Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

PEREKONOMIAN INDONESIA

OLEH

Gratia Veronica Moring


16061102033

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan atas segala Rahmat, Hikmat dan karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Perekonomian Indonesia pada saat ini. Penulisan
makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Perekonomian Indonesia.
Makalah yang disusun untuk mempelajari mengenai sistem perekonomian di Indonesia.

Saya berharap makalah ini dapat membantu rekan-rekan dalam menambah wawasan ilmu
pengetahuan mengenai perekonomian di Indonesia. Untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan
untuk memperbaiki makalah ini dan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di masa depan.

Manado, Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................


KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Perekonomian Indonesia............................................................
B. Masalah Pokok Perekonomian Indonesia................................................
C. Sistem Ekonomi........................................................................................
D. Perkembangan Sistem Ekonomi Indoneisa...............................................
E. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia............................................................
F. Pelaku Utama Ekonomi Dalam Perekonomian Indonesia......................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar belakang pembuatan makalah ini adalah adanya tugas yang diberikan oleh dosen
mata kuliah Perekonomian Indonesia. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
tersebut.
Ketika berbicara tentang sebuah negara, semuanya tidak terlepas dengan permasalahan
perekonomiannya. Kalau kita berbicara masalah perekonomian di indonesia, banyak sekali
masalah-masalah yang ada. Masalah ekonomi merupakan masalah mendasar yang terjadi disemua
negara. Oleh karena itu, dalam menyikapi permasalahan ekonomi tiap negara, masing-masing
negara menganut sistem ekonomi yang sesuai dengan kondisi dan ideologi negara yang
bersangkutan dan tentunya kita sebagai masyarakat indonesia,tentunya sangat mengharapkan
terjadinya pertumbuhan ekonomi.

B. Rumusan masalah
Dari latar belakang tersebut dapat kita ambil rumusan masalahnya:
1. Pertumbuhan/ perkembangan ekonomi
2. Masalah Pokok Perekonomian Indonesia
3. Sistem perekonomian di Indonesia
4. Faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi
5. Pelaku ekonomi utama dalam perekonomian Indonesia
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui perkembangan sistem ekonomi Indonesia
2. Mengetahui masalah pokok perekonomian Indonesia
3. Medeskripsikan sistem perekonomian di Indonesia
4. Mengetahui faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi
5. Mengetahui pelaku ekonomi utama dalam perekonomian Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA


Sejarah Perekonomian Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 4 masa, yaitu:
1. Masa Sebelum Kemerdekaan
Daya tarik Indonesia akan sumber daya alam dan rempah-rempah membuat bangsa-bangsa
Eropa berbondong-bondong datang untuk menguasai Indonesia. Sebelum merdeka setidaknya ada
4 negara yang pernah menjajah Indonesia, diantaranya adalah Portugis, Belanda, Inggris, dan
Jepang. Pada masa penjajahan Portugis, perekonomian Indonesia tidak banyak mengalami
perubahan dikarenakan waktu Portugis menjajah tidaklah lama disebabkan kekalahannya oleh
Belanda untuk menguasai Indonesia, sehingga belum banyak yang dapat diberlakukan kebijakan.
Dalam masa penjajahan Belanda selama 350 tahun Belanda melakukan berbagai perubahan
kebijakan dalam hal ekonomi, salah satunya dengan dibentuknya Vereenigde Oost-Indische
Compagnie (VOC). Belanda memberikan wewenang untuk mengatur Hindia Belanda dengan
tujuan menghindari persaingan antar sesama pedagang Belanda, sekaligus untuk menyaingi
perusahaan imperialis lain seperti EIC milik Inggris.
Untuk mempermudah aksinya di Hindia Belanda, VOC diberi hak Octrooi, yang antara lain
meliputi:
1. Hak mencetak uang
2. Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai
3. Hak menyatakan perang dan damai
4. Hak untuk membuat angkatan bersenjata sendiri
5. Hak untuk membuat perjanjian dengan raja-raja
Hak-hak itu seakan melegalkan keberadaan VOC sebagai “penguasa” Hindia Belanda. Namun
walau demikian, tidak berarti bahwa seluruh ekonomi Nusantara telah dikuasai VOC.
Kenyataannya, sejak tahun 1620, VOC hanya menguasai komoditi-komoditi ekspor sesuai
permintaan pasar di Eropa, yaitu rempah-rempah.
Namun pada tahun 1795, VOC dibubarkan karena dianggap gagal dalam mengeksplorasi kekayaan
Hindia Belanda. Kegagalan itu nampak pada defisitnya kas VOC, yang antara lain disebabkan oleh
:
1. Peperangan yang terus-menerus dilakukan oleh VOC dan memakan biaya besar
2. Penggunaan tentara sewaan membutuhkan biaya besar
3. Korupsi yang dilakukan pegawai VOC sendiri
4. Pembagian dividen kepada para pemegang saham, walaupun kas defisit
Cultuurstelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif Van Den
Bosch dengan tujuan memproduksi berbagai komoditi yang diminta di pasar dunia. Sistem tersebut
sangat menguntungkan Belanda namun semakin menyiksa pribumi. Sistem ini merupakan
pengganti sistem landrent dalam rangka memperkenalkan penggunaan uang pada masyarakat
pribumi. Masyarakat diwajibkan menanam tanaman komoditas ekspor dan menjual hasilnya ke
gudang-gudang pemerintah untuk kemudian dibayar dengan harga yang sudah ditentukan oleh
pemerintah. Cultuurstelstel melibatkan para bangsawan dalam pengumpulannya, antara lain
dengan memanfaatkan tatanan politik Mataram–yaitu kewajiban rakyat untuk melakukan berbagai
tugas dengan tidak mendapat imbalan–dan memotivasi para pejabat Belanda dengan
cultuurprocenten (imbalan yang akan diterima sesuai dengan hasil produksi yang masuk gudang).
Bagi masyarakat pribumi, sudah tentu cultuurstelstel amat memeras keringat dan darah mereka,
apalagi aturan kerja rodi juga masih diberlakukan. Namun segi positifnya adalah, mereka mulai
mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada umumnya bukan tanaman asli
Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di pedesaan yang memicu meningkatnya taraf hidup
Sistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal) terjadi karena adanya desakkan kaum Humanis Belanda
yang menginginkan perubahan nasib warga pribumi kearah yang lebih baik dengan mendorong
pemerintah Belanda mengubah kebijakkan ekonominya. Dibuatlah peraturan-peraturan agrarian
yang baru, yang antara lain mengatur tentang penyewaan tanah pada pihak swasta untuk jangka
75 tahun dan aturan tentang tanah yang boleh disewakan dan yang tidak boleh. Pada akhirnya,
sistem ini bukannya meningkatkan kesejahteraan pribumi, tapi malah menambah penderitaan,
terutama bagi para kuli kontrak yang tidak diperlakukan layak.
Inggris berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang telah hampir dua abad diterapkan oleh
Belanda, dengan menerapkan Landrent (pajak tanah). Selain itu, dengan landrent, maka penduduk
pribumi akan memiliki uang untuk membeli barang produk Inggris atau yang diimpor dari India.
Inilah imperialisme modern yang menjadikan tanah jajahan tidak sekedar untuk dieksplorasi
kekayaan alamnya, tapi juga menjadi daerah pemasaran produk dari negara penjajah.
Pemerintah militer Jepang menerapkan kebijakan pengerahan sumber daya ekonomi untuk
mendukung gerak maju Jepang dalam Perang Pasifik. Akibatknya terjadi perombakan besar-
besaran dalam struktur ekonomi masyarakat. Kesejahteraan merosot tajam dan terjadi bencana
kekurangan pangan, karena produksi bahan makanan untuk memasok pasukan militer dan
produksi minyak jarak untuk pelumas pesawat tempur menempati prioritas utama.

