Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktikum Mekanika Tanah II merupakan salah satu persyaratan dari
Kurikulum Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut
Teknologi Nasional Bandung. Praktikum ini menitik-beratkan pada penyelidikan
mengenai keadaan suatu tanah yang akan digunakan sebagai tempat berdirinya
suatu bangunan. Hasilnya berupa data-data yang selanjutnya dianalisa sampai
dapat ditentukan struktur bangunan, tipe fondasi dan lain-lain sesuai dengan sifat-
sifat yang dimiliki tanah tersebut.
Hal-hal tersebut di atas sangat penting untuk menunjang segi ekonomis, segi
keselamatan baik bangunan, pemakai maupun pekerja yang ada, serta menentukan
parameter kekuatan tanahnya. Sesuai dengan karakteristik masing-msing
peralatan, setiap pengujian dapat menghasilkan hasil uji yang berbeda untuk
benda uji yang sama. Hal ini dapat terjadi karena prosedur pengujian dan cara
kerja alat yang berbeda-beda serta target hasil uji utama dari masing – masing
dalam penentuan parameter tanah.

1.2 Maksud dan Tujuan


Secara garis besar maksud dan tujuan diadakannya Praktikum Mekanika
Tanah II ini adalah untuk mengetahui dan memahami segi teknis dari
penyelidikan tanah baik di laboratorium maupun di lapangan. Sedangkan
mahasiswa dengan adanya praktikum ini, dapat mempraktekkan teori-teori yang
ada dalam mata kuliah Mekanika Tanah II yang didapat pada saat kuliah secara
langsung, sehingga mahasiswa diharapkan dapat memahami apa yang dipelajari
pada Mekanika Tanah II.
Selain itu juga pengetahuan tentang mekanis yang terjadi pada suatu jenis
tanah dapat bertambah dengan dilakukannya pengujian serta bertambahnya
pengalaman dalam penggunaan peralatan yang digunakan dalam praktikum.

1
1.3 Ruang Lingkup Praktikum
Adapun praktikum Mekanika Tanah II ini secara garis besarnya di bagi
menjadi 6 macam pengujian, antara lain:
• Uji Tekan Bebas ( Unconfined Compressive Strength Test )
• Uji Geser langsung ( Direct Shear Test )
• Uji Pemadatan ( Compaction Test )
• California Bearing Ratio Test ( CBR )
• Uji Konsolidasi ( Consolidation Test )
• Uji Triaxial ( Triaxial Test )

1.4 Sistematika Penyusunan Laporan


Sistematika pembahasan laporan ini adalah sebagai berikut :
• BAB I Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup
praktikum, sistematika penyusunan laporan, serta metode pendekatan dan
teknik pengumpulan data.
• BAB II Uji Konsolidasi ( Consolidation Test )
Pada bab ini berisi tentang tujuan, ruang lingkup, teori, peralatan yang
digunakan, bahan yang digunakan, prosedur pengujian, perhitungan, tata cara
pembuatan laporan, gambar peralatan pengujian, contoh perhitungan, serta
lampiran formulir pengujian.
• BAB III Uji Pemadatan ( Compaction Test )
Pada bab ini berisi tentang tujuan, ruang lingkup, teori, peralatan yang
digunakan, bahan yang digunakan, prosedur pengujian, perhitungan, tata cara
pembuatan laporan, gambar peralatan pengujian, contoh perhitungan, serta
lampiran formulir pengujian.
• BAB IV California Bearing Ratio Test ( CBR )
Pada bab ini berisi tentang tujuan, ruang lingkup, teori, peralatan yang
digunakan, bahan yang digunakan, prosedur pengujian, perhitungan, tata cara
pembuatan laporan, gambar peralatan pengujian, contoh perhitungan, serta
lampiran formulir pengujian.

2
• BAB V Uji Tekan Bebas ( Unconfined Compressive Strength Test )
Pada bab ini berisi tentang tujuan, ruang lingkup, teori, peralatan yang
digunakan, bahan yang digunakan, prosedur pengujian, perhitungan, tata cara
pembuatan laporan, gambar peralatan pengujian, contoh perhitungan, serta
lampiran formulir pengujian.
• BAB VI Uji Geser langsung ( Direct Shear Test )
Pada bab ini berisi tentang tujuan, ruang lingkup, teori, peralatan yang
digunakan, bahan yang digunakan, prosedur pengujian, perhitungan, tata cara
pembuatan laporan, gambar peralatan pengujian, contoh perhitungan, serta
lampiran formulir pengujian.
• BAB VII Uji Triaxial ( Triaxial Test )
Pada bab ini berisi tentang tujuan, ruang lingkup, teori, peralatan yang
digunakan, bahan yang digunakan, prosedur pengujian, perhitungan, tata cara
pembuatan laporan, gambar peralatan pengujian, contoh perhitungan, serta
lampiran formulir pengujian.
• BAB VIII Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh bab pada laporan ini.

3
BAB II
UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST)
(ASTM D-2435)

2.1Tujuan
• Menentukan harga Compression index (Cc), yang berguna untuk
menunjukkan besarnya penurunan.
• Menentukan harga Coefficient of Consolidation (Cv) yang berguna untuk
menunjukkan kecepatan penurunan per satuan waktu, akibat pembebanan.
• Menentukan tekanan prakonsolidasi dimana tanah tersebut dapat diketahui
apakah Over Consolidated atau Normally Consolidated.
• Dapat menentukan koefisien permeabilitas (k), koefisien Compressibility
(av), Coefficient of Volume Compressibility (mv)
• Untuk menentukan pemampatan suatu jenis tanah, yaitu sifat – sifat
perubahan isi dari dalam pori tanah yang di akibatkan adanya perubahan tekanan
vertikal yang bekerja pada tanah tersebut.
• Memberikan beban secara bertahap kepada tanah dan mengukur
perubahan volume (perubahan tinggi) contoh tanah terhadap waktu.

