PEREKONOMIAN INDONESIA
OLEH
Saya berharap makalah ini dapat membantu rekan-rekan dalam menambah wawasan ilmu
pengetahuan mengenai perekonomian di Indonesia. Untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan
untuk memperbaiki makalah ini dan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di masa depan.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Latar belakang pembuatan makalah ini adalah adanya tugas yang diberikan oleh dosen
mata kuliah Perekonomian Indonesia. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
tersebut.
Ketika berbicara tentang sebuah negara, semuanya tidak terlepas dengan permasalahan
perekonomiannya. Kalau kita berbicara masalah perekonomian di indonesia, banyak sekali
masalah-masalah yang ada. Masalah ekonomi merupakan masalah mendasar yang terjadi disemua
negara. Oleh karena itu, dalam menyikapi permasalahan ekonomi tiap negara, masing-masing
negara menganut sistem ekonomi yang sesuai dengan kondisi dan ideologi negara yang
bersangkutan dan tentunya kita sebagai masyarakat indonesia,tentunya sangat mengharapkan
terjadinya pertumbuhan ekonomi.
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang tersebut dapat kita ambil rumusan masalahnya:
1. Pertumbuhan/ perkembangan ekonomi
2. Masalah Pokok Perekonomian Indonesia
3. Sistem perekonomian di Indonesia
4. Faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi
5. Pelaku ekonomi utama dalam perekonomian Indonesia
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui perkembangan sistem ekonomi Indonesia
2. Mengetahui masalah pokok perekonomian Indonesia
3. Medeskripsikan sistem perekonomian di Indonesia
4. Mengetahui faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi
5. Mengetahui pelaku ekonomi utama dalam perekonomian Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Situasi ini kiranya menunjukkan betapa kita masih mengingkari atau bahkan mengkhianati
cita-cita kemerdekaan dan konstitusi, yang tentu saja adalah pertanda bahwa kita belum menjadi
bangsa yang pandai bersyukur. Belumnya kita menjadi tuan di negeri sendiri, belumnya kita
sanggup berdiri di atas kaki sendiri, dan belum lebih bermartabat serta penuh percaya dirinya kita
sebagai sebuah bangsa adalah pertanda jelas itu. Antara cita-cita dan realita, antara konstitusi dan
yang terjadi, hari ini sungguh masih jauh panggang daripada api.
b) Akar Penyebab Permasalahan
Pergantian rezim pasca Pemilu di Indonesia tidak pernah diikuti dengan perubahan Tim
Ekonomi yang sekedar penerus Mafia Berkeley yang menganut jalan ekonomi neoliberal. Di awal
jalan, kebijakan yang ditempuh rezim pemerintahan condong pada jalan Konsensus Washington,
yaitu penerapan deregulasi, liberalisasi, privatisasi, dan penghapusan subsidi.Pilihan jalan
liberalisasi dilakukan pada hampir semua sektor vital ekonomi nasional. Setelah liberalisasi
keuangan dan perdagangan, liberalisasi pertanian dilakukan dengan membuka kran impor beras
seluas-luasnya. Akibatnya bukan saja petani lokal yang terpukul, tetapi ketergantungan pangan
kepada pihak luar dan korporasi asing yang bergerak di sektor pertanian pun juga kian besar.
Tidak cukup hanya itu, liberalisasi migas pun dipaksakan melalui penyerahan harga BBM
pada mekanisme pasar (pengurangan subsidi), keleluasaan ekspansi korporasi migas asing, dan
kenaikan harga BBM sebagai klimaksnya. Tak pelak, sektor riil mengalami kemunduran dan
terparah dialami industri dan pertanian rakyat. Pesta jaringan modal internasional kiranya makin
lengkap dengan dilanjutkannya skema penggadaian aset-aset strategis dan penjualan (privatisasi)
perusahaan nasional (BUMN). Tak kurang dilepasnya ladang migas Cepu oleh pemerintah makin
memerosotkan derajat kebangsaan ekonomi kita.
Proses ini terus berjalan, dan diharapkan akan terus berjalan di masa yang akan datang.
