MIKROBIOLOGI INDUSTRI
i
PENUTUP ...................................................................................................................... 17
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 18
LAMPIRAN ................................................................................................................... 19
SKEMA KERJA ............................................................................................................. 19
LAMPIRAN ................................................................................................................... 21
SKEMA ALAT .............................................................................................................. 21
LAMPIRAN ................................................................................................................... 23
TIME SCHEDULE ........................................................................................................ 23
TUGAS PENDAHULUAN............................................................................................ 25
ii
ANTISEPTIK DAN DESINFEKTAN
Laili, Madinatun Nur, Muhammad Salman Alfarisi
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri dan Argoindustri
Universitas Internasional Semen Indonesia
Jl. Veteran, Kompleks PT. Semen Indonesia Persero Tbk, Gresik 61122, Indonesia
E-mail: Muhammad.farisi16@student.uisi.ac.id
ABSTRAK
Antiseptik merupakan disinfektan yang nontoksik karena digunakan untuk kulit, mukosa
atau jaringan hidup lainnya. Sedangkan Desinfektan adalah zat kimia yang mematikan
sel vegetatif belum tentu mematikan bentuk spora mikroorganisme penyebab suatu
penyakit. Bakteri yang digunakan pada percobaan ini yaitu bakteri S. Aereus dan
Pseudomonas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh antiseptik
dan desinfektan terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Prinsip pada praktikum ini
adalah menggunakan prinsip sterilisasi. Langkah kerja yang dilakukan yaitu dengan
menggunakan larutan antiseptic dan desinfektan yang diletakan pada petridish dan
menginkubasinya. Sehingga diperoleh hasil penggunaan desinfektan yang paling efektif
dibandingkan antiseptik, karena pada desinfekan terdapat beberapa kandungan seperti
klorin yang sangat efektif membunuh kuman dan dapat menyebabkan dinding sel dan
membran sel bakteri menjadi terganggu terutama protein pada bakteri menjadi hancur
dan akhirnya mati. Proses pertumbuhan bakteri disekitar desinfektan hanya sedikit jika
dihitung dari zona bebasnya. Dan, bakteri yang paling resistan yaitu S. aureus
dibandingkan dengan Pseudomonas jika dilihat dari zona bebas bakteri yang diperoleh.
iii
ABSTRACT
Antiseptics are nontoxic disinfectants because they are used for skin, mucosa or other
living tissues. While disinfectants are chemicals that kill vegetative cells, not necessarily
to kill the spores of microorganisms that cause a disease. The bacteria used in this
experiment were S. Aureus and Pseudomonas. The purpose of this study was to study the
effect of antiseptics and disinfectants on the growth of microorganisms. The principle in
this lab is to use the principle of sterilization. The work step taken is to use an antiseptic
solution and disinfectant which is placed on the petridish and incubate it. So that the
results So that the results of the use of disinfectants are most effective than antiseptics,
because in disinfectants there are several ingredients such as chlorine which is very
effective at killing germs and can cause the cell walls and bacterial cell membranes to be
disturbed, especially proteins in the bacteria to be destroyed and eventually die. The
process of growth of bacteria around disinfectants is only a little if calculated from the
free zone. And, the most resistant bacteria is S. aureus compared to Pseudomonas when
viewed from the bacterial free zone obtained.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Antiseptic dan desinfektan pada dasarnya ada persamaan bahan kimia yang
digunakan, tetapi tidak semua bahan dsinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya
batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak
merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan
desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses
pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat
berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi. Maka dalam percobaan yang akan
dilakukan ini akan mempelajari bagaimana pengaruh antiseptik dan desinfektan terhadap
perumbuhan mikroorgaisme.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan praktikum Antiseptik dan Desinfektan adalah untuk
mempelajari pengaruh antiseptik dan desinfektan terhadap pertumbuhan mikroorganisme
1
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan semua makhluk yang berukuran beberapa mikron atau
lebih kecil lagi. Yang termasuk golongan ini adalah bakteri, cendawan atau jamur tingkat
rendah, ragi yang menurut sistematik masuk golongan jamur, ganggang, hewan bersel
satu atau protozoa, dan virus yang hanya nampak dengan mikroskop electron.