6.1 Ruang Lingkup


Melakukan pengujian sample untuk mencari harga Compression Index (Cc),
Coefficient of Consolidation (Cv), tekanan prakonsolidasi (Pc), koefisien
permeabilitas (k), koefisien Compressibility (av), dan Coefficient of Volume
Compressibility (mv)

2.2 Teori
Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan isi tanah jenuh secara perlahan-
lahan dengan permeabilitas rendah akibat keluarnya air pori. Proses tersebut
berlangsung terus sampai kelebihan tekanan air pori yang disebabkan oleh
kenaikan tegangan total telah benar-benar hilang.

4
Prakonsolidasi akan didapat :
• Over Consolidated → Pc > Po
• Normally Consolidated → Pc = Po
Dimana : Po = tekanan efektif tanah sekarang (overburden pressure)
Cv .av . y
♠ Koefisien Permeabilitas (k) =
1 +e
av
♠ Koefisien Kompresibilitas Volume (mv) =
1 + eo

2.3 Peralatan Yang Digunakan


• Konsolidometer unit lengkap dengan dial deformasinya dan beban-beban
konsolidasi.
• Stopwatch
• Trimmer
• Ring konsolidasi; batu pori
• Alat pengeluar contoh tanah dari tabung (sample extruder)
• Oven 105o - 110o C
• Timbangan ketelitian 0,01 gram dan 0,1 gram
• Spatula ; can
• Desicator

2.4 Bahan Yang Digunakan


• Sample tanah
• Air suling (aquades)
• Kertas saring/kertas pori (filter paper)

2.5 Prosedur Pengujian


• Siapkan contoh tanah tak terganggu.
• Bersihkan cincin dan timbang beratnya (W1) dan ukur tingginya sebagai
tinggi contoh tanah mula-mula
• Keluarkan contoh tanah dari tabung dengan cara menekan cincin tersebut

5
sampai cincin terisi penuh oleh tanah dengan menggunakan extruder.
Potong dan ratakan bagian atas dan bawahnya dengan pisau perata.
Kemudian timbang beratnya (W2).
• Letakkan cincin benda uji diantara batu pori yang telah dilapisi dengan
kertas saring pada sel konsolidasi.
• Atur alat (nivo) pada kondisi seimbang dengan memutar span skrup
pengatur dan letakkan bola baja kecil dalam coakan plat penekan supaya
menyentuh bola baja.
• Atur arloji pengukur (dial deformasi) pada posisi tertekan di atas batu pori
kemudian di nol kan.
• Tuangkan air pada sel konsolidasi dan diamkan selama 24 jam agar contoh
tanah jenuh air.
• Letakkan beban pertama pada tempat beban sehingga besar tekanan yang
diterima 0,25 kg/cm2. Lepaskan span baut pengatur.
• Baca penurunan pada 0; 0,25; 1; 2,25; 4; 6,25; 9; 12,25; 20,25; 25; 36; 60;
120; 240; 480; dan 1440 menit (24 jam).
• Setelah dilakukan pembacaan selama 24 jam, tambahkan beban kedua
sebesar 0,5 kg/cm2 dan atur baut pengatur hingga menyentuh lengan
beban dan lakukan pembacaan seperti langkah-langkah pada pembebanan
sebelumnya.
• Setelah itu lakukan penambahan beban ketiga dan seterusnya. Lakukan
pula pembacaan seperti yang telah dilakukan sebelumnya.
• Setelah dilakukan pembebanan maksimum, kurangi beban dalam dua
tahap sampai mencapai beban pertama. Baca dial deformasi 24 jam setelah
pengurangan beban lalu beban dikurangi lagi. Lakukan pembacaan
kembali setelah 24 jam berikutnya.
• Pada akhir pembacaan, keluarkan benda uji dan timbang beratnya dan ukur
tingginya.
• Masukkan contoh tanah tadi ke dalam oven untuk diukur kadar airnya.

6
2.6Perhitungan
• Hitung terlebih dahulu kadar air (w).
W
• Tinggi efektif benda uji =
A x Gs

Dimana :
W = Berat benda uji W2-W1 (gr)
A = Luas benda uji (cm2)
Gs = Berat jenis butir tanah
H 0 − H1
• Angka pori mula-mula (e0 ) =
H1

Dimana:
H0 = Tinggi contoh mula-mula
∆H
• Perubahan angka pori setiap pembebanan (∆e) =
H1

Dimana :
∆ H = Pembacaan arloji pengukur mula-mula dikurangi dengan
pembacaan
arloji pengukur setelah pembeban yang bersangkutan.
Ht = Tinggi contoh tanah setelah terkonsolidasi (cm)
• Angka pori (e) pada setiap pembebanan = eo - ∆ e
• Gambar harga-harga angka pori pada kurva angka pori terhadap tekanan dengan
menggunakan skala logaritmik untuk tekanan.
w xGs
• Derajat Kejenuhan sebelum dan setelah pengujian ( Sr ) =
e
Dimana :
w = kadar air (%)
• Koefisien Konsolidasi:
0,848 (0,5 H ) 2 0,197 ( H ) 2
Cv = Cv =
t 90 t 50

Dimana :
H = tinggi benda uji = 0,5 (H0 - 0,5 Ht) (cm)
t90 = waktu untuk mencapai konsolidasi 90%
t50 = waktu untuk mencapai konsolidasi 50

