Tugas Ibu Chely Kelompok
Tugas Ibu Chely Kelompok
NAMA :
KELAS : VA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kemungkinan perawat berbuat kesalahan dan kelalaian baik yang disengaja
maupun tidak disengaja.
1.2 Tujuan
2
1.3 Manfaat
3
BAB II
PEMBAHASAN
Keperawatan adalah fungsi unik dari perawat membantu individu sakit atau
sehat dalam melaksanakan segala aktivitasnya untuk mencapai kesehatan atau
untuk meninggal dunia dengan tenang yang dapat dapat ia lakukan sendiri
tanpa bantuan apabila cukup kekuatan, harapan dan pengetahuan (Virginia
Handerson, 1958).
4
A. Pengertian hukum
B. Tujuan
D. Sumber hukum
1) Perundang-undangan
2) Hukum yang dikeluarkan oleh badan legislatif. Menggambarkan dan
menjelaskan batasan legal praktek keperawatan. Undang-undang ini
melindungi hak-hak penyandang cacat di tempat kerja, institusi
pendidikan, dan dalam masyarakat.
3) Peraturan atau administratif pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh badan administratif. Salah satu contoh hukum peraturan adalah
kewajiban untuk melaporkan tindakan keperawatan yang tidak
kompeten atau tidak etis.
5
E. Hukum umum
F. Tipe Hukum
1) Hukum Pidana (criminal laws) mencegah terjadinya kejahatan dalam
masyarakat dan memberikan hukuman bagi pelaku tindakan kriminal.
Contohnya antara lain pembunuhan, pembunuhan tidak direncana, dan
pencurian.
2) Hukum Perdata melindungi hak-hak pribadi individu dalam
masyarakat dan mendorong perlakuan yang adil dan pantas di antara
individu. (Praktik keperawatan profesional : konsep dasar dan hukum /
robert priharjo ;editor, yasmin asih – jakarta : EGC, 1995)
6
Kedua alasan yuridis uud 1945 pasal 5 menyebutkan bahwa presiden
memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan dewan
perwakilan rakyat.
Dalam menjalankan profesinya sebagai perawat, ada beberapa hal yang harus
dihindari para perawat agar tidak mengarah kepada tindak pidana.Sekalipun
para perawat memiliki otoritas dalam pelayanan kesehatan, tetapi pelayanan
perawat dapat mengarah kepada tindak pidana jika melanggar norma-norma
hukum atau merugikan pasien. Tindak pidana tersebut adalah sebagai berikut
:
Pelayanan perawat bisa mengarah pada tindak pidana terhadap nyawa jika
tindakan perawat dapat menghilangkan nyawa pasien akibat kesalahan
yang dilakukan maupun akibat dari minimnya keterampilan dan
profesionalitas di bidang keperawatan.Hal itu bisa saja terjadi jika perawat
tidak berhati-hati dalam bertindak, tidak berkomunikasi dengan dokter
ahli, tidak memperhatikan etika pelayanan keperawatan, dan lain
sebagainya.
7
Tindakan perawat (pelayanan) yang tidak memberikan manfaat sama
sekali namun memberikan rasa sakit atau menyiksa pasien secara fisik.
Tindak pidana ini bisa muncul apabila seorang perawat tidak memiliki
bekal pengetahuan yang mumpuni dalam pelayanan kesehatan, sehingga ia
mencelakakan pasien secara fisik sekalipun tidak membahayakan
nyawanya. Misalnya, menyuntik pasien dengan cara yang tidak benar
sehingga menimbulkan sakit yang tidak wajar di tubuh pasien, memasang
alat infus dengan cara yang salah sehingga menimbulkan rasa sakit pada
pasien.
8
Perawat melakukan kegiatan pelayanan kesehatan terhadap klien namun
tidak emmenuhi persyaratan formal, seperti surat izin dari institusi, surat
izin dari rumah sakit, dan lain sebagainya. Meskipun apa yang dilakukan
oleh perawat adalah benar sesuai dengan standar pelayanan kesehatan
yang baku, namun jika persyaratan administrative tersebut tidak terpenuhi,
maka hal tersebut bisa mengarah pada tindak pidana.
9
Tindak pidana semacam ini bisa muncul jika seorang perawat
melakukan kecerobohan. Misalnya, perawat melakukan kesalahan ketika
mendiagnosis tes darah pasien ; perawat melakukan kesalahan ketika
mengukur suhu tubuh pasien sehingga hasilnya tidak benar. Kesalahan-
kesalahan tersebut tentu akan menimbulkan kesalahan berikutnya, yaitu
tindakan yang merujuk kepada hasil tes darah dan ukuran suhu yang salah.