2. Masa Orde Lama


a) Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk karena inflasi yang
disebabkan oleh beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada Oktober 1946
pemerintah RI mengeluarkan ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang.
Namun adanya blokade ekonomi oleh Belanda dengan menutup pintu perdagangan luar negeri
mengakibatkan kekosongan kas negara.
Dalam menghadapi krisis ekonomi-keuangan, pemerintah menempuh berbagai kegiatan,
diantaranya :
 Pinjaman Nasional, menteri keuangan Ir. Soerachman dengan persetujuan Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) mengadakan pinjaman nasional yang akan dikembalikan
dalam jangka waktu 40 tahun.
 Hubungan dengan Amerika, Banking and Trade Coorporation (BTC) berhasil mendatangkan
Kapal Martin Behrman di pelabuhan Ciberon yang mengangkut kebutuhan rakyat, namun semua
muatan dirampas oleh angkatan laut Belanda.
 Konferensi Ekonomi, Konferensi yang membahas mengenai peningkatan hasil produksi pangan,
distribusi bahan makanan, sandang, serta status dan administrasi perkebunan asing.
 Rencana Lima Tahunan (Kasimo Plan), memberikan anjuran memperbanyak kebun bibit dan padi
ungul, mencegah penyembelihan hewan-hewan yang membantu dalam pertanian, menanami tanah
terlantar di Sumatra, dan mengadakan transmigrasi.
 Keikutsertaan Swasta dalam Pengembangan Ekonomi Nasional, mengaktifkan dan mengajak
partisipasi swasta dalam upaya menegakkan ekonomi pada awal kemerdekaan.
 Nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank Negara Indonesia,
 Sistem Ekonomi Gerakan Benteng (Benteng Group)
 Sistem Ekonomi Ali-Baba
b) Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Perekonomian diserahkan sepenuhnya pada pasar, padahal pengusaha pribumi masih belum
mampu bersaing dengan pengusaha non-pribumi. Pada akhirnya hanya memperburuk kondisi
perekonomian Indonesia.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasinya antara lain:
 Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang untuk mengurangi jumlah uang yang beredar
agar tingkat harga turun
 Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu menumbuhkan wiraswasta pribumi agar bisa
berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional
 Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda.

c) Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)


Sebagai akibat Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem demokrasi
terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segalanya diatur
pemerintah). Namun lagi-lagi sistem ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia.
Akibatnya adalah :
 Devaluasi menurunkan nilai uang dan semua simpanan di bank diatas 25.000 dibekukan
 Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia
dengan cara terpimpin
 Kegagalan dalam berbagai tindakan moneter

3. Masa Orde Baru


Pada awal orde baru, stabilitas ekonomi dan politik menjadi prioritas utama. Program
pemerintah berorintasi pada pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan
kebutuhan pokok rakyat. Setelah melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam sistem ekonomi
liberal ternyata pengusaha pribumi kalah bersaing dengan pengusaha nonpribumi dan sistem
etatisme tidak memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi campuran dalam kerangka
sistem ekonomi demokrasi pancasila. Ini merupakan praktek dari salah satu teori Keynes tentang
campur tangan pemerintah dalam perekonomian secara terbatas.
Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur
pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan, kesempatan
kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda, penyebaran pembangunan, dan
peradilan. Semua itu dilakukan dengan pelaksanaan pola umum pembangunan jangka panjang (25-
30 tahun) secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita.
Hasilnya, pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, penurunan angka kemiskinan,
perbaikan indikator kesejahteraan rakyat seperti angka partisipasi pendidikan dan penurunan
angka kematian bayi, dan industrialisasi yang meningkat pesat. Pemerintah juga berhasil
menggalakkan preventive checks untuk menekan jumlah kelahiran lewat KB.
Namun dampak negatifnya adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber-
sumber daya alam, perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan dan antar kelompok
dalam masyarakat terasa semakin tajam, serta penumpukan utang luar negeri. Disamping itu,
pembangunan menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang sarat korupsi, kolusi dan nepotisme.
Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik,
ekonomi, dan sosial yang adil.
Sehingga meskipun berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi secara fundamental
pembangunan nasional sangat rapuh. Akibatnya, ketika terjadi krisis yang merupakan imbas dari
ekonomi global, Indonesia merasakan dampak yang paling buruk. Harga-harga meningkat secara
drastis, nilai tukar rupiah melemah dengan cepat, dan menimbulkan berbagai kekacauan di segala
bidang, terutama ekonomi.

4. Masa Orde Reformasi


Orde reformasi dimulai saat kepemimpinan presiden BJ.Habibie, namun belum terjadi
peningkatan ekonomi yang cukup signifikan dikarenakan masih adanya persoalan-persoalan
fundamental yang ditinggalkan pada masa orde baru. Kebijakan yang menjadi perhatian adalah
cara mengendalikan stabilitas politik. Sampai pada masa kepemimipinan presiden Abdurrahman
Wahit, Megawati Soekarnoputri, hingga sekarang masa kepemimpinan presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pun masalah-masalah yang diwariskan dari masa orde baru masih belum dapat
diselesaikan secara sepenuhnya. Bisa dilihat dengan masih adanya KKN, inflasi, pemulihan
ekonomi, kinerja BUMN, dan melemahnya nilai tukar rupiah yang menjadi masalah polemik bagi
perekonomian Indonesia.
B. MASALAH PEREKONOMIAN INDONESIA
a) Permasalahan Mendasar Perekonomian Indonesia
Berdasarkan data statistic dunia seperti ditulis oleh Krisnamurthi (2009), Indonesia dengan
jumlah penduduk terbesar keempat di dunia adalah penghasil pertanian terbesar keenam dunia
dengan nilai keluaran sekitar 60 miliar dollar Amerika Serikat (2007). Indonesia adalah produsen
biji-bijian pangan terbesar kelima dan produsen buah-buahan terbesar kesepuluh di dunia.
Indonesia juga produsen beras nomor tiga di dunia dunia setelah China dan India meskipun juga
merupakan konsumen terbesar ketiga juga setelah China dan India. Selain itu Indonesia adalah
produsen minyak sawit mentah (CPO) terbesar dunia, nomor tiga untuk karet dan kakao, nomor
empat untuk kopi, dan nomor enam untuk teh.
Demikian begitu besarnya bangsa Indonesia yang sudah dikaruniai kelimpahan kekayaan
alam yang luar biasa telah turut memberikan kemakmuran bagi dunia. Bahkan seprti telah
diuraikan di atas bukan hanya itu, Profesor Arysio seorang geology nuklir dari Brasil dalam riset
oceanografi, etnografi, geologi dan vulkanologi-nya selama 30 tahun untuk menemukan sebuah
tempat yang dikenal sebagai Atlantis , tempat asal mula peradaban dunia, berkesimpulan bahwa
tempat itu tidak lain dan tidk bukan adalah bumi yang saat ini kita pijak dan diami, yaitu Indonesia.
Namun ditengan kebesaran dalam jumlah dan angka-angka Indonesia tersebut, kiranya
sungguh prihatin mencermati situasi perekonomian bangsa kita saat ini, khususnya keadaan
masyarakat desa 67 tahun setelah merdeka.
1. Ekonomi Inodonesia masih menjadi pemasok bahan mentah. Semua kekayaan tersebut
berada di desa, tetapi dari total 31 juta penduduk miskin kita saat ini sebagian besarnya
berada di desa.
2. Ekonomi Indonesia masih menjadi psaran bagi pabrik atau perusahaan pertanian, susu, air
minum, dan otomotif dari luar negeri. Hampir semua sumber daya tersebut ada di desa
tetapi desa pun masih menjadi pasaran produk perushaaan luar desa (luar negeri). Bangsa
kita makin hanya menjadi bangsa pasar, sungguh pun kita masih memiliki banyak pasar.
Bangsa kita lebih banyak membeli, ketimbang memebuat dan mengkreasi.
3. Ekonomi Indonesia masih menjadi tempat pemutar kelebihan modal pihak luar negeri, baik
melalui pasar modal, pasar uang, maupun utang luar negeri. Sampai saat ini total utang luar
negeri kita telah mencapai lebih dari Rp. 600 Trilyun, sehingga total utang kita mencapai
sebesar Rp. 1.300 Trilyun, dan terus bertambah jumlahnya dari tahun ke tahun.
Pembangunan desa melalui skim PNPM dan sebagainya pun terus dibiayai dengan
membengkaknya utang luar negeri dan ketergantungan finansial pada pihak luar negeri.
Pada saat yang sama hampir 70% perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sudah
dimiliki pemodal dari luar negeri. Pun lebih dari 85% kontrak-kontrak karya pertambangan
masih dipegang oleh kontraktor dari luar negeri.
4. Bangsa kita masih mengalami ketergantungan yang parah dalam hal penyusunan
UndangUndang yang terkait dengan pengelolaan ekonomi nasional sepertihalnya UU
BUMN, UU Ketenagalistrikan, UU Penanaman Modal, UU Sumber Daya Air, dan
sebagainya pada pihak luar negeri. UU tersebut member keleluasaan bagi pihak luar negeri
untuk mengelola kekayaan alam di Indonesia, dan prakteknya telah lama makin
memerosotkan keberdikarian dan kooperasi rakyat di pelosok-pelosok desa.
5. Bangsa kita pun masih menjadi pemasok tenaga kerja yang diupah murah bagi perusahaan
dan atau pihak-pihak lain di luar negeri. Sebagian besar dari mereka, terutama Tenaga
Kerja Wanita (TKW) yang seringkali menjadi korban eksploitasi, marjinalisasi, dan
penyiksaan baik di Malaysia, Arab Saudi, dan negara lainnya, adalah berasal dari desa,
seperti yang dialami saudara kita Sumiati dan yang lainnya. Padahal negara dengan jumlah
penduduk lebih besar dari bangsa kita tidak mengirimkan tenaga kerja tidak terampilnya
ke luar negeri. Bukankah tidak ada Tenaga Kerja India, meskipun penduduknya dua kali
lipat dibanding kita. Pun tidak ada juga Tenaga Kerja China dengan penduduknya yang
lebih dari semilyar jumlahnya.

