Anda di halaman 1dari 8

1.

Jenis-jenis ImajinasiImajinasi terbagi menjadi dua, yaitu imajinasi verbal dan


imajinasi visual. Imajinasi verbal adalah imajinasi yang terbentuk oleh kata-kata
dalam pikiran manusia dan diproses di dalam otak kiri. Sedangkan imajinasi
visual adalah imajinasi yang berbentuk gambar-gambar dalam mata pikiran
manusia dan diproses oleh otak kanan. Orang dewasa yang telah mengetahui
banyak kosa kata cenderung lebih menggunakan kata-kata dalam berimajinasi,
sehingga banyak orang dewasa yang justru mengalami ketumpulan dalam
berimajinasi dengan gambar. Namun tak sedikit pula yang imajinasi visualnya
tetap tajam dan berkembang baik.
Sedangkan pada anak-anak yang belum banyak mengenal kosa kata akan
memvisualisasikan apa yang ia lihat dan pikirkan dalam bentuk gambar dalam
pikiran mereka. “Anak-anak adalah makhluk yang terbiasa berpikir dengan
menggunakan imaji. Mereka melakukan hal tersebut jauh sebelum mereka
memiliki kemampuan bahasa” (I.Robertson,2009:20). Jadi dapat disimpulkan
bahwa kemampuan imajinasi visual kita sedikit demi sedikit menurun ketika kita
semakin beranjak dewasa. Hal ini disebabkan oleh pengaruh bahasa, semakin
banyak kita mengetahui kosa kata semakin menurun kemampuan kita dalam
berimajinasi secara visual.
Seperti yang dialami oleh ilmuwan terkenal, Albert Einstein. Einstein diajarkan
untuk berpikir dengan imaji visual saat ia masih duduk si bangku sekolah. Pada
usia 16 tahun, ia menggunakan imaji visual untuk melakukan terobosan
eksperimen otak yang mendasari ilmu pemecahan atom. Ucapannya yang
terkenal yaitu, “Kata-kata atau bahasa tidak berperan penting dalam mekanisme
pikiran saya … elemen pikiran saya adalah imajinasi.”
Mengembangkan imajinasi anak merupakan upaya untuk menstimulasi, menumbuhkan dan
meningkatkan potensi kecerdasan juga kreativitasnya di masa pertumbuhannya. Imajinasi
anak berkembang seiring dengan berkembangnya kemampuan ia berbicara dan berbahasa.
Seperti bermain, dunia imajinasi juga merupakan dunia yang sangat dekat dengan dunia anak.
Imajinasi anak merupakan sarana untuk mereka berselancar dan belajar memahami realitas
keberadaan dirinya juga lingkungannya. Karena itu, orang tua dapat mengembangkan
imajinasi anak dengan menstimulasi tumbuh kembangnya potensi dan kemampuan imajinatif
anak untuk diekspresikan dengan efektif. Mengapa imajinasi anak harus dikembangkan?

Sebuah imajinasi lahir dari proses mental yang manusiawi. Proses ini mendorong semua
kekuatan yang bersifat emosi untuk terlibat dan berperan aktif dalam merangsang pemikiran
dan gagasan kreatif, serta memberikan energi pada tindakan kreatif. Kemampuan imajinatif
anak merupakan bagian dari aktivitas otak kanan yang bermanfaat untuk kecerdasannya. Di
masa balita, imajinasi merupakan bagian dari tugas perkembangannya, sehingga anak sangat
suka membayangkan sesuatu, mengembangkan khayalannya dan bercerita membagi ide-ide
imajinatifnya kepada orang lain, khususnya orang tuanya. Karena itu, berimajinasi mampu
membuat anak mengeluarkan ide-ide kreatifnya yang kadang kala “mencengangkan”. Hal ini
sangat wajar karena seiring pertambahan usianya, otak anak lebih aktif merespon setiap
rangsangan. Di benaknya muncul banyak pertanyaan yang mendorongnya untuk melakukan
banyak pengamatan. Pertanyaan dan pengamatan yang dilakukannya itu, akhirnya membuat
anak merasa nyaman berada di dalam imajinasinya.