Meskipun kesalaahn ini muncul bukan karena unsur kesengajaan, namun
tetap saja dengan kesalahan tersebut pasien akan mengalami kerugian
sehingga perbuatan tersebut tetap tergolong sebagai tindak pidana.
Ada beberapa tindakan yang harus diperhatikan betul oleh seorang perawat
karena cenderung berisiko menimbulkan tindak pidana.Banyak perawat yang
sering lalai ketika melakukan tindakan-tindakan keperawatan dan berisiko
menimbulkan tindak pidana. Tindakan-tindakan tersebut adalah sebagai
berikut :
A. Perawatan Luka
10
pasien harus selalu dipantau oleh perawat kesehatan secara langsung agar
tidak terjadi kesalahan.Tetapi seringkali perawat lalai dalam monitoring
cairan infus sehingga berdampak negative terhadap pasien.Misalnya,
perawat terlambat mengganti cairan infus yang sudah habis, perawat tidak
mengetahui bahwa cairan infus tidak menetes, perawat lalai mendeteksi
jumlah tetesan per menit, dan lalai mendeteksi terjadinya pendarahan pada
daerah jarum di tubuh pasien yang masuk ke dalam selang cairan infus.
Karena kesalahan ini, maka munculah dampak negative yang langsung
dirasakan oleh pasien, yaitu :
1) Terjadinya suatu aliran cairan yang besar dan mendadak yang tidak
teratur kea rah pasien.
2) Berkurangnya cairan yang mendadak, sehingga menyebabkan
ketidakcermatan dalam pemberian cairan pada pasien.
3) Timbulnya gelembung-gelembung udara dalam tube penyaluran.
11
juga lalai melakukan observasi bumidifer dengan melihat air yang
bergelembung.
2) Perawat salah ketika mengatur posisi pasien dengan semifowler.
3) Perawat salah ketika mengukur kateter nasal yang seharusnya dimulai
dari lubang telinga sampai ke hidung dan berikan tanda.
4) Perawat salah ketika membuka saluran udara dari tabung oksigen.
5) Perawat salah ketika lupa tidak memberikan minyak pelumas
(Vaseline/jelly).
6) Perawat salah atau lupa memasukkan kedalam hidung sampai batas
yang ditentukan. Selain itu, perawat juga salah atau lalai melakukan
pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan menekan
lidah pasien menggunakan spatel (akan terlihat posisinya di belakang
uvula), sehingga berakibat fatal pada pernafasan.
7) Perawat salah ketika lalai melakukan fiksasi pada daerah hidung
pasien karena bisa saja terburu-buru akibat kondisi pasien yang kritis.
8) Perawat lupa memeriksa kateter nasal yang seharusnya diperiksa atau
dimonitoring setiap 6-8 jam.
9) Perawat salah ketika mengkaji cuping, septum, dan mukosa hidung
serta salah memeriksa kecepatan aliran oksigen setiap 6-8 jam.
10) Perawat tidak mencatat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian, dan
respons pasien.
11) Perawat lupa mencuci tangan setelah prosedur dilakukan.
12) Karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan perawat diatas,
pemberian oksigen bukan membantu pasien, tetapi justru sebaliknya
dapat membahayakan pasien.
D. Pemberian Injeksi
Injeksi adalah obat steril berupa larutan, emulsi,suspense, atau serbuk yang
harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum di suntikkan dengan cara
merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
12
Praktik-praktik pemberian injeksi yang dapat merugikan penerima
suntikan (pasien) sehingga bisa digolongkan menjadi tindak pidana adalah
sebagi berikut :
E. Memasang Sonde
13
1) Perawat lupa menjelaskan tindakan memasang sonde yang akan
dilakukan dan tujuannya kepada pasien.
2) Perawat lupa tidak mencuci tangan sehingga kotoran yang tersisa di
tangan masuk ke pernapasan.
3) Perawat salah dalam mengatur pasien highfowler sehingga sonde tidak
berfungsi secara maksimal.
14
dengan aspek hukum baik hukum perdata maupun hukum pidana. Dari aspek
hukum perdata bila ketidaklengkapan informed consent dikaitkan dengan
bunyi kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1233 yaitu “Tiap-tiap
perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau untuk
tidak berbuat sesuatu. Uraian diatas menunjukan bahwa seorang dokter
maupun perawat berkewajiban memberikan informed consent karena terikat
oleh undang-undang, sehingga apabila tidak memberikan informed consent
maka seorang dokter atau perawat telah melakukan perbuatan melanggar
hukum, para pemberi pelayanan kesehatan tersebut tidak bisa digunakan
sebagai pertanggung jawaban atas pelaksanaan informed consent terhadap
pasien dan bisa menimbulkan permasalahan hukum.