Situasi ini kiranya menunjukkan betapa kita masih mengingkari atau bahkan mengkhianati
cita-cita kemerdekaan dan konstitusi, yang tentu saja adalah pertanda bahwa kita belum menjadi
bangsa yang pandai bersyukur. Belumnya kita menjadi tuan di negeri sendiri, belumnya kita
sanggup berdiri di atas kaki sendiri, dan belum lebih bermartabat serta penuh percaya dirinya kita
sebagai sebuah bangsa adalah pertanda jelas itu. Antara cita-cita dan realita, antara konstitusi dan
yang terjadi, hari ini sungguh masih jauh panggang daripada api.
b) Akar Penyebab Permasalahan
Pergantian rezim pasca Pemilu di Indonesia tidak pernah diikuti dengan perubahan Tim
Ekonomi yang sekedar penerus Mafia Berkeley yang menganut jalan ekonomi neoliberal. Di awal
jalan, kebijakan yang ditempuh rezim pemerintahan condong pada jalan Konsensus Washington,
yaitu penerapan deregulasi, liberalisasi, privatisasi, dan penghapusan subsidi.Pilihan jalan
liberalisasi dilakukan pada hampir semua sektor vital ekonomi nasional. Setelah liberalisasi
keuangan dan perdagangan, liberalisasi pertanian dilakukan dengan membuka kran impor beras
seluas-luasnya. Akibatnya bukan saja petani lokal yang terpukul, tetapi ketergantungan pangan
kepada pihak luar dan korporasi asing yang bergerak di sektor pertanian pun juga kian besar.
Tidak cukup hanya itu, liberalisasi migas pun dipaksakan melalui penyerahan harga BBM
pada mekanisme pasar (pengurangan subsidi), keleluasaan ekspansi korporasi migas asing, dan
kenaikan harga BBM sebagai klimaksnya. Tak pelak, sektor riil mengalami kemunduran dan
terparah dialami industri dan pertanian rakyat. Pesta jaringan modal internasional kiranya makin
lengkap dengan dilanjutkannya skema penggadaian aset-aset strategis dan penjualan (privatisasi)
perusahaan nasional (BUMN). Tak kurang dilepasnya ladang migas Cepu oleh pemerintah makin
memerosotkan derajat kebangsaan ekonomi kita.
Proses ini terus berjalan, dan diharapkan akan terus berjalan di masa yang akan datang.
Oleh karenanya, jalan deregulasi-lah yang juga dilanjutkan hingga rezim SBY-JK. Keleluasaan
ekspansi modal internasional untuk menguasai kekayaan Indonesia tidak cukup dilegalisasi
melalui UU Sumber Daya Air dan UU Migas, tetapi juga disempurnakan dengan UU Penanaman
Modal yang disahkan Maret 2007 yang lalu. Di arus jalan neoliberal ini pulalah bangsa kita tidak
mampu berbuat banyak dalam membuat alternatif kebijakan utang luar negeri. Pemerintah
membuat terobosan dengan membubarkan CGI, tetapi tidak cukup konsisten untuk menahan agar
bangsa kita tidak lagi berutang ke luar negeri. Debt Outstanding pemerintah justru naik dari 74,66
milyar US Dollar (2002) menjadi 81,23 milyar US Dollar (triwulan III 2007). Belum lagi obligasi
(SUN) yang rajin dijual setiap tahunnya ke pasar internasional. Alhasil pendarahan APBN terus
berlangsung karena seperempatnya digunakan hanya untuk membayar cicilan bunga dan pokok
utang luar negeri.
Hal ini aneh mengingat tersedianya banyak modal domestik di Indonesia. Pada tahun 2006
total dana simpanan seluruh Bank Umum di Indonesia sebesar Rp. 1.199 trilyun. Sementara yang
disalurkan sebagai kredit baru sebesar Rp. 723,72 trilyun (60,3%). Jumlah simpanan bentuk SBI
bank umum. per Desember 2006 sebesar Rp 343,455 triliun, meningkat pada Februari 2007
menjadi Rp. 364,11 triliun (28,6% dari total simpanan). Jumlah simpanan BPD se-Indonesia pada
tahun 2007 sebesar Rp. 129,63 trlyun, yang sebesar 34,52 trilyun disimpan dalam SBI Bank
Indonesia (26,6%) (Koran Sindo, 2007). Dana murni Pemda di instrumen Bank Indonesia sendiri
sekitar Rp. 43 trilyun (ibid).
Di tengah jalan, stabilitas ekonomi makro kiranya belum mewujud pada kemandirian dan
kedaulatan ekonomi nasional. Alih-alih itu, jalan ekonomi neoliberal yang ditempuh melalui
deregulasi, liberalisasi, dan privatisasi selama ini kian mengarahkan kondisi (struktur)
perekonomian Indonesia ke dalam proses “asingisasi”. Demikian kegelisahan bersama kita. Jalan
ekonomi neoliberal yang diterapkkan hingga rezim pemerintahan saat ini telah tidak dapat
dibedakan secara jelas dengan jalan ekonomi kolonial (neokolonialisme). Jalan ekonomi
neoliberal yang senantiasa ditempuh pemerintah telah mengembalikan hegemoni modal
internasional yang telah coba dirubuhkan oleh Bapak Pendiri Bangsa.
Kuatnya arus de-nasionalisasi ekonomi selama ini telah membentuk kembali susunan
ekonomi Indonesia di bawah dominasi korporasi asing (pemodal internasional) yang kini
menguasai 85,4% konsesi pertambangan migas, 70% kepemilikan saham di Bursa Efek Jakarta,
dan lebih dari separuh (50%) kepemilikan perbankan di Indonesia (Forum rektor Indonesia, 2007).
Menyedihkan memang. 85,4 persen dari 137 konsesi pengelolaan lapangan migas di Indonesia
masih dikuasai oleh korporasi asing, yang juga menduduki 10 besar produsen migas di Indonesia.
Chevron Pacific (AS) berada di urutan pertama diikuti Conoco Phillips (AS), Total Indonesie
(Prancis), China National Offshore Oil Corporation (Tiongkok), Petrochina (Tiongkok), Korea
Development Company (Korea Selatan), dan Chevron Company (Petro Energy, 2007).
Sementara itu, delapan di antara 10 besar produsen gas di tanah air pun dikuasai asing.
Total E&P Indonesie menempati peringkat pertama dengan total produksi gas mencapai 2.513 juta
kaki kubik per hari dan Pertamina diperingkat kedua dengan total produksi 948,9 mmscfd (Investor
Daily, 2007). Di sisi lain, jalan ekonomi neoliberal SBY-JK telah kian menjauh dari perwujudan
demokrasi ekonomi. Ketimpangan struktural ekonomi Indonesia justru kian melebar. Pelaku
ekonomi rakyat (UMKM) Indonesia yang pada tahun 2006 berjumlah 48,9 juta (99,9%) hanya
menikmati 37,6% ”kue produksi nasional”, sedangkan minoritas pelaku usaha besar (0,1%) justru
menikmati 46,7%-nya pada tahun yang sama. Hasil produksi yang dinikmati usaha besar
(korporasi) ini naik 3,6% dibanding tahun 2003 yang sebesar 43,1%.
Data perbankan menunjukkan bahwa per Juli 2007, 1.380 Trilyun dana pihak ketiga di
bank 80%nya dikuasai 1,82% pemegang rekening (Kuncoro, 2007). Rekening bernilai di atas 100
juta dengan total nilai 85% Dana Pihak Ketiga (DPK) hanya terdiri dari sekitar 1,5% rekening.
Bahkan yang bernilai di atas 1 milyar hanya terdiri dari 0,14% rekening, yang menguasai lebih
dari 50% DPK (Rizki, 2007).
Sementara itu, dalam konteks makro-daerah, sentralisasi fiskal tetap berlangsung di tengah
pelaksanaan otonomi daerah dan masih besarnya derajat ketimpangan ekonomi antardaerah. Hal
ini ditunjukkan dengan Rasio PAD terhadap APBD di Kabupaten/Kota 5 tahun setelah Otonomi
Daerah (2006) yang sebesar 6,80%, justru turun dari sebesar 10,31% pada tahun 1999/2000
(Kuncoro, 2008). Ketergantungan fiskal daerah kepada pemerintah pusat terjadi bersamaan dengan
sentralisasi ekonomi (perbankan, media, korporasi) di pusat bisnis dan kekuasaan (Baswir, 2007).

