Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA Ny.N USIA 32 TAHUN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
MENINGIOMA DI RUANG ICU RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Keperawatan


Departemen Keperawatan Kegawatdaruratan dan Kritis

Oleh:

Nama : Rachmatul Hasanah

NIM : P17211186034

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN Ny. N USIA 32 TAHUN


DENGAN DIAGNOSA MEDIS MENINGIOMA
DI RUANG ICU RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Praktik Keperawatan Kegawatdaruratan dan Kritis

Di setujui pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

NIP : NIP :
LAPORAN PENDAHULUAN MENINGIOMA

1. Pengertian Meningioma
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati
ruang di dalam tengkorak (Smeltzer & Bare, 2001). World Health Organization (2007)
dalam Tanto, dkk (2014) menyembutkan beberapa klasifikasi tumor otak, salah satunya
adalah tumor meninges. Meningioma adalah tumor pada meninx, yang merupakan selaput
pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat timbul pada
tempat manapun di bagian otak maupun, medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di
hemisphere otak di semua lobusnya.
Tumor meninges (Meningioma) merupakan tumor yang berasal dari meningen, sel-
sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura. Sebagian besar tumor
bersifat jinak dan tidak menginfiltrasi jaringan sekitarnya, tetapi agak menekan struktur
yang berada dibawahnya. Pertumbuhan tumor ini lambat sehingga gejala kurang
diperhatikan dan dapat menyebabkan diagnosis yang salah (Price & Wilson, 2005).

Gambar 3. Meningioma Gambar 4. Lokasi umum

2. Etiologi Meningioma
Tidak ada faktor etiologi jelas yang telah ditemukan untuk tumor otak primer.
Walaupun tipe sel yang berkembang menjadi tumor sering kali dapat diidentifikasi,
mekanisme yang menyebabkan sel bertindak abnormal tetap belum diketahui.
Kecenderungan keluarga, imunosupresi, dan faktor-faktor lingkungan sedang diteliti.
Waktu puncak untuk kejadian tumor otak adalah decade kelima dan ketujuh. Selain itu,
pria terkena lebih sering dari pada wanita.

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti. Adapun
faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-
anggota sekeluarga. Dibawah 5% penderita glioma mempunyai sejarah keluarga
yang menderita brain tumor. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang
dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor
familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang
kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
b. Sisa-Sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya
sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan
merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu
radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

f. Trauma kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga mendesak massa
otak akhirnya terjadi tumor otak.

3. Patofisiologi
Menurut Muttaqin (2008), Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis yang
progresif yang disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan
tekanan intrakranial (TIK). Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada
jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan
jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulakn tumor yang
tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak yang mengakibatkan terjadi kehilangan
fungsi secara akut dan dapat diperparah dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron akibat kompresi, invasi
dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti
bertambahnya massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi CSS.
Tumor ganas menyebabkan edema dalam jaringan otak yang diduga disebabkan oleh
perbedaan tekanan osmosis yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Obstruksi vena
dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar di otak menimbulkan peningkatan
volume intrakranial dan meningkatkan TIK (Batticca, 2008).
Peningkatakan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif
dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme
kompensasi ini meliputi volume darah intrakranial, volume CSS, kandungan cairan
intrasel, dan mengurangi sel parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan
menimbulkan herniasi unkus serebellum. Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus
melalui insisura tentorial karena adanya lobus temporalis bergeser ke inferior melalui
insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ke 3. Pada
herniasi serebellum, tonsil serebellum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh
suatu massa posterior.Kompresi medulla oblongata dan henti nafas terjadi dengan
cepat.Perubahan fisiologis yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah
bradikardi progresif, hipertensi sistemik dan gangguan pernafasan (Batticca, 2008).