7
• Contoh Perhitungan
• Dial Change (mm) = Final Dial 1 – Final Dial 2
= 0.93950 – 0.92870
= 0.0108 mm
• 2H from Change = 2H + Dial Change
= 32.37 + 0.0108
= 32.3808 mm
32 .3808 + 32 .37
• H (Heigth of soil) = = 16 .1877 mm
4
2H − 2H 0
• e (void ratio) =
2H 0
32.38 - 11.79
= = 1.746
11.79
e0 + e1 0.2387 + 1.746
• eav = = = 0.992
2 2
• t90 = 2081.526 (didapat dari grafik)
0.848 × H 2 0.848 ×16 .1877 2
• C v= = = 0.1067
t90 2081.526

∆e 1.746 − 1.731
• Cc = = = 0.015
log ( P2 − P1 ) log (0.35 − 0.241 )

0.435× Cc 0.435 × 0.015



mv = = = 0.0221
Pav (0.35 + 0.241)
2
Cv × mv × γ w 0.1067 × 0.0221 × 1
• k= = = 0.00118
1 + eav 1 + 0.992

Konsolidometer

8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
BAB III

19
UJI PEMADATAN (COMPACTION TEST)
(ASTM D-698 DAN D-1557)

3.1 Tujuan
Untuk mendapatkan hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah, sehingga
dapat diperoleh kadar air optimum (Optimum Moisture content/OMC) pada saat
kepadatan kering maksimum (Maximum Dry Density / MDD).

3.2 Ruang Lingkup


Melakukan pengujian untuk memperoleh OMC pada saat MDD.

3.3 Teori
Pemadatan sebenarnya bertujuan untuk Meningkatkan shear strength,
Meningkatkan swell potential, Meningkatkan kepadatan/kerapatan butir ,tanah
Memperkecil shrinkage,Memperkecil compressibility. Tingkat pemadatan tanah
diukur dari berat volume kering tanah yang dipadatkan. Bila air ditambahkan
kepada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air tersebut akan berfungsi sebagai
unsur pembasah (pelumas) pada partikel-partikel tanah. Karena adanya air,
partikel-partikel tanah tersebut akan lebih mudah bergerak dan bergeser satu sama
lain dan membentuk kadudukan yang lebih rapat/padat.

Ada 2 metode pemadatan di laboratorium :


• Standard Proctor (ASTM D 698, ASSHTO T-99)
• Modified Proctor (ASTM D 1557, ASSHTO T-
180)

20
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
Jl. PHH. Mustofa No. 23 Bandung – 40124 Telp 022-7272215

Tabel 1.1 Spesifikasi Uji Pemadatan ASTM dan ASSHTO


Standar Proctor Modified Proctor
Deskripsi Unit (D 698, T-99) (D 1557, T-180)
Metode A Metode B Metode A Metode B
Mold :
Ft3 1/30 1/13,33 1/30 1/13,33
Volume
Cm3 943,90 2124,30 943,90 2124,30

Inch 4,58 4,58 4,58 4,58


Tinggi mm 116,33 116,33 116,33 116,33
Inch 4 6 4 6

Diameter mm 101,60 152,40 101,60 152,40


Lbs 5,50 5,50 10 10
Berat Palu
Kg 2,5 2,5 4,54 4,54
Inch 12 12 18 18
Tinggi Jatuh Palu
mm 304,80 304,80 457,20 457,20
Jumlah Lapisan Tanah 3 3 5 5
Jumlah Pukulan Tiap Lapisan 25 56 25 56
Tanah Lolos Saringan No.4 No.4 No.4 No.4

Energi Pemadatan; E (Kg/cm3)


Tinggi jatuh hammer x berat hammer x jumlah jatuhan
E=
1/3 volume
3.4 Peralatan yang Digunakan
• Alat pemadatan standard atau modifikasi sesuai dengan spesifikasi
pemadatan yang dilakukan berupa tabung cetakan (mold) lengkap dengan
silinder penyambung (collar) serta alat penumbuk (hammer)
• Saringan ASTM No.4 (4,75 mm)
• Alat untuk mengeluarkan contoh tanah (dongkrak) dari tabung
• Alat perata tanah dari besi sepanjang 25 cm, dengan salah satu sisi
memanjang tajam dan sisi yang lain datar, pisau

21
• Wadah tempat mencampur tanah dengan air (can)
• Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram dan 0,1 gram
• Oven dengan suhu 105˚-110˚ C
• Wadah tempat penyimpanan sample tanah (desicator)
• Palu karet, kantong plastik
• Penyemprot air (sprayer), oli, kuas

3.5 Bahan yang Digunakan


• Tanah yang lolos saringan No.4 (4,75 mm)
• Air suling untuk menambah kadar air

3.6 Prosedur Pengujian


• Modified Proctor
a. Siapkan contoh tanah terganggu yang telah dikeringkan, kemudian
ditumbuk dengan palu karet sehingga lolos saringan No. 4 sebanyak 25
kg.
b. Membagi tanah yang lolos saringan No.4 menjadi 5 bagian.
c. Tiap-tiap bagian dicampur dengan air sehingga diperoleh kadar air
yang berbeda-beda dengan perbedaan ± 5% satu sama lain atau
disesuaikan dengan keadaan tanah yang digunakan, sehingga diperoleh
2 contoh tanah dengan kadar air kira-kira dibawah optimum dan 2
contoh tanah diatas kadar air optimum.
d. Masing-masing bagian tanah diaduk rata diatas baki seng dan
kemudian dimasukka ke dalam kantong plastik dan disimpan selama
12 jam atau sampai tanah jenuh.
e. Siapkam mold/cetakan dan alasnya. Timbang beratnya (W1) dan ukur
volumenya (V).
f. Setiap contoh tanah yang ada dalam satu kantong plastik dibagi
menjadi 5 bagian. Setiap bagian menjadi satu lapisan dalam mold dan
ditumbuk sebanyak 56 kali.
g. Setelah ditumbuk sebanyak 5 lapisan, leher mold dibuka dan tanah
diratakan kemudian ditimbang (W2).

