Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FRAKTUR KLAVIKULA TERTUTUP DENGAN


TINDAKAN PERIOPERATIF PRO ORIF CLAVICLE DI INSTALASI KAMAR BEDAH
DAN ANASTESI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:
I Putu Athia Alit Artawan
18/436120/KU/20976

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
FRAKTUR

a. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis serta luasnya.
Fraktur dapat disebabkan oleh adanya pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir
mendadak ataupun kontraksi otot ekstrim. Meskipun patah jaringan sekitarnya juga akan
terpengaruh yang dapat mengakibatkan udema jaringan lunak, perdarahan keotot dan sendi,
dislokasi sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat
mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau fragmen tulang.
b. Jenis Fraktur
1. Fraktur Komplet
adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran dari
posisi normal
2. Fraktur Tidak komplet
yaitu patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang
3. Fraktur Tertutup ( simpel)
Yaitu fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit
4. Fraktur Terbuka (komplikata atau kompleks)
merupakan fraktur dengan luka pada kulit adau membran mukosa sampai ke patahan
tulang. Fraktur terbuka dibagi menjadi:
f. Grade I dengan luka bersih panjangnya kurang dari 1 cm
g. Greade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
h. Grade III mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensi yang sangat terkontaminasi
dan merupakan yang paling berat.

Fraktur juga digolongkan sesuai pergeseran anatomis fragmen tulang: fraktur bergeser atau
tidak bergaser. Berikut adalah berbagai jenis khusus fraktur:
a. Green stick. Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainya
membengkok.
b. Trasfersal. Fraktur sepanjang garis tengah tulang.
c. Oblik, fraktur membetuk sudut denga membentuk garis tengah tulang (lebih tidak
stabil daibanding transfersal).
d. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.
e. Kominutiv, fraktur dalam tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
f. Depresi, fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada
tulang tengkorak dan wajah).
g. Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi ( terjadi pada tulang
belakang).
h. Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit
paget, metstasis tulang, tumor).
i. Avolsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada perlekatannya.
j. Epifiseal, fraktur melalui epifisis.
k. Impaksi, fraktur dimana tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.

Beberapa gambar :

c. Etiologi
1. Trauma
2. infeksi
3. akibat dari suatu keadaan patologis (tumor, Ca)
4. pukulan langsung
5. gerakan puntir mendadak
6. kontraksi otot ekstrim

d. Manifestasi Klinis
1. Nyeri, terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang di imobilisasi. Spasme
otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
menimbulkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara
alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai
menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstimitas yang bisa diketahui dengan
membandingkan dengan ekstrimitas normal. Ekstrimitas tak dapat berfungsi dengan baik
karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot.
3. Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang karena kontraksi otot yang melekat di
atas dan bawah tempat fraktur.
4. Saat diperiksa dengan tangan teraba derik tulang yang disebut krepitus akibat gesekan
antara fragmen satu dengan lainnya (uji kreptus dapat berakibat kerusakan jaringan lunak
yang lebih berat)
5. Pembegkaan dan perubahan warna lokal pada kulit karena trauma dan perdarahan yang
mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelahb eberapa jam atau hari.
Tidak semua tanda dan gejala diatas terdapat pada setiap fraktur. Diagnosis fraktur
tergantung pada gejala, tanda fisik, dan pemeriksaaan sinar X.
e. Penatalaksanaan Kedaruratan
Bila dicurigai adanya fraktur penting untuk mengimobilisasi bagian tubuh segera
sebelum pasien dipindahkan bila pasien yang mengalami cidera harus dipindahkan dari
kendaraan sebelum dapat dilakukan pembidaian, ekstrimitas harus disangga diatas dan di
bawah tempat fraktur untuk mencegah gerakan rotasi/angulasi. Gerakan frgmen patahan
tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak, dan perdarahan lebih lanjut.
Nyeri dapt dikurangi dengan menghindari gerakan fragmnen tulang dan sendi sekitar
fraktur. Pembidaian sangat penting untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh
fragmen tulang.
Imobilisasi tulang panjang ekstrimitas bawah juga dapat dilakkan dengan
membebat kedua tungkai bersama, dengan ekstrimitas yang sehat sebagai bidai bagi
ekstrimitas yang cidera.
Pada ekstrimitas atas lengan dapat dibebatkan pada dada atau lengan bawah yang
cidera digantung pada sling. Pada fraktur terbuka luka ditutup dengan pembalut erdih
atau steril untuk mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam, jangan sekali-kali
melakukan reduksi fraktur bahkan jika ada fragmen tulang melalui luka.
f. Prinsip Penanganan Reduksi Fraktur
Prinsip Penanganan Fraktur
Prinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan
pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi:
a. Reduksi, yaitu : restorasi fragmen fraktur sehingga didapati posisi yang dapat
diterima.
 Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan posisi anatomis normal.
 Sasarannya adalah untuk memperbaiki fragmen-fragmen fraktur pada posisi
anatomik normalnya.
 Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi
terbuka.4Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang
mendasarinya tetap sama. Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera
mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi
karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi
semakin sulit bila cedera sudah mengalami penyembuhan.
Metode reduksi :
1. Reduksi tertutup, pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan
mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan)
dengan “Manipulasi dan Traksi manual”. Sebelum reduksi dan imobilisasi, pasien harus
dimintakan persetujuan tindakan, analgetik sesuai ketentuan dan bila diperlukan diberi
anestesia. Ektremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan sementara gips, bidai
atau alat lain dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan menjaga reduksi dan
menstabilkan ektremitas untuk penyembuhan tulang. Sinar-x harus dilakukan untuk
mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar.
2. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya
traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
3. Reduksi terbuka, pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan
pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin,
kawat, sekrup, palt, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahan kan
fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