Mikroorganisme umumnya terdapat di mana-mana, seperti di dalam tanah, di lingkungan
akuatik, berkisar dari aliran air sampai lautan, dan atmosfer. Mikroorganisme tersebut
mempunyai beberapa peranan salah satunya mikroorganisme yang hidup dalam tanah
dapat membantu pembentukan struktur tanah yang mantap, karena mikroorganisme tanah
dapat mengeluarkan (sekresi) zat perekat yang tidak mudah larut dalam air
(Hidayat, 2018).
2
lain yaitu dengan merusak dinding sel, mengubah permeabilitas sel, mengubah molekul
protein dan asam amino yang dimiliki mikroorganisme, menghambat kerja enzim,
menghambat sintesis asam nukleat dan protein, serta sebagai antimetabolite
(Ascenzi, 1969).
Secara garis besar, Antiseptik dibagi menjadi beberapa bagian antara lain :
a. Alkohol
b. Halogen dan senyawanya : Iodium, Povidon Iodine, Yodoform (obat uning), dan
Klorheksidin
c. Oksidansia : kalium permananat dan Peridrol
d. Logam berat dan garamnya : Merkuri klorida dan Merkukrom (obat merah)
e. Asam : Asam Borat
f. Turunan Fenol : trinitrofenol (asam pikrat), dan heksaklorofen (phisohex)
g. Basa Amonium Kuarterner (quats) : Etakridin (rivanol)
(Darmadi, 2008).
3
Alkali: larutan NaOH sering digunakan dalam kedokteran veterinel untuk
desinfeksi kandang.
Hidrogen peroksida: dalam konsentrasi 3% digunakan untuk mencuci dan
desinfektan luka.
Sabun: aktivitas bakterisidal lemah tetapi efektif untuk mencuci atau
menghilangkan jasad renik.
Komponen biguanida: misalnya kholorheksidin, bersifat bakterisidal, tetapi tidak
efektif terhadap virus, spora dan mikrobakteri, biasanya dicampur dengan
detergen kationik. Diadelhida : spektrum aktivitasnya paling luas, yaitu bersifat
bakterisidal, virisidal, fingisidal, dan sporosidal.
(Darmadi, 2008).
(Darmadi, 2008).
4
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Antiseptik dan Desinfektan
2.6.1 Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Antiseptik
1. Faktor antiseptik
a. Konsentrasi
Pada konsentrasi yang sediit lebih tinggi, efek fungisid lebih kuat daripada efek
bakterisid. Serta adanya perbedaan efek misalnya pada pengunaan fenol 1% mempunyai
efek bakteriostasis, tetapi bila diatas 1,5% mempunyai efek bakterisid.
2. Faktor mikroba
a. Jumlah mikroba. Semakin banyak jumlah mikroba, makin lama waktu yang diperlukan
untuk membunuhnya.
3. Faktor lingkungan. Adanya bahan organic misalnya darah, pus, saliva atau feses dapat
menghambat kerja antiseptik.
(Darmadi, 2008).
a. Faktor mikroba
1. Jenis mikroba pathogen. Beberapa mikroba pathogen memiliki daya tahan
lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya.
5
2. Jumlah mikroba pathogen (bioburden). Semakin banyak mikroba pathogen,
maka beban kerja disinfektan akan semakin berat.
b. Faktor peralatan media
1. Adanya perlakuan-perlakuan sebelumnya, yaitu proses dekontaminasi dan
proses pembersihan.
2. Beban kandungan materi oerganik, adanya materi organic dapat memengaruhi
kerja disinfektan dengan cara melakukan pengikatan terhadap zat aktif
disinfektan.