22
h. Ambil sedikit contoh tanah tersebut pada bagian atas dan bagian
bawahnya untuk diukur kadar airnya.
i. Pengujian ini dilakukan sebanyak 5 kali untuk kadar air yang berbeda,
sehingga diperoleh 5 titik koordinat.
j. Gambarkan hubungan antara berat isi kering (γd) dan kadar air (w).
Titik puncak pada kurva jika diproyeksikan pada absis sumbu akan
diperoleh berat isi kering meksimum (γd) (Maximum Dry Density =
MDD) dan kadar air optimum (Optimum Moisture Content = OMC).
k. Gambarkan hubungan antara berat isi kering (γd) dengan kadar air pada
derajat kejenuhan 100% (Zero Air Void Line = ZAVL).

1 2
1 1 2 2
5 8 1 6 2
0 1 32
5 1 1 2 2
3 9 4 1
7 1 0 5 4
4 1 1 1 1
7 6
2 3 2 9 8

Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga


Gambar 3.6 Tahapan penumbukan
3.7 Perhitungan
• Kadar air tanah (w) dihitung terlebih dahulu
Ww
W= x 100%
Ws

Dimana :
Ww = berat air (gram)
Ws = berat tanah kering (gram)
W2 −W1
• Berat isi tanah (γ) = (gr/cm3)
V
Dimana :
W1 = berat mold + alas (gram)
W2 = berat mold + alas + berat contoh tanah (gram)
V = volume mold (cm3)
γ
• Berat isi kering (γd) = (gr/cm3)
(1 + w)

23
Dimana :
w = kadar air setelah kompaksi (%)
γ w xG s
• Berat isi kering Z.A.V (γZ.A.V) = (gr/cm3)
γ w + wG s
Dimana :
Z.A.V = Zero Air Void (kondisi kada udara = 0)
γw = berat isi air (= 1 gr/cm3)
Gs = berat jenis butiran tanah
G s (1 + w)γ w Gs γ w
• Kadar pori (e) = -1= -1
γ γd
e
• Porositas (n) =
1 +e
• Contoh Perhitungan
• Sample 3 (1250ml)
• Spesific Gravity = 2.65
• Berat mold = 2810 gr
• Diameter mold = 15.3 cm
• Tinggi mold = 11.3 cm
• Volume mold = 2115.2 cm3
• Berat cetakan+alas+tanah basah (W2) = 9858 gr
• Berat cetakan+alas (W1) = 5788 gr
• Berat Tanah Basah (W) = W2 – W1
= 9858 – 5788 = 4070 gr
• Volume Tanah Basah (V) = Volume mold
= 2115.2 cm3

• Berat Isi (γ) = gr/cm3

• Kadar Air (w) 14.818 % = 0.14818

• Berat Isi Kering (γd)

• Berat Tanah Kering (Ws)


Ws

• Volume Tanah Kering (Vs)

24
• Volume

• Kadar Pori (e)

• Porositas (n)

• A.V.C (Sr = 80%)

A.V.C

Z.A.V.C

25
26
27
28
29
30
31
BAB IV
CALIFORNIA BEARING RATIO TEST (CBR TEST)
(ASTM D - 1883)

32
4.1 Tujuan
Untuk menilai kekuatan tanah dasar yang dikompaksi di laboratorium yang
akan digunakan dalam perencanaan tebal perkerasan. Hasil percobaan dinyatakan
sebagai nilai CBR (California Bearing Ratio) Laboratorium yang digunakan
dalam menentukan kualitas relatif tanah subbase dan menentukan prosentase
pengembangan suatu tanah (evaluasi kemungkinan tanah mengembang/expansive
soils)

4.2 Ruang Lingkup


Menentukan pengujian untuk menentukan angka CBR laboratorium.

4.3 Teori
California Division of Highway (CBR) dikembangkan pada tahun 1929
bertujuan untuk memeriksa kelayakan suatu tanah untuk digunakan sebagai
material subgrade, subbase suatu perkerasan. Ada. 2 (dua) kondisi dalam
penentuan nilai CBR laboratorium, yaitu CBR Soaked (CBR Rendaman) CBR
Unsoaked (CBR Tanpa Rendaman) Uji CBR laboratorium dilakukan untuk
mengetahui kekuatan geser tanah pada kondisi kadar air dan kepadatan
tertentu.Nilai CBR merupakan rasio antara tegangan satuan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan penetrasi pada kedalaman tertentu dari suatu piston
penetrasi dengan luas 19,4 cm2 pada sample tanah yang telah dipadatkan pada
kadar air dan kepadatan tertentu terhadap tegangan satuan standar yang
dibutuhkan untuk mencapai penetrasi yang sama dari suatu sample batu pecah
standar (standard crushed stone).
Pada perencanaan jalan baru, tebal perkerasaan biasanya ditentukan dari
nilai CBR tanah dasar yang dipadatkan. Nilai CBR yang dipergunakan untuk
perencanaan disebut CBR desain (CBR design). Desain CBR didapat dari
percobaan di laboratorium dengan memperhitungkan dua faktor, yaitu :
• Kadar air tanah serta berat isi kering pada waktu dipadatkan.
• Percobaan pada kadar air yang mungkin terjadi setelah perkerasan selesai
dibuat.
Ada. 2 (dua) kondisi dalam penentuan nilai CBR laboratorium, yaitu:

33
• CBR Soaked (CBR Rendaman)
• CBR Unsoaked (CBR Tanpa Rendaman)
Nilai CBR dapat dihitung dengan persamaan:
tegangan pengujian
CBR = x 100%
tegangan standar

Tabel 4.1 Nilai Beban Satuan Standar untuk Beberapa Penetrasi

Penetrasi Tegangan Standar

(mm) (inch) (Mpa) (1bs)