c) Permasalahan Kontemporer
Di ujung jalan, telah terjadi kemerosotan kesejahteraan rakyat, meluasnya ketimpangan,
kehancuran lingkungan, dan degradasi moral (nilai sosial) yang menunjukkan kepada kita
bagaimana dahsyatnya daya rusak ekonomi neoliberal yang telah menguras kekayaan SDA yang
melimpah ruah di Indonesia. Jalan ekonomi neoliberal telah meningkatkan kemiskinan dari
sebesar 16,7 % di tahun 2004 menjadi 17,75% pada tahun 2006. Tingkat pengangguran pun juga
meningkat dari sebesar 9,86% pada tahun 2004 menjadi 10,84% pada tahun 2005. Pada saat yang
sama ketimpangan pendapatan pun meningkat yang diindikasikan dengan rasio gini yang sebesar
0,28 pada tahun 2002 menjadi sebesar 0,34 pada tahun 2005. Kue nasional yang dinikmati oleh
kelompok 40% penduduk termiskin turun dari 20,92 tahun 2002 menjadi 19,2 pada tahun 2006.
Ironisnya, yang dinikmati oleh 20% kelompok terkaya naik dari 44,7% menjadi 45,7% pada tahun
yang sama. Hingga akhir 2012, jumlah pengangguran pun masih sekitar 9 juta jiwa atau 6,1%,
sedangkan angka kemiskinan masih bertengger sekitar 30 juta orang atau 11,6%, jauh dari target
yang ditetapkan Pemerintah. Sebuah paradoks di negeri yang sangat kaya SDA! Sementara itu,
Nilai Tukar Petani sekarang merupakan yang terendah sejak 10 tahun terakhir. Pada saat yang
sama kesejahteraan buruh industri juga merosot, di mana upah riel buruh industri juga tumbuh
negatif selama satu tahun terakhir. Kemerosotan sektor riil nampak pada merosotnya Indek
Produksi Padat Karya, seperti tekstil sebesar 11%, pakaian jadi sebesar 13%, dan barang dari
logam sebesar 10% (Forum Rektor Indonesia, 2007).
Kehancuran lingkungan hidup yang memakan korban jiwa terus berlansung akibat over-
eksploitasi terindikasikan dengan berbagai bencana (seperti banjir, tanah longsor, dan kebakaran
hutan), pencemaran air, sungai, dan udara. Ketidakberdayaan pemerintahan SBY-JK untuk
mengelola lingkungan terkait dengan liberalisasi SDA di mana banyak aset-aset SDA yang
dikuasai oleh modal asing dan domestik melalui kontrak-kontrak karya. Hal ini belum termasuk
kehancuran moral, akhlak, dan kohesi sosial bangsa Indonesia karena ketertundukan pada spirit
materialisme dan individualisme yang diusung ekonomi neoliberal. Mal-mal dan tempat hiburan
malam berkembang sebagai upaya untuk menguasai pasar (konsumen) yang harus dilucuti atribut
kearifan lokal, nasionalisme, dan keber-agamaan-nya.
Angka-angka statistik kiranya tidak akan menggambarkan kepedihan nasib rakyat miskin
yang merasakan kian susahnya hidup saat ini. Visualisasi kepedihan ini berupa busung lapar, gizi
buruk, kaum miskin tak bertempat tinggal, stress massal, sekolah rusak, dan seabreg masalah sosial
ekonomi lain di alam Indonesia yang sudah 62 tahun merdeka. Sebuah paradoks luar biasa di
negeri kaya SDA ini yang (masih) harus mengalami nasib yang menyedihkan berupa krisis minyak
tanah, krisis listrik, krisis pangan, krisis modal, dan berbagai harga kebutuhan pokok (migor, susu,
dan kedelai) yang makin membumbung tinggi. Biaya hidup terus meningkat dan untuk banyak
rumah tangga (miskin) menjadi makin tak terjangkau lagi.

C. SISTEM EKONOMI
a) Pengertian Sistem
Sistem menurut Chester A. Bernard, adalah satu kesatuan yang terpadu secara holistik, yang
didalamnya terdiri drai bagian-bagian dan masing-masing bagian memiliki ciri dan batas
tersendiri. Dan masing-masing bagian memiliki keterkaitan yang saling mendukung dalam
sistem yang holistik tersebut.
Suatu sistem pada dasarnya adalah merupakan “organisasi besar” yang menjaling berbagai
subjek / objek serta perangkat pelembagaan dalam suatu tatanan tertentu. Subjek atau objek
berbentuk sebuah sistem dapat berupa orang-orang atau masyarakat, untuk suatu sistem sosial
atau sistem kemasyarakatan dapat berupa makhluk-makhluk hidup dan benda alam, untuk suatu
sistem kehidupan atau sistem lingkungan dapat berupa barang atau alat, untuk suatu sistem
peralatan dapat berupa data, catatan atau kumpulan fakta dan untuk suatu sistem informasi atau
bahkan kombinasi dari subjek-subjek tertentu.
Perangkat kelembagaan dimaksud meliputi lembaga atau wadah tempat subjek (objek) itu
berhubungan, cara kerja dan mekanisme yang menjalin hubungan subjek (objek) jadi, serta
kaidah atau norma yang mengatur hubungan subjek (objek) tersebut agar serasi.
Kaidah atau norma dimaksud bisa berupa aturan atau peraturan, baik yang tertukis maupun
yang tidak tertulis, untuk suatu sistem yang menjalin hubungan antar manusia. Contohnya,
aturan-aturan dalam suatu sistem kekerabatan, peraturan-peraturan dalam suatu sistem politik
atau pemerintahan. Secara teoritis pengertian sistem ekonomi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan lembaga-lembaga ekonnomi yang dilaksanakan atau dipergunakan oleh suatu
bangsa/negara dalam mencapai cita-cita yang telah ditetapkan.
Pengertian lembaga atau institusi ekonomi adalah suatu pedoman, aturan atau kaidah yang
digunakan seseorang atau masyarakat dalam melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan. Kegiatan ekonomi adalah kegiatan yang berkaitan dengan usaha (bisnis),
dengan pasar, transaksi jual beli, dan pembayaran dengan uang. Secara sistematik kegiatan
ekonomi dapat dibedakan antara kegiatan produksi, distribusi atau konsumsi terhadap barang-
barang dan jasa. Kegiatan produksi adalah kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan atau
menambah nilai suatu barang dan jasa. Kegiatan distribusi bersifat meningkatkan faedah atau
valle added, dengan cara membagi atau memindahkan suatu barang dan jasa. Sedangkan
konsumsi adalah kegiatan yang berupa pengurangan atau menghabiskan faedah atau nilai suatu
barang dan jasa.