Bagi anak-anak, berimajinasi merupakan kebutuhan alaminya dan bukan bentuk kemalasan.
Imajinasi anak bisa saja lahir sebagai hasil imitasi, meniru dari tayangan yang ditontonnya
atau pengaruh dari dongeng dan cerita yang didengarnya. Namun, imajinasi juga bisa muncul
secara murni dan orisinil dari dalam benaknya, sebagai hasil mengolah dan memanfaatkan
kelebihan dan kemampuan otak yang dianugerahkan Tuhan. Jika kita mampu mengasah,
mengembangkan dan mengelola imajinasi anak, maka berimajinasi akan sangat bermanfaat
dalam meningkatkan kecerdasan kreatifnya, serta membuatnya lebih produktif karena potensi
dan kemampuan imajinatif anak merupakan proses awal tumbuhkembangnya daya cipta
dalam diri anak yang boleh jadi menghasilkan sebuah kreasi yang menarik dan bermanfaat
untuk perkembangan kepribadiannya. Apa saja manfaat imajinasi anak? simak sekelumit
penjelasan berikut ini.

Manfaat Imajinasi Anak


Manfaat imajinasi anak berkaitan erat dengan tumbuhkembangnya kreativitas dalam diri
anak. Berikut beberapa manfaat imajinasi anak bagi perkembangan dan kepribadian anak.

 Terampil berkomunikasi dan bersosialisasi.


Menurut Dorothy Singer, seorang profesor psikologi dari Yale University, anak-anak yang
aktif berimajinasi cenderung lebih cerdas dan mudah bersosialisasi saat berada di sekolah.
Dengan berimajinasi, anak melibatkan kapasitas otaknya, sehingga kecerdasan otak lebih
terasah. Dalam berimajinasi, tentu saja ia sering kali memainkan peran sebagai tokoh tertentu
yang tidak selalu sama, sehingga dalam realitas sehari-hari, ia lebih mudah berkomunikasi,
memerankan perannya sebagai anak, teman bahkan ibu atau guru. Ia juga memiliki banyak
cerita berkaitan dengan imajinasinya yang akan semakin memudahkannya berceloteh,
ngobrol dengan teman dan lingkungan sosialnya. Semua ini bisa membuat anak lebih mudah
memecahkan suatu persoalan karena ia akan memiliki sudut pandang yang berbeda atas suatu
masalah berdasarkan pengalaman dan kemampuan imajinatifnya.
 Mahir menganalisa, aktif dan berpikir kreatif.
Berimajinasi membuat anak lebih aktif dan kreatif. Imajinasi akan menstimulasi gerak tubuh,
emosi dan kinerja otak anak untuk melakukan sebuah tindakan kreatif. Dalam kondisi
tertentu, semua yang dilakukannya, dilihatnya dan didengarnya akan dianalisanya, sehingga
dengan berimajinasi ia lebih mahir menganalisa kejadian, sesuatu atau masalah yang
dihadapinya.Dapat dikatakan, imajinasi membuat anak lebih kreatif dalam berpikir dan
bertindak. Ia akan mencoba menganalisa sesuatu dengan kemampuan imajinatifnya itu,
menuntun dan merunutnya dengan logika apa saja yang bisa dan mungkin terjadi. Di masa
depan, kemampuan ini sangat membantu karena permasalahan hidup akan semakin kompleks
dan heterogen.
 Memperkaya pengetahuan anak.
Dengan berimajinasi, ide-ide kreatif anak semakin bermunculan dan berkembang. Hal ini
akan semakin mengasah dan mendorong rasa keingintahuannya. Keingintahuan yang besar
akan mendorong mereka untuk mencari, menggali lebih dalam dan berkesperimen untuk
memuaskan keingintahuannya tersebut. Semakin banyak yang digali dan dicoba, semakin
kaya pula pengetahuannya. Proses menggali dan mencari ini bisa dilakukannya melalui
kegiatan bermain dan ragam permainan, membaca atau bertanya langsung.
 Lebih percaya diri, mandiri dan mampu bersaing.
Berpetualang di dunia imajinasi membuat anak merasa nyaman. Ketika ada dukungan dan
dorongan untuk mengekspresikannya, ia akan merasa percaya diri. Kepercayaan diri ini akan
membuatnya lebih siap dan mampu bersaing di lingkungannya karena secara tidak langsung
keterlibatan emosi, gerak tubuh dan kemampuan otak dalam berimajinasi membekalinya
kesiapan mental untuk bersaing. Keberanian dan kesiapan bersaing, tidak selalu berdampak
negatif karena kesiapan ini justru bisa membuatnya semakin mandiri dalam melakukan
aktivitasnya, tanpa harus selalu tergantung kepada orang tuanya.
 Memunculkan bakat anak.
Dengan berimajinasi, anak dapat menggali, mengangkat dan memunculkan bakatnya yang
mungkin saja terpendam. Bakat merupakan ciri universal yang khusus, pembawaan yang luar
biasa sejak lahir yang dapat berkembang dengan adanya interaksi dari pengaruh lingkungan.
Berimajinasi bisa membuat anak menemukan arti kenyamanan yang bermuara pada bakatnya,
sehingga yang muncul dari imajinasinya tersebut adalah bakatnya sendiri. Penting kita
ketahui bahwa dalam imajinasi itu ada dua hal bermakan yakni inovasi dan kreasi. Kedua hal
bisa optimal dengan peran bakat, minat serta dukungan lingkungan (suasana) yang
menyenangkan.