2,5 0,1 6,9 1000

5,0 0,2 10,3 1500 Catatan :

7,5 0,3 13,0 1900 1 kPa = 0,01 kg/cm2

10,0 0,4 16,0 2300 1 Mpa = 10,0 kg/cm2

12,7 0,5 18,0 2600

Tabel 4.2 Korelasi Nilai CBR dengan Kondisi Tanah, Kegunaan dan Klasifikasi
Tanah

Nilai CBR General Rating Uses USCS AASHTO

0-3 Very Poor Subgrade OH, CH, MH, OL A5, A6, A7

3-7 Poor tb Fair Subgrade OH, CU, MH, OL A4, AS, A6, A7

7-20 Fair Subgrade OL, CL, ML, SC, SM, SP A2, A4, A6, A7

Base GM, GC, SW, SM, A1b, A2-5, A3, A2,


20 – 50 Good
Subbase SP, GP A2-6

> 50 Excellent Base GW, GM Al a, A2-4, A3


Sumber : Joseph E. Bowles, Engineering Properties of Soils and Their Measurement

Kegunaan dari CBR Test adalah sebagai berikut :


• Untuk mengetahui kekuatan tanah dasar
• Untuk menentukan tebal lapisan perkerasan

34
• Menentukan prosentase pengembangan tanah (khusus untuk CBR soaked)
Uji CBR pada saa ini hanya dikaitkan dengan keperluan perancangan tebal
perkerasan. Agar hasilnya valid, prosedur standar harus dijaga. CBR merupakan
parameter tak berdimensi dan tidak berkaitan langsung dengan sifat tanah yang
lain.

4.4 Peralatan Yang Digunakan


• Mesin penetrasi (penetration machine) dengan kecepatan penetrasi sebesar
1,27 mm/menit.
• Cetakan logam (mold) berbentuk silinder dengan diameter dalam 152,4 ±
0,66 mm dengan tinggi 177,8 ± 0,13 mm. Cetakan dilengkapi dengan leher
sambungan (collar) dengan tinggi 50,8 mm dan keeping lubang tidak lebih dari
1,59 mm.
• Piringan pemisah dari logam (spacer disk) dengan diameter 150,8 mm dan
tebal 61,4 mm.
• Alat penumbuk (compaction rammer) yang sesuai dengan cara pengujian
pemadatan.
• Alat pengukur pengembangan yang terdiri dari keping pengembangan
yang berlubang, batang pengatur, tripod logam, dan arloji pengukur
pengembangan.
• Keping logam (surcharge weight) dengan berat 2,7 kg, diameter 194,2 mm
dengan diameter lubang tengah 54,2 mm
• Torak penetrasi dari logam berdiameter 49,5 mm, luas 1935 mm2 dan
panjang titik kurang dari 10 1,6 mm
• Arloji pengukur beban (dial gauge dengan skala 0,01 mm) dan arloji
pengukur penetrasi.
• Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
• Stopwatch
• Oven, desicator, oli, kuas
• Pisau, dongkrak, saringan No.4
• Alat perata dan bak air

35
4.5 Bahan Yang Digunakan
• Tanah yang lolos saringan No. 4 (4,75 mm)
• Kertas pori (filter paper)

4.6 Prosedur Pengujian


• Siapkan mold + alasnya kemudian timbang beratnya.
• Siapkan contoh tanah kering udara yang sudah lolos saringan no.4
sebanyak 5 kg.
• Campur contoh tanah dengan air pada kondisi kadar air optimum.
• Padatkan tanah dalam mold sesuai dengan prosedur pengujian kompaksi,
dimana tanah ditumbuk sebanyak 56 kali per lapis untuk pemadatan dengan
modified sebanyak limit lapis.
• Ratakan permukaan tanah dan periksa kadar airnya sebelum perendaman
yang diambil dua sample yaitu dari bagian atas dan bawah.
• Tutup bagian atas dan bawah contoh tanah di dalam mold dengan
menggunakan kertas saring, kemudian pada bagian atas mold diletakkan plat baja
(plat pengembangan) dan pasang arloji pembebanan dan rendam pada bak
perendaman selama 4 x 24 jam.
• Lakukan pembacaan setiap 24 jam.
• Setelah pembacaan terakhir, contoh tanah dikeluarkan dari bak
perendaman dan miringkan selama 15 menit sehingga air bebas mengalir.
• Letakkan keping pemberat di atas permukaan benda uji.
• Letakkan benda uji pada mesin penetrasi dan atur torak penetrasi pada
permukaan benda uji sehingga arloji beban menunjukkan beban permulaan yang
diletakkan sebelumnya.
• Berikan pembebanan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi 1,27
mm/menit. Catat pembebanan setiap penetrasi mencapai 0; 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 4;
5; 6; 7; 7,5; 9; 10 dan 12,5 mm.
• Setelah pengujian dilakukan, dilakukan kembali pemeriksaan kadar air
setelah perendaman yang diambil tiga sample yaitu dari bagian atas, tengah dan
bawah.

36
4.7 Perhitungan
S
• Presentase Pengembangan = x 100%
H
Dimana :
S = Pengembangan sample/perubahan tinggi sample (mm)
H = Tinggi awal sample tanah (mm)
• Gambarkan kurva tahanan penetrasi sebagai ordinat terhadap penetrasi
sebagai absis.