3. Struktur fisik peralatan medis dengan permukaan rata atau rumit
4. Adanya larutan yang berisi mineral seperti kalsium dan magnesium yang
menempel pada peralatan medis dapat memengarui elfektivitas disinfektan
dengan cara mengikat zat aktif disinfektan
c. Waktu pemaparan (durasi)
Lamanya kontak antara disinfektan dengan ikroba pathogen yang akan dieliminasi
d. Faktor disinfektan
Tingat keasaman atau kebasaan (pH) disinfektan. Tergantung dari disinfektannya,
ada yang bekerja secara optimal pada suasana asam atau suasana basa
(Darmadi, 2008).
Pertumbuhan populasi mikroba dibedakan menjadi dua yaitu biakan sistem tertutup
(batch culture) dan biakan sistem terbuka (continous culture). Pada biakan sistem
tertutup, pengamatan jumlah sel dalam waktu yang cukup lama akan memberikan
gambaran berdasarkan kurva pertumbuhan bahwa terdapat fase-fase pertumbuhan. Fase
pertumbuhan dimulai pada fase permulaan, fase pertumbuhan yang dipercepat, fase
6
pertumbuhan logaritma (eksponensial), fase pertumbuhan yang mulai dihambat, fase
stasioner maksimum, fase kematian dipercepat, dan fase kematian logaritma
(Fifendy, 2017).
(Fifendy, 2017).
7
2.9 Bakteri Stapylococcus aureus
Bakteri Staphyloccus aureus adalah bakteri patogen utama pada manusia. Hampir
setiap orang pernah mengalami berbagai infeksi Staphylococcus aureus selama hidupnya,
dari keracunan makanan yang berat atau infeksi kulit yang kecil, sampai infeksi yang
tidak bisa disembuhkan (Agus Herdiana, 2015). Staphylococcus aureus termasuk dalam
family Staphylococcaceae, berukuran diameter 0,5-1,5 μm dan membentuk pigmen
kuning keemasan. Bentuk sel kokus tunggal, berpasangan, tetrad dan berbentuk rantai
juga tampak dalam biakan cair. Bakteri fakultatif anaerob dan tidak membentuk spora
(Dubnau, 1982).
8
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
2. Petridish 6 buah
3. Autoklaf 1 buah
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan antiseptik dan desinfektan adalah
sebagai berikut :
1. Media NB agar
2. Antiseptik Betadine
3. Desinfektan Bayclin
9
5. Menuangkan media agar yang berada dalam tabung reaksi kedalam petridish
dengan komposisi 2 petridish digunakan sebagai larutan blanko, 2 petridish untuk
uji antiseptik dan 2 lainnya juga untuk uji desinfektan
6. Membungkus petridish dengan kertas coklat
7. Mengambil 2 tabung reaksi, lalu menuangkan kedalam petridish sebagai blanko
8. Melakukan proses inokulasi kedalam 4 buah tabung rekasi
9. Menuangkan media dan membiarkan hingga padat
10. Mencelupkan 2 potong kertas saring kecil yang berbentuk segitiga dan persegi ke
dalam larutan antiseptik dan desinfektan
11. Meletakkan kertas saring ke dalam media yang mulai padat
12. Bungkus petridish dengan kertas coklat dan inkubasikan selama 48 jam dalam
suhu 30⁰C dengan posisi terbalik
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Hasil Perlakuan dan Pengamatan percobaan antiseptik dan desinfektan
No Perlakuan Pengamatan
1 Disediakan 6 buah tabung reaksi Tabung reaksi kosong sebanyak 6 buah
kosong. yang sudah ditutup kapas diletakkan
dalam beaker glass.
11
4 Media NB agar diisikan kedalam Tabung reaksi berisi 10 ml media agar
tabung reaksi sebanyak 10 ml. yang berwarna coklat pekat.
5 2 tabung reaksi yang telah Media agar yang telah diinokulasi berada
diinokulasi dengan 2 bakteri dalam petridish yang dibungkus kertas
berbeda diambil, lalu dituangkan coklat dan diberi label.
kedalam petridish sebagai blanko.
