal kerja, kredit
rekening koran, kredit angsuran, KPR dsb)

10.2. Pemahaman Neraca dan R/L


Neraca terbagi dua yaitu ; (1) Posisi asset (menampung sumber dana), dan (2) Posisi liability
(menampun penempatan dana). Pada liability terdapat pos-pos yang membayar bunga (giro, deposito,
tabungan, pinjaman lain yang diterima). Sedangkan pada Asset terdapat pos-pos yang mendapatkan
bunga (kredit yang diberikan, antar bank aktiva).

Pendapatan bunga pada Asset (PbA) dikurangi dengan Biaya bunga pada Liability (BbL) akan
menghasilkan Laba, atau Rugi

Jika PbA > BbL, bank mengalami Laba


Jika PbA < BbL, bank menderita Rugi

Pada Daftar R/L terdapat unsur-unsur pendapatan dan biaya bunga. Pendapatan (pendapatan bunga,
provisi, administrasi dan pendapatan lain) Biaya (biaya bunga, provisi, administrasi dan biaya umum
tetap seperti; gaji, promosi).

10.3. Konsep Dasar BLR


Base Lending Rate (BLR) merupakan dasar penentuan tingkat bunga yang akan dibebankan
kepada nasabah (kreditur). Interest rate yang akan “dijual” (dibebankan) kepada nasabah (kreditur)
dapat diberlakukan bervariasi pada setiap kelompok nasabah, menurut tingkat risiko, prima customer
atau bukan, dan pertimbangan persaingan.

Faktor-Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan BLR antara lain sebagai berikut; (1) Jumlah
atau rata-rata harian sumber dana, (2) Tingkat bunga dari sumber dana, (3) Share atau komposisi
sumber dana, (4) Reserve Requirement (RR), (5) Cost of Fund (COF), (6) Cost of Loanable Fund
(COLF), (7) Overhead Cost (Biaya Overhead), (8) Cost of Good Sold, (9) Spread, (10) Tax, (11) Risk,
dan (12) BLR

1. Jumlah Rata-rata Harian Sumber Dana

Jumlah Rata-rata bunga yang dibayarkan bank untuk sumber dana dikemukakan pada Tabel 10.1.,
sebagai berikut:
Tabel 10.1
Rata-rata Bunga dari Sumber Dana
Selama 1 Bulan
(Rp Juta)
Tgl Giro Deposito Deposito Tabungan Kewajiban
(10%/Th) (18%/Th) (15%/Tn) (5%/Tn) Lainnya
1 12.500 7.000 5.000 4.500 500
2 13.100 7.500 5.500 4.400 500
3 13.100 7.500 5.500 4.400 500
4 13.000 7.600 5.600 4.200 520
5 12.000 7.400 5.900 4.300 530
10 14.500 8.500 5.500 4.000 500
11 14.000 8.600 5.800 4.300 530
12 14.300 8.400 6.200 4.200 520
13 14.700 8.300 6.100 4.800 550
14 15.000 8.200 5.900 4.900 560
15 15.100 8.500 5.800 5.100 540
20 15.100 9.000 6.200 5.500 520
25 15.300 8.200 6.600 5.600 560
26 15.700 8.900 6.400 5.000 550
27 15.400 9.100 6.500 5.500 560
28 15.600 9.200 6.400 5.400 550
29 16.100 9.300 6.900 5.500 520
30 15.900 9.500 7.200 5.200 530
Jum-lah 437.400 251.000 179.800 146.100 15.810
Rata-rata 14.580 8.366,67 5.993,33 4.870 527
12.500

2. Tingkat Bunga dari Sumber Dana


Tingkat bunga sumber Counter Rate, didasarkan pada tingkat bunga sumber dana (borrowing
rate) yang telah ditetapkan oleh bank, umumnya dicantumkan pada counter, atau surat kabar. Tingkat
bunga riil, didasarkan pada perhitungan antara lain ; (a) Biaya bunga sumber dana/Rata-rata saldo
sumber dana x 100 %, (b) Biaya bunga sumber dana/Saldo sumber dana x 100 %.

Contoh :
Biaya bunga Bank x bulan Februari 04 = Rp 100.000.000
Saldo dana DPK bulan Januari 04 Rp 6.800.000.000 dan bulan Februari 04 Rp 7.200.000.000.

a. 100.000.000/(6.800.000.000+7.200.000.000):2 x 100% = 1,43% /bln


b. 100.000.000/7.200.000.000 x 100% = 1,39%//bln.

3. Share atau Komposisi Sumber Dana


Share : perbandingan antara masing-masing jenis sumber dana (jumlah atau saldo rata-rata
harian) dengan total sumber dana x 100 %.

4. Reserve Requirement (RR)


Reserve Requirement sebagian dari jumlah sumber dana yang dicadangkan pada Bank
Indonesia. RR minimal 5 %, berarti dana yang disalurkan kepada nasabah 95 %.

5. Cost Of Fund (COF)


Biaya dana (cof) atau cost of money diperhitungkan dari rata-rata tertimbang, karena setiap
sumber dana mempunyai saldo rata-rata dan tingkat bunga yg berlainan : COF = 100/95 x rate sumber
dana

6. Cost of Loanable Fund (COLF)


Harga dana yg bisa dipinjamkan dgn cara mengalikan COF dgn share
Contoh pada Tabel 10.1. Untuk giro = 30,8 x 15,38 % = 4,73 %/bln
Tabel 10.2.
Evaluasi Cost of Loanable Fund
Rata2 Saldo Rate Share RR COF COLF
Sumber dana Harian (%) (%) (%) (%) (%) Catatan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


Giro 14.580.000 15,00 30,80 2,50 15,38 4,73 Sumber
Tabungan 4.780.080 16,00 10,30 2,50 16,41 1,69 dana pada
Tabungan 0,00 2,50 16,41 0,00 kolom
Deposito 8.366.670 17,50 17,60 2,50 17,95 3,17 keterangan
Sertifikat Dpst 5.933.330 17,50 12,60 2,50 17,95 2,27 dpt
Antar Bank Akt - 0,00 0,00 0,00 ditambah
Giro - 0,00 0,00 0,00 sesuai dgn
Deposito - 0,00 0,00 0,00 data yg ada
Call Money - 0,00 0,00 0,00 di bank.
Pinjaman 3.593.548 15,00 7,60 2,50 15,38 1,17
Modal Sendiri 10.000.000 5,00 21,10 5,00 1,05
Rek. Ant Ktr. - 0,00 0,00 0,00
Untuk Ktr
Pst
Untuk
Cabang

Jumlah 47.403.548 100,00 14,08

(9) Saldo pinjaman yg diberikan Rata-rata 1 tahun (Lihat Tabel 10.3) Rp 222.900.000,-

(10) Overhead cost……………………………………………………….. 0,53 %

(11) Cost of Good sold…………………………………………………… 14,08 %

(12) Spread………………………………………………………………… 2,00 %

(13) Tax……………………………………………………………………. 0,60 %

Tabel
(14) Risk…………………………………………………………………… 10.3. 0,03 %
Saldo Pinjaman Yang Diberikan
Base Lending Rate 16,71 %

Biaya Pendapatan Pendapatan Loanable Fund Biaya Bunga


Bulan Umum Bunga Non Operasi (Saldo Kredit) Operasi
(Operasi)
1 123.000 4.080.000 240.000 200.000.000 3.250.000
2 110.000 6.400.000 200.000 320.000.000 3.000.000
3 120.000 7.800.000 170.000 390.000.000 3.120.000
4 121.700 3.600.000 140.000 180.000.000 3.130.000
5 123.400 4.200.000 210.000 210.000 3.000.000
6 118.900 4.400.000 220.000 220.000 3.200.000
7 112.800 4.000.000 180.000 200.000.000 3.100.000
8 122.000 3.900.000 200.000 195.000.000 3.140.000
9 112.600 7.800.000 298.000 390.000.000 3.120.000
10 113.600 5.080.000 240.000 254.000.000 3.000.000
11 - - - - -
12 - - - - -
Total 1.178.000 51.180.000 2.098.000 2.559.000.000 31.060.000
Rata2/ 117.800 5.118.000 209.800 255.900.000 3.106.000
Bln
Total 1.413.600 61.416.000 2.517.600 3.070.800 37.272.00
1 Thn
Saldo 255.900.000
Rata2
Th

Credit Risk :
Biaya Cadangan Penghapusan Piutang Ragu-ragu = 500.000
Ganti Rugi Asuransi Kredit = 50.000
Penerimaan Kredit yg dihapus = 300.000 (+)
TOTAL CREDIT RISK = 850.000
Overhead Cost (OC)
12 Pendpt Operasional + Pendpt Non Operaional
OC = ------ x ---------------------------------------------------------------
n Loanable Fund

= 12 x 5.118.000 + 209.800 : 1 x 3.07


Bab 11

Manajemen Risiko Bank

11.1. Pendahuluan
Risiko dapat menimpa siapapun, sejak dari direksi sampai tukang sapu dalam suatu kantor,
manajemen puncak bisa mengalami musibah dan berdampak pada kinerja perusahaan.
Dari logistik sampai pemasaran, mulai bahan baku dibeli, pengiriman, pengolahan, pemasaran,
sampai pasca pemasaran. Bisa berdampak pada penuntutan oleh konsumen, dari aktivitas inti sampai
pendukung, seluruh bagian dalam value chain sensitif terhadap risiko.
Dari aset berujud sampai aset tanwujud, aset berujud bisa mengalami bencana, kebakaran,
pencurian, sedangkan aset tanwujud bisa hancur karena reputasi, pencemaran, ketidakpatuhan.

Semua risiko berpotensi merugikan perusahaan, terkait langsung dengan potensi kerugian,
gagal bayar oleh nasabah menyebabkan kredit macet, kebakaran pabrik menyebabkan kerugian modal
(biaya lain-lain).
Kenaikan suku bunga menyebabkan beban biaya meningkat, perubahan kurs valas
menyebabkan berubahnya biaya operasional.
Tidak terkait langsung tapi dampaknya cepat, kematian direksi berdampak pd kualitas
manajemen, rusaknya sistem informasi pasar menyebabkan hilangnya monitoring kebutuhan pasar.
Tidak terkait langsung tapi dampaknya panjang, hilangnya reputasi perusahaan menyebabkan
penjualan menurun pelan-pelan, rendahnya kepuasan karyawan menurunkan semangat kerja
sehingga kualitas produk menurun, kurangnya usaha hubungan masyarakat perusahaan semakin lama
ditinggalkan masyarakat.

Ukuran kuantitatif terhadap potensi kerugian meliputi antara lain; (a) Memahami risiko bertujuan
untuk mengelola, (b) Pengelolaan akan berjalan baik bila diketahui apa itu risiko, (c) Besarnya risiko
mempengaruhi prioritas dalam menetapkan kebijakan pengelolaan risiko

11.2. Pengertian Risiko


Kita sering mendengar campur aduk pengertian antara risiko dengan ketidakpastian.
Ketidakpastian (uncertainty) mengacu kepada pengertian risiko yang tidak dapat diperkirakan
(unexpected risk). Atau keadaan dimana ada beberapa kemungkinan kejadian dan setiap kejadian
akan menyebabkan hasil yang berbeda, tetapi tingkat kemungkinan (probabilitas) kejadiannya tidak
diketahui secara kuantitatif.
Risiko (risk) mengacu kepada risiko yang dapat diperkirakan (expected risk), Atau keadaan
adanya ketidakpastian (uncertainty) dan tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif.
Risiko mengandung unsur-unsur sebagai berikut; (a) ukuran kuantitas (quantity subject) ukuran
empiris, (b) dapat mengukur kemungkinan nilai suatu kejadian dengan fluktuasinya, (c) ada data
pendukung (pengetahuan) mengenai kemungkinan kejadian, (d) unknown but quantified outcomes
.

Ketidakpastian mengandung unsur-unsur sebagai berikut; (a) jenis subyek yang tidak kuantitatif,
(b) tidak dapat mengukur fluktu asinya dengan probabilitas, (c) tidak ada data pendukung untuk
mengukur kemungkinan kejadian, (d) unknown and unquantified outcomes

Cantillon, 1755 dlm Essay on the Nature of Commerce (Presmaan 1999:17) mengakui bahwa “
masa depan itu penuh ketidakpastian dan semua kegiatan ekonomi pd dasarnya mengandung risiko
ketidakpastian di masa depan “.
Sedangkan Benston, Eisenbeis, Horvitz, Kane dan Kaufman dalam Tampubolon (2004:21)
mengemukakan “ The probability that any event, or set of events, might occur. It usually denotes a
negative or undesired event-one that will cause a financial institution (hereafter generally called a bank)
to fail rather than to be very successful “.

Berdasarkan pendapat Cantillon dan Benston et al., maka dapat ditarik kesimpulan bahwa; (a)
risiko bank merupakan tingkat kemungkinan sebuah peristiwa terjadi disertai konsekuensi dari peristiwa
tsb pada bank, (b) setiap kegiatan mengandung potensi sebuah peristiwa terjadi atau tidak terjadi,
dengan konsekuensi yg memberi peluang untuk untung (upside) atau mengancam sebuah kesuksesan
(downside).
11.3. Klassifikasi Risiko
Ada dua klassifikasi risiko yaitu; (a) pure risk (risiko murni) yaitu risiko yang dapat mengakibatkan
kerugian pada perusahaan, tapi tidak ada kemungkinan menguntungkan , dan (b) speculative risk
(risiko spekulasi) yaitu, risiko yang dapat menyebabkan kerugian dan keuntungan

Klassifikasi risiko lainnya adalah ; (a) systematic risk (risiko sistematis) yaitu, risiko yang tidak
dapat didiversifikasi (tidak dapat dihilangkan atau dikurangi), dan (b) specific risk (risiko spesifik) yaitu,
risiko yang dapat dihilangkan melalui proses didiversifikasi

11.4. Macam Risiko Bank


Rose (2002 : 165 – 170) mengatakan bahwa: “Banker may be most interested in achieving high
stock values and high profitability, but none can fail to pay attention to the risk they are accepting as
well. A volatile economy and recent problems with loans have led bankers in recent years to focus
increased attention on how banking risk can be measured and kept under controll. Banker are
concerned with six main types of risk : 1. Credit risk, 2. Liquidity risk, 3. Market risk, 4. Interest rate risk,
5. Earning risk, and 6. Solvency risk “.

Dari Rose, maka dapat disimpulkan bahwa pihak manajemen bank hendaknya bukan hanya
meperhatikan nilai saham dan tingkat profitabilitas yang tinggi saja, akan tetapi juga harus
memperhatikan risiko–risiko yang dapat terjadi dalam perbankan seperti;
(a) Risiko kredit, merupakan kelalaian dari nasabah yang telah diberikan fasilitas kredit,
(b) Risiko likuiditas, yang dapat dalam muncul dari ketidakcukupan dana untuk membayar
kewajiban bank saat jatuh tempo,
(c) Risiko pasar, yaitu risiko perubahan nilai pasar asset bank, liabilitas, dan ekuitas yang dapat
merugikan,
(d) Risiko tingkat bunga, yang merupakan kemungkinan timbulnya pergeseran tingkat bunga yang
dapat dengan kurang baik mempengaruhi pendapatan netto bank, nilai assetnya, atau
ekuitasnya,
(e) Risiko pendapatan, yaitu kemungkinan penurunan return on assets (ROA) atau return on equity
(ROE) atau Earning bersihnya,
(f) Risiko solvensi, yakni kemungkinan munculnya profitabilitas negatif bank yang akan menguras
modalnya.

11.5. Manajemen Risiko Bank


Hal-hal yang perlu dilakukan dalam memenej risiko dalam lembaga perbankan antara lain; (1)
mengidentifikasi dan menilai risiko, (2) menilai dan mengukur risiko, (3) menanggapi risiko, (4)
komunikasi dan konsultasi, (5) memantau risiko dan mengkaji manajemen risiko, (6) mengintegrasikan
hasil dari manajemen risiko ke dalam praktek di semua level

1. Mengidentifikasi dan Menilai Risiko


Tahap ini bertujuan untuk mengetahui semua jenis risiko yang melekat pada setiap aktivitas
fungsional yang berpotensi menguntungkan atau merugikan. Bank mengumpulkan dan mengakumulasi
data mengenai peristiwa, atau isyu (termasuk kerugian) yang pernah terjadi di masa lalu. Semua risiko,
di luar risiko kredit, risiko pasar, dan risiko likuiditas, khususnya fraud risk (risiko kecurangan)
dimasukkan ke dalam risiko operasional

2. Menilai dan Mengukur Risiko


Pada tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dari efektivitas penerapan Manajemen
Risiko, yaitu dengan mengukur sensitivitas produk/aktivitas terhadap perubahan faktor-faktor yang
mempengaruhinya dalam berbagai keadaan. Ada 3 kegiatan yaitu; (1) menilai area risiko kunci, (2)
mengukur kemungkinan terjadi dan dampak risiko, dan (3) menetapkan ranking risiko.

3. Menanggapi Risiko
Setelah mengidentifikasi dan mengukur risiko, maka Manajer risiko harus mengendalikan risiko
dengan membangun program mitigasi risiko.
Tahapannya adalah;
1. Menetapkan hasil yang diinginkan
2. Membangun pilihan-pilihan
3. Memilih dan menetapkan strategi
4. Komunikasi dan Konsultasi
Komunikasi dan konsultasi mengenai manajemen risiko dengan berbagai pihak yang
berkepentingan, khususnya dengan Bank Indonesia untuk mengambil keputusan manajemen risiko
yang sehat

5. Memantau dan Mengkaji Manajemen Risiko


Memantau dan mengkaji efektivitas dari program mitigasi risiko, sebagai strategi yang telah
ditetapkan dan disepakati. Tahapannya yaitu;

a. Mempelajari dan meningkatkan proses pengambilan keputusan dan manajemen risiko, baik di
tingkat lokal maupun tingkat organisasi secara keseluruhan
b. Menggunakan kriteria dan pelaporan hasil dan kinerja secara efektif
c. Menyiapkan suatu sistem back-up dan prosedur yang memadai dan efektif untuk mencegah
terjadinya gangguan (disruptions) dalam proses pemantauan risiko dan melakukan pengecekan
terhadap back up tsb.

6. Mengitegrasikan Hasil dari Manajemen Risiko di Semua Level


Hasil dari Manajemen Risiko harus diintegrasikan secara horizontal ke dalam kebijakan Bank.
Pada tahap ini perlu dilakukan;

a. Menetapkan sejumlah skenario yang tepat untuk membiayai risiko


b. Menyediakan dan memelihara proteksi, atau hedging (pemagaran) keuangan yang memadai
sehubungan dengan kemungkinan bencana
c. Menetapkan sebuah dasar pengalokasian risiko yang akan diambil alih.
Bab 12

Perbankan Internasional

12.1. Sejarah Perkembangan Bank Internasional


Pada awal Perang Dunia II ahli-ahli keuangan dari gabungan beberapa negara menganggap
bahwa setelah Perang Dunia II akan membawa pengaruh akan adanya kebutuhan atas peraturan-
peraturan mengenai kerjasama internasional untuk memecahkan masalah dalam hal moneter dan
permasalahan-permasalahan keuangan lainnya.

Suyatno (1997) mengatakan bahwa dengan adanya beberapa pertemuan yang diselenggarakan
oleh gabungan beberapa negara, pada bulan Juli 1994, sebanyak 44 negara mendirikan United Nations
Monetary and Financial Conference di Bretton Woods New Hampshire, USA. Pada konferensi ini
dicanangkan Anggaran Dasar yaitu dengan terbentuknya dua Lembaga Keuangan Internasional yaitu;
1. International Monetary Fund (IMF)
2. International Bank For Reconstruction Development (IBRD), kemudian lebih dikenal dengan World
Bank

Meskipun peraturan-peraturan yang diciptakan oleh kedua lembaga di atas berbeda, tetapi tujuan
prinsipnya adalah sama, yaitu untuk menyediakan peralatan moneter dan keuangan yang dapat
memungkinkan negara-negara bekerja sama menuju ke arah kemakmuran dunia, melalui dukungan
terhadap stabilitas nasional dan memimpin perdamaian diseluruh negara.

Pada tahun 1945 Anggaran Dasar Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) diedarkan ke 44 negara
untuk disahkan. Akhirnya Anggaran Dasar tersebut diberlakukan pada tanggal 27 Desember 1945,
setelah di tanda tangani oleh 28 negara di Washington D.C. Seluruh negara yang aktif di konferensi
Bretton Wood, menjadi anggota dari kedua lembaga itu, kecuali Uni Siviet. Bank Dunia mulai beroperasi
pada tanggal 25 Juni 1946.

Bank dunia didirikan sebagai Lembaga Investasi Internasional jenis baru untuk memberikan atau
menjamin kredit-kredit yang ditujukan untuk proyek-proyek rekonstruksi dan pertumbuhan yang
produktif. Dana untuk itu berasal dari modal Bank Dunia sendiri, yang terdiri dari kontribusi pemerintah
negara-negara asing dan melalui mobilisasi modal swasta.

Modal saham Bank Dunia disusun sedemikian rupa, sehingga setiap risiko dalam melaksanakan
kegiatannya dibebankan kepada negara-negara asingnya dengan berdasarkan kekuatan ekonomi
mereka masing-masing.

Bank Dunia juga merupakan organisasi antar pemerintah (intergovernmental) yang mendasarkan
pada Pasar-Pasar Modal di dunia untuk sumber keuangannya. Fasilitas kredit yang diberikan oleh Bank
Dunia pertama kali dilaksanakan tahun 1947 dan berjumlah US $ 500 juta untuk Program Rekonstruksi
di empat negara Eropa.

Semula sumber-sumber yang dimiliki oleh Bank Dunia ditujukan untuk membantu proses
rekonstruksi bagi negara-negara yang menderita karena perang. Dengan kemajuan Marshall Plan dari
Amerika Serikat pada tahun 1948, maka Bank Dunia mengalihkan usaha-usahanya terutama ditujukan
untuk kegiatan pembangunan.

12.2. Hubungan Bank Dunia (IBRD) dengan IMF


Hubungan antara Bank Dunia (IBRD) dengan IMF yang merupakan (sister agency), didirikan
secara bersama-sama. IMF menitik beratkan pada masalah moneter dan Bank Dunia (IBRD) menitik
beratkan pembangunan perekonomian.

Namun tujuan utama dari IMF adalah meningkatkan kerjasama moneter internasional,
mengembangkan ekspansi dan pertumbuhan yang seimbang dalam perdagangan internasional,
meningkatkanb stabilitas kurs, menurunkan retriksi kurs dan memperbaiki ketidakseimbangan neraca
pembayaran, membantu usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara anggotanya
melalui pemberian pinjaman untuk proyek-proyek pembangunan yang produktif. Kedua lembaga IBRD
dan IMF mengadakan rapat tahunan bersama dengan Kantor Pusat yang berdekatan, untuk
memudahkan informasi di antara keduanya. Enam dari dua puluh Direktur Pelaksana Bank Dunia
(IBRD) merupakan Direktur Pelaksana dari IMF.

Beberapa lembaga keuangan internasional lainnya yang berkaitan penting dengan lembaga
perbankan Indonesia yang meskipun secara umum peranan dari lembaga keuangan internasional
tersebut lebih banyak dirasakan dalam sektor pemerintah, namun dapat dilihat bagaimana sektor
swasta (perbankan) dapat pula merasakan pentingnya peranan yang dimainkan lembaga-lembaga
keuangan internasional tersebut.

Bagi lembaga-lembaga keuangan dan perbankan di Indonesia peranan Bank Dunia, IMF serta
Asian Development Bank (ADB) tidak secara langsung mempengaruhi operasional perbankan, namun
efek sampingan yang timbul dari operasional lembaga-lembaga tersebut perlu diketahui dan
diperhatikan mengingat dampaknya yang begitu besar pada perekonomian, yang pada gilirannya
mempengaruhi pula operasional lembaga keuangan dan perbankan.

12.3. The Asian Development Bank (ADB)


The Asian Development Bank (ADB) berdiri pada tahun 1966, dan bertugas meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, serta bekerjasama dengan semua pihak yang berkepentingan di Asia. ADB
merupakan lembaga pengembangan keuangan internasional yang melaksanakan penyaluran dana,
menyokong investasi, dan memberikan kerjasama teknis (technical assistance) kepada negara-negara
berkembang yang menjadi anggotanya.

ADB merupakan lembaga negara, yang anggotanya adalah pemerintah-pemerintah dari


berbagai negara di Asia. ADB juga merupakan organisasi regional, karena aktivitas-aktivitas
dititikberatkan di wilayah Asia.

Kebanyakan negara anggotanya berada di Asia, sebagian besar struktur permodalannya


bersumber dari negara-negara Asia, begitu pula pemilihan pimpinan (president) serta delapan dari dua
belas Dewan Direksi-nya. Selain itu, ADB juga beranggotakan negara-negara non Asia, yang sangat
banyak membantu permodalan ADB, serta dalam struktur organisasi diwakili melalui beberapa anggota
dewan direksi dan para stafnya. Kenyataan inilah yang menyebabkan ADB tidak hanya merupakan
sebuah organisasi Asia, melainkan sebuah institusi dengan wawasan seluruh dunia.

Pada pertengahan tahun 1960-an, negara-negara di Asia sangat membutuhkan bantuan


ekonomi untuk membiayai pertumbuhan dan pembangunannya. Dari berbagai penjuru dunia datang
bantuan untuk negara-negara Asia, baik berupa dukungan politis maupun bantuan ekonomi.

Semula bantuan ini diharapkan dan datang dari negara-negara Barat, namun dengan adanya
perkembangan rasa nasionalisme - terutama setelah selesainya Perang Dunia II - mendorong rasa
kerja sama di antara negara-negara Asia, dengan berusaha memperoleh bantuan politis maupun
ekonomi dari kalangan negara-negara Asia sendiri. Kesemuanya ini tercermin dalam pembentukan
berbagai organisasi Asia seperti Economic Commission for Asia and the Far East (ECAFE) yang terdiri
dari negara-negara Asia yang telah menjadi anggota PBB pada saat itu. Dalam suasana inilah ADB
lahir dan berkembang.