A. Pengertian Malpraktek.
15
Criminal malpractice yang bersifat lalai misalnya kurang hati-hati
mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya pasien, ketinggalan klem
dalam perut pasien saat melakukan operasi. Pertanggung jawaban
didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat
individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada
orang lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.
2. Civil Malpractice
Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice
apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan
prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan
tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain:
a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib
dilakukan.
b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi
terlambat melakukannya.
c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi
tidak sempurna.
d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya
dilakukan. Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat
individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain
berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka
rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas
kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama
tenaga kesehatan tersebut dalam rangka melaksanakan tugas
kewajibannya.
3. Administrative Malpractice
Tenaga perawatan dikatakan telah melakukan administrative
malpractice manakala tenaga perawatan tersebut telah melanggar
hukum administrasi.ketentuan di bidang kesehatan, misalnya tentang
16
persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat
Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga
perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan
yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum administrasi.
17
3. Pasal 24 (1) PP 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
“Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu
sendiri, yang disebutkannya dengan nyata & sungguh-sungguh
dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun.”
18
Kewenangan
Penyelenggaraan Praktik
Pemberian Obat-Obatan
1) Pasal 8 (7)
Tanggung Jawab
Kode Etik
Prinsip-Prinsip Etik
19
2) Prinsip non maleficence berarti dalam setiap tindakan jangan
sampai merugikan orang lain.
3) Prinsip benefience berisikan kewajiban berbuat baik.
4) Prinsip keadilan menjelaskan bahwa dalam alokasi sumber daya
sedapat mungkin harus diusahakan agar sampai merata
pembagiannya.
Kewajiban Perawat
Hak Perawat
1) Perlindungan hukum
2) Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur
3) Melaksanakan tugas sesuai kompetensi
4) Imbal jasa profesi
5) Kesempatan untuk mengembangkan diri
6) Memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang
berkaitan dengan tugasnya.
20
7. Pasal 1 ayat 4 uu no 38 tahun 2014 tentang keperawatan
21
‘’Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berhak:
memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur
operasional, dan ketentuan Peraturan Perundangundangan.’’
22
Dokter atau rumah sakit dapat dituntut karena tindak kelalaian yang
dilakukan perawat dan perawat juga dapat dituntut dan dianggap
bertanggung jawab atas kelalaian atau malpraktik.Rumah sakit dapat
menuntut balik perawat saat mereka terbukti lalai dan rumah sakit
mengharuskan untuk membayar. Oleh karna itu perawat dianjurkan
mengurus sendiri jaminan asuransi mereka dan tidak hanya mengandalkan
asuransi yang disediakan oleh rumah sakit saja.
3. Melaksanakan program dokter para perawat diharap mampu menganalisis
prosedur dan medikasi yang diprogramkan dokter. Perawat bertanggung
jawab mengklarifikasi program yang tampak rancu atau salah dari dokter
yang meminta.
4. Memberikan asuhan keperawatan yang kompeten praktik yang kompeten
adalah upaya perlindungan hukum utama bagi perawat. Perawat sebaiknya
memberikan asuhan yang tetap berada dalam batasan hokum praktik
mereka dan dalam batasan kebijakan instansimaupun prosedur yang
berlaku.penerapan proses keperawatan merupakan aspek penting dalam
memberikan asuhan klien yang aman dan efektif.
5. Membuat rekam medis rekam medis klien adalah dokumen hukum dan
dapat digunakan dipengadilan sebagai barang bukti.
6. Laporan insiden adalah catatan instantsif mengenai kecelakaan atau
kejadian luar biasa.laporan insiden digunakan untuk memberikan semua
fakta yang dibutuhkan kepada personel instansi.
23
A. Peran Organisasi
24
sedangkan standar dalam pendidikan berguna sebagai alat akreditasi
mutu pendidikan.
B. Tugas pokok
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu
ditetapkan dengan jelas apa hak dan kewajiban serta kewenangan perawat agar
tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tugasnya.
Sebagai bagian dari profesi kesehatan , perawat hendaknya tidak takut lagi untuk
melakukan tindakan karena sekarang sudah ada UU keperawatan, tetapi
meskipun telah ada UU yang mengatur tentang keperawatan perawat juga
hendaknya tetap berhati-hati dalam melakukan tindakan dan harus sesuai
dengan strandar operasional prosedur untuk mencegah terjadinya kesalahan.
3.2 Saran
Bagi Perawat :
26
DAFTAR PUSTAKA
27
http://belajarsukes.blogspot.com/2011/03/makalah-praktik-keperawatan.html
(diakses 18 Januari 2019)
28