12
8 Kertas saring diletakkan kedalam Kertas saring berada ditengah-tengah
media yang mulai padat. media dalam petridish.
4.2 Pembahasan
Pada percobaan antiseptik dan desinfektan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh
antiseptik dan desinfektan terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Antiseptik merupakan
disinfektan yang nontoksik karena digunakan untuk kulit, mukosa atau jaringan hidup
lainnya. Sedangkan Desinfektan adalah zat kimia yang mematikan sel vegetatif belum
tentu mematikan bentuk spora mikroorganisme penyebab suatu penyakit. Pada percobaan
ini, antiseptik yang digunakan yaitu Listerine (Darmadi, 2008). Sedangkan desinfektan
yang digunakan yaitu superpell. Mekanisme kerja antiseptik dan desinfektan sebagai zat
kimia sangat berpengaruh terhadap mikroba, yaitu melalui unsur protein yang
membentuk struktur seluler mikroba dengan akibat rusaknya dinding sel, Adanya
gangguan sistem enzim, rusaknya denaturasi protein dan rusaknya asam nukleat
(Darmadi, 2008). Percobaan ini menggunakan bakteri S. Aereus dan Pseudomonas.
Dimana Bakteri S. aureus merupakan bakteri yang berbentuk kokus, gram positif, aerob,
tidak membentuk spora, tidak motil, menghasilkan pigmen yang mewarnai koloni kuning
13
emas, memproduksi koagulase dan katalase. S. aureus ditemukan dalam hidung, traktus
respiratoorius, dan kulit sebagai flora normal. Sedangkan Bakteri Pseudomonas sendiri
memiliki karakteristik seperti, gram negatif, berbentuk batang atau kokus, aerob obligat,
motil mempunyai flagel polar. Bakteri ini, oksidase positif, katalase positif, nonfermenter
dan tumbuh dengan baik pada suhu 4⁰C atau dibawah 43⁰C (Dubnau, 1982).
Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan yaitu, menyediakan 6 buah
tabung reaksi yang sudah ditutup kapas pada mulut tabungnya. Setelah itu, menyiapkan
6 buah petridish yang sudah dibungkus dengan kertas coklat. Penggunaan kertas coklat
pada petridish untuk menghindari air tidak masuk kedalam petridish karena terhalang
oleh lapisan kertas yang mengkilap, serta menghindari patogen masuk kedalam petridish
yang berisi bakteri tersebut. Setelah itu, memasukkan 6 petridish yang sudah dibungkus
kertas coklat dan 6 tabung reaksi kedalam oven selama 15 menit dengan suhu 1210C
untuk proses sterilisasi (Suryani,2005). Sterilisasi merupakan suatu proses dengan
metode tertentu dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak
dapat ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme hidup. karena pada suhu ini, bakteri akan
mati dengan uap panas dan juga pada suhu ini spora tidak dapat hidup, dengan demikian
sterilisasi akan berjalan maksimal. Pemanasan dilakukan selama 15 menit, karena
mikroorganisme dan endospore hanya dapat bertahan selama maksimum 13 menit, maka
dengan waktu 15 menit dapat dipastikan bahwa alat akan steril (Troy, 1917). Setelah
proses sterilisasi, menyiapkan media NB agar. Memasukkan media NB agar sebanyak 10
ml kedalam tabung reaksi dengan menggunakan gelas ukur. Media NB agar ini
merupakan suatu karbohidrat kompleks yang diperoleh dari algae marin tertentu. Agar
powder digunakan untuk bahan pemadat media. Agar yang lebur dalam larutan cair akan
membentuk gel pada suhu dibawah 450C. Agar bukan merupakan sumber nutrient bagi
bakteri. Menggunakan media NB agar ini karena merupakan media yang cocok untuk
bakteri yang digunakan (Harmita,2008).
Kemudian 6 tabung reaksi yang sudah berisi 10 ml media agar tersebut diinokulasikan
dengan bakteri S. aureus dan Pseudomonas, 2 diantaranya yaitu sebagai blanko. Cara
menginokulasi yaitu dengan menggunakan jarum ose. Dimana jarum ose tersebut
dicelupkan pada bakteri yang digunakan, yang sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu
diatas api pada ujung jarum ose tersebut agar jarum yang digunakan benr-benar steril.