b) Sistem Ekonomi dan Sistem Politik


Teori sitem ekonomi adalah teori yang mencoba menyelesaikan persoalan-persoalan
ekonomi. Persoalan ekonomi pada hakikatnya adalah masalah transformasi atau pengolahan
alat-alat/suber pemenuh/ pemuas kebutuhan, yang berupa faktor-faktor produksi yaitu tenaga
kerja, modal, sumberdaya alam dan keterampilan menjadi barang dan jasa.
Menurut Dumairy (1996), sistem ekonomi adalah “suatu sistem yang mengatur serta
menjalin hubungan ekonomi antar manusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu
tatanan kehidupan”. Gregory Grossman dalam P. Rahardja dan M. Manurung (2004) mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan sistem ekonomi adalah ‘sekumpulan komponen-komponen atau
unsur-unsur terdiri atas unit-unit dan agen-agen ekonomi serta lembaga-lembaga ekonomi, yang
bukan saja saling berhubungan dan berinteraksi, melainkan juga sampai tingkat tertentu saling
menompang danm mempengaruhi.
Perangkat pelembagaan meliputi lembaga-lembaga ekonomi. Jadi, perangkat pelembagaan
ini termasuk kebiasaan, perilaku dan etika masyarakat, seperti yang mereka tetapkan dalam
berbagai aktifitas yang berkenaan dengan pemanfaatan sumber daya bagi pemenuhan kebutuhan.
Sistem ekonomi merupakan bagian dari kesatuan ideologi kehidupan masyarakat si suatu
negara. Untuk itu tidak mengherankan bila dalam perjalanan peneran suatu sistem ekonomi
tertentu pada suatu negara terjadi suatu benturan, konflik atau bahkan tantangan antara pihak
yang satu dengan pihak lainnya. Pelaksanaan suatu sistem ekonomi tertentu akan berjalan mulus
jika lingkungan kelembagaan masyarakatnya mendukung.

Sistem ekonomi suatu negara dikatakan bersifat khas, sehingga dibedakan dari sistem
ekonomi yang berlaku atau ditetapkan dinegara lain, berdasarkan beberapa sudut tinjauan seperti:
1. Sistem pemilikan sumber daya atau faktor-faktor produksi
2. Keleluasaan masyarakat untuk saling berkonpetensi satu sama lain dan untukl menerima
imbalan atas prestasi kerjanya.
3. Kadar peranan pemerintah dalam mengatur, mengarahkan dan merencanakan kehidupan
bisnis dan perekonomian pada umumnya.
Dengan demikian sistem ekonomi mencakup keseluruhan proses dan kegiatan masyarakat dalam
upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan.

c) Macam-macam Sistem Ekonomi


 Sistem Ekonomi Liberal-Kapitalis
Adalah suatu sistem yang memberikan kebebasan yang cukup besar bagi pelaku-pelaku
ekonomi untuk melakukan kegiatan yang terbaik bagi kepentingan individual atau sumber daya-
sumber daya ekonomi atau faktor produksi. Perinsip “Keadilan” yang dianut oleh sistem
ekonomi kapitalis adalah “setiap orang menerima imbalan berdasarkan prestasi kerjanya”.
Ciri-ciri sistem ekonomi liberal-kapitalis adalah:
1. Adanya pengakuan yang luas terhadap hak-hak pribadi
2. Praktik perekonomian diatur menurut mekanisme pasar
3. Praktik perekonomian digerakkan oleh motif keuntungan
 Sistem Ekonomi Sosialis-Komunistik
Adalah kebalikannya, dimana sumber daya ekonomi atau faktor produksi dikuasai sebagai
milik negara. Imbala yang diberikan kepada perorangan didasarkan pada kebutuhannya, bukan
berdasarkan jasa yang diberikanya. Prinsip “keadilan’ yang dianut oleh sistem ekonomi sosial
adalah “setiap orang menerima imbalan yang sama”. Pada sistem ini campur tangan pemerintah
sangat tinggi, dan justru pemerintah yang menentukan dan merencanakan tiga persoalan pokok
ekonomi yaitu what, how, dan for whom.
Sistem ekonomi sosial, adalah sistem ekonomi dimana pasar justru harus dikendalikan
melalui perencanaan terpusat.

 Sistem Ekonomi Campuran (Mix Economy)


Pada umumnya ditetapkan oleh negara-negara berkembang atau negara-negara dunia ketiga.
Beberapa negara diantarannya cukup konsisten dalam meramu resep sistem ekonomi
campurannya, dalam arti kadar kapitalismenya selalu lebih tinggi atau bobot sisoalismenya lebih
besar.
Pada dasarnya sistem ekonomi campuran atau sistem ekonomi kerakyatan dengan persaingan
terkendali, agaknya merupakan sistem ekonomi yang paling cocok untuk mengelolah
perekonomian Indonesia semakin condong ke ekonomi liberal dan kapitalisme.

D. PERKEMBANGAN SISTEM EKONOMI INDONESIA


 Perkembangan Pemikiran Sistem Ekonomi Indonesia
Pergulatan pemikiran tentang sistem ekonomi apa yang sebaiknya diterapkan di Indonesia
telah dimulai sejak Indonesia belum mencapai kemerdekaan. Sampai sekarang pergulatan
pemikiran tersebut masih terus berlangsung. Hal ini tercermin dari perkembangan pemikiran
tentang sistem ekonomi pancasila (SEP). Menurut Sri-Edi Swasono (1985), pergulatan pemikiran
tentang SEP pada hakekatnya merupakan dinamika penafsiran tentang pasal-pasal ekonomi
dalam UUD 1945.
1. Pasal-pasal Ekonomi dalam UUD 1945
Ada tiga pasal yang dianggap penting karena memberikan fondasi penting tentang SEP, yaitu
pasal 33, pasal 23 dan pasal 34 UUD 45.
Tujuan dari SEP adalah tercapainya masyarakat yang adil dan makmur, hal ini dapat
dimaknai bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
Pemikiran tentang SEP sudah cukup banyak, namun ada beberapa yang perlu dibahas secara
ringkas karena mereka merupakan faunding father dan tokoh-tokoh ekonomi yang ikut mewarnai
sistem ekonomi kita
a. Pemikiran Mohammad Hatta (bung hatta)
Penerapan sistem ini di Indonesia telah menimbulkan kesengsaraan dan kemelaratan, oleh
karena itu menurut bung hatta sistem ekonomi yang baik untuk diterapkan di Indonesia harus
berasaskan kekeluargaan. Supaya dapat menjado makmur, bangsa Indonesia harus melakukan
kerjasama ekonomi dengan bangsa lain. Sedangkan sebagai jembatan penghubung antara
perekonomian pedesaan dengan perekonomian dunia adalah bangun usaha koperasi.
b. Pemikiran Wilopo
Menurut wilopo, pasal 33 memiliki arti SEP sangat menolak sistem liberal, karena itu SEP
juga menolak sektor swasta yang merupakan penggerak utama sistem ekonomi liberal-kapitalis.
Penolakan ini berdasarkan pada kekhawatiran bahwa sektor swasta akan memunculkan
eksploitasi kaum kaya/pemilik modal terhadap kaum ekonomi lemah/buruh.
c. Pemikiran Wijoyo Nitisastro
Menurut Wijoyo, pasal 33 UUD 45 jangan ditafsirkan sebagai penolakan terhadap sektor
swasta. Justru dalam SEP sektor swasta diberikan kesempatan berkembang sesuai dengan pasal
27 UUD45.
d. Pemikiran Mubyarto
SEP adalah sistem ekonomi yang bukan kapitalis dan juga bukan sosialis. Slah satu
perbedaan SEP dengan kapitalis atau sosialis adalah pandangan tentangan manusia. Yaitu
manusia yang selalu menyeimbangkan kebutuhan jasmani dan rohani, baik karena dorongan
rasional maupun moralitas.
e. Pemikiran Emil Salim
Menurut Emil Salaim snagat sederhana tentang SEP yaitu Sistem ekonomi pasar dengan
perencanaan.
2. Konsep Demokrasi Ekonomi (KDE)
KDE adalah merupakan kelanjutan penafsiran pasal 33 UUD45. SEP adalah demokrasi
ekonomi yang mempunyao tujuan untuk tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur. Kemakmuran masyarakat yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang.
Perekonomian berdasarkan atas demokrasi ekonomi, artinyakemakmuran bagai semua orang.
Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalam bumi adalah pokok-pokok
kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebenar-
benarnya kemakmuran rakyat (ISEI, 1991)
3. Konsep Ekonomi Pasar Terbelala (KEPT)
KEPT adalah merupakan perkembangan baru tentang pemikiran SEP. Yang dikemukakan
oleh ISEI pasa konggresnya ke-13 dimedan. KEPT memberikan penekanan pada peningkatan
daya saing dan perwujudan faerness. Peningkatan daya saing dapat dicapai dengan :
Pemanfaatanmekanisme harga atau pasar, perbaikan/penyempurnaan maupun pembubaran dan
pembentukan institusi yang ada dalam perekonomian Indonesia dapat mendung proses pemajuan
ekonomi, privatisasi dan restrukturisasi, perkembangan sumber daya manusia dan iptek,
pelayanan jasa ekonomi, dan berbagai bentuk kerja sama.
KEPT merupakan upaya untuk mencapai tujuan nasional Indonesia dengan pemanfaatan
mekanisme pasar. Karena mekanisme pasar memiliki kelemahan yaitu berupa terjadinya
kegagalan pasar, makan pesan pemerintah tetap dibutuhkan.

