PENDAHULUAN
Penelitian mengenai beton ringan dengan berbagai jenis bahan, dan variasi
campuran sudah banyak dilakukan, seperti beton ringan Styrofoam, beton ringan
pasir batu apung, beton ringan busa (foam concrete), dan lain - lain. Selain itu,
beberapa peneliti telah mencoba membuat beton dari limbah botol plastik yang
diolah kembali menjadi agregat halus, dan agregat kasar. Penelitian dengan
menggunakan limbah plastik sebagai bahan pembuatan beton telah dilakukan
1
2
dengan tujuan untuk memanfaatkan limbah plastik yang sulit terurai, dan
berbahaya bagi lingkungan jika jumlahnya terus bertambah. Sampah atau limbah
plastik dapat berupa bungkus makanan, bekas alat rumah tangga, botol minuman,
dan lain - lain. Limbah plastik dapat diolah kembali menjadi bahan baru yang
memiliki manfaat, dan nilai jual, misalnya saja bola plastik. Bola plastik yang
umum digunakan sebagai mainan, memiliki potensi untuk digunakan sebagai
agregat pada beton yang bertujuan untuk menambah rongga sehingga beton
menjadi lebih ringan, dan dapat berfungsi sebagai elemen non-struktural pada
bangunan seperti dinding partisi.
Penggunaan agregat bola plastik sebagai rongga pada beton ringan dalam
penelitian ini tidak memungkinkan pencampuran bahan, dan pembetonan
dilakukan dengan cara yang umum digunakan, yaitu dengan menggunakan mesin
pengaduk kemudian menuangkan, dan memadatkan campuran pada cetakan
karena dikhawatirkan pencampuran bahan grout (graut) tidak merata (homogen).
Untuk mengatasi hal tersebut, maka pengerjaan akan dilakukan dengan metode
Preplaced Aggregate Concrete (PAC). PAC merupakan metode pengerjaan beton
yang terdiri atas dua tahap, yaitu menempatkan agregat kasar terlebih dahulu pada
cetakan kemudian memasukkan graut ke cetakan. PAC dipilih sebagai metode
pengerjaan pembetonan untuk menghindari segregasi antara bola plastik dengan
graut, dan menghindari penyusutan berlebihan setelah beton mengering.
c. Bagaimana kondisi beton agregat bola plastik setelah dibebani, dan kerusakan
(retak) apa yang terjadi ?
d. Bagaimana biaya batako agregat bola plastik per m3 jika dibandingkan dengan
batako ringan Hebel per m3 ?
b. Agregat halus menggunakan pasir gradasi halus dari Gunung Merapi dengan
spesifikasi lolos ayakan pasir ukuran ayakan 10 mm (3/8”),
c. Semen serba guna merk Holcim,
d. Air dari Laboratorium Bahan Bangunan, Jurusan Teknik Sipil dan
Lingkungan, Universitas Gadjah Mada,
e. Pada penelitian ini menggunakan 3 (tiga) variasi graut dengan proporsi yang
menggunakan perbandingan volume yaitu a) 1 semen : 1 pasir dengan Faktor
Air – Semen (FAS) 0,55, b) 1 semen : 1,5 pasir dengan FAS 0,65, dan c) 1
semen : 2 pasir dengan FAS 0,8. Semua tipe graut akan melalui uji corong alir,
uji bliding, dan uji kuat tekan menggunakan benda uji kubus 5 cm × 5 cm × 5
cm. Perbandingan volume bahan, dan nilai FAS tersebut mengacu pada
penelitian tentang graut pasir gradasi halus menggunakan pasir Gunung
Merapi yang dilakukan oleh Hadiyatmoko (2013),
f. Pada penelitian ini dilakukan 3 (tiga) jenis pengujian yaitu pengujian kuat
tekan, dan modulus elastisitas dengan menggunakan benda uji silinder ukuran
Ø 15 cm × 30 cm, dan kuat tekan batako dengan menggunakan benda uji
batako ukuran 40 cm × 20 cm × 10 cm,
g. Semua pengujian beton dilakukan untuk umur beton 28 hari.
Beberapa penelitian mengenai beton ringan baik dengan menambah rongga atau
menggunakan agregat ringan hasil olahan plastik telah dilakukan antara lain oleh
Choi, dkk (2004), dan Pratikto (2010) menggunakan limbah plastik jenis PET
(Poly Ethylene Terephtalate), Jalali (2009) menggunakan limbah plastik Poly
5
Propylene (PP), yang diolah kembali untuk dijadikan agregat pada campuran
beton, dan Susanto, dkk (2012) yang meneliti foam concrete (beton busa) untuk
elemen dinding. Penelitian batako ringan dengan bahan Styrofoam telah dilakukan
oleh Wancik (2008), dan batako ringan Styrofoam – pasir batu apung dilakukan
oleh Rustandi (2012). Penggunaan metode PAC sebelumnya sudah pernah
diterapkan oleh Abdelgader (1999), Hendra (2006), dan Randa (2013).