14
Setelah itu, menggores bagian ujung jarum pada biakan bakteri. Lalu, meletakkan bakteri
tersebut dalam media dengan cara jarum ose tersebut dimasukkan langsung dalam tabung
yang berisi media agar (Umbreit, 1965). Tujuan dari proses inokulasi ini yaitu
menumbuhkan bakteri dari media alami ke media yang baru. Setelah itu, tabung reaksi
dihomogenkan dengan memutar - mutar dengan telapak tangan agar media tercampur
secara merata. Media agar yang berisi bakteri terebut dimasukkan kedalam 6 masing-
masing yang sudah diberi label (nama) dan dibungkus dengan kertas coklat. 4 buah
petridish untuk bakteri S. aureus dan Pseudomonas masing-masing 2 buah. Lalu 2
petridish pertama sebagai blanko yang berisi media NB dan bakteri S. aureus dan
Pseudomonas. Larutan blanko merupakan, larutan tidak berisi analit (bahan sampel yang
ingin diketahui komposisi kimiawinya). Larutan ini digunakan sebagai larutan
pembanding dalam analisis kimiawi. Kemudian menyiapkan kertas saring sebanyak 4
buah yang sudah dipotong menjadi persegi empat kecil. 2 potong kertas saring dicelupkan
ke dalam larutan antiseptik (Listerine) dan 2 potong kertas saring lainnya dicelupkan ke
dalam larutan desinfektan (superpell) yang kemudian masing-masing kertas saring di
letakkan di petridish yang sudah berisi media NB dan bakteri. Kertas saring tersebut
diletakkan di tengah-tengah media agar memudahkan pengukuran zona saat pengamatan.
Kemudian, setelah semua petridish berisi media dan bakteri dibungkus kembali dengan
kertas coklat agar tidak terkontaminasi bakteri pathogen. Dimana, inokulasi merupakan
suatu proses menumbuhkan mikroba dari media yang alami ke media yang baru dengan
tujuan untuk melihat beberapa variasi jenis mikroba yang ditumbuhkan dalam suatu
media (Suryani,2005).
Lalu melakukan inkubasi selama 24 jam dan 48 jam dengan suhu 300C pada alat
inkubator dengan posisi terbalik supaya uap air tidak mengenai bakteri saat bakteri
melakukan respirasi. Inkubator merupakan alat laboratorium yang dapat
mempertahankan suhu dan kelembaban sesuai dengan keinginan dan kebutuhan.
Inkubator digunakan untuk menginkubasi atau memeram mikroba. Inkubasi merupakan
suatu kegiatan pengkondisian untuk penumbuhan bibit yang ditanam (Muchroji,2008).
15
merk “Superpel”, jarak terjauh pada bakteri S. Aereus yaitu 2,5 cm dan jarak terjauh pada
bakteri Pseudomonas yaitu 0,2 cm. Sedangkan setelah 48 jam, didapatkan hasil pada
antiseptik merk “Listerine” jarak terjauh pada bakteri S. Aereus yaitu 2 cm dan jarak
terjauh pada bakteri Pseudomonas yaitu 0,2 cm. Sedangkan pada desinfektan merk
“Superpel”, jarak terjauh pada bakteri S. Aereus yaitu 3 cm dan jarak terjauh pada bakteri
Pseudomonas yaitu 0,4 cm. Hasil petridish yang sebagai blanko menghasilkan penuh
dengan bakteri jika dibandingkan dengan adanya antiseptik dan desinfektan. Hal tersebut
karena tidak ada zat yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri seperti antiseptik dan
desinfektan. Perbedaan kedua jarak bakteri disebabkan oleh kedua bakteri mempunyai
karakteristik yang berbeda - beda dan adaptasi hidup yang berbeda (Dubnau, 1982).