4. Tanda dan Gejala


Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor pada otak
dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh terganggunya fungsi
normal dari bagian khusus dari otak atau tekanan pada nervus atau pembuluh darah).
Gejala umumnya menurut Mardjono (2003) yaitu sebagai berikut:
a) Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat beraktifitas atau pada pagi
hari
b) Perubahan mental
c) Kejang
d) Mual muntah
e) Perubahan visual, misalnya pandangan kabur.
Gejala dapat pula spesifik terhadap lokasi tumornya, seperti:
a) Meningioma falx dan parasagittal: nyeri tungkai
b) Meningioma convexitas: kejang, sakit kepala, deficit neurologis fokal,
perubahan status mental
c) Meningioma sphenoid: kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan
pandang, kebutaan, dan penglihatan ganda.
d) Meningioma olfactorius: kurangnya kepekaan penciuman, masalah visual.
e) Meningioma fossa posterior: nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme otot-
otot wajah, berkurangnya pendengaran, gangguan menelan, gangguan gaya
berjalan,
f) Meningioma suprasellar: pembengkakan diskus optikus, masalah visus
g) Spinal meningioma: nyeri punggung, nyeri dada dan lengan
h) Meningioma Intraorbital: penurunan visus, penonjolan bola mata
i) Meningioma Intraventrikular: perubahan mental, sakit kepala, pusing.

5. Komplikasi
Secara umum komplikasi dari tumor meningen atau meningioma adalah sebagai
berikut (Ariani, 2012):
a) Edema serebral
Edema serebri atau edema otak adalah keadaan patologis terjadinya akumulasi cairan
di dalam jaringan otak sehingga meningkatkan volume otak yang meningkatkan
volume intraseluler (lebih banyak di daerah substansia grisea) maupun ekstraseluler
(daerah substansia alba), yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
intrakranial.
b) Tekanan intrakranial meningkat (TIK).
Peningkatan tekanan intrakranial sendiri dapat terjadi pada pasien dengan gangguan
tumor otak atau meningioma. Peningkatan tekanan intrakranial ini diakibatkan oleh
karena bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor,
dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
c) Herniasi otak
d) Hidrosefalus
Hidrosefalus dapat teradi karena diakibatkan oleh adanya obstruksi sirkulasi cairan
serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid.
e) Kejang
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat ganggguan neurologis fokal.
f) Metastase ke tempat lain

6. Pemeriksaan Khusus dan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada tumor otak yaitu (Gisenberg,
2005):

a) CT scan dan MRI


Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur data awal ketika
penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang
difus atau fokal dan salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor.

Gambar 1. Meningioma

b) Pemeriksaan cairan serebrospinal


Tujuan untuk melihat adanya sel-sel tumor. Pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan
terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis
histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi sebagai cara yang tepat
untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).

c) Biopsi
Tujuan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan
dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis
d) Angiografi Serebral
Tujuan memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
e) Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk megevaluasi lobus temporal pada waktu kejang

7. Terapi
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada tumor meningeal (Meningioma) adalah
sebagai berikut:
a) Terapi Medikamentosa
Antikonvulsan untuk kejang dan kortikosteroid seperti dexametason untuk
mengurangi peningkatan tekanan intra kranial. Steroid juga dapat memperbaiki
defisit neurologis fokal sementara dengan mengobati edema otak (Gisenberg, 2005)
b) Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi utama pada penatalaksanaan semua jenis
meningioma. Tujuan dari reseksi meningioma adalah menentukan diagnosis definitif,
mengurangi efek massa, dan meringankan gejala-gejala. Reseksi harus dilakukan
sebersih mungkin agar memberikan hasil yang lebih baik. Sebaiknya reseksi yang
dilakukan meliputi jaringan tumor, batas duramater sekitar tumor, dan tulang
kranium apabila terlibat. Reseksi tumor pada skull base sering kali subtotal karena
lokasi dan perlekatan dengan pembuluh darah (Modha & Gutin, 2005).
c) Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan proses
keganasan. Radioterapi memiliki banyak peranan pada berbagai jenis tumor otak.
Radioterapi diberikan pada pasien dengan keadaan inoperabel, sebagai adjuvant
pasca operasi, atau pada kasus rekuren yang sebelumnya telah dilakukan tindakan
operasi.Pada dasarnya teknik radioterapi yang dipakai adalah 3D conformal
radiotherapy, namun teknik lain dapat juga digunakan untuk pasien tertentu seperti
stereotactic radiosurgery/radiotherapy (Kemenkes RI, 2015).
d) Chemotherapy
Kemoterapi pada kasus tumor otak saat ini sudah banyak digunakan karena
diketahui dapat memperpanjang survival rate dari pasien terutama pada kasus
oligodendroglioma. Kemoterapi pada tumor otak tidak bersifat kuratif, tujuan utama
dari kemoterapi adalah untuk menghambat pertumbuhan tumor dan meningkatkan
kualitas hidup (quality of life) pasien selama mungkin (Kemenkes RI, 2015).