Dengan mengetahui manfaat imajinasi anak tersebut, orang tua bisa lebih memahami cara
menyikapi, mengasah dan mengembangkan imajinsi anak untuk perkembangan dan
kepribadian anak. Bagaimana caranya? Berikut penjelasannya.

Cara Mengembangkan Imajinasi Anak

Sebagai orang terdekat yang memiliki ikatan batin kuat dengan anak, orang tua merupakan
“pemeran” yang sangat dibutuhkan dalam mengasah dan mengembangkan imajinasi anak
secara optimal, sehingga manfaat imajinasi tersebut menjadi energi yang bersinergi terhadap
kecerdasan, perkembangan dan kepribadiannya.
 Pertama, orang tua harus menjadi pendengar yang baik dan aktif terhadap imajinasi anak.
Aktif berarti memberikan respon yang baik, menstimulasinya dengan pertanyaan-pertanyaan
kreatif dan mendorongnya untuk berekspresi baik secara verbal maupun non verbal. Orang
tua bisa saja mengarahkan anak untuk menuliskan imajinasinya dalam diary atau menulisnya
dalam bentuk sebuah karya tulis jika anak sudah mampu baca-tulis, Seperti Sri Izzati yang
berhasil meraih rekor MURI sebagai penulis novel termuda (8 tahun) melalui judul “Kado
Untuk Ummi”.
 Kedua, ajak anak kita bermain karena bermain merupakan dunianya. Biarkan anak bebas
menentukan pilihan dan melakukan permainan tertentu sesuai keinginannya, asalkan sesuai
dengan kemampuan berpikir serta fisiknya. Bermain peran bisa menjadi pilihan tepat, orang
tua bisa lebih cermat memberikan pilihan peran bagi mereka. Permainan peran membantu
perkembangan emosi anak dan memudahkan mereka bersosialisasi dengan lingkungannya.
Gunakan alat bantu yang tidak membahayakan anak, seperti kartu, mobil-mobilan atau
boneka untuk membantu mereka bermain peran. Misalnya, anak berperan sebagai ayah dan
ibu memerankan boneka sebagai anaknya. Pendampingan dan kebebasan akan mengeratkan
ikatan batin dan membuat anak merasa lebih dihargai dan percaya diri.
 Ketiga, orang tua jangan terlalu banyak melarang anak , termasuk melarangnya menangis dan
tertawa di saat yang tepat karena larangan bisa saja menghambat imajinasi dan membatasi
kreativitasnya Berikan pernyataan yang bersifat anjuran agar anak merasa termotivasi.
Pernyataan yang bersifat anjuran akan memberi motivasi positif pada anak. Misalnya,
menyatakan “Ade bisa jatuh kalau lompat seperti Spiderman karena Ade belum kuat.
Mendingan Ade bantu Ibu, kan Spiderman suka menolong orang.” lebih baik daripada
menyatakan “Jangan lompat, nanti kaki kamu patah!”.
 Keempat, perdengarkan musik yang sesuai dengan ritme jantung dan denyut nadi, bacakan
buku cerita, komik atau dongeng, serta dampingi anak bermain komputer dan belajar menulis
karena semua hal tersebut akan merangsang dan membantu mengembangkan imajinasi anak.
 Kelima, ciptakan suasana yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi anak. Seperti halnya
belajar dan menerapkan metode mendidik, suasana nyaman dan menyenangkan akan
membuat imajinasinya berkembang. Perhatikan pula letak benda-benda yang bisa
membahayakan anak, seperti gunting, pisau, atau barang yang mudah pecah. Imajinasi dan
kreativitas anak seringkali tidak terduga, sehingga orang tua patut mengantisipasinya sejak
awal.