• Tentukan tegangan penetrasi untuk sample pada penetrasi 0,1” dan 0,2”.
Harga CBR untuk :
• Penetrasi 0,1”
Tegangan Pengujian. (lbs)
CBR = x 100%
3 x 1000

• Penetrasi 0,2”
Tegangan Pengujian. (lbs)
CBR = x 100%
3 x 1500

• Hitung berat isi basah (γ) dan berat isi kering (γd)

Contoh perhitungan

*Atas

CBR 0.1 = = 2.5 %


CBR 0.2 = = 2.55%

*Bawah
CBR 0.1 = = 4.66 %
CBR 0.2 = = 4.44 %

37
Diperoleh CBR 4.66 %

Alat CBR Test

38
39
BAB V
UJI KUAT TEKAN BEBAS
((UNCONFINED COMPRESSIVE STRENGHT [UCS] TEST)

5.1 Latar Belakang

40
Dalam penelitian ini akan diteliti bagaimana korelasi antara hasil
uji kuat tekan bebas dari alat Unconfined Compression Strength Test
(UCT) dengan hasil uji kekuatan dengan Laboratory Vane Shear Test
untuk benda uji dari remolded clay.

5.2 Maksud dan Tujuan

a. Mendapatkan bentuk hubungan (perumusan korelasi) antara kuat


geser tanah yang dihasilkan dari uji Unconfined Compression
Strength Test dengan hasil uji Laboratory Vane Shear Test,

b. Mengetahui Sensitivity (derajat kepekaan) dari tanah.

5.3 Ruang Lingkup

Melakukan pengujian untuk mengetahui besarnya kekuatan geser,


kohesi, daya dukung dari tanah kohesif, serta mencari Sensitivity (derajat
kepekaan) dari tanah.

5.4 Teori

Kekuatan geser tanah terbentuk oleh 3 bagian (komponen) .


Pertama adalah Bagian yang bersifat kohesi dan adhesi yang tergantung
kepada jenis tanah ,bagian interlocking antar partikel tanah yang tergatung
kepadatan butir,bagian yang mempunyai sifat gesekan (frictional)
sebanding dengan tegangan efektif yang bekerja pada bidang geser

Ada 3 macam tipe keruntuhan tanah, yaitu :


a. L≤2D : Bidang keruntuhan contoh tanah akan mengalami
Overlapping
(Overlapping failure zone).
b. L>2D : Tidak akan terjadi Overlapping Failure Zone.
c. L>3D : Contoh tanah akan berlaku sebagai kolom yang
mengalami bahaya

41
tekuk (buckling) sebelum terjadi bidang keruntuhan.

L≤2D L>2D
L>3D

Gambar 5.1 Tanah Setelah diuji


Pada pengujian ini, silindrical sample diberi tegangan axial yang
searah dengan sumber contoh tanah tersebut. Dengan asumsi-asumsi yang
diambil sebagai berikut, yaitu :
 Tidak ada tegangan lateral / lateral support (σ3 = 0).
 Sudut geser dalam dari tanah = 0 (φ = 0).
Axial Strain Reading x 0,01
• Axial Strain (%) = Tinggi sample x 10
x

100%

• Axial Load (kg) = Axial Load Reading x Kalibrasi Alat

Luas sample x Axial Strain (%)


• Correction Area = +
100

Luas sample

Axial Load (kg)


• Stress =
Correction Area

42
qu
• Kekuatan geser undrained (Cu) =
2

qu undisturbe d
• Derajat Kepekaan (St) =
q u remolded

5.5 Peralatan Yang Digunakan

a. Unconfined Compression Machine,

b. Sample Extruder,

c. Stopwatch,

d. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram,


e. Cetakan silinder φ = 3,6 cm ; tinggi = 7,2 cm,
f. Silinder cetakan tanah, oli,

g. Jangka sorong,

h. Trimming device (Trimmer),

i. Oven, desicator,

j. Pisau.

5.6 Bahan Yang Digunakan

Contoh tanah kohesif dengan syarat 2 < L/d < 3, keduan


permukaan diratakan.
Dimana :
L = Panjang contoh tanah
d = Diameter contoh tanah

43
5.7 Prosedur Pengujian

1. Keluarkan contoh tanah dari tabung dengan menekan cetakan


silinder berukuran tinggi 7,2 cm dan diameter 3,6 cm sampai tanah
terisi penuh oleh tanah dengan menggunakan extruder.
2. Ratakan kedua permukaan dan keluarkan contoh tanah dari cetakan
kemudian timbang beratnya.
3. etakkan contoh tanah pada alat penekan secara sentries.
4. Atur dial beban maupun deformasi pada posisi nol.
5. Lakukan penekanan dengan menggunakan pemutar engkol (untuk
mesin manual) atau menghidupkan motor (mesin elektrik).
Kecepatan penekan diambil 1% sampai dengan 2% per menit dari
tinggi contoh semula.
6. baca dial beban pada rengangan 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, dan
seterusnya.
7. setelah dicapai beban batas atau regangan setelah mencapai 20%,
gambarkan pola keruntuhan tanah dan periksan kadar airnya.
8.
5.8 Tata Cara Penulisan Laporan

Materi harus dilaporkan sehubungan dengan praktikum ini adalah


sebagai berikut:
a. Menghitung besarnya kekuatan geser, kohesi, daya dukung dari tanah
kohesif dan mencari sensitivity (derajat kepekaan) dari tanah.
b. Mengambil kesimpulan.
c. Faktor kesalahan.

44
Contoh perhitungan

*Corection area = ¼. .d2


=1/4. . 3,72
=10.75 cm2

*Axial load = kalibrasi alat x Reading


= 0.341 x 0.6 = 0.2046 kg

*Stress = Axial load / Corection area


= 0.2046/10.75=0.019 kg/cm2

Unconfined compressive strength machine

45
46
47
48
49
BAB VI
UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST)
(ASTM D-3080, ASSHTO T-236)

6.1 Tujuan
Untuk memperoleh besarnya tahanan geser tanah pada tegangan normal
tertentu. Untuk mendapatkan kuat geser tanah.

6.2 Ruang Lingkup


Melakukan pengujian untuk menetukan parameter c dan φ dari tanah.