C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Anamnesis pada klien dengan tumor otak dapat dilakukan sebagai berikut
1) Data demografi
nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat, penanggung jawab, tanggal dan
jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan biasanya berhubungan dengan peningkatan TIK dan adanya gangguan
fokal sepeti nyeri kepala hebat, muntah-muntah, kejang dan penurunan tingkat
kesadaran.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Kaji bagaimana terjadi nyeri kepala, mual, muntah, kejang dan penurunan
tingkat keasadaran dengan pendekatan PQRST.Adanya penurunan atau
perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan didalam
intrakranial.Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi.Sesuai
perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif dan koma.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji adanya riwayat nyeri kepala sebelumnya.Pengkajian riwayat ini dapat
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit saat ini dan merupakan data dasar
untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui riwayat kesehatan keluarga sebelumnya apakah ada yang
memiliki riwayat tumor otak atau tidak
6) Pemeriksaan Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Dikaji apakah klien mengerti tentang penyakitnya dan bagaimana
pengambilan keputusan saat sakit

b) Pola nutrisi metabolik


Nafsu makan hilang, adanya mual muntah selama fase akut, kehilangan
sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan, kesulitan menelan gangguan pada
refleks palatum dan faringeal
c) Pola eliminasi
Perubahan pola berkemih dan buang air besar
d) Pola aktifitas dan latihan
Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat
kesadaran, resiko trauma karena epilepsi, hemiparesis, ataksia, gangguan
penglihatan dan merasa mudah lelah
e) Pola tidur dan istirahat
Susah untuk beristirahat atau mudah tertidur
f) Pola persepsi kognitif dan sensori
Pusing, sakit kepala, kelemahan, tinitus, afasia motorik, gangguan rasa
pengecapan, penciuman dan penglihatan, penurunan memori, pemecahan
masalah, kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual, menurunan
kesadaran sampai dengan koma, tidak mampu merekam gambar, tidak
mampu membedakan kanan/kiri
g) Pola persepsi dan konsep diri
Perasaan tidak berdaya dan putus asa, emosi labil dan kesulitan untuk
mengekspresikan
h) Pola peran dan hubungan dengan sesama
Masalah bicara dan ketidakmampuan dalam berkomunikasi (kehilangan
komunikasi verbal/ bicara pelo)
i) Reproduksi dan seksualitas
Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas atau
pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
j) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Adanya perasaan cemas, takut, tidak sabar ataupun marah, perasaan tidak
berdaya, putus asa, respon emosional klien terhadap status saat ini, mudah
tersinggung, mekanisme koping yang biasa digunakan dan orang yang
membantu dalam pemecahan masalah
k) Sistem kepercayaan
Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu atau tidak.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Keadaan umum pasien diamati mulai saat pertama kali bertemu dengan pasien
dilanjutkan mengukur TTV, kesadaran pasien diamati sadar sepenuhnya
(komposmentis, apatis, somnolen, delirium semi koma, koma, keadaan sakit
diamati apakah berat, sedang, ringan atau tampak tidak sakit.
2) Pengkajian saraf kranial
a) Saraf I
Pada klien tumor meningeal yang tidak mengalami kompresi saraf ini tidak
memiliki kelainan pada fungsi penciuman.
b) Saraf II
Gangguan lapang pandang disebabakan lesi pada bagian tertentu dari lintasan
visual. Pada pemeriksaan funduskopi dapat ditemukan adanya papiledema.
Tanda yang menyertai papailedema dapat terjadi gangguan penglihatan termasuk
pembesaran bintik buta dan amaurosis fugaks (saat ketika penglihatan
berkurang).
c) Saraf III, IV, dan VI
Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf VI memberikan
manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiforms

Gambar 8 glioblastoma multiforms


d) Saraf V
Pada meningioma tidak menekan saraf trigeminus, tidak ada kelainan pada
fungsi saraf ini.
e) Saraf VII
Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot wajah
tertarik ke bagian sisi yang sehat
f) Saraf VIII
Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus temporalis
menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang mungkin diakibatkan
iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan
g) Saraf IX dan X
Kemampuan menelan kurang baik dan terdapat kesulitan membuka mulut
h) Saraf XI
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
i) Saraf XII
Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, indra pengecapan
normal
3) Pengkajian sistem motorik
Keseimbangan dan koordinasi, lesi serebellum mengakibatkan gangguan
pergerakan. Gangguan ini bervariasi bergantung pada ukuran dan lokasi spesifik
tumor dalam serebellum. Gangguan yag paling sering dijumpai yang kurang
mencolok tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan tumor serebellum
adalah hipotonia (tidak ada resistensi normal terhadap regangan dan perpindahan
anggota tubuh dari sikap aslinya) dan hiperekstenbilitas sendi. Gangguan dalam
koordinasi berpakaian merupakan ciri khas pada klien dengan tumor lobus
temporalis.

Gambar 9 Gangguan koordinasi berpakaian


4) Pengkajian refleks
Gerakan involunter: pada lesi tertentu yang memberikan tekanan pada area fokal
kortikal tertentu, biasanya menyebabkan kejang umum.
5) Pengkajian sistem sensorik
Mungkin nyeri kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai
pada klien tumor otak. Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus-menerus,
tumpul, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat waktu pagi hari
dan menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan tekanan
intrakranial, seperti membungkuk, batuk dan mengejan. Nyeri kepala dapat
berkurang bila diberi aspirin dan kompres air dingin di daerah yang sakit. Nyeri
kepala digambarkan dalam atau meluas atau dangkal tetapi terus menerus.
Tumor frontal menghasilkan sakit kepala pada frontal bilateral, tumor kelenjar
hipofisis menghasilkan nyeri yang menyebar antara 2 pelipis, tumor serrebelum
menghasilkan nyeri daerah suboksipital bagian belakang kepala. Nyeri kepala
oksipital merupakan gejala pertama pada tumor fosa posterior. Kira-kira
sepertiga lesi supratentorial menyebabkan nyeri kepala frontal.
6) Pemeriksaan fisik (B1-B6)
a. B1 (Breathing)
Inspeksi pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada
medulla oblongata didapatkan adanya gangguan pernafasan seperti irama
nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas, disfungsi
neuromuskuler
b. B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medulla
oblongata didapatkan adanya kegagalan sirkulasi .
c. B3 (Brain)
Tumor otak sering menyebabkan berbagai defisit neurologi tergantung dari
gangguan fokal dan adanya peningkatan TIK. Pengkajian B3 merupakan
pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan dengan pengkajian
pada sistem lainnya. Trias klasik pada tumor kepala adalah nyeri kepala,
muntah dan papiledema.
d. B4 (Bladder)
Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis yang
luas.
e. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
dan muntah pada fase akut.Mual dan muntah terjadi sebagai akibat
rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata.Muntah paling sering
terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial disertai pergeseran batang otak.Muntah dapat terjadi tanpa
didahului mual dan dapat berupa muntah proyektil.
f. B6 (Bone)
Adanya gangguan beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensorik
mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
c. Pemeriksaan penunjang
1) CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur data awal ketika
penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang
difus atau fokal dan salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala
tumor.

Gambar 2. Gambaran Meningioma


d. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Tujuan untuk melihat adanya sel-sel tumor. Pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan
terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis
histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi sebagai cara yang
tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
e. Biopsi
Tujuan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan
dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis

f. Angiografi Serebral
Tujuan memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
g. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan
dapat memungkinkan untuk megevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan tumor meningeal atau
meningioma adalah sebagai berikut:

1. Nyeri kronis (00133) berhubungan dengan perembesan tumor: peningkatan tekanan


intrakranial.
2. Ketidakefektifan pola nafas (00032) berhubungan dengan penekanan medula
oblongata.
3. Risiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral (00200) berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
4. Resiko cedera (00035) berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi
ortostatik.
5. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan efek
kemoterapi dan radioterapi.
6. Gangguan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan gangguan sensorik dan
motorik
7. Gangguan rasa nyaman (00214) berhubungan dengan nyeri akibat tidak mampu
menggerakan leher.