Bermain, berimajinasi dan berkreasi merupakan dunia anak. Dalam permainan, terdapat
unsur pleasurable (menyenangkan), enjoyable (menikmati), imajinatif dan aktif, sehingga
tanpa bermain, imajinasi tidak akan berkembang dengan baik, menjadi sebuah ide dan
tindakan kreatif. Ketiga hal tersebut merupakan rangkaian aktivitas yang melibatkan pikiran,
perasaan dan gerak tubuh anak yang sejatinya bermanfaat bagi perkembangan dan
kepribadiannya. Semoga, kita bisa terus belajar dan mendapatkan pembelajaran dari anak-
anak kita. (Nia Hidayati)
A. Konsep Dasar Pengembangan Kreatifitas
1. Definisi Kreatifitas
Kreativitas dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menciptakan suatu
produk baru. Kreativitas juga berkembang dengan kemampuan untuk membuat kombinasi-
kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar unsur, data atau hal-hal yang
sudah ada sebelumnya.
Komite Penasehat Nasional bidang Pendidikan Kreatif dan Pendidikan Budaya (1999)
menggambarkan kreatifitas sebagai bentk imajinatif yang mampu menghasilkan sesuatu yang
bersifat original (murni/asli) dan memiliki nilai.
Menurut Supriadi (1994) dalam Yeni Rachmawati menguarakan bahwa kreatifitas
adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan
maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia
menambahkan bahwa kreatifitas merupakan kemampuan berfikir tingkat tinggi yang
mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berfikir, ditandai oleh suksesi,
diskontinuitas, diferensisasi, dan integrasi antara setiap tahap perkembangan.
Menurut Clarkl Monstakis (dalam Munandar, 1995) mengatakan bahwa kreatifitas
merupakan pengalaman dalam mengekspesikan dan mengaktualisasikan identitas individu
dalam bentuk terpadu antara hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain. Adapun menurut
Semiawan (1997) dalamYeni Rachmawati mengemukakan bahwa kreatifitas merupakan
kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan
masalah.
Sementara itu Csikzentmihalyi (dalam Munandar, 1995) memaparkan kreatifitas
sebagai produk berkaitan dengan penemuan sesuatu, memproduksi sesuatu yang baru,
daripada akumulasi keterampilan atau berlatih pengetahuan dan mempelajari buku.
Sedangkan menurut Utami Munandar (1992:47) dalam Yudrik Jahja menyatakan bahwa
kreativitas adalah kemampuan seseorangb untuk menciptakan produk baru, meskipun
komponennya tidak semua baru.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kreatifitas
merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun
produk baru yang efektif, fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan diferensiasi yang
berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah.
2. Ciri-ciri Anak Usia Dini Kreatif
Supriadi (1994) dalam Yeni Rachmawati mengatakan bahwa ciri-ciri kreatifitas dapat
dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan nonkognitif. Ciri-ciri kognitif diantaranya
orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi. Sedangkan ciri nonkognitif diantaranya
motifasi sikap dan kepribadian kreatif.
Setiap anak memiliki potensi kreatif dan anak yang kreatif memiliki ciri-ciri tertentu
seperti yang diungkapkan oleh Munandar (2004:71). Anak yang kreatif memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam.
2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik.
3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah.
4. Bebas dalam menyatakan pendapat.
5. Mempunyai rasa keindahan yang dalam.
6. Menonjol dalam salah satu bidang seni.
7. Mampu melihat suatu masalah berbagai segi atau sudut pandang.
8. Memiliki rasa humor yang luas.
9. Mempunyai daya imajinasi, dan
10. Orisinal dalam mengungkapkan gagasan dan dalam pemecahan masalah
Anak yang kreatif memiliki potensi kepribadian yang positif juga negatif. Sebagai
contoh; ciri prilaku sosial individu kreatif cenderung tidak toleren terhadap orang lain, sinis,
skeptis, dan kadang pemberontak. Disinilah pentingnya kehadiran guru sebagai pembimbing
yang akan membantu anak menyeimbangkan perkembangan kepribadiannya, sehingga anak
kreatif dapat berkembang optimal tidak hanya perkembangan intelegensinya tetapi juga
perkembangan sosial dan emosinya.

3. Potensi Kreatifitas pada Anak Usia Dini


Menurut pandangan psikologi, pada dasarnya setiap manusia telah dikaruniai potensi
kreatif sejak dilahirkan. Hal ini dapat dilihat melalui perilaku bayi ataupun anak yang secara
alamiah gemar bertanya, gemar mencoba, gemar memerhatikan hal baru, gemar berkarya
melalui benda apa saja yang ada dalam jangkauannya termasuk di dalamnya gemar
berimajinasi. Potensi kreatifitas ini dapat dilihat melalui keajaian alamiah seorang bayi dalam
mengeksplorasi apapun yang ada di sekitarnya. Mereka dapat menikmati warna, cahaya,
gerakan, dan bunyi. Mereka juga dapat merasakan, mengambil, dan memanipulasi apapun
yang terlihat.
Lebih lanjut Devito (dalam Supriadi, 1994) mengemukakan bahwa kreatifitas
merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dengan tinkat yang berbeda-
beda. Setiap anak yang lahir memiliki potensi kreatif, dan potensi itu dapat dikembangkan
dan dipupuk. Selanjutnya ia juga mengutip pendapat Trefinger yang menyatakan bahwa tidak
ada orang yang sama sekali tidak mempunyai kreatifitas, seperti halnya tidak ada seorang
manusia pun yang intelegensinya nol. Semua orang adalah kreatif, persoalannya tinggal
bagaimana potensi ini dapat dkembangkan dengan baik dan tidak hilang dimakan usia.

B. Imajinasi pada Anak Usia Dini


1. Definisi imajinasi
Pada masa kanak-kanak, sebagian besar yang biasa dilakukan anak-anak adalah
berimajinasi. Ungkapan seperti “Seandainya aku menjadi seorang astronot,” atau
“Seandainya aku bisa terbang dan tinggal di atas awan” merupakan contoh dari imajinasi
anak. Sebagai ilustrasi lain sebagian anak perempuan kerap kali melakukan sosiodrama
dengan berpura-pura memasak, menyetrika, dan mencuci, atau bergabung dengan teman lain
untuk berpura-pura mnjadi sebuuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, kakak, dan adik. Itu
semua adalah sebuah contoh sederhana tentang dunia khayal anak yang biasa kita lihat
sehari-hari.
Menurut Kamus Besar Indonesia (1991), imajinasi adalah daya pikir untuk
membayangkan (diangan-angan) atau menciptakan gambar-gambar (lukisan, karangan dan
sebagainya) kejadian, berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. Dalam sumber
yang sama imajinasi dapat pula diartikan sebagai khayalan.
Janice Beaty (1994) menyatakan bahwa bagi anak, imajinasi adalah kemampuan
untuk merespon atau melakukan fantasi yang mereka buat. Kebanyakan anak dibawah usia
tujuh tahun banyak melakukan hal tersebut.

2. Menjadi imajinatif
Anna Craft mengungkapkan pada tempat lain (1998) bahwa menjadi aspek imajinatif
harus menyetarakan perantara (agent) menjadi kesadaran yang tidak biasa atas apa yang
mereka lakukan/pikirkan. Jadi seorang anak yang menggambar singa dalam sebuah kolam
renang, mungkin tidak menyadari atas tidak wajarnya gambar tersebut. Jika anak tidak
memiliki kesadaran atas originalitas (keaslian) ide tersebut, maka itu tidak bisa disebut
imajinatif.
Menjadi imajinatif juga mencakup beberapa jenis hasil (dari pikiran maupun
tindakan) karena kita mampu mengatakan bahwa seseorang memiliki/menjadi imajinatif, ini
harus menjadi sebuah indikasi umum atas beberapa hal untuk menunjukkan hal tersebut
sebuah keputusan, sebuah model (contoh), sebuah lembaran tulisan, sebuah perilaku, sebuah
ide yang dapat disegarkan dan sebagainya.
Beberapa implikasi yang membantu pengembangan imajinasi di ruang kelas adalah
sebagai berikut:
a. Stimulasi dan dorongan (anjuran) guru tidak konvensional, meskipun juga,
b. Menganjurkan anak-anak untuk memahami sifat dasar konvensiona, sehingga ketika
mereka menjadi original baik pada diri mereka yang lain atau dalam arti yang lebih luas,
mereka dapat mengidentifikasi hal ini.