Dari hasil yang diperoleh, dapat diketahui jika zona bebas bakteri dengan bakteri
pseudomonas menghasilkan zona bebas yang lebih kecil pada larutan antiseptik maupun
desinfektan daripada bakteri S. Aereus, karena perbedaan zona bakteri dapat disebabkan
adanya perbedaan alamiah antara kedua golongan bakteri. Staphylococcus aureus adalah
bakteri gram positif dimana selnya sebagian besar (90%) terdiri dari lapisan peptidoglikan
dan lapisan tipis asam teikoat. Asam teikoat menyebabkan permukaan sel bakteri gram
positif bersifat polar dan mempunyai muatan negative. Sifat ini akan mempengaruhi laju
penetrasi molekul-molekul ke dalam sel yang akhirnya dapat menyebabkan kebocoran
sel. Sedangkan Pseudomonas adalah bakteri gram negatif dimana dinding selnya lebih
kompleks dibandingkan dengan bakteri gram positif. Bakteri gram positif hanya
mempunyai satu lapisan membran yang mengandung peptidoglikan sedangkan bakteri
gram negatif mempunyai membran dalam dan membran luar. Lapisan membran luar
mengandung fosfolipid, lipopolisakarida, dan lipoprotein. Lapisan ini bersifat
impermeabel terhadap molekul besar tetapi dapat melalukan molekul kecil.
Lipopolisakarida dan peptidoglikan merupakan saringan bagi berbagai ukuran molekul,
sedangkan plasma membran bersifat impermeabel bagi molekul yang ukurannya jauh
lebih kecil (James,2008).
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut :
2. Semakin lama waktu inkubasi maka, semakin dekat jarak zona bebas bakterinya.
3. Bakteri yang paling resistan yaitu S. aureus dibandingkan dengan Pseudomonas
jika dilihat dari zona bebas bakterinya pada setiap pemberian antiseptik dan
desinfektan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ascenzi, Joseph. 1996. Handbook of Disinfectants and Antiseptics. New York. Merce
Dekker,Inc.
James, Joyce. dkk. 2008. Prinsip-prinsip Sains Untuk Keperawatan Jakarta. Erlangga.
Troy, David B. 1917. Remington The Science and Practice of Pharmacy. USA. Lippincot
Williams & Wilkins.
18
LAMPIRAN
SKEMA KERJA
HASIL
19
20
LAMPIRAN
SKEMA ALAT
21
7 Menyelupkan kertas saring kecil kedalam
larutan antiseptik dan desinfektan masing-
masing 3 potong.
22
LAMPIRAN
TIME SCHEDULE
23
11 Membungkus petridish dengan 14.05-14.10 14.00-14.10 Yemima
kertas coklat dan menginkubasi
selama 24 dan 48 jam dalam
suhu 30⁰C dengan posisi
terbalik.
12 Melakukan pengamatan setelah 14.10-14.05 15.00-15.30 Semua
24 jam dan 48 jam inkubasi. (14/03/19- (14/03/19- praktikan
18/02/19) 18/02/19)
13 Membersihkan alat-alat 14.05-14.05 14.15-14.30 Semua
praktikum (12/03/19) (12/03/19) praktikan
24
TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan apa yang disebut antiseptic dan desinfektan! Dan beri contoh
2. Dalam hal apa biasanya antiseptic dan desinfektan digunakan?
3. Apa itu mikrobiostatis? Sebutkan contoh zat kimia yang termasuk
mikrobiostatis!
4. Jelaskan perbedaannya dengan disenfeksi!
Jawaban
1. - Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan
membunuh mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang terdapat pada permukaan
tubuh luar mahluk hidup. Contoh : hydrogen peroksida, garam merkuri, asam borat
dan triclosan.
- Desinfektan adalah zat kimia yang mematikan sel vegetatif belum tentu mematikan
bentuk spora mikroorganisme penyebab suatu penyakit. Contoh : iodine, alcohol,
ammonium kuarterner, formaldehida, kalium permanganate dan fenol.
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36