3.1 Intervensi Keperawatan


1. Nyeri kronis (00133) berhubungan dengan perembesan tumor: peningkatan
tekanan intrakranial.

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Pain Management (1400)
keperawatan selama 1x24 jam nyeri yang 1) Mengurangi/menghilangkan faktor-
dirasakan berkurang 1 atau dapat faktor yang memimbulkan /
diadaptasi oleh klien dengan kriteria hasil : meningkatkan pengalaman nyeri
a. Klien mengungkapkan nyeri yang 2) Memilih dan mengimplementasikan satu
dirasakan berkurang atau dapat jenis tindakan (farmakologi, non-
diadaptasi ditunjukkan penurunan farmakologi, interpersonal) untuk
skala nyeri. Skala = 2 memfasilitasi pertolongan nyeri
b. Klien tidak merasa kesakitan. 3) Mempertimbangkan jenis dan sumber
c. Klien tidak gelisah nyeri ketika memilih strategi
Domain-Health Knowledge & pertolongan nyeri
Behaviour (IV) 4) Mendorong klien untuk menggunakan
Pain Control (1605) pengobatan nyeri yang adekuat
Klien dapat mengenal onset nyeri 5) Instruksikan pasien/keluarga untuk
Klien dapat menggambarkan faktor melaporkan nyeri dengan segera jika
penyebab nyeri timbul.
Klien mengenal gejala yang berhubungan 6) Mengajarkan tehnik relaksasi dan
dengan nyeri (160509) metode distraksi
Melaporkan kontrol nyeri (160511) 7) Observasi adanya tanda-tanda nyeri non
Pain: Disruptive Effects (2101) verbal seperti ekspresi wajah, gelisah,
Hubungan interpersonal tidak terganggu menangis/meringis, perubahan tanda
Tindakan peran seperti semula vital.
Dapat melakukan ktivitas sehari-hari Kolaborasi: Analgesic Administration (2210)
Aktivitas fisik tidak terganggu 1) Menentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan keparahan nyeri sebelum
pengobatan klien
2) Mengecek permintaan medis untuk obat,
dosis, dan frekuensi dari analgesik yang
telah ditentukan (resep)

2. Ketidakefektifan pola nafas (00032) berhubungan dengan penekanan medula


oblongata.
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Airway Management (3140)
keperawatan selama 1x24 jam pola 1) Monitor status respirasi dan oksigenasi,
pernafasan kembali normal dengan kriteria yang tepat
Hasil : Respiratory Management (3350)
a. Pola nafas efekif 1) Monitor kecepatan, irama, kedalaman
b. GDA normal dan upaya pernafasan.
c. Tidak terjadi sianosis 2) Monitor pola pernapasan
3) Monitor tingkat saturasi oksigen dalam
Domain-Physiologic Health (II)
klien yang tenang
Class-Cardiopulmonary (E)
Respiratory Status (0415) 4) Auskultasi suara napas, mencatat area
Respiraroty Rate normal penurunan ketiadaan ventilasi dan
Respiraory Rhytm normal keberadaan suara tambahan
Kedalaman inspirasi normal
Saturasi oksigen normal
Tidak ada sianosis

3. Risiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral (00200) berhubungan dengan


peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Intracranial Pressure (ICP) Monitoring
keperawatan selama 1x24 jam perfusi (2590)
jaringan klien membaik ditandai dengan 1) Monitor kualitas dan karakteristik dari
tanda-tanda vital stabil dengan kriteria bentuk gelombang TIK
hasil : 2) Monitor tekanan perfusi cerebral
a. Tekanan perfusi serebral >60mmHg, 3) Monitor status neurologis
tekanan intrakranial <15mmHg, 4) Monitor TIK klien dan respon
tekanan arteri rata-rata 80-100mmHg neurologis untuk merawat aktivitas dan
b. Menunjukkan tingkat kesadaran stimuli lingkungan
normal 5) Monitor jumlah, kecepatan, dan
c. Orientasi pasien baik karakteristik dari aliran cairan
d. RR 16-20x/menit serebrospinal (CSF)
e. Nyeri kepala berkurang atau tidak 6) Memberikan agen farmakologi untuk
terjadi menjaga TIK pada batas tertentu
Domain-Physiologic Health (II) 7) Memberi jarak waktu intervensi
Class-Cardiopulmonary (E) keperawatan untuk meminimalkan PTIK
Perfusi Jaringan: Serebral (0406) 8) Monitor secara berkala tanda dan gejala
Tekanan intracranial normal peningkatan TIK
Tekanan darah sistolik normal a. Kaji perubahan tingkat kesadaran,
Tekanan darah diastolic normal orientasi, memori, periksa nilai GCS
Mean Blood Pressure normal b. Kaji tanda vital dan bandingkan
Sakit kepala hilang dengan keadaan sebelumnya
Tidak mengalami penurunan tingkat c. Kaji fungsi autonom: jumlah dan
kesadaran pola pernapasan, ukuran dan reaksi
Tidak ada gangguan reflek neurologik pupil, pergerakan otot
d. Kaji adanya nyeri kepala, mual,
muntah, papila edema, diplopia,
kejang
e. Ukur, cegah, dan turunkan TIK
1. Pertahankan posisi dengan
meninggikan bagian kepala 15-
300, hindari posisi telungkup atau
fleksi tungkai secara berlebihan
2. Monitor analisa gas darah,
pertahankan PaCO2 35-45
mmHg, PaO2 >80mmHg
3. Kolaborasi dalam pemberian
oksigen
4. Hindari faktor yang dapat
meningkatkan TIK
9) Istirahatkan pasien, hindari tindakan
keperawatan yang dapat mengganggu
tidur pasien
10) Berikan sedative atau analgetik dengan
kolaboratif.
4. Resiko cedera (00035) berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi
ortostatik.

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Fall Prevention (6490)
keperawatan selama 1x24 jam diagnosa 1) Identifikasi tingkah laku dan faktor yang
tidak menjadi masalah actual dengan berpengaruh pada risiko jatuh
kriteria hasil : 2) Memberikan tanda untuk mengingatkan
a. Pasien dapat mengidentifikasikan klien untuk meminta tolong ketika pergi
kondisi-kondisi yang menyebabkan dari tempat tidur, yang tepat
vertigo 3) Menggunakan teknik yang sesuai untuk
b. Pasien dapat menjelaskan metode mengantar klien ked an dari kursi roda,
pencegahan penurunan aliran darah di tempat tidur, toilet dan lainnya
otak tiba-tiba yang berhubungan 4) Kaji tekanan darah pasien saat pasien
dengan ortostatik. mengadakan perubahan posisi tubuh.
c. Pasien dapat melaksanakan gerakan 5) Diskusikan dengan klien tentang
mengubah posisi dan mencegah drop fisiologi hipotensi ortostatik.
tekanan di otak yang tiba-tiba. 6) Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi
d. Menjelaskan beberapa episode hipotensi ortostatik
vertigo atau pusing. a. Untuk mengetahui pasien
Domain-Health Knowledge & mengakami hipotensi ortostatik
Behaviour (IV) ataukah tidak.
Class-Risk Control & Safety (T) b. Untuk menambah pengetahuan klien
Falls Occurrence (1912) tentang hipotensi ortostatik.
Tidak terjadi jatuh ketika posisi berdiri, c. Melatih kemampuan klien dan
berjalan, duduk dan ketika tidur memberikan rasa nyaman ketika
Domain-Health Knowledge & mengalami hipotensi ortostatik.
Behaviour (IV)
Class-Risk Control & Safety (T)
Physical Injury Severity (1913)
Cedera bedah kepala tidak ada
Gangguan mobilitas tidak ada
Penurunan tingkat kesadaran tidak terjadi
Perdarahan tidak terjadi
5. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan
efek kemoterapi dan radioterapi.