Oleh karenanya, jalan deregulasi-lah yang juga dilanjutkan hingga rezim SBY-JK. Keleluasaan
ekspansi modal internasional untuk menguasai kekayaan Indonesia tidak cukup dilegalisasi
melalui UU Sumber Daya Air dan UU Migas, tetapi juga disempurnakan dengan UU Penanaman
Modal yang disahkan Maret 2007 yang lalu. Di arus jalan neoliberal ini pulalah bangsa kita tidak
mampu berbuat banyak dalam membuat alternatif kebijakan utang luar negeri. Pemerintah
membuat terobosan dengan membubarkan CGI, tetapi tidak cukup konsisten untuk menahan agar
bangsa kita tidak lagi berutang ke luar negeri. Debt Outstanding pemerintah justru naik dari 74,66
milyar US Dollar (2002) menjadi 81,23 milyar US Dollar (triwulan III 2007). Belum lagi obligasi
(SUN) yang rajin dijual setiap tahunnya ke pasar internasional. Alhasil pendarahan APBN terus
berlangsung karena seperempatnya digunakan hanya untuk membayar cicilan bunga dan pokok
utang luar negeri.
Hal ini aneh mengingat tersedianya banyak modal domestik di Indonesia. Pada tahun 2006
total dana simpanan seluruh Bank Umum di Indonesia sebesar Rp. 1.199 trilyun. Sementara yang
disalurkan sebagai kredit baru sebesar Rp. 723,72 trilyun (60,3%). Jumlah simpanan bentuk SBI
bank umum. per Desember 2006 sebesar Rp 343,455 triliun, meningkat pada Februari 2007
menjadi Rp. 364,11 triliun (28,6% dari total simpanan). Jumlah simpanan BPD se-Indonesia pada
tahun 2007 sebesar Rp. 129,63 trlyun, yang sebesar 34,52 trilyun disimpan dalam SBI Bank
Indonesia (26,6%) (Koran Sindo, 2007). Dana murni Pemda di instrumen Bank Indonesia sendiri
sekitar Rp. 43 trilyun (ibid).
Di tengah jalan, stabilitas ekonomi makro kiranya belum mewujud pada kemandirian dan
kedaulatan ekonomi nasional. Alih-alih itu, jalan ekonomi neoliberal yang ditempuh melalui
deregulasi, liberalisasi, dan privatisasi selama ini kian mengarahkan kondisi (struktur)
perekonomian Indonesia ke dalam proses “asingisasi”. Demikian kegelisahan bersama kita. Jalan
ekonomi neoliberal yang diterapkkan hingga rezim pemerintahan saat ini telah tidak dapat
dibedakan secara jelas dengan jalan ekonomi kolonial (neokolonialisme). Jalan ekonomi
neoliberal yang senantiasa ditempuh pemerintah telah mengembalikan hegemoni modal
internasional yang telah coba dirubuhkan oleh Bapak Pendiri Bangsa.
Kuatnya arus de-nasionalisasi ekonomi selama ini telah membentuk kembali susunan
ekonomi Indonesia di bawah dominasi korporasi asing (pemodal internasional) yang kini
menguasai 85,4% konsesi pertambangan migas, 70% kepemilikan saham di Bursa Efek Jakarta,
dan lebih dari separuh (50%) kepemilikan perbankan di Indonesia (Forum rektor Indonesia, 2007).
Menyedihkan memang. 85,4 persen dari 137 konsesi pengelolaan lapangan migas di Indonesia
masih dikuasai oleh korporasi asing, yang juga menduduki 10 besar produsen migas di Indonesia.
Chevron Pacific (AS) berada di urutan pertama diikuti Conoco Phillips (AS), Total Indonesie
(Prancis), China National Offshore Oil Corporation (Tiongkok), Petrochina (Tiongkok), Korea
Development Company (Korea Selatan), dan Chevron Company (Petro Energy, 2007).
Sementara itu, delapan di antara 10 besar produsen gas di tanah air pun dikuasai asing.
Total E&P Indonesie menempati peringkat pertama dengan total produksi gas mencapai 2.513 juta
kaki kubik per hari dan Pertamina diperingkat kedua dengan total produksi 948,9 mmscfd (Investor
Daily, 2007). Di sisi lain, jalan ekonomi neoliberal SBY-JK telah kian menjauh dari perwujudan
demokrasi ekonomi. Ketimpangan struktural ekonomi Indonesia justru kian melebar. Pelaku
ekonomi rakyat (UMKM) Indonesia yang pada tahun 2006 berjumlah 48,9 juta (99,9%) hanya
menikmati 37,6% ”kue produksi nasional”, sedangkan minoritas pelaku usaha besar (0,1%) justru
menikmati 46,7%-nya pada tahun yang sama. Hasil produksi yang dinikmati usaha besar
(korporasi) ini naik 3,6% dibanding tahun 2003 yang sebesar 43,1%.
Data perbankan menunjukkan bahwa per Juli 2007, 1.380 Trilyun dana pihak ketiga di
bank 80%nya dikuasai 1,82% pemegang rekening (Kuncoro, 2007). Rekening bernilai di atas 100
juta dengan total nilai 85% Dana Pihak Ketiga (DPK) hanya terdiri dari sekitar 1,5% rekening.
Bahkan yang bernilai di atas 1 milyar hanya terdiri dari 0,14% rekening, yang menguasai lebih
dari 50% DPK (Rizki, 2007).
Sementara itu, dalam konteks makro-daerah, sentralisasi fiskal tetap berlangsung di tengah
pelaksanaan otonomi daerah dan masih besarnya derajat ketimpangan ekonomi antardaerah. Hal
ini ditunjukkan dengan Rasio PAD terhadap APBD di Kabupaten/Kota 5 tahun setelah Otonomi
Daerah (2006) yang sebesar 6,80%, justru turun dari sebesar 10,31% pada tahun 1999/2000
(Kuncoro, 2008). Ketergantungan fiskal daerah kepada pemerintah pusat terjadi bersamaan dengan
sentralisasi ekonomi (perbankan, media, korporasi) di pusat bisnis dan kekuasaan (Baswir, 2007).
c) Permasalahan Kontemporer
Di ujung jalan, telah terjadi kemerosotan kesejahteraan rakyat, meluasnya ketimpangan,
kehancuran lingkungan, dan degradasi moral (nilai sosial) yang menunjukkan kepada kita
bagaimana dahsyatnya daya rusak ekonomi neoliberal yang telah menguras kekayaan SDA yang
melimpah ruah di Indonesia. Jalan ekonomi neoliberal telah meningkatkan kemiskinan dari
sebesar 16,7 % di tahun 2004 menjadi 17,75% pada tahun 2006. Tingkat pengangguran pun juga
meningkat dari sebesar 9,86% pada tahun 2004 menjadi 10,84% pada tahun 2005. Pada saat yang
sama ketimpangan pendapatan pun meningkat yang diindikasikan dengan rasio gini yang sebesar
0,28 pada tahun 2002 menjadi sebesar 0,34 pada tahun 2005. Kue nasional yang dinikmati oleh
kelompok 40% penduduk termiskin turun dari 20,92 tahun 2002 menjadi 19,2 pada tahun 2006.
Ironisnya, yang dinikmati oleh 20% kelompok terkaya naik dari 44,7% menjadi 45,7% pada tahun
yang sama. Hingga akhir 2012, jumlah pengangguran pun masih sekitar 9 juta jiwa atau 6,1%,
sedangkan angka kemiskinan masih bertengger sekitar 30 juta orang atau 11,6%, jauh dari target
yang ditetapkan Pemerintah. Sebuah paradoks di negeri yang sangat kaya SDA! Sementara itu,
Nilai Tukar Petani sekarang merupakan yang terendah sejak 10 tahun terakhir. Pada saat yang
sama kesejahteraan buruh industri juga merosot, di mana upah riel buruh industri juga tumbuh
negatif selama satu tahun terakhir. Kemerosotan sektor riil nampak pada merosotnya Indek
Produksi Padat Karya, seperti tekstil sebesar 11%, pakaian jadi sebesar 13%, dan barang dari
logam sebesar 10% (Forum Rektor Indonesia, 2007).
Kehancuran lingkungan hidup yang memakan korban jiwa terus berlansung akibat over-
eksploitasi terindikasikan dengan berbagai bencana (seperti banjir, tanah longsor, dan kebakaran
hutan), pencemaran air, sungai, dan udara. Ketidakberdayaan pemerintahan SBY-JK untuk
mengelola lingkungan terkait dengan liberalisasi SDA di mana banyak aset-aset SDA yang
dikuasai oleh modal asing dan domestik melalui kontrak-kontrak karya. Hal ini belum termasuk
kehancuran moral, akhlak, dan kohesi sosial bangsa Indonesia karena ketertundukan pada spirit
materialisme dan individualisme yang diusung ekonomi neoliberal. Mal-mal dan tempat hiburan
malam berkembang sebagai upaya untuk menguasai pasar (konsumen) yang harus dilucuti atribut
kearifan lokal, nasionalisme, dan keber-agamaan-nya.
Angka-angka statistik kiranya tidak akan menggambarkan kepedihan nasib rakyat miskin
yang merasakan kian susahnya hidup saat ini. Visualisasi kepedihan ini berupa busung lapar, gizi
buruk, kaum miskin tak bertempat tinggal, stress massal, sekolah rusak, dan seabreg masalah sosial
ekonomi lain di alam Indonesia yang sudah 62 tahun merdeka. Sebuah paradoks luar biasa di
negeri kaya SDA ini yang (masih) harus mengalami nasib yang menyedihkan berupa krisis minyak
tanah, krisis listrik, krisis pangan, krisis modal, dan berbagai harga kebutuhan pokok (migor, susu,
dan kedelai) yang makin membumbung tinggi. Biaya hidup terus meningkat dan untuk banyak
rumah tangga (miskin) menjadi makin tak terjangkau lagi.
C. SISTEM EKONOMI
a) Pengertian Sistem
Sistem menurut Chester A. Bernard, adalah satu kesatuan yang terpadu secara holistik, yang
didalamnya terdiri drai bagian-bagian dan masing-masing bagian memiliki ciri dan batas
tersendiri. Dan masing-masing bagian memiliki keterkaitan yang saling mendukung dalam
sistem yang holistik tersebut.
Suatu sistem pada dasarnya adalah merupakan “organisasi besar” yang menjaling berbagai
subjek / objek serta perangkat pelembagaan dalam suatu tatanan tertentu. Subjek atau objek
berbentuk sebuah sistem dapat berupa orang-orang atau masyarakat, untuk suatu sistem sosial
atau sistem kemasyarakatan dapat berupa makhluk-makhluk hidup dan benda alam, untuk suatu
sistem kehidupan atau sistem lingkungan dapat berupa barang atau alat, untuk suatu sistem
peralatan dapat berupa data, catatan atau kumpulan fakta dan untuk suatu sistem informasi atau
bahkan kombinasi dari subjek-subjek tertentu.
Perangkat kelembagaan dimaksud meliputi lembaga atau wadah tempat subjek (objek) itu
berhubungan, cara kerja dan mekanisme yang menjalin hubungan subjek (objek) jadi, serta
kaidah atau norma yang mengatur hubungan subjek (objek) tersebut agar serasi.
Kaidah atau norma dimaksud bisa berupa aturan atau peraturan, baik yang tertukis maupun
yang tidak tertulis, untuk suatu sistem yang menjalin hubungan antar manusia. Contohnya,
aturan-aturan dalam suatu sistem kekerabatan, peraturan-peraturan dalam suatu sistem politik
atau pemerintahan. Secara teoritis pengertian sistem ekonomi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan lembaga-lembaga ekonnomi yang dilaksanakan atau dipergunakan oleh suatu
bangsa/negara dalam mencapai cita-cita yang telah ditetapkan.
Pengertian lembaga atau institusi ekonomi adalah suatu pedoman, aturan atau kaidah yang
digunakan seseorang atau masyarakat dalam melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan. Kegiatan ekonomi adalah kegiatan yang berkaitan dengan usaha (bisnis),
dengan pasar, transaksi jual beli, dan pembayaran dengan uang. Secara sistematik kegiatan
ekonomi dapat dibedakan antara kegiatan produksi, distribusi atau konsumsi terhadap barang-
barang dan jasa. Kegiatan produksi adalah kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan atau
menambah nilai suatu barang dan jasa. Kegiatan distribusi bersifat meningkatkan faedah atau
valle added, dengan cara membagi atau memindahkan suatu barang dan jasa. Sedangkan
konsumsi adalah kegiatan yang berupa pengurangan atau menghabiskan faedah atau nilai suatu
barang dan jasa.
Sistem ekonomi suatu negara dikatakan bersifat khas, sehingga dibedakan dari sistem
ekonomi yang berlaku atau ditetapkan dinegara lain, berdasarkan beberapa sudut tinjauan seperti:
1. Sistem pemilikan sumber daya atau faktor-faktor produksi
2. Keleluasaan masyarakat untuk saling berkonpetensi satu sama lain dan untukl menerima
imbalan atas prestasi kerjanya.
3. Kadar peranan pemerintah dalam mengatur, mengarahkan dan merencanakan kehidupan
bisnis dan perekonomian pada umumnya.
Dengan demikian sistem ekonomi mencakup keseluruhan proses dan kegiatan masyarakat dalam
upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan.
Sedangkan Kart Bucher mempunyai pendapat yang serupa walaupun tidak sama. Ia
mengatakan pertumbuhan ekonomi adalah melalui 3 tingkat yaitu:
1. Produksi untuk kebutuhan sendiri
2. Perekonomian kota, dimana pertukaran sudah meluas
3. Perekonomian nasional dimana peranan perdagangan-perdagangantampak makin penting.
Jadi, barang-barang itu di produksi untuk pasar, ini merupakan gambaran evolusi di
Jerman.
Restow membuat penggolongan tahap-tahap pertumbuhan ekonomi berdasarkan pada ciri-ciri
perubahan keadaan ekonomi, politik dan sosial yang berlaku serta trasportasi suatu masyarakat
tradisional menjadi siatu masyarakat modern. Tahap-tahap pertumbuhan ekonominya adalah:
1. Tahap masyarakat tradisional
2. Tahap masyarakat lepas landas
3. Tahap lepas landas
4. Gerakan kearah kedewasaan
5. Massa konsumsi tinggi
3. Faktor modal
Setiap proses produksi membutuhkan modal atau aset. Tanpa adanya modal, kegiatan produksi
tidak dapat berjalan meski memiliki sumber daya alam dan manusia yang berlimpah.
4. Faktor kewirausahaan
Faktor kewirausahaan adalah kemampuan intelektual seseorang untuk mengelola atau
menyatukan ketiga faktor produksi di atas dalam suatu proses produksi.
3. Pemerintahan
Pemerintahan mencakup semua lembaga atau badan pemerintahan yang memiliki wewenang
dan tugas mengatur ekonomi. Dan pemerintah terjun langsung dalam kegiatan ekonomi melalui
perusahaan negara (BUMN/ BUMD).
Peran Pemerintah sebagai pelaku ekonomi yaitu :
a. Pengatur
Mengatur perekonomian negara sehingga tercipta stabilitas ekonomi agar tidak merugikan
masyarakat.
-Pengaturan ekonomi secara langsung
Contoh : Perizinan, pengendalian lingkungan, pembayaran pajak, peraturan biaya tarif,
penghapusan peraturan-peraturan yang dinilai menghambat pertumbuhan ekonomi
-Pengaturan ekonomi secara tidak langsung
Contoh : Pemberian insentif bagi produsen untuk memproduksi barang tertentu, himbauan
pemerintah agar konglomerat menyerahkan 2,5% keuntungannya untuk mengentaskan
kemiskinan.
b. Konsumen
Seperti halnya yang telah kita pelajari sebelumnya mengenai pelaku-pelaku ekonomi,
pemerintah juga berperan sebagai pelaku konsumsi. Pemerintah juga membutuhkan barang dan
jasa untuk menjalankan tugasnya. Seperti halnya ketika menjalankan tugasnya dalam rangka
melayani masyarakat, yaitu mengadakan pembangunan gedung-gedung sekolah, rumah sakit, atau
jalan raya. Tentunya pemerintah akan membutuhkan bahan-bahan bangunan seperti semen, pasir,
aspal, dan sebagainya. Semua barang-barang tersebut harus dikonsumsi pemerintah untuk
menjalankan tugasnya.
Contoh-contoh mengenai kegiatan konsumsi yang dilakukan pemerintah masih banyak, seperti
membeli barang-barang untuk administrasi pemerintahan, menggaji pegawai-pegawai pemerintah,
dan sebagainya.
c. Produsen
Pemerintah dalam menjalankan perannya sebagai pelaku ekonomi, mendirikan perusahaan
negara atau sering dikenal dengan sebutan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2003, BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan.
BUMN dapat berbentuk Perjan (Perusahaan Jawatan), Perum (Perusahaan Umum), dan Persero
(Perusahaan Perseroan).
BUMN memberikan kontribusi yang positif untuk perekonomian Indonesia. Pada sistem
ekonomi kerakyatan, BUMN ikut berperan dalam menghasilkan barang atau jasa yang diperlukan
dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pelaksanaan peran BUMN tersebut diwujudkan dalam kegiatan usaha hampir di seluruh sektor
perekonomian, seperti sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, manufaktur, pertambangan,
keuangan, pos dan telekomunikasi, transportasi, listrik, industri, dan perdagangan serta konstruksi.
BUMN didirikan pemerintah untuk mengelola cabang-cabang produksi dan sumber kekayaan
alam yang strategis dan menyangkut hajat hidup orang banyak.
Perusahaan-perusahaan tersebut didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat, serta untuk mengendalikan sektor-sektor yang strategis dan yang kurang menguntungkan.
a. Peran alokasi
Pemerintah berperan dalam menentukan jumlah sumber daya yang akan dipergunakan untuk
memproduksi barang-barang publik (fasilitas pendidikan, transportasi, jalan raya dan sejenis
lainnya) dan jumlah sumber daya yang dipakai untuk memproduksi barang-barang individu
misalnya makanan, pakaian, minuman dan kebutuhan sejenis lainnya. Pemerintah pula yang
menentukan jumlah barang-barang publik yang harus disediakan oleh pemerintah dan jumlah
barang yang dapat disediakan oleh rumah tangga perusahaan.
b. Peran distribusi
Pemerintah membuat kebijakan agar alokasi sumber daya ekonomi berjalan secara efisien.
Pemerintah harus pula membuat kebijakan agar kekayaan bisa didistribusikan dengan baik di
masyarakat. Misalnya kebijkan pajak, subsidi, bantuan kesehatan, bantuan pendidikan dan lain
sebagainya.
c. Peran stabilisasi
Pemerintah berperan menjaga perekonomian agar berjalan dengan baik yaitu dengan menjaga
suatu konflik di sektor ekonomi tidak berkembang semakin luas, mengendalikan inflasi,
menjaga keamanan ,dan menegakan kepastian hukum.
Adapun peran masyarakat luar negeri dalam kegiatan ekonomi adalah sebagai berikut.
Sumber penanaman modal asing
Peran utama masyarakat luar negeri dalam kegiatan ekonomi adalah sebagai investor
penanaman modal asing. Penanaman modal asing di suatu negara merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kemakmuran penduduk di suatu negara. Bagi Indonesia, investasi di negara lain
sangat menguntungkan. Indonesia menarik bagi para investor asing karena harga tenaga kerja di
Indonesia lebih murah dibandingkan harga tenaga kerja di negara lain. Di samping itu, Indonesia
merupakan bangsa pasar yang besar karena jumlah penduduknya sangat besar.
Pemberi pinjaman
Terkadang untuk melakukan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana lebih. Pada saat
itulah, peran masyarakat luar negeri sebagai pemberi pinjaman dibutuhkan. Untuk mewujudkan
pembangunan dengan modal yang sangat besar itu, maka suatu negar melakukan peminjaman pada
negara lain atau lembaga-lembaga keuangan internasional.
Pemberi bantuan
Ketika bencana alam, banyak negara mengulurkan tangan untuk membantu evakuasi dan
pemulihan. Itulah salah satu peran masyarakat luar negeri sebagai pemberi bantuan.
Selain itu, Bantuan yang diberikan oleh masyarakat luar negeri bisa diwujudkan dalam bentuk
proyek-proyek pembangunan fisik atau kegiatan pelayanan dengan bekerja sama dengan
pemerintah daerah setempat. Bantuan tersebut diberikan kepada negara yang membutuhkan secara
cuma-cuma tanpa harus mengembalikan.
Kesimpulan
1. Indonesia merupakan negara dimana pemerintah mempunyai peranan penting untuk
memajukan perekonomian.
2. Kondisi perekonomian Indonesia untuk kedepannya diperkirakan terus membaik
namun faktor-faktor penghambat masih terus ada.
3. Peran dan posisi perekonomian Indonesia di dunia diharapkan terus meningkat .
DAFTAR PUSTAKA
Perekonomian Indonesia (Masalah, Potensi dan Alternatif Solusi); Awan Santosa, S.E, M.Sc.
Sistem Ekonomi Indonesia ; Dr. Subandi, M.M