Tujuan pendirian ADB adalah : (a) Menyokong investasi modal pemerintah maupun swasta di
wilayah Asia untuk tujuan-tujuan pembangunan, (b) Memanfaatkan sumber-sumber daya yang tersedia
untuk membiayai pembangunan dengan memprioritaskan wilayah dan sub wilayah Asia, berupa
berbagai proyek dan program regional yang berperan secara efektif terhadap pertumbuhan ekonomi
yang selaras di wilayah tersebut secara keseluruhan. Pertimbangan utama dalam membantu negara
adalah kebutuhan dari negara-negara kecil atau negara-negara yang sulit berkembang di wilayah Asia,
(c) Memenuhi permintaan negera-negara anggota untuk membantu mereka dalam mengkoordinasikan
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan rencana pembangunan mereka dengan tujuan untuk lebih
memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki, menyehatkan perekonomian, dan meningkatkan
ekspansi perdagangan luar negeri, terutama di antara negara-negara Asia sendiri, (d) Memberikan
bantuan teknis (technical assistance) untuk menyiapkan, membiayai dan melaksanakan berbagai
program dan proyek-proyek pembangunan, termasuk mempformulasikan usulan bagi proyek-proyek
tertentu, (e) Bekerja sama dengan PBB, dan badan-badan organisasi di bawah PBB terutama ECAFE,
dan juga dengan berbagai lembaga negara dan lembaga internasional lainnya, seperti berbagai
organisasi nasional baik pemerintah maupun swasta yang berkepentingan dengan investasi dari
pengembangan dana di suatu wilayah, serta memberikan berbagai kesempatan untuk melakukan
investasi bagi lembaga-lembaga tersebut, (f) Melaksanakan berbagai kegiatan dan memberikan
berbagai jasa-jasa lainnya sesuai dengan tujuan ADB.

ECAFE (the Economic Commission for Asia and the Far East) merupakan suatu badan khusus
PBB yang berpusat di Bangkok, Thailand. Didirikan pada tahun 1947, atas inisiatif dari negara-negara
Asia anggota PBB, yang bertujuan untuk memperoleh pengakuan atas status Asia yang baru dalam
segala kejadian-kejadian di dunia. Pusat aktivitasnya tidak hanya anti kolonialisme, tapi juga
menyokong bantuan-bantuan finansial untuk Asia.

Secara langsung kelembagaan keuangan internasional yang mempunyai kaitan dengan


operasional lembaga keuangan/perbankan adalah Eurobank. Peranan lembaga ini makin terasa
setelah adanya kebijaksanaan deregulasi perbankan, yang kemudian diikuti dengan pembebasan
fasilitas Swap oleh Bank Indonesia.

12.4. Eurocurrency Market

Eurocurrency market (atau external money market) meliputi bank-bank yang menerima deposito
dan memberikan pinjaman dalam bentuk valuta asing. Meskipun Eurocurrency market berhubungan
erat dengan pasar devisa (foreign exchange market) namun fungsi dari kedua pasar ini agak berbeda.

Dalam pasar devisa, satu mata uang ditukar dengan mata uang lainnya. Dalam Eurocurrency
market, pihak ketiga dapat menyimpan dana-dana mereka dan dapat menikmati fasilitas pinjaman.
Pinjaman yang diberikan, umumnya lebih aman bila didasarkan atas sumber dana dalam mata uang
yang sama pula. Fungsi perantara dalam sistem finansial eksternal umumnya dijalankan oleh lembaga-
lembaga yang dikenal sebagai Eurobank.

12.5. Eurobank
Eurobank adalah perantara finansial yang secara simultan menerima deposito dan memberikan
pinjaman, baikm dalam mata uang tempat lembaga itu berada, maupun dalam mata uang lainnya.
Secara singkat Eurobank dapat diartikan sebagai bank komersial yang memfokuskan kegiatannya di
Eurocurrency Market

Kekhususan bank ini ialah dapat memberikan pinjaman dalam valuta asing (salah satu bentuk
dari Eurocurrency) dengan bunga yang lebih rendah. Di samping itu Eurobank dapat juga menerima
deposito dalam valuta asing (mata uang negara mana saja dalam Eurocurrency) dengan bunga yang
lebih tinggi. Kemampuan Eurobank memberikan pinjaman yang lebih rendah bunganya dan menerima
deposito dengan pemberian bunga yang lebih tinggi, salah satu sebabnya adalah sebabnya adalah
Eurobank tidak terkena beban reserve requirement (cadangan giro wajib minimum) yang dibebankan
oleh Bank Sentral tempat bank tersebut terdaftar untuk beroperasi.