Imobilisasi
 Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan
dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.
 Sasarannya adalah mempertahankan reduksi di tempatnya sampai terjadi
penyembuhan.
 Metode untuk mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat “eksternal” (bebat,
brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna, traksi, balutan) dan alat-alat
“internal” (nail, lempeng, sekrup, kawat, batang, dll).
 Sasarannya meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal pada bagian yang
sakit.
 Untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi dan
imobilisasi adalah peninggian untuk meminimalkan bengkak, memantau status
neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan isometrik dan pengaturan otot,
partisipasi dalam aktifitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktifitas kembali secara
bertahap dapat memperbaiki kemandirian fungsi. Pengembalian bertahap pada
aktivitas semula diusahakan sesuai batasan terapeutik.
Rehabilitasi
 Sasarannya meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal pada bagian yang
sakit.
 Untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi
dan imobilisasi adalah peninggian untuk meminimalkan bengkak, memantau status
neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan isometrik dan pengaturan
otot, partisipasi dalam aktifitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktifitas kembali
secara bertahap dapat memperbaiki kemandirian fungsi. Pengembalian bertahap
pada aktivitas semula diusahakan sesuai batasan terapeutik.

Perawatan Pasien Fraktur tertutup


Pasien dengan fraktur tertutup harus diusahan untuk kembali kepada aktifitas biasa sesegera
mungkin. Penyembuhan fraktur dan pengembalian kekuatan penuh dan mobilitas
memerlukan waktu berbulan-bulan. Pasien diajari mengontrol pembengkaa dan nyeri,
mereka diorong untuk aktif dalam batas imoblisasi fraktur . pengajaran pasien meliputi
perawatan diri, informasi obat-obatan, pemantauan kemungkinan potensial masalah, sdan
perlunya supervisi perawatan kesehatan.

Perawatan Pasien Fraktur Terbuka


Pada fraktur terbuka (yang berhubungan luka terbuka memanjang sampai ke permukaan
kulit dan ke daerah cedera tulang) terdapat resiko infeksi-osteomielitis, gas gangren, dan
tetanus. Tujuan penanganan adalah untuk meminimalkan kemungkina infeksi luka , jaringan
lunak da tulang untuk mempercepat penyembuhan jaringan lunak dan tulang. Pasien dibawa
ke ruang operasi, dilakukan usapan luka, pengangkatan fragmen tulang mati atau mungkin
graft tulang.
g. Tahap Penyembuhan Fraktur
Tahap penyembuhan fraktur dibagi menjadi 5 tahapan yaitu:
1. stadium pembentukan hematom
hematom berasal dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh darah yang
robek. Hematom dibungkus jaringan lunak sekitar (periosteum dan otot). Terjadi
sekitar 1-2 x 24 jam setelah terjadinya fraktur.
2. stadium proliferasi sel/inflamasi
sel-sel berproleferasi dari lapisan dalam periosteum, sekitar lokasi fraktur. Sel-sel ini
menjadi prekusor osteoblast. Sel-sel ini aktif tumbuh ke arah fragmen tulang.
Proliferasi juga terjadi pada jaringan sumsum tulang. Proses ini terjadi 2 hari setelah
terjadinya fraktur.
3. Stadium pembentukan kallus
Osteoblast membentuk tulang lunak (kallus),. Kallus memberikan rigiditas pada
fraktur. Jika terlihat massa kallus pada pemeriksaan X-rays maka fraktur telah
menyatu. Proses ini terjadi 6-10 hari setelah terjadinya fraktur.
4. Stadium konsolidasi
Pada tahap ini, kallus mengeras dan terjadi proses kondolisasi. Fraktur teraba telah
menyatu. Terjadi pada minggu ke 3-10 setelah terjadinya fraktur.
5. Stadium remodelling
Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi eks fraktur. Tulang yang
berlebihan dibuang oleh osteoklast. Pada anak-anak remodeling dapat sempurna, pada
dewasa masih ada tanda penebalan tulang.

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur.


- Imoblisasi fragmen tulang
- Kontak fragmen tulang maksimal
- Asupan darah yang memadai
- nutrisi yang baik
- Latihan pembebanan untuk tulang panjang
- Hormon-hormonn pertumbuhan, tiroid, kaisitonon, vitamin D, steroid dan
anabolik
- Potensial listrik pada patahan tulang
i. Komplikasi Fraktur
a. Komplikasi awal
Komplikasi awal setelah fraktur adalah :
- syok , yang bisa berakibat fatal setelah beberapa jam setelah cidera;
- emboli lemak;
- dan sindrom kompartemen yang bisa berakibat kehilangan fungsi ekstimitas permanen
jika tidak segera ditangani.
Komplikasi awal lainya yang berhubungan dengan fraktur adalah infeksi, tromboemboli,
(emboli paru), dan juga koagulapati intravaskuler diseminata (KID)
b. Komp1ikasi lambat
Komplikasi lambat yang dapat terjadi setelah fraktur dan dilakukan tindakan adalah :
- Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan dapat dibantu dengan Stimulasi elektrik
osteogenesis karena dapat mamodifikasi lingkungan jaringan membuat bersifat
elektronegatif sehingga meningkatkan deposisi mineral dan pembentukan tulang.
- Nekrosis evaskuler tulang terjadi bila tulang kehilangan asupan darah dan mati.
- Reaksi terhadap alat fiksasi internal.
FRAKTUR KLAVIKULA
a) Definisi
Pengertian fraktur pada anggota tubuh, disesuaikan menurut anatominya,
misalnya Klavikula. Dari pengertian secara umum, fraktur Klavikula berarti suatu
gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan yang tejadi pada tulang Klavikula.
Fraktur Klavikula adalah patah tulang pada tulang klavikula atau tulang selangka.
Hal ini sering disebabkan akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik dan posisi
jatuh bertumpu ke bahu atau pukulan langsung ke klavikula. Fraktur klavikula merupakan
cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80%
fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau proksimal klavikula.
Fraktur klavikula sangat umum. Patah tulang dapat terjadi terjadi pada bayi
(biasanya pada proses kelahiran), anak-anak dan remaja (karena klavikula tidak
sepenuhnya mengeras atau mengembang sampai akhir remaja), atlet (karena risiko
dipukul atau jatuh) atau diakibatkan oleh kecelakaan dan jatuh.
b) Patofisiologi
Kecelakaan/trauma

Close fraktur clavicle


dextra

Bengkak dan tekanan Gangguang sirkulasi Kerusakan


meningkat muskuloskeletal

Prosedur invasif,
Nyeri akut kelemahan
pemasangan infus

Deficit self care


Resiko infeksi
Fraktur klavikula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme kompressi
atau penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi kekuatan tulang
tersebut dimana arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh, kecelakaan olahraga,
ataupun kecelakaan kendaraan bermotor. Pada daerah tengah tulang klavikula tidak di
perkuat oleh otot ataupun ligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal
klavikula. Klavikula bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral
dan bagian medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi
fraktur dibandingkan daerah distal ataupun proksimal.
c) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada fraktur klavikula ada dua pilihan yaitu dengan tindakan
bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau nonoperative treatment.
Tujuan dari penanganan ini adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah
tulang supaya satu sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar mereka tetap
menempel sebagaimana mestinya sehingga tidak terjadi deformitas dan proses
penyembuhan tulang yang mengalami fraktur lebih cepat. Proses penyembuhan pada
fraktur clavicula memerlukan waktu yang cukup lama. Penanganan nonoperative
dilakukan dengan pemasangan silang selama 6 minggu. Selama masa ini pasien harus
membatasi pergerakan bahu, siku dan tangan. Setelah sembuh, tulang yang mengalami
fraktur biasanya kuat dan kembali berfungsi. Pada beberapa patah tulang, dilakukan
pembidaian untuk membatasi pergerakan. atau mobilisasi pada tulang untuk mempercepat
proses penyembuhan. Bagian tulang lainnya harus benar-benar tidak boleh digerakkan
(immobilisasi)
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pengkajian yang perlu dilakukan pada pasien dengan fraktur adalah :
1. Keadaan Umum klien
2. Keluhan utama yang dirasakan klien
3. Gejala klinik dengan pemeriksaan :
a. penglihatan
b. perabaan
c. Gerakan
4. Pemeriksaan penunjang Rongten, ataupun CT Scan.
Adapun hal – hal yang perlu diperhatikan pada pasien fraktur adalah :
a. Kapan mulai di perbolehkan bergerak ?
b. Bagaimana gerakan yang dianjurkan dan pembatasannya ?

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan fraktur adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan prosedur pembedahan
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi aktifitas,
penurunan kekuatan otot
4. Resiko Infeksi b/d prosedur invasif
B. RENCANA KEPERAWATAN

NO Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Nyeri akut Kontrol Nyeri Management nyeri
berhubungan Setelah dilakukan perawatan 3 a. Kaji keluhan nyeri,mengenai lokasi,
dengan hari, nyeri berkurang atau intensitas dan durasi, perhatikan
kerusakan hilang dengan kriteria : petunjuk verbal dan non verbal
jaringan dan - klien tenang, nyeri b. Ajarkan latihan teknik relaksasi,
prosedur kepala dan pusing sentuhan terapeutik, dan dorong
pembedahan hilang, klien dapat ambulasi dini
istirahat dengan c. Buat posisi kepala lebih tinggi 30
tenang derajat dan bantu pasien menemukan
- Skala nyeri 1-2 posisi yang nyaman
- Tanda vital normal d. Kurangi stimulus/batasi pengunjung
e. Kolaborasi derngan tim medis dalam
pemberian obat-obatan analgetik

Kerusakan Wound Healing Perawatan luka jaringan


2. Setelah dilakukan tindakan o Catat karakteristik luka, tentukan
integritas
jaringan b/d qselama 6 hari luka jaringan ukuran dan kedalaman luka
prosedur membaik dengan kriteria : o Catat karakteristik cairan sekret yang
pembedahan - luka mengecil dalam ukuran keluar
dan peningkatan granulasi o Bersihkan dengan cairan anti bakteri
jaringan. o Bilas dengan cairan NaCl 0,9 %
o Lakukan nekrotomi
o Lakukan tampon yang sesuai
o Dresing dengan kasa steril sesuai
kebutuhan
o Lakukan pembalutan
o Pertahankan tekhnik dresing steril
ketika melakukan perawatan luka
o Amati setiap perubahan pada balutan
o Bandingkan dan catat setiap adanya
perubahan pada luka
o Berikan posisi terhindar dari tekanan

Infection Control
Resiko Infeksi Kontrol Infeksi o Terapkan pencegahan universal
3. Pasien menunjukkan kontrol o Berikan hiegine yang baik lingkungan atau
terhadap resiko setelah personal
dilakukan perawatan 3x24 jam o Batasi jumlah pengunjung dan anjurkan cuci
dengan indikator : tangan ketika kontak dengan klien
 Bebas dari tanda dan gejala o Lakukan dresing pada IV line dan Kateter
infeksi. o Tingkatkan intake nutrisi dan istirahat yang
 Mampu menjelaskan tanda cukup
dan gejala infeksi Infection Protection
 Leukosit dalam batas o Monitor tanda dan gejala infeksi
normal lokal/sistemik
 Tanda vital dalam batas o Pantau hasil pemeriksaan laboratorium yang
normal mengindikasikan infeksi (WBC)
o Amati faktor2 yang dapat meningkatkan
infeksi
o Observasi area invasive
o Pertahankan tekhnik aseptic dalam
perawatan klien

Medication Administration
o Kelola Therapi sesuai advis
o Pantau efektifitas, keluhan yang muncul
pasca pemberian antibiotik

Terapi exercise : pergerakan sendi


o Kolaborasi dengan fisioterapi
Mobilitas o Pastikan m otivasi klien untuk
Kerusakan Setelah dilakukan tindakan mempertahankan gerakan sendi
4. mobilitas fisik perawatan selama 6 hari dapat o Pastikan klien untuk mempertahankan
berhubungan teridentifikasi Mobility level, gerakan sendi
dengan tidak Joint Movement aktif, dengan o Pastikan klien bebas dari nyeri sebelum
nyaman nyeri, kriteria hasil : diberikan latihan
pembatasan o aktifitas fisik meningkat o Anjurkan ROM Exercise aktif, jadual
gerak o ROM normal teratur, Latih ROM pasif.
o Melaporkan perasaan Exercise terapi ambulasi
peningkatan kekuatan, o Anjurkan dan bantu klien duduk di
kemampuan dalam bergerak tempat tidur sesuai toleransi
o Klien bisa melakukan o Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai
aktifitas walaupun dengan toleransi
dibantu o Penuhi Fasilitas penggunaan alat bantu
o Kebutuhan ADL klien o Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan
terpenuhi . ADLnya
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim
PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta

McCloskey&Bulechek, 2008, Nursing Interventions Classifications, fifth edisi, By Mosby-Year


book.Inc,Newyork

McCloskey&Bulechek, 2008, Nursing Outcome Classifications, fourth edisi, By Mosby-Year


book.Inc,Newyork

NANDA, 2012-2014, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA

Anda mungkin juga menyukai