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Nutrition Monitoring (1160)
keperawatan selama 1x24 jam kebutuhan 1) Kaji tanda dan gejala kekurangan
nutrisi klien dapat terpenuhi dengan nutrisi: penurunan berat badan, tanda-
adekuat dengan kriteria hasil: tanda anemia, tanda vital
a. Antropometri: berat badan tidak 2) Monitor intake nutrisi pasien
turun (stabil) 3) Berikan makanan dalam porsi kecil tapi
b. Biokimia: albumin normal dewasa sering.
(3,5-5,0) g/dl 4) Timbang berat badan 3 hari sekali
c. Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl, 5) Monitor hasil laboratorium: Hb, albumin
perempuan 12-16 g/dl) 6) Kolaborasi dalam pemberian obat
1) Clinis: tidak tampak kurus, antiemetic
terdapat lipatan lemak, rambut
tidak jarang dan merah
2) Diet: klien menghabiskan porsi
makannya dan nafsu makan
bertambah
Nutritional Status (1004)
Intake nutrisi adekuat
Intake makanan adekuat
Intake cairan adekuat
Hidrasi
6. Gangguan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan gangguan sensorik dan
motorik
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam, gangguan 1) Kaji fungsi motorik secara berkala
mobilitas dapat diminimalkan dengan 2) Menjaga pergelangan kaki 90 derajat
kriteria Hasil : dengan papan kaki. Gunakan trochanter
1. Mempertahankan posisi fungsi yang rolls sepanjang paha saat di ranjang
dibuktikan dengan tidak adanya 3) Ukur dan pantau tekanan darah pada fase
kontraktur. Foodtrop akut atau hingga stabil. Ubah posisi
2. Meningkatkan kekuatan tidak secara perlahan
terpengaruh/ kompenssi bagian tubuh 4) Inspeksi kulit setiap hari. Kaji terhadap
3. Menunjukan teknik eprilaku yang area yang tertekan dan memberikan
meingkinkan dimulainya kembali perawatan kulit secara teliti
kegiatan 5) Membantu mendorong pulmonary
Mobility (0208) hygiene seperti napas dalam, batuk,
Keseimbangan terjaga suction
Koordinasi terjaga 6) Kaji dari kemerahan,
Bergerak dengan mudah bengkak/ketegangan otot jaringan betis
7. Gangguan rasa nyaman (00214) berhubungan dengan nyeri akibat tidak mampu
menggerakan leher

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam memberikan 1) Kaji rentang gerak leher klien
kenyamanan gerak leher pada klien dengan 2) Memberi helth education kepada
kriteria Hasil : pasien mengenai penurunan fungsi
a. Klien dapat menggerakan leher gerak leher
secara normal 3) Kolaburasi dengan fisioterapi
b. Klien dapat beraktifitas secara normal 4) Mengetahui kemampuan gerak leher
klien
5) Membantu pasien untuk dapat
menerima kondisi yang dialami
6) Terapi dapat membantu mengembalikan
gerak leher klien secara normal
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, T.A. 2012. Sistem Neurobehavior. Jakarta : Salemba Medika.

Batticca FB. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan.
Jakarta: Salemba Medika.

Bulechek, Butcher, Dichterman, dan Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification


(NIC). Fifth Edition. USA: Mosby

Corwin, E.J. 2011. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Gisenberg L. 2005. Neurologi. Jakarta: Erlangga

Kemenkes RI. 2015. Panduan Nasional Penanganan Kanker: Tumor Otak. Jakarta: Komite
Nasional Penanggulangan Kanker (KPKN)

Mardjono M, Sidharta P. 2003. Neurologi Klinis Dasar. Fakultas Kedokteran Universtas


Indonesia

Modha, A., dan Gutin, P.H. 2005. Diagnosis and Treatment of Atypical Analplastic
Meningioma: A Review. Neurosurgery 57: 538-550

Moorhead, Johnson, Maas, dan Swaanson. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC).
Fifth Edition. USA: Mosby

Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persyarafan.
Jakarta: Salemba Medika

NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC

Price, Sylvia A., dan Wilson L. M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses penyakit
Edisi 6. Jakarta: EGC

Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Tanto, Chris, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai