Anda di halaman 1dari 8

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI

DASAR DI PUSKESMAS KOTAGEDE I


YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
Dedek Mikehartatik
1610104413

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI
DASAR DI PUSKESMAS KOTAGEDE I
YOGYAKARTA
Dedek Mikehartatik, Evi Nurhidayati
dmikehartatik@gmail.com

Latar Belakang : Ayah dikenal sebagai pembuat keputusan keluarga yang


memiliki peranan lebih besar dibandingkan ibu. Ayah juga dapat mempengaruhi
keputusan ibu terhadap anaknya. Oleh karenanya, ayah memiliki peran yang besar dalam
mempengaruhi keputusan untuk menentukan anak mendapatkan imunisasi dasar dan
semakin baik peran ayah dalam imunisasi dasar maka ketepatan imunisasi dasar
cenderung tercapai. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ayah dalam
pemberian imunisasi dasar di Puskesmas Kotagede I Yogyakarta.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan desain
penelitian deskriptif dengan pendekatan waktu cross sectional. Metode pengambilan
sampel menggunakan Quota Sampling dan analisa data yang digunakan adalah univariat.
Jumlah responden sebanyak 36 responden dan alat yang digunakan yaitu KMS untuk
melihat kesesuaian jadwal imunisasi dan tanggal pemberian imunisasi dan peran ayah
diukur dengan menggunakan kuesioner.
Simpulan hasil penelitian dan saran: Peran ayah dalam pemberian imunisasi dasar
di Puskesmas Kotagede I Yogyakarta sebagian besar cukup kemudian anak yang
memilikiketepatan imunisasi dasar sebanyak 69,4%. Diharapkan ayah lebih meningkatkan
peranannya mengawasi dan bertanggung jawab terhadap kesehatan anak serta mencari
informasi terkait imunisasi.

LATAR BELAKANG tercantum dalam Permenkes RI nomor 42


Salah satu upaya untuk mewujudkan tahun 2013 tentang penyelenggaraan
kesehatan yakni dengan melaksanakan imunisasi yang terdapat pada pasal 6 ayat
pemberian imunisasi pada anak. Imunisasi 1 bahwa jenis imunisasi dasar terdiri atas
merupakan salah satu cara pencegahan BCG, DPT-HB atau DPT-HB-Hib,
penyakit menular khususnya Penyakit Hepatitis B, Polio, dan Campak. Program
yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi imunisasi sangat penting agar tercapai
(PD3I) seperti difteri, tetanus, kekebalan masyarakat (population
tuberkulosis, hepatitis B, polio dan immunity). Imunisasi merupakan hak bagi
campak. Cara kerja imunisasi yaitu anak Indonesia yang telah tertuang dalam
dengan memberikan antigen bakteri atau Undang Undang no 36 tahun 2009 tentang
virus tertentu yang sudah dilemahkan atau Kesehatan. Dalam Pasal 132 ayat 3
dimatikan dengan tujuan merangsang menyebutkan, setiap anak berhak
sistem imun tubuh untuk membentuk memperoleh imunisasi dasar sesuai
antibodi. Antibodi yang terbentuk setelah dengan ketentuan yang berlaku untuk
imunisasi berguna untuk menimbulkan mencegah terjadinya penyakit yang dapat
atau meningkatkan kekebalan anak secara dihindari melalui imunisasi (Kemenkes
aktif sehingga dapat mencegah atau RI, 2013).
mengurangi akibat penularan PD3I Imunisasi sebagai usaha pencegahan
tersebut (Kemenkes RI, 2013). berbagai jenis penyakit, dan merupakan
Program imunisasi tiap negara suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda
berbeda-beda. Khususnya di Indonesia pelaksanaannya. Hal ini berkaitan dengan
terdapat program imunisasi dasar yang peningkatan sumber daya manusia pada
masa yang akan datang. Selain itu Beberapa alasan orang tua untuk tidak
imunisasi anak tidak semua tanggung mengimunisasi anaknya yaitu khawatir
jawab ibu tetapi juga ayah yang tentang keamanan vaksin, percaya bahwa
diharapkan ayah ikut berperan seperti anaknya tidak perlu mendapatkan
mengingatkan jadwal anak untuk imunisasi, anaknya masih terlalu kecil
diimunisasi serta mengantarkan anak atau masih terlalu muda untuk
imunisasi. Ditakutkan ibu dan ayah yang mendapatkan imunisasi, anak sakit pada
sibuk bekerja menjadi lupa untuk saat jadwal imunisasi, dan orang tua
mengimunisasi anaknya yang dapat masih membutuhkan informasi lebih
mengakibatkan imunisasi tidak sesuai lanjut tentang imunisasi (Kozier, 2008).
jadwal dan menyebabkan kekebalan tubuh Laporan United Nations Children's
anak tidak 100% (Prasetyono, 2009). Fund menyebutkan bahwa 27 juta anak
Rendahnya pemahaman ibu, ayah, balita diseluruh dunia masih belum
keluarga dan masyarakat mengenai mendapatkan layanan imunisasi rutin,
pentingnya imunisasi, resiko bayi tidak sehingga menyebabkan lebih dari dua juta
diimunisasi, keterlambatan bayi dalam kematian tiap tahun. Angka ini mencakup
imunisasi, kurangnya dukungan keluarga 1,4 juta anak balita yang terenggut
dan lingkungan, peran petugas kesehatan jiwanya. Berdasarkan data yang diperoleh,
mengakibatkan program imunisasi tidak Indonesia merupakan salah satu dari 10
berlangsung optimal. Petugas kesehatan negara yang termasuk angka tinggi pada
maupun masyarakat berperan memberikan kasus anak tidak diimunisasi yakni sekitar
atau menyediakan informasi akurat yang 1,3 juta anak (INFID, 2015).
mudah dicerna tentang imunisasi anak. Dalam Profil Kesehatan Kota
Salah satu cara adalah dengan Yogyakarta (2014) persentase imunisasi
menyediakan informasi akurat yang dasar lengkap pada anak untuk
mudah diterima dan dicerna, baik oleh Kulonprogo 89,7%, Bantul 80,4%,
petugas ataupun masyarakat (Prasetyono, Gunung Kidul 74,6%, Sleman 92,2%, dan
2009). Kota Yogyakarta 75,5%. Kota Yogyakarta
Informasi yang mudah diterima memiliki 18 puskesmas diantaranya
tentang imunisasi memberikan daya adalah Puskesmas Kotagede I Yogyakarta
dukung bagi keluarga, salah satunya ayah yang didapatkan bahwa cakupan imunisasi
dalam meningkatkan pengetahuan dan dasar lengkap paling rendah dibandingkan
prilaku untuk ikut berperan meningkatkan dengan puskesmas lain persentasenya
kesehatan anak. Perilaku ayah dan adalah 91,83% yang seharusnya mencapai
kepercayaan ayah dengan pelayanan 100%.
kesehatan juga dapat mempengaruhi status Bidan sebagai salah satu petugas
imunisasi. Permasalahan yang utama kesehatan, memiliki peran penting dalam
dalam ketidakikutsertaan balita dalam meningkatkan kesehatan bayi, yaitu
pelaksanaan imunisasi ini adalah dengan imunisasi anak. Tugas utama kita
kurangnya kepercayaan oleh orangtua sebagai bidan adalah memberikan
terhadap petugas kesehatan yaitu asumsi pengetahuan terhadap orang tua tentang
tentang efek samping yang diakibatkan imunisasi dan meninjau status imunisasi
setelah pemberian imunisasi misalnya setiap anak serta menjadwalkan kembali
demam dan terjadinya kegagalan untuk imunisasi berikutnya. Pemberian
imunisasi (Andayani, 2012). imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya
Masyarakat umumnya masih memberi pencegahan penyakit tertentu
beranggapan salah tentang imunisasi yang pada anak tersebut, tetapi juga
berkembang, serta banyak orang tua dan memberikan dampak yang lebih luas
kalangan praktisi tertentu khawatir karena dapat mencegah penularan
terhadap risiko dari beberapa vaksin. penyakit untuk anak lain. Oleh karena itu
pengetahuan, sikap dan dukungan orang yang sesuai jadwal dan dan terdapat 58
tua sangat penting untuk memahami anak (14,9%) yang tidak sesuai jadwal.
tentang manfaat imunisasi pada anak Pada saat pelayanan imunisasi dari 7 anak
Indonesia (Ranuh, 2008). yang melakukan imunisasi campak
Data studi pendahuluan pada bulan terdapat 3 anak (43%) diantar oleh
Januari-Februari 2017 menunjukkan ayahnya dan terdapat 4 anak (57%) yang
sebanyak 391 anak yang melakukan tidak diantar oleh ayahnya.
imunisasi, terdapat 333 anak (85,1%)

