Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton ringan merupakan jenis beton dengan berat isi maksimum 1800 kg/m3 yang
dapat dibuat dengan beberapa cara, antara lain menggunakan agregat ringan
seperti batu apung, tidak menggunakan pasir dalam campurannya (beton non-
pasir), dan menambahkan rongga udara dalam jumlah banyak ke dalam campuran
beton. Fungsi beton ringan dalam struktur dapat diklasifikasikan menjadi beton
ringan sebagai elemen struktural, elemen struktural ringan, dan elemen non-
struktural.

Bangunan berlantai banyak umumnya menggunakan dinding beton karena


memiliki beberapa keuntungan, yaitu tahan terhadap goncangan akibat angin
besar, dan gempa bumi dengan penambahan tulangan, tahan terhadap rayap,
mampu meredam suara, tidak memerlukan perawatan khusus, mudah dipasang
(dinding pracetak, concrete block / batako), dan lain - lain (Vanderwerf, dkk.,
2006). Namun, penggunaan beton sebagai dinding untuk bangunan gedung akan
menambah berat sendiri struktur gedung tersebut, karena porsi dinding yang
banyak pada suatu gedung. Salah satu alternatif untuk mengatasi hal tersebut
adalah dengan menggunakan beton ringan. Beton ringan dapat diaplikasikan
sebagai elemen non-struktural yaitu sebagai dinding partisi. Dinding partisi hanya
membawa beban sendiri, tidak menerima beban dari elemen struktural lain, dan
memiliki fungsi sebagai pemisah antar ruangan satu dengan yang lain
(http://lecture.civilengineeringx.com/super-structures/walls/, 2013).

Penelitian mengenai beton ringan dengan berbagai jenis bahan, dan variasi
campuran sudah banyak dilakukan, seperti beton ringan Styrofoam, beton ringan
pasir batu apung, beton ringan busa (foam concrete), dan lain - lain. Selain itu,
beberapa peneliti telah mencoba membuat beton dari limbah botol plastik yang
diolah kembali menjadi agregat halus, dan agregat kasar. Penelitian dengan
menggunakan limbah plastik sebagai bahan pembuatan beton telah dilakukan

1
2

dengan tujuan untuk memanfaatkan limbah plastik yang sulit terurai, dan
berbahaya bagi lingkungan jika jumlahnya terus bertambah. Sampah atau limbah
plastik dapat berupa bungkus makanan, bekas alat rumah tangga, botol minuman,
dan lain - lain. Limbah plastik dapat diolah kembali menjadi bahan baru yang
memiliki manfaat, dan nilai jual, misalnya saja bola plastik. Bola plastik yang
umum digunakan sebagai mainan, memiliki potensi untuk digunakan sebagai
agregat pada beton yang bertujuan untuk menambah rongga sehingga beton
menjadi lebih ringan, dan dapat berfungsi sebagai elemen non-struktural pada
bangunan seperti dinding partisi.

Penggunaan agregat bola plastik sebagai rongga pada beton ringan dalam
penelitian ini tidak memungkinkan pencampuran bahan, dan pembetonan
dilakukan dengan cara yang umum digunakan, yaitu dengan menggunakan mesin
pengaduk kemudian menuangkan, dan memadatkan campuran pada cetakan
karena dikhawatirkan pencampuran bahan grout (graut) tidak merata (homogen).
Untuk mengatasi hal tersebut, maka pengerjaan akan dilakukan dengan metode
Preplaced Aggregate Concrete (PAC). PAC merupakan metode pengerjaan beton
yang terdiri atas dua tahap, yaitu menempatkan agregat kasar terlebih dahulu pada
cetakan kemudian memasukkan graut ke cetakan. PAC dipilih sebagai metode
pengerjaan pembetonan untuk menghindari segregasi antara bola plastik dengan
graut, dan menghindari penyusutan berlebihan setelah beton mengering.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk mengetahui apakah beton agregat bola plastik dapat digunakan sebagai
elemen non-struktural suatu bangunan gedung, maka perlu dilakukan penelitian
sifat mekanika beton agregat bola plastik. Adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana sifat bahan graut (waktu alir, grout bleeding / bliding graut, berat
per m3, dan kuat tekan) ?
b. Berapa berat per m3, kuat tekan, dan modulus elastisitas beton agregat bola
plastik serta kuat tekan batako agregat bola plastik ?
3