 Sistem Ekonomi Pancasila


Sistem Ekonomi Pancasila / ekonomi kerakyatan secara umum dapat diartikan sebagai sistem
ekonomi yang memadukan ideologi konstitusi bangsa Indonesia dengan sistem ekonomi
campuran yang diwujudkan melalui kerangka demokrasi ekonomi serta dijabarkan dalam
langkah-langkah ekonomi yang berpihak dan pemberdayaan seluruh lapisan masyarakat, yang
ditujukan untuk mewujutkan tercapainya masyarakat yang adil dan makmur.
Sistem ekonomi pancasila adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada sila-sila dalam
pancasila. Untuk menumbuh kembangkan SEP maka harus dihindarkan hal-hal negatif yaitu:
 Sistem ekonomi liberal yang bebas
 Sistem ekonomi komando
 Persaingan tidak sehat, serta pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok atau
monopoli yang merugikan masyarakat.
Pancasila sebagai suatu sistem demokrasi lebih mudah unuk di kembangkan. Sedangkan
pancasila sebagai suatu sistem ekonomi nasional melainkan kesulitan untuk dikembangkan,
karena hal ini tidak dapat dipisahkan atau dilepaskan kaitannya dengan dengan sistem ekonomi
internasional.

 Reformasi Menuju Sistem Ekonomi Pancasila


Sistem Ekonomi Pancasila sebenarnya sudah diperkenankan pada awal Repelita III (1979).
Pemikiran beberapa orang pemikir mengatakan apabila pada waktu itu sistem ini sudah di
tetapkan maka skrisis ekonomi yang demikian parah ini dapat dihindarkan.
Krisis moneter kita dewasa ini merupakan ulangan kedua krisis serupa demasa lalu yang
semuanya semua yang mengingatkan betapa kita bangsa Indonesia selalu kembali ke
pancasilasebagai pegangan dasar sistem dan moral ekonomi Indonesia.
Reformasi ekonomi Indonesia baik yang sudah dimulai sejak awal repelita VI memulai
program pengembangan ekonomi rakyat, maupun gerakan pemecahan krisis moneter, merupakan
topik yang penting menjelang dimulainya repelitaVII. Repormasi ekonomi, dengan atau tanpa
reformasi politik dan hukum, merupakan dambaan masyarakat luas untuk mengurangi
ketimbangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang sudah mencapai tahap sangat
memperhatinkan pada akhir Repelita V (1993).
Reformasi ekonomi mempunyai tujuan kembar yaitu meningkatkan efesiensi ekonomi
nasional sekaligus mengapus berbagai ketidak adilan ekonomi dengan tujuan akhir terwujudnya
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila.
Sistem ekonomi pancasila yang telah diterima dan masuk GBHN 1998 adalah sistem
ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsep etik yang secara lengkap berisi 7 petir
“paradikma” sebagai berikut:
 Harus menyumbang pada terciptanya ketahanan ekonomi nasional yang kukuh dan
tangguh
 Harus mengandung sikap dan tekat kemandirian dalam diri manusia,keluarga dan
masyarakat Indonesia
 Perekonomian nasional harus dikembangkan kearah perekonomian yang berkeadilan dan
berdaya saing tinggi
 Demokrasi ekonomi harus diwujudkan untuk memperkukuh struktur usaha nasinal
 Koperasi adalah soko guru perekonomian nasional, sebagai gerakan dan wadah kegiatan
ekonomi rakyat; koperasi sebagai badan usaha ditujukan pada kepentingan dan peluasan
basis usaha
 Kemitraan usaha yang dijiwai semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang saling
menguntungkan harus ditumbuhkan kembali
 Usaha nasional harus dikembangkan sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan dalam sistem ekonomi pasar terkelola.
Reformasi ekonomi Indonesia yang akan kita wujudkan adalah pembaruan aturan main aturan
main tentang hubungan-hubungan ekonomi dalam masyarakat. “Aturan-aturan main ini secara
keseluruhan dibakukan dalam sistem ekonomi pancasila.
Ekonomi pancasila adalah sistem ekonomi nasional Indonesia (SENI). Dalam SENI
masyarakat bangsa yang beraneka warna ciri-ciri kehidupannya, berintraksi dalam semangat
kekeluargaan, dalam upaya meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat menuju
terwujudnya keadilan sosial. Aturan keadilan ekonomi adalah bersumber pada setiap sila
Pancasila yaitu:
 Roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan oleh rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial
dan moral
 Seluruh masyarakat bertekad untuk mewujudkan kemerataan sosial yaitu tidak
membiarkan adanya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan social
 Seluruh pelaku ekonomi yaitu produsen, konsumen, dan pemerintah harus selalu
bersemangat nasionalitik, yang dalam setiap putusan-putusan ekonominya
menomorsatukan tujuan terwujudnya perekonomian nasional yang kuat dan tangguh
 Koperasi dan bekerja secara kooperatif selalu menjiwai pelaku ekonomi masyarakat.
Demokrasi ekonomi atau ekonomi kerakyatan dipimpin oleh hikma kebijaksanaan dalam
pemusyawaratan/perwakilan
 Dalam perekonomian nasional yang amat luas terus menerus diupayakan adanya
keseimbangan antara perencanaan ekonomi nasional dengan desentralisasi serta otonomi
daerah. Hanya melalui partisipasi daerah secara aktif aturan main keadilan ekonomi bisa
berjalan yang selanjutnya menghasilkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

E. PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA


 Tahap-tahap Pertumbuhan Ekonomi
Beberapa Teori Pertumbuhan Ekonomi
Bruno Hilder Brand adalah pengkritik Fredrich List, mereka mengatakan bahwa
perkembangan masyarakat atau ekonomi bukan karena sifat-sifat produksi atau konsumen. Tetapi
lebih ditekankan pada metode distribusi yang digunakan. Bruno mengemukakan 3 sistem distribusi
yaitu:
1. Natural atau perekonomian barter
2. Perekonomian uang
3. Perekonomian kredit

Sedangkan Kart Bucher mempunyai pendapat yang serupa walaupun tidak sama. Ia
mengatakan pertumbuhan ekonomi adalah melalui 3 tingkat yaitu:
1. Produksi untuk kebutuhan sendiri
2. Perekonomian kota, dimana pertukaran sudah meluas
3. Perekonomian nasional dimana peranan perdagangan-perdagangantampak makin penting.
Jadi, barang-barang itu di produksi untuk pasar, ini merupakan gambaran evolusi di
Jerman.
Restow membuat penggolongan tahap-tahap pertumbuhan ekonomi berdasarkan pada ciri-ciri
perubahan keadaan ekonomi, politik dan sosial yang berlaku serta trasportasi suatu masyarakat
tradisional menjadi siatu masyarakat modern. Tahap-tahap pertumbuhan ekonominya adalah:
1. Tahap masyarakat tradisional
2. Tahap masyarakat lepas landas
3. Tahap lepas landas
4. Gerakan kearah kedewasaan
5. Massa konsumsi tinggi

 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


-Massa orde lama (1945-1966)
Pada massa ini perekonomian berkembang kurang mengembirakan, sebagai dampak ketidak
stabilan kehidupan politik dan seringnya pergantian kabinet.