C. Hubungan Antara Kreatifitas dengan Imajinasi


1. Strategi mengembangkan imajinasi agar menjadi anak yang kreatif
Passmore (dalam Anna Craft, 2000) menegaskan bahwa secara pedagogis terdapat
sejumlah hal yang seorang guru dapat lakukan untuk membantu mengembangkan imajinasi
anak agar menjadi kreatif, yaitu sebagai berikut:
a. Memberi informasi dengan sebuah cara sebagaimana untuk menyatakan bahwa terdapat
alternatif-alternatif bebas (murni) dengan sebuah cara yang dapat mengatur imajinasi untuk
kepentingan tugas.
b. Mengajarkan rutinitas, menganjurkan anak-anak untuk merefleksikan (mengungkapkan)
alternatif-alternatif yang mungkin bagi mereka.
c. Guru dapat memperkenalkan anak-anak pada dunia penuh kemungkinan, dengan membuka
pikiran mereka kepada cara alternatif untuk merasakan, untuk hidup.
d. Melalui pelajaran seni yang ia dapat membantu anak untuk melihat dunia dengan sudut
pandang yang berbeda.
e. Dengan mengajarkan matematika dan sanis, ia dapat memberi PR kepada anak-anak akan
pentingnya lompatan imajinatif, memperluas rasa kagum anak-anak menunjukan kepadanya
bahwa dunia tidak dapat dijadikan jaminan.
f. Anak dapat memperoleh dalam dan melalui disiplin belajar.

2. Pengembangan kreatifitas anak melalui imajinasi


Para pakar spesialis anak sekarang ini telah mengetahui bahwa imajinasi merupakan
salah satu hal yang efektif untuk mengembangkan kemampuan intelektual, sosial, bahasa, dan
terutama kreatifitas anak (Smilansky, dalam Beaty, 1994). Imajinasi adalah kemampuan
berfikir divergen yang dilakukan tanpa batas, seluas-luasnya, dan multiperspektif dalam
merespon suatu stimulasi. Kemampuan ini sangat berguna mengembangkan kreatifitas anak.
Dengan imajinasi anak dapat mengembangkan daya pikir dan daya ciptanya tanpa dibatasi
kenyataan dan realitas sehari-hari. Ia bebas berfikir sesuai pengalaman dan khayalannya.
Imajinasi akan membantu berfikir fluency, fleksibiliti, dan originality pada anak.
Salah satu latihan yang mendasar agar anak dapat berkreasi adalah dengan
berimajinasi, yaitu kemampuan melihat gambaran dalam pikiran. Kemampuan ini berfungsi
untuk memunculkan kembali ingatan di masa lalu sebagai kemungkinan terjadi di masa
sekarang ataupun masa yang akan datang. Dorothy & Jerome Singer dalam Yeni Rachmawati
telah melakukan penelitian dan menulis sebuah permainan imajinatif anak, mereka yakin
bahwa berimajinasi sangat esensial dalam pengembangan kemampuan intelektual dan bahasa.
Anak mengingat ide dan kata yang telah mereka alami karena mereka dapat menggabungkan
ide dengan gambaran dalam pikiran mereka (Singer & Singer, dalam Beaty, 1994).
Dalam permainan imajinasi anak dapat memperagakan suatu situasi, memainkan
perananya dengan cara tertentu, memainkan peran seseorang dan menggantinya bila tidak
cocok ataupun membayangkan suatu siuasi yang tidak pernah mereka alami. Dalam
permainan drama anak dapat memunculkan peristiwa masa lalu dan menggabungkannya
dengan masa depan mirip sebuah novel, menambahkan dialog, menambahkan nuansa baru
terhadap karakternya, serta arah baru dalam alurnya. Tidak ada penulis cerita yang lebih baik
dari anak. Selain penulis cerita, anak juga berperan sebagai aktor kawakan, sutradara,
audiensi, lawan peran pemain lain, serta komentator terhadap peran yang dimainkan oleh
kawan-kawannya sehingga mereka tahu apakah dia telah memainkan perannya dengan baik
atau tidak. Anak menciptakan pengetahuannya sendiri ketika dia bebas berpartisipasi dalam
permainan imajinatif. Imajinasi akan membuat sesuatu yang “tidak mungkin” menjadi
“mungkin”.

Anda mungkin juga menyukai