PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Mahasiswa sebagai calon dokter gigi yang profesional diharapkan mengerti dan memahami
tentang kista odontogen dan kista nonodontogen, mengerti dan memahami gejala klinis,
gambaran radiografi, dan patologi dari kista odontogen maupun kista nonodontogen.
1.4 Manfaat
Adanya manfaat penulis menyusun makalah ini agar pembaca makalah dapat menambah
informasi tentang pathogenesis, gambaran klinis, dan gambaran radiografi berbagai macam
kista yang dapat terjadi pada manusia. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan penulis dapat meningkatkan pengetahuannya tentang kista rahang dan rongga
mulut.
1
BAB. II
PEMBAHASAN
1
Hamilton B.G Robinson dan Arthur S. Miller,Color Atlas of Oral Pathology(India:Elsevier,2009),hal.237
2
Hamilton B.G Robinson dan Arthur S. Miller,Color Atlas of Oral Pathology(India:Elsevier,2009),hal.237
3
Hamilton B.G Robinson dan Arthur S. Miller,Color Atlas of Oral Pathology(India:Elsevier,2009),hal.238
2
c) Secara pathogenesis
Asal mula epitel kista terletak dengan sisa Malassez, yang merupakan sisa
epitel selubung epitel tengkorak hertwig yang terdapat di dalam ligamen
periodontal.
Sel-sel inflamasi mengeluarkan sejumlah limfokin untuk menetralkan dan
menurunkan bakteri, serta menginduksi resorpsi tulang melalui elaborasi factor
interleukin-1 dan osteoklast-activating seperti aktivator reseptor faktor nuklir kB
ligan (RANKL). Sel-sel ini sebagai faktor pertumbuhan epitel yang menstimulasi
proliferasi sisa Malassez dalam granuloma periapikal. Ketika massa sel epitel
membesar, sel-sel sentral menjadi jauh dari suplai darah dan memecah, sehingga
membentuk kista.4
4
Robert E Marx dan Diane Stern,Oral and Maxillofacial Pathology(China:Sue Robinson,2012),hal 600
3
Mayoritas kista periodontal lateral dan kista gingival pada orang dewasa
terjadi di daerah premolar dan cuspid mandibular dan kadang-kadang di daerah
insisivus. Di rahang atas, lesi terjadi terutama di daerah gigi seri lateral. Usia rata-
rata untuk kedua jenis kista adalah antara usia 50 sampai 60 tahun, dengan kisaran
20 hingga 85 tahun untuk kista pecriodontal lateral dan 40 hingga 75 tahun untuk
kista gingiva pada orang dewasa.5
b) Secara radiografi
Kista gingiva muncul sebagai pembengkakan jaringan lunak kecil di dalam
atau sedikit lebih rendah daripada papilla interdental. Ini mungkin terjadi
perubahan warna sedikit terang pada kista yang relatif besar. Kebanyakan kista
berukuran kurang dari 1 cm tidak ditemukan dalam radiografi. Kista periodontal
lateral terlihat sebagai radiolusensi unilokular (dan kadang-kadang multilokular)
5
Hamilton B.G Robinson dan Arthur S. Miller,Color Atlas of Oral Pathology(India:Elsevier,2009),hal.240
4
tanpa gejala, bergejala, atau kadang-kadang dengan margin tidak jelas sepanjang
permukaan lateral akar gigi vital. Divergensi akar jarang terlihat. 6
c) Secara patogenesis
Kista periodontal lateral biasanya akan muncul sebagai temuan radiografi
unilokular berbentuk tetesan air mata di antara gigi. Biasanya tidak ada
pembengkakan jaringan lunak yang terkait dengan kista dan tidak ada resorpsi
akar untuk mengasumsikan bahwa kista yang timbul di antara gigi akan muncul
dari sisa-sisa malassez yang tampak. Bisa (sisa serres) tetapi juga dapat
ditemukan di tulang interadikular kista periodontal lateralis kemudian
berhadapan dengan kista gingiva pada bayi baru lahir dan dewasa serta
keratokista odontogenetik, yang semuanya berasal dari lamina gigi.7
C. Kista Dentigerous
a) Gambaran klinis
6
Hamilton B.G Robinson dan Arthur S. Miller,Color Atlas of Oral Pathology(India:Elsevier,2009),hal.242
7
Robert E Marx dan Diane Stern,Oral and Maxillofacial Pathology(China:Sue Robinson,2012),hal 611
5
Kista dentigerous paling sering terlihat pada gigi molar ketiga dan kaninus
rahang atas, yang merupakan gigi yang paling sering terkena dampak. Insiden
rentan kista dentigerous terjadi pada usia 20 dan 30 tahun dan sering terjadi pada
laki-laki. Gejala umumnya tidak ada, erupsi yang tertunda merupakan indikasi
paling umum dari pembentukan kista dentigerous. Kista ini mampu mencapai
ukuran yang signifikan, kadang-kadang dengan ekspansi tulang kortikal yang
terkait tetapi jarang untuk ukuran yang mempengaruhi pasien ke patologis
fraktur.8
b) Secara radiografi
Suatu kista dentigerous muncul sebagai suatu radiolusensi multilokular
yang terdefinisi dengan baik, unilokular, atau kadang-kadang dengan tepi-tepi
berkerut dalam hubungan dengan mahkota gigi yang tidak erupsi. Pada kista
dentigerous maxilla yang melibatkan daerah kaninus, perluasan ke sinus
maksilaris, resorpsi akar gigi erupsi yang berdekatan kadang-kadang dapat
terjadi. Macam-macam kista dentigerous yang timbul pada bifurkasi gigi molar
adalah kista paradental atau kista bifurkasi bukal. Awalnya kista ini digambarkan
di sepanjang permukaan akar bukal dari gigi molar ketiga rahang bawah yang
erupsi sebagian, tetapi kemudian keterlibatan gigi molar mandibula yang lain
telah diketahui. Seringkali dalam keadaan terakhir ini gigi molar sepenuhnya
erupsi. Secara radiografis, kista paradental dicirikan sebagai radiolusensi yang
8
Hamilton B.G Robinson dan Arthur S. Miller,Color Atlas of Oral Pathology(India:Elsevier,2009),hal.242
6
terbatas pada daerah bifurkasi bukal. Seringkali ada tonjolan pipi mahkota yang
dapat ditunjukkan dengan radiografi oklusal.9
c) Secara patogenesis
Ada dua teori utama tentang pembentukan kista dentigerous. Pertama
akumulasi cairan antara enamel epitel yang berkurang dan mahkota gigi. Tekanan
cairan mendorong proliferasi epitel enamel berkurang menjadi kista, yang
melekat pada sambungan cementoenamel dan termasuk mahkota gigi sebagai
batasnya. Teori lain dimulai dengan pemecahan reticulum stellata, yang
membentuk cairan antara epitel enamel dalam dan luar. Tekanan cairan
mendorong proliferasi epitel enamel luar, yang tetap melekat pada gigi di
cementoenamel, epitel enamel bagian dalam kemudian ditekan ke permukaan
mahkota. Dalam setiap teori, cairan menghasilkan proliferasi cystic oleh
kandungan hyperosmar yang dibuat oleh kerusakan sel dan produk sel,
menyebabkan gradien osmotik memompa cairan ke dalam lumen kista10
D. Glandular odontogenic
a) Gambaran klinis
Predileksi yang kuat terlihat pada mandibula (80%), terutama mandibula
anterior. Lesi maksila cenderung dilokalisasi ke segmen anterior. Ekspansi
rahang sering terjadi, terutama dalam kaitannya dengan lesi mandibula. Usia rata-
rata adalah 50 tahun, dengan rentang usia yang luas dari 20 hingga 90 tahun.11
b) Gambaran radiografik
Kebanyakan kasus adalah radiografi multiloculated. Dalam kasus dimana
radiolusensi unilocular telah dicatat pada awalnya, lesi rekuren cenderung
multiloculated. Lesi yang telah dilaporkan telah menunjukkan variasi ukuran
yang lebar, dari kurang dari 1 cm sampai yang melibatkan sebagian besar
mandibula secara bilateral. Margin radiografi dapat didefinisikan dengan baik
9
Hamilton B.G Robinson dan Arthur S. Miller,Color Atlas of Oral Pathology(India:Elsevier,2009),hal 243
10
Robert E Marx dan Diane Stern,Oral and Maxillofacial Pathology(China:Sue Robinson,2012),hal 605
11
Hamilton B.G Robinson dan Arthur S. Miller,Color Atlas of Oral Pathology(India:Elsevier,2009),hal 244
7
dan sklerotik. Lesi yang lebih agresif menunjukkan batas perifer yang tidak
jelas.12
E. Odontogenic keratocyst
a) Gambaran klinis
OKCs adalah kista rahang yang umum terjadi. Kista ini terjadi pada usia
berapa pun. Lesi yang ditemukan pada anak-anak sering mencerminkan beberapa
OKCs sebagai komponen NBCCS (sindrom karsinoma sel basal nevoid). OKCs
mewakili 5% hingga 15% dari semua kista odontogenik. Sekitar 5% pasien
dengan OKCs memiliki beberapa kista, dan 5% lainnya memiliki NBCCS. OKCs
ditemukan di rahang bawah kira-kira dengan rasio 2-ke-1. Dalam mandibula
bagian posterior dan wilayah ramus paling sering terkena, sedangkan di rahang
atas area molar ketiga paling sering terkena.13
b) Secara radiografi
Suatu OKCs secara khas muncul sebagai radiolusensi dengan batas halus
radioopak. Kebanyakan lesi, bagaimanapun, adalah unilocular, dengan sebanyak
40% mencatat berdekatan dengan mahkota gigi yang tidak erupsi (seperti
dentigerous cyst). Sekitar 30% dari maxillary dan 50% dari lesi mandibula
menghasilkan ekspansi bukal. Pembesaran lingual mandibula kadang-kadang
terlihat.
c) Secara pathogenesis
12
Hamilton B.G Robinson dan Arthur S. Miller,Color Atlas of Oral Pathology(India:Elsevier,2009),hal 244
13
Hamilton B.G Robinson dan Arthur S. Miller,Color Atlas of Oral Pathology(India:Elsevier,2009),hal 245
8
Kista yang lebih besar akan menyebabkan ekspansi dan dapat menyebabkan
mobilitas gigi, beberapa akan pecah ke jaringan sekitarnya, yang menyebabkan
rasa sakit dan pembengkakan. Kista tidak akan mempengaruhi sensasi saraf,
meskipun mereka akan sering menggantikan neurovaskular alveolar inferior ke
perbatasan inferior. Ekspansi ini yang ekspansi palatal di rahang atas. Kista juga
sering menyerap akar gigi yang berdekatan dalam pola yang halus dan teratur.14
14
Robert E Marx dan Diane Stern,Oral and Maxillofacial Pathology(China:Sue Robinson,2012),hal 616
15
Hamilton B.G Robinson dan Arthur S. Miller,Color Atlas of Oral Pathology(India:Elsevier,2009),hal.250
9
berkembang sedemikian rupa sehingga margin radiografi lesi sulit untuk
ditentukan.
c) Secara patologis
Terdapat di punggungan alveolar atau papilla interdental sebagai massa
jaringan lunak yang kuat di mana kalsifikasi dapat terlihat radiografi. Sel-sel yang
bertanggung jawab untuk kista odontogenik pengapuran adalah lamina gigi yang
terletak di dalam jaringan lunak atau tulang. Oleh karena itu, kalsifikasi kista
odontogenik adalah kista asal primordial dan tidak terkait dengan mahkota gigi
yang terkena dampak.16
a) Gambaran klinis
Ini adalah kista yang relatif umum yang dapat muncul sebagai
pembengkakan di wilayah anterior garis tengah palatal atau sebagai radiolusensi
garis tengah. Mayoritas kasus terjadi antara usia 40-60 tahun. Pria lebih sering
terkena daripada wanita, dengan perbandingan 3 : 1. Kebanyakan kasus tidak
menunjukkan gejala, dengan tanda klinis pembengkakan pada lesi. Gejala dapat
16
Robert E Marx dan Diane Stern,Oral and Maxillofacial Pathology(China:Sue Robinson,2012),hal 636
17
S. Shylaya, K. Balaji, dan A. Krishna, “Nasopalatine Duct Cyst: Report of a Case with Review of Literature”. Vol
65. No 4, 2013, hal. 385.
10
terjadi setelah infeksi sekunder. Pembentukan dan drainase sinus kadang-kadang
terjadi pada bagian papilla palatina yang paling menonjol.18
b) Secara radiografi
Kista saluran nasopalatina murni radiolusen, dengan margin yang
terdefinisi dengan tajam. Lesi dapat menghasilkan divergensi akar gigi insisivus
rahang atas dan jarang menginduksi resorpsi akar eksternal. Radiolusensi kadang-
kadang bisa unilateral, dengan garis tengah membentuk aspek medial radiolusen
yang paling medial.19
c) Secara patologis
Kista berasal dari sisa-sisa duktus nasopalatina embrio yang dipasangkan
yang dimasukkan ke dalam kanal insisif bersama dengan ekstensi terminal dari
bundel neurovaskular sohenopalatina sebagai proses palatina maksilaris yang
menyatu dari masing-masing sisi. Sel-sel saya secara spontan aktif dalam
kehidupan dewasa untuk menghasilkan kista tetapi juga dapat dirangsang oleh
infeksi yang serupa dengan pembentukan kista branchial, kista saluran
thyroglossal, dan kista radikuler.20
18
Hamilton B.G Robinson dan Arthur S. Miller,Color Atlas of Oral Pathology(India:Elsevier,2009),hal.252
19
Hamilton B.G Robinson dan Arthur S. Miller,Color Atlas of Oral Pathology(India:Elsevier,2009),hal.252
20
Robert E Marx dan Diane Stern,Oral and Maxillofacial Pathology(China:Sue Robinson,2012),hal 648
21
Paramjit Kajla, Jeevan Lata, dan Reecha Agrawal. “Nasolabial Cyst: Review of Literature and a Case Report”,
vol. 13, No. 2, hal 227
11
Sangat jarang & tumbuh terbatas hanya di jaringan lunak di daerah vestibulum
anterior maksila, di bawah ala nasii (dasar hidung).bengkak yang tumbuh perlahan
mengisi lipatan nasolabialis. nyeri & sukar bernafas melalui hidung. terjadi pada usia
rentang 40 tahun dan 50 tahun. biasanya unilateral. Asimptomatik pembengkakan
jaringan lunak. ukuran kurang dari 1.5 cm. terjadi pada regio maksilari bibir dan dasar
alar, lateral ke midline.
b) Gambaran radiografi
Tidak terlihat pada radiograf karena lesi jaringan lunak. Radiofacity sferikal ada di
dekat midline sampai fossa caninus.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kista merupakan rongga patologis yang berisi cairan atau semicair, tidak disebabkan oleh
akumulasi pus. Kista rahang lebih sering ditemukan dibandingkan kista tulang lainnya karena
banyaknya sisa-sisa epitel yang tertinggal pada jaringan setelah pembentukan gigi. Kista
rahang dibagi kedalam dua kelompok besar berdasarkan dugaan asal epitelnya, yakni kista
odontogenik dan kista nonodontogenik.
Secara umum gambaran klinis pada kista rahang tidah menimbulkan gejala atau rasa sakit
pada pasien kecuali pada kista yang terinfeksi, kista juga dapat secara tiba-tiba membesar,
kista biasanya timbul pada daerah yang tidak semestinya, serta dalam rongga kista dapat
terlihat cairan atau semicair yang merupakan kristal kolestrel. Secara radiografi umumnya
batas kista terlihat radiopaque dan jelas. Umumnya secara patologis, kista tidak menimbulkan
rasa sakit.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalh ini diperlukan lebih banyak lagi sumber referensi agar
para pembaca lebih memahami isi dari makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Robinson HBG dan Miller AS. 2009. Colot Atlas of Oral Pathology. India:Elsevier.
Stern D dan Marx RE. 2012. Oral and Maxillofacial Pathology. China:Sue Robinsen.
Shylaja S, Balaji K, dan Krishna A. Nasopalatine Duct Cyst: Report of a Case with Review of
Literature. 2013; 65(4):385-388.
Kajla P, Latta J, dan Agrawal R. Nasolabial Duct Cyst: Report of a Case with Review of
Literature. 2014; 13(2):227-230
14