c. Bagaimana kondisi beton agregat bola plastik setelah dibebani, dan kerusakan
(retak) apa yang terjadi ?
d. Bagaimana biaya batako agregat bola plastik per m3 jika dibandingkan dengan
batako ringan Hebel per m3 ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari dilakukannya penelitian untuk mendapatkan beton ringan dengan
menambahkan rongga berbentuk agregat bola plastik adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui sifat bahan graut yang meliputi waktu alir, grout bleeding /
bliding graut, berat per m3, dan kuat tekannya,
b. Mengetahui berat per m3, kuat tekan, dan modulus elastisitas beton agregat
bola plastik serta kuat tekan batako agregat bola plastik,
c. Mengetahui kondisi beton agregat bola plastik setelah dibebani, dan kerusakan
(retak) yang terjadi,
d. Mengetahui perbandingan biaya untuk batako agregat bola plastik per m3 jika
dibandingkan dengan batako ringan Hebel per m3.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah :
a. Memberikan alternatif pilihan pemanfaatan limbah plastik yang telah diolah
(bola plastik) sebagai agregat untuk membuat beton ringan,
b. Memberikan informasi mengenai kekuatan beton agregat bola plastik sehingga
untuk ke depannya dapat digunakan sebagai elemen non-struktural bangunan
gedung misal untuk dinding partisi.

1.5 Batasan Penelitian


Pada penelitian ini digunakan beberapa batasan – batasan agar dapat berjalan
sesuai dengan tujuan. Batasan – batasan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bola plastik yang digunakan memiliki Ø 4 cm dari hasil daur ulang plastik
jenis LDPE (Low Density Poly Ethylene) yang diproduksi oleh industri kecil
di Kabupaten Sragen,
4

b. Agregat halus menggunakan pasir gradasi halus dari Gunung Merapi dengan
spesifikasi lolos ayakan pasir ukuran ayakan 10 mm (3/8”),
c. Semen serba guna merk Holcim,
d. Air dari Laboratorium Bahan Bangunan, Jurusan Teknik Sipil dan
Lingkungan, Universitas Gadjah Mada,
e. Pada penelitian ini menggunakan 3 (tiga) variasi graut dengan proporsi yang
menggunakan perbandingan volume yaitu a) 1 semen : 1 pasir dengan Faktor
Air – Semen (FAS) 0,55, b) 1 semen : 1,5 pasir dengan FAS 0,65, dan c) 1
semen : 2 pasir dengan FAS 0,8. Semua tipe graut akan melalui uji corong alir,
uji bliding, dan uji kuat tekan menggunakan benda uji kubus 5 cm × 5 cm × 5
cm. Perbandingan volume bahan, dan nilai FAS tersebut mengacu pada
penelitian tentang graut pasir gradasi halus menggunakan pasir Gunung
Merapi yang dilakukan oleh Hadiyatmoko (2013),
f. Pada penelitian ini dilakukan 3 (tiga) jenis pengujian yaitu pengujian kuat
tekan, dan modulus elastisitas dengan menggunakan benda uji silinder ukuran
Ø 15 cm × 30 cm, dan kuat tekan batako dengan menggunakan benda uji
batako ukuran 40 cm × 20 cm × 10 cm,
g. Semua pengujian beton dilakukan untuk umur beton 28 hari.

1.6 Keaslian Penelitian


Penelitian mengenai beton agregat bola plastik untuk elemen non-struktural
dengan metode PAC belum pernah dilakukan sebelumnya. Dari referensi yang
didapatkan, penelitian mengenai beton berongga bola telah dilakukan untuk pelat
lantai tipis (elemen struktural) yaitu penelitian perilaku lentur pelat sistem satu
arah oleh Soeharno (2009), sedangkan untuk pelat berongga bola dengan
ketebalan minimal 17 cm telah dipatenkan oleh BubbleDeck dan Cobiax.

Beberapa penelitian mengenai beton ringan baik dengan menambah rongga atau
menggunakan agregat ringan hasil olahan plastik telah dilakukan antara lain oleh
Choi, dkk (2004), dan Pratikto (2010) menggunakan limbah plastik jenis PET
(Poly Ethylene Terephtalate), Jalali (2009) menggunakan limbah plastik Poly
5

Propylene (PP), yang diolah kembali untuk dijadikan agregat pada campuran
beton, dan Susanto, dkk (2012) yang meneliti foam concrete (beton busa) untuk
elemen dinding. Penelitian batako ringan dengan bahan Styrofoam telah dilakukan
oleh Wancik (2008), dan batako ringan Styrofoam – pasir batu apung dilakukan
oleh Rustandi (2012). Penggunaan metode PAC sebelumnya sudah pernah
diterapkan oleh Abdelgader (1999), Hendra (2006), dan Randa (2013).

Anda mungkin juga menyukai