6.3 Teori
Direct Shear dapat dikategorikan 3 macam yaitu UU Test,CU Test,CD Test:

50
Untuk tanah non-kohesif,
Direct Shear dari tiga kondisi test diatasPengertian
akan memberikan hasil
a. Unconsolidated – Undrained Gaya geser diberikan sebelum
atau UU Test contoh tanah mengalami
konsolidasi akibat gaya normal
Pv.Bila tanah kohesif dan jenuh,
kemungkinan tekanan air pori
dapat bertambah. Test ini
analogi dengan Unconsolidated
– Drained Traxial Test.

b. Consolidated – Undrained atau Gaya normal diberikan dan


CU Test diamati perubahan ke arah
vertikal dari contoh tanah
sampai dengan settlement
berhenti, sebelum diberikan
gaya geser.
Test ini keadaanya antara
Consolidated – Drained dan
Consolidated – Undrained
Traxial Test.

c. Consilidated – Drained atau CD Gaya normal diberikan sampai


Test terjadi settlement secara
sempurna (Tidak ada penurunan
lagi), kemudian diberikan gaya
geser secara perlahan-lahan,
diusahakan agar tekanan air pori
tidak bertambah dalam contoh
tanah.

51
Uji geser langsung (direct shear) tidak dapat mengukur tekanan air pori yang
timbul saat pergeseran dan tidak dapat mengontrol tegangan yang terjadi di
sekeliling contoh tanah
Untuk tanah kohesif parameter tanah dipengaruhi oleh metode test, derajat
kejenuhan, dan kondisi tanah Normally atau Consolidated.
Pv
• Tegangan Normal (σn) : σ= (kg/cm2)
A
Ph
• Tegangan Geser (τ) : τ= (kg/cm2)
A
• Tanah Kohesif : τ = c + σn.tgφ (kg/cm2)

• Tanah Non-Kohesif : τ = σn.tgφ (kg/cm2)


Dimana :
Pv = beban vertikal (kg)
Ph = beban horizontal (kg)
A = luas dari contoh tanah (cm2)

6.4 Peralatan yang Digunakan


• Alat Direct Shear
• Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram dan 0,1 gram
• Oven
• Jangka sorong
• Stopwatch
• Can, Desicator

6.5 Bahan yang Digunakan


Sample tanah dari tabung contoh berbentuk bulat dengan φ = 6.1cm dan
tinggi 2 cm.

6.6 Prosedur Pengujian

52
• Siapkan 4 contoh tanah dengan alat pencetak dan keluarkan dengan
extruder kemudian ratakan permukaan dengan pisau perata dan timbang
beratnya, ukur luasnya.
• Atur bak geser (shear box) dimana plat geser bawah diletakkan pada
permukaan dasar bak perendaman kemudian kencangkan baut pengunci.
• Setelah itu pasang plat geser atas dan pasang pen sehingga lubang tekan
plat geser bawah dan atas simetris. Masukkan plat kemudian baut pori.
• Letakkan contoh tanah kemudian himpit dengan baut pori dan penekan
contoh.
• Pasang instalasi muatan dan palang kecilnya akan berhubungan dengan
lengan keseimbangan kemudian atur handle setelah seimbang.
• Pasang dial pergeseran dan proving ring. Kemudian atur posisi jarum
pergeseran dan dial proving ring pada angka nol.
• Isi bak perendam sampai menutup contoh tanah dan jaga permukaan air
tetap selama pengujian.
• Putar pen pengunci kemudian putar pen perenggang.
• Putar engkol sehingga tanah mulai menerima beban geser. Kecepatan
pemutaran engkol 0,5 sampai dengan 2 mm permenit.
• pembacaan dial proving ring dan dial gesekan dilakukan setiap 15 detik
sampai mencapai beban maksimum atau deformasi 10% diameter beban
uji.
• keluarkan contoh tanah, dan bersihkan shear box dari sisa-sisa tanah.
• Lakukan kembali langkah-langkah prosedur di atas untuk contoh tanah
yang lain dengan penambahan beban 2 kali beban pertama untuk contoh
tanah kedua dan 3 kali beban pertama untuk contoh tanah ketiga.

6.7 Perhitungan
• Gaya Geser = Pembacaan dial x kalibrasi proving ring
π.d 2
• Luas bidang geser : A=
4
Dimana : d = Diameter sample

53
P
• Tegangan geser : τ=
A
• Pergeseran = waktu x kecepatan pergeseran
• Tebal benda uji = tebal awal – penurunan
• Gambar grafik hubungan antara tegangan geser τ dan tegangan normal σ,
kemiringan garis terhadap sumbu σ adalah sudut geser dalam φ dan
perpotongan garis tersebut dengan sumbu τ ordinat adalah nilai kohesif
tanah sesuai rumus coulomb :
τ = c + σ tan φ

• Contoh Perhitungan
• Gaya geser =0.1 ×0.4818 = 0.4818 kg

• Luas bidang geser


π ×6
A= = 28 .3 cm 2
4
• Tegangan geser
0.48
τ = = 0.0170 kg/cm 2

28 .3
• Volume sample
π × d 2 × t π × 6 2 × 1 .9
V = = = 53 .7 cm 3
4 4
• Berat volume
Berat sample 94 .4
γ = = = 1.75 gr/cm3 3

Volume Sample 53 .7

• Tegangan Geser
Gaya Geser 0.48
σ= = = 0.0170 kg/cm 3

Luas Sample 28 .3

54
Alat Direct Shear

55
56
57
58
BAB VII
UJI TRIAXIAL (TRIAXIAL TEST)
(ASTM D-2850, AASHTO T-234)

7.1 Tujuan
Untuk menentukan sudut geser dalam (φ ) dan kohesi suatu jenis tanah,
dimana dan φ diperlukan untuk menghitung besarnya daya dukung tanah,
tegangan tanah, dan kestabilan lereng.