12.6. Profil Bank Dunia


Fungsi utama Bank Dunia saat ini adalah memberikan pinjaman untuk proyek-proyek produktif
demi pertumbuhan ekonomi di negara-negara sedang berkembang yang menjadi anggotanya. Hingga
tahun 1997 sebanyak kira-kira US $ 2,4 milyar telah diberikan oleh Bank Dunia untuk proyek-proyek
pembangunan di Eropa, Australia dan Selandia Baru, selama 23 tahun terakhir ini (dari data tahun
1970, sebanyak US $1,9 milyar untuk 28 negara Afrika, US $ 4,3 milyar untuk 16 negara Asia dan US
$ 3,8 milyar untuk 22 negara-negara bagian Amerika Serikat bagian Barat) Pinjaman ini digunakan
untuk industri pembangkit tenaga listrik, pembangunan jalan, rel kereta api, pelabuhan-pelabuhan,
pembangunan saluran pipa gas alam, telekomunikasi, pertanian, industri, pengadaan air, pendidikan,
dan dalam hal tertentu ditujukan untuk program pembangunan yang lebih umum termasuk import.

Bank Dunia telah memilki dua keanggotaan yaitu :

1. International Finance Coorporation (IFC) yang memulai kegiatannya pada tahun 1956.
2. International Development Association (IDA) yang memulai kegiatannya pada tahun 1960.

Kedua lembaga ini dan Bank Dunia membentuk kelompok Bank Dunia (World Bank Group).
Keanggotaan dari Bank Dunia merupakan persyaratan keanggotaan IFC (yang kegiatannya ditujukan
untuk sektor swasta di negara-negara berkembang) dan keanggotaan IDA (yang kegiatannya ditujukan
untuk sektor yang sama dengan kebijaksanaan dan sesuai dengan Bank Dunia, namun bantuan yang
diberikan hanya ditujukan untuk negera-negara miskin, dengan syarat-syarat yang lebih mudah
daripada pinjaman-pinjaman yang biasa diberikan oleh Bank Dunia). Juga mensponsori International
Centre for The Settlement Investment Development (ICSID).

Seluruh kekuasaan Bank Dunia berada di bawah Dewan Koordinasi yang terdiri dari para
komisaris yang mewakili negara anggota (masing-masing negara anggota menunjuk satu orang
komisarisnya). Dewan komisaris bertemu setahun sekali dan dapat mengirimkan suaranya melalui
surat atau kawat. Kecuali kekuasaan tertentu yang ditentukan secara spesifik dalam Anggaran Dasar
seperti keputusan keanggotaan, alokasi pendapatan bersih dan perubahan-perubahan dalam modal
saham; Dewan Komisaris menyerahkan kekuasaannya kepada Dewan Direksi (Board of Director) yang
melaksanakan tugas-tugas mereka secara penuh pada markas besar Bank Dunia di Washington D.C.
Umumnya para direksi mengadakan pertemuan seminggu sekali, 5 dari anggota direksi ditunjuk oleh 5
pemegang saham terbesar, dan lainnya (15 anggota direksi dipilih oleh negara anggota lainnya).

Pinjaman yang diberikan oleh Bank Dunia umumnya meliputi sebagian atau, keseluruhan jumlah
biaya-biaya dari proyek yang diusulkan dalam valuta asing, namun dalam hal-hal tertentu dapat juga
dalam mata uang lokal negara yang bersangkutan.
Daftar Pustaka

American Institute of Banking, Manajemen Bank, Bumi Aksara, Jakarta.

Afiff, F dkk., 1996, Strategi dan Operasional Bank, Bandung: PT. Eresco.

Dendawijaya, L., 2002, Manajemen Perbankan, Jakarta: Ghalia Indonesia.


Djinarto, B. 2000, Banking Asset Liability Management, Perencanaan, Strategi, Pengawasan, dan
Pengelolaan Dana, Gramedia, Jakarta

Koch T.W. and Mac Donald S.S, 1999, Bank Management, The Dryden Press,
Harcourt College Publisher, New York
.
Kuntjoro, M dan Suhardjono, 2002, Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi,
Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Mulyono T.P., 1995, Analisis Laporan Keuangan Untuk Perbankan, Edisi Revisi
3, Jakarta: Djambatan.

-------------------, 2001, Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersiil, Edisi 4,


Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Reksoprayitno S, 1997, Manajemen Bank Umum, Edisi Pertama, BPFE,


Yogyakarta.

Rose P.S, 2002, Commercial Bank Management, Mc Graw Hill Irwin, Boston,
U.S.A.

Siamat D, 2001, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Ketiga, LPFE UI, Jakarta,

Sinungan M, 1989, Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Dana Bank, Rineka Cipta,


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai