Anda di halaman 1dari 4

MASALAH ETIK TB

KEPERAWATAN PENYAKIT GLOBAL

Oleh:
Siti Ariatus Ayina
NIM 162310101053

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
Pedoman Etika untuk Pengobatan Penderita TB

PBB membuat kemajuan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan untuk


mengakhiri wabah TB dunia pada tahun 2030. Data tahun 2015 menunjukkan, lebih
dari 10,4 juta orang sakit 1,8 juta meninggal karena TBC. Sebagian besar kasus
kematian terjadi di negara-negara sedang berkembang. stigma dan diskriminasi
terhadap penderita TB menghambat upaya untuk menghapus penyakit TB paru di
dunia. Orang yang rentan seperti migran, narapidana, etnis minoritas, perempuan
yang tersingkir dan anak-anak paling mungkin menderita pelecehan, pengabaian dan
penolakan. Penolakan mencegah mereka mencari pengobatan untuk tuberkulosis.
Panduan etika baru WHO mencakup tindakan-tindakan untuk mengatasi hambatan
dari stigma, diskriminasi dan marjinalisasi penderita TB

Masalah Yang Dihadapi Dalam Penanggulangan TB


Sumber daya memegang peranan amat penting dalam program kesehatan,
baik sumber daya manusia, peralatan, dana, maupun teknologi. Untuk TB, sumber
daya manusia yang tersedia cukup beragam, baik kemampuan maupun
pemahamannya. Tentu dibutuhkan program pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan mutu pelayanan program. Pertemuan antar berbagai komponen juga
amat penting dilakukan, guna menyamakan persepsi. Untuk sumber daya peralatan,
pada dasarnya telah tersedia Puskesmas pada setiap kecamatan, ditambah lagi dengan
labih dari 1000 rumah sakit serta berbagai fasilitas kesehatan lainnya. Masalahnya
justru keberagaman berbagai fasilitas kesehatan yang perlu dikelola dengan baik agar
TB dapat sukses. Dalam hal sumber daya finansial, selain dari anggaran belanja
pemerintah, juga dapat diupayakan bantuan dari berbagai badan di luar negeri.
Sementara itu, dari sudut teknologi, sebenarnya manajemen penanggulangan TB
secara umum telah terumuskan dengan baik, kendati memang disana sini masih
diperlukan pengkajian, misalnya tentang peran keluarga sebagai PMO (Pengawas
Makan Obat), dan atau pelaksanaan riset operasional untuk melihat implementasi di
lapangan.
Selain sumber daya, adanya komitmen jelas pegang peranan amat penting
dalam program penanggulangan TB. Kita amat beruntung bahwa GERDUNAS_TB
telah mendapat dukungan dari Bapak Presiden KH. Abdurrahman Wahid yang
menyempatkan diri menerima Komite Nasional dan memberi pengarahannya. Ibu
Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri juga memberikan dukungannya. Komitmen
penetu kebijakan di tingkat puncak ini tentu merupakan senjata amat penting dan
ampuh. Selain itu, berbagai Departemen, organisasi profesi kesehatan, dan LSM perlu
terus dibina agar dapat memberi komitmen nyatanya, baik dalam GERDUNAS - TB
maupun pada kegiatannya sehari-hari. Berdasarkan dua titik tolak utama, daya dan
komitmen, dan melihat pengalaman di lapangan, maka tentunya masih ada berbagai
masalah yang dihadapi dalam program penanggulangan TB. Masalah-masalah ini
meliputi :
 Dalam hal diagnosis, mutu pemeriksaan dahak belum sepenuhnya terjamin
secara merata, dan interpretasi pemeriksaan radiologi tidak selalu dilakukan.
 Pengobatan mungkin terputus ditengah jalan oleh berbagai sebab, seperti:
pengobatan relatif lama dan harga obat yang mahal.
 Masih beragamnya pencatatan dan pelaporan sehingga data yang ada tidak
dapat dibandingkan dengan yang lain.
 Masih dijumpai masalah dalam mutu pelatihan petugas, kurangnya informasi
yang benar pada masyarakat, keterbatasan pendanaan serta masalah distribusi
logistik.
 Masih kurangnya komitmen dari berbagai pihak.
 Masih terdapat perbedaan pemahaman disana-sini dari berbagai sektor utama
yang terlibat dalam penanggulangan TB.

Stigma dan Diskriminasi


Dalam upaya pengendalian TB, stigma dan diskriminasi ini adalah suatu hal
yang sangat merugikan. Bahkan berbagai sumber menyebutkan bahwa stigma
menyebabkan terlambatnya penanganan terhadap TB, tertundanya pengobatan, dan
tidak teraturnya pengobatan. Hal-hal tersebut diperkirakan menjadi alasan korelasi
antara stigma dengan tingginya angka morbiditas dan mortalitas TB. Pemerintah telah
berperan dalam melakukan sosialisasi tentang TB sehingga harapannya TB dapat
dipahami dengan benar oleh masyarakat sehingga tak ada lagi stigma.
Daftar Pustaka

Bahar, A., 2000. Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Editor
Soeparman . jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI hal. 715 - 727

Depkes RI., 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :


Gerdunas TB. Edisi 2 hal. 4-6

World Health Organization, 2006. The Stop Tuberculose Strategy. WHO. 24 : 10-
11

Anda mungkin juga menyukai