7.2 Ruang Lingkup


Melakukan pengujian untuk mencari nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam
(φ ).

7.3 Teori
Test Triaxial ada 3 (tiga) macam, yaitu :
• Undrained Test (Unconsolidated – Undarained Test) (UU Test)
Uji kompreksi triaksial dimana tidak diperkenankan perubahan kadar air
dalam contoh tanah. Sample tidak dikonsolidasikan dan air pori tidak teralir
saat pemberian tegangan geser.
• Consolidated – Undrained Test (CU Test)

59
Pada pengujian ini mula-mula diberikan tegangan normal dan air
diperbolehkan mengalir dari contoh tanah sampai konsolidasi selesai.
Setelah itu jalan aliran air ditutup dan contoh tanah diberi tegangan geser
sampai contoh tanah runtuh, biasanya tegangan air pori diukur selama
tegangan geser diberikan.
• Consolidated – Drained Test (CD Test)
Pada pengujian ini aliran air diperbolehkan mengalir selama pengujian, mula-
mula diberikan tegangan normal sampai konsolidasi selesai, kemudian
diberikan tegangan geser sampai terjadi keruntuhan dengan aliran air tetap
dibuka. Pemberian tegangan harus dilakukan secara perlahan-lahan, supaya
tegangan air pori tetap nol tidak berubah.
Dalam praktikum ini dilakukan Unconsolidated – Undarained Test.
Tabel 7.1 Parameter Kuat Geser yang Didapat dari Hasil Uji Triaxial
Tipe Pengujian Parameter yang Didapat
Unconsolidated Undarained (UU) Cu ; φ
Consolidated Undrained (CU) c ; φ ; u ; c’ ; φ ’
Consolidated Drained (CD) c ; φ ; u ; c’ ; φ ’

Dimana :
c(c’) = kohesi (efektif)
φ (φ ’) = sudut geser dalam
u = tekanan air pori
∆L
• Regangan vertikal (ε ) = L
0

Dimana : ∆L = Perubahan panjang


L0 = Panjang contoh tanah awal
A0
• Luas Penampang koreksi (A) =
1 −ε
Dimana : A0 = Luas penampang mula-mula (cm2)
A = Luas penampang setelah dikoreksi (cm2)
• Gaya Aksial yang bekerja (P) = bacaan dial x kalibrasi (kg)
P
• Tegangan Deviator (Δσ) = (kg/cm2)
A
Dimana : A = Luas sample

60
• Tegangan Keliling (σ3) = k0 . γ . H
Dimana :
k0 = koefisien tegangan tanah (keadaan strain = 0) = 0,4 – 0,8
H = kedalaman/ketinggian contoh tanah (cm)

7.4 Peralatan yang Digunakan


• Compression Machine (Strain Controlled)
• Triaxial Cell
• Specimen Mold (silinder untuk cetrakan contoh tanah)
• Rubber membrane (membrane karet/kondom)
• Membrane Stretcher
• Rubber Binding Strips
• Batu pori
• Vacuum pump
• Compressor
• Trimmer untuk tanah kohesif
• Loading Frame
• Sample Extruder
• Timbangan
• Alat pemotong (gergaji kawat)
• Oven, can
• Air bercampur Gliserin
• Stopwatch

7.5 Bahan yang Digunakan


Contoh tanah dengan syarat 2 < L/d < 3, kedua permukaan diratakan
L = panjang contoh tanah
d = diameter contoh tanah

61
7.6 Prosedur Pengujian
• Keluarkan contoh tanah dari tabung dengan menekan cetakan silinder
berukuran tinggi 3” dan diameter 1,5 “ sampai tanah terisi penuh oleh
tanah dengan menggunakan extruder.
• Ratakan kedua permukaan dan keluarkan contoh tanah dari cetakan
kemudiaan timbang beratnya.
• Dengan bantuan strectcher contoh tanah diselubungi membran karet.
• Pasang batu pori dibagaian bawah.
• Membran bagian bawah atas diikat dengan karet membrane.
• Letakkan contoh tanah pada alat triaxial, percobaan dilakukan dengan cara
UU.
• Sel triaxial diisi air destilasi hingga penuh dan meluap, tegangan air pori
dinaikkan hingga 0,5 kg/cm2 (σ3).
• Tegangan vertical diberikan dengan cara menekan tangkai beban dibagian
atas contoh tanah yang dijalankan oleh mesin dengan kecepatan tertentu.
• Untuk mengukur tekanan air pori, kran penghubung batu pori dengan alat
pengukur tekanan air pori dibuka dan tekanan air pori dibaca pada pipa U.
Pembacaan tekanan air pori tersebut harus dilakukan tanpa terjadi aliran
air dari contoh tanah (Undrined), yaitu dengan mengatur screw control.
Pembacaan tekanan air pori dilakukan bersama dengan pembacaan
proving ring dial pada setiap strain dial bergerak 20 devisi.
• Pembacaan dilanjutkan sampai pembacaan proving ring dial
memperlihatkan penurunan sebanyak tiga kali atau sampai strain
mencapai ± 15%.
• Keluarkan contoh tanah dari sel triaxial kemudian digambarkan bidang
runtuhnya.
• Kemudian contoh tanah dibagi menjadi tiga bagian untuk diperiksa kadar
airnya.
• Lakukan lagi pengujian ini dengan tegangan sel 1 kg/cm2, dan 2 kg/cm2
seperti prosedur diatas.

7.7 Perhitungan

62
Setelah melakukan prosedur pengujian, data-data dianalisis dengan rumus-
rumus yang ada.

7.8 Gambar Peralatan Pengujian

Gambar`7.9 Alat Uji Triaxial

63

Anda mungkin juga menyukai