-Massa orde baru 91966-1997)


Menghadapi perekonomian yang sedemikian rupa pemerintah peralihan menetapkan beberapa
langkah priorotas kebijakan ekonomi sebagai berikut:
1. Memerangi implasi
2. Mencukupi stok cadangan bahan pangan (terutama beras)
3. Merehabilitasi prasarana perekonomian
4. Meningkatkan ekspor
5. Menyediakan/menciptakan lapangan kerja
6. Mengundang kembali inyestor asing

-Massa reformasi (198-sekarang)


Pada massa repormasi ini perekonomian Indonesia ditandai dengan krisis moneter yang berlanjut
menjadi krisis ekonomi yang sampai saat ini belum menunjukkan tanda-tanda kearah pemulihan.
Walaupun ada pertumbuhan ekonomi sekitar 6% untuk tahun 1997 dan 5,5% untuk tahun 1998
dimana inflasi sudah diperhitungkan, namun laju inflasi masih tinggi yaitu rata-rata sekitar 10%.
Pada tahun 1998 hampir seluruh sector mengalami pertumbuhan negative, hal ini berbeda dengan
kondisi ekonomi pada tahun 1999. Pada tahun 1999 laju pertumbuhan ekonomi Indonesia
diperkirakan telah menjadi positif. Ini menunjukkan pertanda pemulihan ekonomi Indonesdia.
Berdasarkan perhitungan PDB tahun 1993, laju pertumbuhhan ekonomi Indonesia pada tahunn
1999 adalah sekitar 0,23% dan pertumbuhan ekonomi tanpa migas sebesar 0,35%.

 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonommi Indonesia


Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara umum adalah:
1. Faktor produksi, harus mampu memanfaatkan tenaga kerja yang ada, dan penggunaan
bahan baku industry dalam negeri semaksimal mungkin.
2. Faktor investasi, membuat investasi yang tidak rumit dan memihak pada pasar.
3. Faktor perdagangan luar negri dan neraca pembayaran, harus surplus sehingga mampu
meningkatkan cadangan devisa dan menstabilkan nilai rupiah.
4. Faktor kebijakan moneter dan inflasi, kebijakan terhadap nilai tukar rupiah dan tingkat
suku bunga ini harus antisipasi dan dapat diterima pasar.
5. Faktor keuangan negara, berupa kebijakan fiskal yang konstruktif dan mampu untuk
membiayai pengeluaran pemerintah.

F. PELAKU UTAMA EKONOMI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA


Pelaku ekonomi utama dalam perekonomian Indonesia

1. Rumah Tangga Konsumsi /RTK


Rumah tangga konsumsi merupakan unit ekonomi yang paling kecil. Rumah tangga
konsumsi adalah pemilik atau penyedia jasa dari berbagai faktor produksi. Faktor produksi
yang dimiliki oleh rumah tangga akan digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan barang
atau jasa. Rumah tangga konsumsi juga akan menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan
perusahaan untuk memenuhi kebutuhannya.
Peran Rumah Tangga Konsumsi adalah :
Sebagai
1. Pemasok faktor produksi ke pada perusahaan untuk diolah dalam kegiatan produksi
2. Pemakai barang atau jasa yang di hasilkan oleh peeusahaan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya
Faktor produksi ada 4 macam yaitu :
1. Faktor sumber daya alam
Faktor sumber daya alam merupakan segala sesuatu yg disediakan alam untuk dimanfaatkan
oleh manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya. Faktor ini memegang peranan
penting karena digunakan oleh pelaku produksi untuk membuat suatu barang atau jasa.
Kemampuan produsen dalam menghasilkan barang/jasa ditentukan oleh kualitas dan kuantitas
sumber daya yang dimiliki.

2. Faktor tenaga kerja


Faktor tenaga kerja merupakan segala kegiatan manusia yg dicurahkan dalam proses produksi
untuk menciptakan atau menambah nilai guna barang atau jasa. Produsen tidak dapat
menciptakan barang/jasa dengan langsung menawarkan barang mentah, tetapi harus diproses
terlebih dahulu. Pemrosesan ini tentunya membutuhkan tenaga manusia, hingga barang/jasa
selesai dibuat dan sampai ditawarkan ke konsumen.

3. Faktor modal
Setiap proses produksi membutuhkan modal atau aset. Tanpa adanya modal, kegiatan produksi
tidak dapat berjalan meski memiliki sumber daya alam dan manusia yang berlimpah.

4. Faktor kewirausahaan
Faktor kewirausahaan adalah kemampuan intelektual seseorang untuk mengelola atau
menyatukan ketiga faktor produksi di atas dalam suatu proses produksi.

Balas jasa dari faktor produksi yaitu :


a. Alam : sewa tanah
b. Tenaga kerja : upah/gaji
c. Modal : bunga modal
d. Skill/ keahlian: laba
2. Rumah Tangga Produksi/ RTP/ Perusahaan
Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh satu atau beberapa orang yang
bertujuan untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Perusahaan
merupakan tempat berlangsungnya produksi.
Peran Perusahaan sebagai pelaku ekonomi yaitu :
1. Perusahaan sebagai Produsen
Sesuai dengan fungsinya, perusahaan dalam aktivitasnya selalu menghasilkan suatu barang/jasa.
Untuk dapat menjalankan fungsinya ini perusahaan sebelum menjalankan aktivitasnya terlebih
dahulu melakukan beberapa hal, antara lain:
a. Menentukan barang/jasa yang akan diproduksi.
b. Mengelola bagaimana proses barang/jasa tersebut dapat diproduksi.
c. Memastikan bahwa barang/jasa yang diproduksi dibutuhkan oleh masyarakat luas.

2. Perusahaan sebagai Konsumen


Meskipun perusahaan merupakan penghasil barang/jasa, namun perusahaan pun tetap melakukan
kegiatan konsumsi. Kegiatan konsumsi yang dilakukan perusahaan berkaitan erat dengan proses
produksi yang dijalankan oleh perusahaan tersebut, antara lain dalam bentuk:
a. Pengadaan bahan-bahan yang merupakan bahan pokok dari produksi perusahaan tersebut.
b. Pengadaan alat/sarana yang dipergunakan untuk kelancaran proses produksi,seperti alat dan
sarana transportasi, bahan bakar, listrik, dan sebagainya.
c. Pembayaran upah karyawan.

3. Perusahaan sebagai Distributor


Kelancaran usaha yang berlangsung di suatu perusahaan sangat tergantung dari proses distribusi
barang/jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Apalah artinya suatu hasil produksi jika
hanya menumpuk di gudang perusahaan.
Sebagai distributor, perusahaan melakukan hal-hal berikut.
a. Mengadakan kegiatan promosi melalui iklan, baik secara langsung maupun menggunakan
jasa media massa.
b. Mengadakan kegiatan perdagangan.
c. Membuka agen atau cabang di beberapa tempat yang dianggap strategis.
d. Memiliki armada angkutan yang menyalurkan hasil produksi.

3. Pemerintahan
Pemerintahan mencakup semua lembaga atau badan pemerintahan yang memiliki wewenang
dan tugas mengatur ekonomi. Dan pemerintah terjun langsung dalam kegiatan ekonomi melalui
perusahaan negara (BUMN/ BUMD).
Peran Pemerintah sebagai pelaku ekonomi yaitu :
a. Pengatur
Mengatur perekonomian negara sehingga tercipta stabilitas ekonomi agar tidak merugikan
masyarakat.
-Pengaturan ekonomi secara langsung
Contoh : Perizinan, pengendalian lingkungan, pembayaran pajak, peraturan biaya tarif,
penghapusan peraturan-peraturan yang dinilai menghambat pertumbuhan ekonomi
-Pengaturan ekonomi secara tidak langsung
Contoh : Pemberian insentif bagi produsen untuk memproduksi barang tertentu, himbauan
pemerintah agar konglomerat menyerahkan 2,5% keuntungannya untuk mengentaskan
kemiskinan.

b. Konsumen
Seperti halnya yang telah kita pelajari sebelumnya mengenai pelaku-pelaku ekonomi,
pemerintah juga berperan sebagai pelaku konsumsi. Pemerintah juga membutuhkan barang dan
jasa untuk menjalankan tugasnya. Seperti halnya ketika menjalankan tugasnya dalam rangka
melayani masyarakat, yaitu mengadakan pembangunan gedung-gedung sekolah, rumah sakit, atau
jalan raya. Tentunya pemerintah akan membutuhkan bahan-bahan bangunan seperti semen, pasir,
aspal, dan sebagainya. Semua barang-barang tersebut harus dikonsumsi pemerintah untuk
menjalankan tugasnya.
Contoh-contoh mengenai kegiatan konsumsi yang dilakukan pemerintah masih banyak, seperti
membeli barang-barang untuk administrasi pemerintahan, menggaji pegawai-pegawai pemerintah,
dan sebagainya.
c. Produsen
Pemerintah dalam menjalankan perannya sebagai pelaku ekonomi, mendirikan perusahaan
negara atau sering dikenal dengan sebutan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2003, BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan.
BUMN dapat berbentuk Perjan (Perusahaan Jawatan), Perum (Perusahaan Umum), dan Persero
(Perusahaan Perseroan).
BUMN memberikan kontribusi yang positif untuk perekonomian Indonesia. Pada sistem
ekonomi kerakyatan, BUMN ikut berperan dalam menghasilkan barang atau jasa yang diperlukan
dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pelaksanaan peran BUMN tersebut diwujudkan dalam kegiatan usaha hampir di seluruh sektor
perekonomian, seperti sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, manufaktur, pertambangan,
keuangan, pos dan telekomunikasi, transportasi, listrik, industri, dan perdagangan serta konstruksi.
BUMN didirikan pemerintah untuk mengelola cabang-cabang produksi dan sumber kekayaan
alam yang strategis dan menyangkut hajat hidup orang banyak.
Perusahaan-perusahaan tersebut didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat, serta untuk mengendalikan sektor-sektor yang strategis dan yang kurang menguntungkan.

BUMN sebagai pelaku kegiatan ekonomi milik negara


Peran BUMN
Secara umum, peran BUMN dapat dilihat pada hal-hal berikut ini.
a) Mengelola cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak.
b) Sebagai pengelola bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya secara efektif
dan efisien.
c) Sebagai alat bagi pemerintah untuk menunjang kebijaksanaan di bidang ekonomi.
d) Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sehingga dapat menyerap tenaga kerja.
Peran Pemerintah dalam perekonomian Indonesia
Peranan pemerintah dalam perekonomian Indonesia adalah berkaitan dengan penyediaan
brang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat luas. Kebutuhan disebut juga dengan
kebutuhan publik. Selain berperan dalam penyediaan barang dan jasa yang diperlukan oleh
masyarakat luas, pemerintah juga mempunyai 3 peran lainnya yaitu :

a. Peran alokasi
Pemerintah berperan dalam menentukan jumlah sumber daya yang akan dipergunakan untuk
memproduksi barang-barang publik (fasilitas pendidikan, transportasi, jalan raya dan sejenis
lainnya) dan jumlah sumber daya yang dipakai untuk memproduksi barang-barang individu
misalnya makanan, pakaian, minuman dan kebutuhan sejenis lainnya. Pemerintah pula yang
menentukan jumlah barang-barang publik yang harus disediakan oleh pemerintah dan jumlah
barang yang dapat disediakan oleh rumah tangga perusahaan.
b. Peran distribusi
Pemerintah membuat kebijakan agar alokasi sumber daya ekonomi berjalan secara efisien.
Pemerintah harus pula membuat kebijakan agar kekayaan bisa didistribusikan dengan baik di
masyarakat. Misalnya kebijkan pajak, subsidi, bantuan kesehatan, bantuan pendidikan dan lain
sebagainya.
c. Peran stabilisasi
Pemerintah berperan menjaga perekonomian agar berjalan dengan baik yaitu dengan menjaga
suatu konflik di sektor ekonomi tidak berkembang semakin luas, mengendalikan inflasi,
menjaga keamanan ,dan menegakan kepastian hukum.

4. Masyarakat Luar Negeri


Peranan masyarakat luar negeri sebagai pelaku ekonomi adalah :
Di era globalisasi, masyarakat luar negeri memiliki peran besar dalam kegiatan ekonomi.
Pengertian masyarakat luar negeri mencakup negara dan masyarakat luar negeri itu sendiri.

Adapun peran masyarakat luar negeri dalam kegiatan ekonomi adalah sebagai berikut.
 Sumber penanaman modal asing
Peran utama masyarakat luar negeri dalam kegiatan ekonomi adalah sebagai investor
penanaman modal asing. Penanaman modal asing di suatu negara merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kemakmuran penduduk di suatu negara. Bagi Indonesia, investasi di negara lain
sangat menguntungkan. Indonesia menarik bagi para investor asing karena harga tenaga kerja di
Indonesia lebih murah dibandingkan harga tenaga kerja di negara lain. Di samping itu, Indonesia
merupakan bangsa pasar yang besar karena jumlah penduduknya sangat besar.

 Pemberi pinjaman
Terkadang untuk melakukan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana lebih. Pada saat
itulah, peran masyarakat luar negeri sebagai pemberi pinjaman dibutuhkan. Untuk mewujudkan
pembangunan dengan modal yang sangat besar itu, maka suatu negar melakukan peminjaman pada
negara lain atau lembaga-lembaga keuangan internasional.

 Pemberi bantuan
Ketika bencana alam, banyak negara mengulurkan tangan untuk membantu evakuasi dan
pemulihan. Itulah salah satu peran masyarakat luar negeri sebagai pemberi bantuan.
Selain itu, Bantuan yang diberikan oleh masyarakat luar negeri bisa diwujudkan dalam bentuk
proyek-proyek pembangunan fisik atau kegiatan pelayanan dengan bekerja sama dengan
pemerintah daerah setempat. Bantuan tersebut diberikan kepada negara yang membutuhkan secara
cuma-cuma tanpa harus mengembalikan.

 Pengekspor Barang dan Jasa


Tidak semua negara mampu memenuhi kebutuhan barang dan jasanya hanya dengan
mengandalkan sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Oleh karena itu, maka masyarakat
melakukan perdagangan internasional dan kegiatan ekspor impor agar kebutuhan itu bisa dipenuhi.
Salah satu negara yang berperan dalam kegiatan ekspor adalah jepang. Peran masyarakat luar
negeri dalam hal ini adalah negara Jepang dalam kegiatan ekspor antara lain adalah dengan
menghasilkan berbagai macam kendaraan bermotor seperti mobil dan motor dengan berbagai
merek, antara lain adalah Suzuki, Yamaha, Honda, Toyota, Nisan, dan lain-lain.
 Pengimpor Barang dan Jasa
Masyarakat luar negeri berperan sebagai pengimpor barang dan jasa jika barang dan jasa yang
dibutuhkan tidak ada atau kurang di negara mereka. Pada umumnya masyarakat luar negeri
mengimpor barang kerajinan dari Indonesia, seperti ukiran Jepara, kerajinan rotan, pakaian, alas
kaki, peralatan elektronik, kertas, minyak sawit, dan lain-lain. Negara Indonesia memiliki banyak
kekayaan alam yang diimpor oleh negara lain. Arab Saudi adalah negara pengimpor kurma ke
Indonesia. Australia adalah negara pengimpor unta ke Arab Saudi.

 Pengekspor Faktor-Faktor Produksi


Bila negara kita membutuhkan faktor-faktor produksi dari negara lain, seperti bahan baku,
tenaga kerja, modal, dan pengusaha (kewirausahaan) maka negara lain akan mengekspornya ke
Indonesia. Faktor produksi yang banyak diekspor ke Indonesia adalah faktor produksi modal
karena Indonesia memang sangat kekurangan modal. Negara-negara yang telah menanamkan
modalnya ke negara kita disebut dengan istilah investor.

 Pengimpor Faktor-Faktor Produksi


Arab Saudi, Malaysia, Hongkong dan Uni Emirat Arab adalah negara yang kekurangan tenaga
kerja. Bila negara-negara itu membutuhkan tenaga, maka mereka mengimpornya dari negara lain,
seperti Indonesia dan Filipina. Selain itu, negara tersebut juga mengimpor faktor produksi alam.
Contoh faktor produksi alam yang mereka impor adalah karet, minyak bumi, timah, tembaga,
aluminium, tembakau, dan lain- lain.

 Mitra Kerja Sama Ekonomi


Kerja sama ekonomi internasional tidak akan terjadi jika tidak ada pihak yang bekerja sama,
dalam hal ini adalah negara dan masyarakat luar negeri. Kerja sama ekonomi antarnegara amat
diperlukan untuk memajukan kehidupan ekonomi. Oleh karena itu, masyarakat luar negeri
merupakan mitra kerja sama yang baik untuk memajukan ekonomi.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Indonesia merupakan negara dimana pemerintah mempunyai peranan penting untuk
memajukan perekonomian.
2. Kondisi perekonomian Indonesia untuk kedepannya diperkirakan terus membaik
namun faktor-faktor penghambat masih terus ada.
3. Peran dan posisi perekonomian Indonesia di dunia diharapkan terus meningkat .
DAFTAR PUSTAKA

Perekonomian Indonesia (Masalah, Potensi dan Alternatif Solusi); Awan Santosa, S.E, M.Sc.
Sistem Ekonomi Indonesia ; Dr. Subandi, M.M

Anda mungkin juga menyukai