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Jumlah responden sebanyak 36 responden
kuantitatif dan desain penelitian deskriptif dan alat yang digunakan yaitu KMS untuk
dengan pendekatan waktu cross sectional. melihat kesesuaian jadwal imunisasi dan
Metode pengambilan sampel tanggal pemberian imunisasi dan peran
menggunakan Quota Sampling dan analisa ayah diukur dengan menggunakan
data yang digunakan adalah univariat. kuesioner.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Analisa Univariat
Tabel 4. 1 Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian di
Puskesmas Kotagede I Yogyakarta Tahun 2017
Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase
(%)
Usia ayah 17-25 tahun 5 13,9
26-35 tahun 23 63,9
36-45 tahun 8 22,2

Pendidikan ayah SMP 2 5,6


SMA 22 61,1
Universitas 12 33,3
(D3/S1)

Pekerjaan ayah Buruh 8 22,2


pabrik
Wirausaha 15 41,7
Karyawan 5 13,9
swasta
Guru 2 5,6
PNS 5 13,9
Akuntan 1 2,8

Jenis kelamin Laki-laki 15 41,7


anak Perempuan 21 58,3
Jumlah (n) 36 100
Sumber: data primer yang diolah (2017)
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat (61,1%) dan berprofesi sebagai
diketahui bahwa ditinjau dari sisi wirausaha (41,7%). Sementara ditinjau
karakteristik ayah, sebagian besar dari sisi karakteristik anak, sebagian
responden ayah berada pada usia 26-35 besar responden ayah diketahui memiliki
tahun (63,9%), berpendidikan SMA
anak yang berjenis kelamin perempuan (58,3%).
Tabel 4. 2 Deskripsi Peran Ayah dalam Imunisasi Dasar di
Puskesmas Kotagede I Yogyakarta Tahun 2017
Peran Ayah Frekuensi (f) Persentase
(%)
Baik 9 25
Cukup 17 47,2
Kurang 10 27,8
Jumlah (n) 36 100
Sumber: data primer yang diolah (2017)
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat imunisasi dasar anaknya. Hanya 25%
diketahui bahwa sebagian besar atau responden ayah saja yang diketahui
47,2% responden ayah pada penelitian memiliki peran yang baik dalam
memiliki peran yang cukup dalam imunisasi dasar anaknya.
Tabel 4. 3 Deskripsi Pemberian Imunisasi Dasar di
Puskesmas Kotagede I Yogyakarta Tahun 2017
Jeda/Interval Pemberian Frekuensi (f) Persentase
Imunisasi Dasar (%)
Sesuai 25 69,4
Tidak Sesuai 11 30,6
Jumlah (n) 36 100
Sumber: data primer yang diolah (2017)
Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat diketahui tidak sesuai jeda atau interval
bahwa sebagian besar atau 69,4% anak dalam melaksanakan imunisasi dasar.
diketahui sesuai jeda atau interval dalam Adapun berbagai alasan ketidakpatuhan
melaksanakan imunisasi dasar. tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Sementara itu 30,6% anak lainnya
Tabel 4. 4 Deskripsi Alasan Ketidaksesuaian Jeda atau Interval Pemberian
Imunisasi Dasar di Puskesmas Kotagede I Yogyakarta Tahun 2017
Ketidaksesuaian Frekuensi (f) Persentase (%)
Lupa 6 54,55
Sibuk, tidak ada yang 3 27,27
antar
Ada di luar kota 1 9,09
Istri sakit 1 9,09
Jumlah (n) 11 100
Sumber: data primer yang diolah (2017)
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui ketepatan imunisasi dasar sebanyak 25
bahwa alasan ketidaksesuaian jeda atau anak (69,4%). Kecenderungan yang ada
interval imunisasi dasar sebagian besar adalah semakin baik peran ayah dalam
atau 54,55% adalah dikarenakan lupa. imunisasi dasar maka ketepatan
Masing-masing hanya terdapat 9,09% imunisasi dasar cenderung tercapai.
responden yang menyatakan Secara teoretis, ayah dan ibu sama-
ketidaksesuaian jeda atau interval sama berperan dalam usaha mencapai
disebabkan karena posisi sedang berada kesehatan bagi anaknya, termasuk
di luar kota dan karena istri sakit. dalam imunisasi. Akan tetapi, ayah
Hasil penelitian menemukan Ayah memiliki peranan yang besar dalam
yang memiliki peran yang cukup dalam pemenuhan ketepatan pelaksanaan
imunisasi dasar sebanyak 17 responden imunisasi sekaligus pengambilan
(47,2%) dan anak yang memiliki keputusan untuk imunisasi. Hal ini
karena dalam budaya patriarki, ayah yang juga menemukan peranan ayah
merupakan pemimpin atau kepala dalam penentuan status imunisasi anak.
keluarga yang berfungsi menafkahi Secara sosial, ayah memiliki peranan
keluarga sekaligus berfungsi sebagai penentu yang lebih besar
memutuskan berbagai keputusan. dibandingkan ibu. Penentangan dari ibu
Seiring perkembangan jaman, pola terhadap keputusan ayah dianggap tidak
parenting kerap kali berubah dengan wajar dibandingkan penentangan dari
adanya peranan babby sitter yang ayah terhadap keputusan ibu sehingga
menggantikan sebagian peran ibu ayah justru menjadi aktor utama dari
karena ibu juga bekerja. Dalam situasi kesuksesan imunisasi anak karena ibu
tersebut, peran ayah justru menjadi lebih bertindak sebagai pelaksana tugas
lebih dominan sebagai penentu dan pendukung keputusan ayah.
keputusan utama karena hilangnya Hasil dari penelitian ini sesuai
sebagian peranan tanggung jawab ibu dengan hipotesis yang disusun dalam
akibat pembagian peran di rumah dan di penelitian yaitu ada peran ayah dalam
tempat kerja (Hasan, 2013). pemberian imunisasi dasar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian Merten dkk. (2015)

KESIMPULAN Selain itu ayah juga disarankan untuk


Berdasarkan hasil penelitian yang tidak ragu meminta pertolongan kader
telah dilakukan di Puskesmas Kotagede I kesehatan di lingkungan ataupun kerabat
tentang peran ayahdalam pemberian maupun tetangga untuk mengantarkan
imunisasi dasar, maka dapat disimpulkan anak untuk mendapatkan imunisasi jika
ada peranan ayah dalam pemberian ternyata berhalangan. Secara khusus
imunisasi dasar dengan peran ayah ayah disarankan untuk lebih
dalam mengimunisasi anaknya adalah meningkatkan perananannya mengawasi
cukup (47,2%) dan pemberian imunisasi dan bertanggung jawab terhadap
dasar sebagian besar dilaksanakan secara kesehatan anak serta mencari informasi
tepat (69,4%). terkait imunisasi.
SARAN DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan DIY diharapkan Andayani, B & Koentjoro. (2012). Peran
Dinas kesehatan lebih mengoptimalkan Ayah Menuju Coparenting.
strategi penyuluhan peranan ayah atau Edisi Baru. Sepanjang: CV.
keluarga terkait imunisasi dasar untuk Citra Media.
meningkatkan kesadaran akan ketepatan
terhadap jadwal imunisasi melalui kader Dinkes Provinsi DIY. (2014). Profil
imunisasi atau bidan. Kesehatan Propinsi
Bidan disarankan untuk memberikan D.I.Yogyakarta Tahun 2014.
penyuluhan tidak hanya kepada ibu Yogyakarta: Dinas Kesehatan
tetapi juga harus melibatkan ayah atau DIY.
keluarga mengenai imunisasi dasar
untuk meningkatkan kesadaran akan INFID. (2015). Panduan SDGs untuk
ketepatan terhadap jadwal imunisasi. Pemerintah Daerah (Kota dan
Kabupaten dan Pemangku
Responden diharapkan ayah disarankan Kepentingan Daerah.
untuk membuat pengingat dengan Internasional NGO Forum on
menandai kalender ataupun membuat Indonesia Development.
pengingat jadwal imunisasi pada ponsel
pintar untuk menghindari kejadian lupa.
Hasan, M. (2013). Pendidikan Anak Evidence from a Meta
Usia Dini. Yogyakarta: Diva Ethnographic Systematic
Press. Review. Plos One 10(8).

Kemenkes RI. (2013). Permenkes RI Prasetyono, S.D. (2009). Cara Menyusui


Nomor 42 Tahun 2013 yang Baik. Jakarta: Arcan.
Tentang Penyelenggaraan
Imunisasi. Jakarta : Kemenkes Ranuh, I. G. N. (2008). Pedoman
RI. Imunisasi di Indonesia. Edisi
ketiga. Jakarta: Badan Penerbit
Kozier, B. (2008). Peran dan Mobilisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Kondisi Masyarakat. Jakarta:
Gunung Agung.

Merten, S., Hilber, A.M., Biaggi, C.,


Secula, F., Capblanch, X.,
Namgyal, P. & Hombach, J.
(2015). Gender Determinants of
Vaccination Status in Children:

Anda mungkin juga menyukai