Anda di halaman 1dari 30

ILUSTRASI KASUS

Ibu Rohati, G1 P0 A0, 23 tahun, datang ke Puskesmas diantarkan oleh keluarganya


untuk mendapatkan asuhan dari dokter umum di Puskesmas Semarang pada tanggal 14
November 2016 pukul 13.00. Ibu Rohati menuturkan bahwa ia sudah merasakan
kontraksi sejak pukul 05.00.

Dokter melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama dan ia


menyimpulkan:

 Kehamilan cukup bulan, presentasi belakang kepala (verteks), presentasi kepala


dengan penurunan 4/5, kontraksi uterus tiga kali dalam 10 menit, setiap kontraksi
berlangsung 18 detik, dan DJJ 124 x/menit.
 Pembukaan serviks 3 cm, tidak ada penyusupan dan selaput ketuban utuh.
 Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80, temperature tubuh 36,8 ˚C.
 Ibu berkemih 200 ml sebelum dilakukan periksa dalam, hasil pemeriksaan urin
tidak mendeteksi adanya protein dan aseton.

Berdasarkan data pukul 13.00, Dokter membuat diagnosis: primigravida, hamil cukup
bulan, inpartu dalam fase laten, bayi hidup dengan DJJ normal, pembukaan serviks 3 cm,
tiga kontraksi dalam 10 menit, dan lama kontraksi kurang dari 20 detik. Dokter
menentramkan hati Ibu Rohati dan menganjurkannya untuk berjalan-jalan dengan
suaminya dan mengkonsumsi cukup cairan. Dokter menuliskan tanggal, waktu, semua
temuan dan asuhan yang diberikan pada catatan kemajuan persalinan.

Dokter melanjutkan pemantauan DJJ, nadi dan kontraksi uterus Ibu Rohati setiap jam. DJJ,
nadi dan kontraksinya tetap normal. Dokter mengukur jumlah produksi urin ibu Rohati setiap
kali ia berkemih. Semua temuan dan hasil pemeriksaaan di catatkan dalam lembar kemajuan
persalinan. Dokter juga terus memberikan dukungan dan semangat untuk Ibu Rohati dalam
menjalani persalinan dan mempersiapkan kelahiran bayinyai.

Pemeriksaan kedua dilakukan pukul 17.00. Ibu Rohati melaporkan bahwa kontraksinya
terasa lebih kuat dan nyeri. Dokter melakukan pemeriksaan abdomen dan periksa dalam
kedua dan hasilnya: terjadi 4 kontraksi dalam 10 menit, lamanya antara 20 - 40 detik, DJJ
134 x/menit, penurunan kepala 3/5, pembukaan serviks 5 cm, tidak ada penyusupan kepala
janin dan selaput ketuban masih utuh. Tekanan darahnya 120/70 mm Hg, nadi 88, temperatur
37 ˚C dan ia berkemih + 100 ml sebelum pemeriksaan dilakukan.

Pada pukul 17.00, Ibu Rohati masuk ke dalam fase aktif dan Dokter mulai mencatatkan
temuannya pada partograf. Pembukaan serviks dicantumkan pada garis waspada dan
semua temuan lainnya di garis waktu yang sesuai. Bidan Ita mulai menilai DJJ, kontraksi
uterus dan nadi Dokter setiap 30 menit dan temperatur tubuhnya setiap 2 jam. Semua
temuan dicatat di partograf dengan tepat :
 Pukul 17.30 DJJ 144/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 30 detik Nadi 80/menit
 Pukul 18.00 DJJ 144/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi 88/menit
 Pukul 18.30 DJJ 140/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi 90/menit
 Pukul 19.00 DJJ 134/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi 97/menit
Temperatur 36,8 ˚C dan Urin 150 cc
 Pukul 19.30 DJJ 128/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi 88/menit
 Pukul 20.00 DJJ 128/menit Kontraksi 5 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi 88/menit
 Pukul 20.30 DJJ 128/menit Kontraksi 5 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi 90/menit Urin 80 cc

Pada pukul 21.00, Dokter melakukan pemeriksaan abdomen dan dalam. Hasilnya: DJJ
130 x/menit, 5 kontraksi dalam 10 menit, lamanya lebih dari 45 detik, penurunan
kepala 1/5, pembukaan serviks 10 cm, tidak ada penyusupan kepala janin, selaput
ketuban pecah sebelum pemeriksaan (pukul 20.45), dan cairan ketuban jernih. Tekanan
darah 120/70 mm Hg, temperatur tubuh 37 ˚C, dan nadi 80 x/menit.

Pukul 21.30, seorang bayi perempuan lahir, berat badan 3000 gram dan panjang badan
48 cm, bayi menangis spontan. Dilakukan penatalaksanaan aktif kala tiga dan plasenta
lahir 5 menit setelah bayi lahir. Tidak dilakukan episiotomi dan tidak terjadi laserasi.
Perkiraan kehilangan darah kurang lebih 150 ml.

Selama 15 menit pertama kala empat (sampai pukul 21.45) dan 15 menit berikutnya
pada jam pertama setelah plasenta lahir, catatan bidan Ita menunjukkan semuanya
berjalan normal:
 21.50: TD 120/70, nadi 80, suhu tubuh 37,2 ˚C, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik
(keras), kandung kemih kosong, jumlah darah per vaginam masih dalam batas normal.
 22.05: TD 120/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik (keras), kandung
kemih kosong, jumlah darah per vaginam masih dalam batas normal.
 22.20: TD 110/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik, kandung kemih
kosong, darah per vaginam masih dalam batas normal.
 22.35: TD 110/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik, kandung kemih
kosong, darah per vaginam masih dalam batas normal.

Temuan selama 1 jam kedua (setiap 30 menit) kala empat sebagai berikut:
 23.05: TD 110/70, nadi 80, suhu tubuh 37,0 0C, tinggi fundus dua jari di bawah pusat, tonus uterus
baik, ibu Rohati berkemih dan pengeluaran urin 250 cc, sedikit perdarahan per vaginam.
 23.35: TD 110/70, nadi 80, tinggi fundus dua jari di bawah pusat, tonus uterus baik, kandung kemih
kosong, sedikit perdarahan per vaginam.
KALA 1 PERSALINAN

Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang proses dan asuhan yang diberikan selama kala satu
persalinan. Disini juga dijelaskan tentang cara memberikan asuhan sayang ibu dan
menggunakan partograf untuk memantau kemajuan kala satu persalinan. Selain
partograf, diuraikan pula berbagai upaya untuk deteksi dini masalah dan penyulit dalam
kala satu persalinan dan bagaimana melakukan rujukan tepat waktu dan optimal bila
hal tersebut diperlukan.

Tujuan
Setelah mempelajari bab ini, peserta diharapkan mampu:

1. Menjelaskan batasan persalinan.


2. Menjelaskan fase-fase dalam kala satu persalinan.
3. Menjelaskan persiapan asuhan kala satu persalinan
4. Memberikan asuhan sayang ibu selama kala satu persalinan.
5. Menggunakan dan analisis hasil pencatatan pada partograf
6. Mengenali secara dini berbagai masalah dan penyulit yang mungkin terjadi pada kala
satu persalinan.

Persalinan normal adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu yang terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit

Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan


pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.
Ibu belum in partu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.

Tanda dan gejala in partu termasuk:

 Penipisan dan pembukaan serviks


 Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam
10 menit)
 Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina

B. Fase-fase dalam Kala Satu Persalinan

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat
(frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan
terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
Fase laten pada kala satu persalinan:

 Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap.
 Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
 Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam

Fase aktif pada kala satu persalinan:

 Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih)
 Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi
dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm
hingga 2 cm (multipara).
 Terjadi penurunan bagian terbawah janin

C. Persiapan Asuhan Persalinan

1. Mempersiapkan Ruangan untuk Persalinan dan Kelahiran Bayi

Persalinan dan kelahiran bayi mungkin terjadi di rumah (rumah ibu atau rumah kerabat), di
tempat bidan, Puskesmas, Polindes atau Rumah Sakit. Pastikan ketersediaan bahan-bahan
dan sarana yang memadai. Laksanakan upaya pencegahan infeksi (PI) sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.

Di manapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal-hal pokok seperti
berikut ini:
 Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari
tiupan angin.
 Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu sebelum dan
sesudah melahirkan.
 Air disinfeksi tingkat tinggi (air yang dididihkan dan didinginkan) untuk membersihkan
vulva dan perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan membersihkan perineum ibu
setelah bayi lahir.
 Kecukupan air bersih, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung tangan karet
untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi dan proses peralatan
(lihat Bab1).
 Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong persalinan. Pastikan
bahwa kamar kecil dan kamar mandi telah didekontaminasi dengan larutan klorin 0,5%,
dibersihkan dengan deterjen dan air sebelum persalinan dimulai (untuk melindungi ibu
dari risiko infeksi), dan setelah bayi lahir (untuk melindungi keluarga dari risiko infeksi
melalui darah dan sekresi tubuh ibu).
 Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan, melahirkan
bayi dan untuk memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan. Pastikan
bahwa ibu mendapatkan privasi yang diinginkannya.
 Penerangan yang cukup, baik siang maupun malam hari.
 Tempat tidur yang bersih untuk ibu. Tutupi kasur dengan plastik atau lembaran yang
mudah dibersihkan jika terkontaminasi selama persalinan atau kelahiran bayi.
 Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan bayi baru lahir.
 Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan persalinan.
 Meja untuk tindakan resusitasi bayi baru lahir

2. Persiapan Perlengkapan, Bahan-bahan dan Obat-obatan yang Diperlukan

Daftar perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan untuk asuhan persalinan
dan kelahiran bayi disajikan terpisah. Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-
bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan
kelahiran bayi. Jika tempat persalinan dan kelahiran bayi akan terjadi jauh dari fasilitas
kesehatan, bawalah semua keperluan tersebut ke lokasi persalinan. Ketidak-mampuan untuk
menyediakan semua perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obat esensial pada saat diperlukan
akan meningkatkan risiko terjadinya penyulit pada ibu dan bayi baru lahir sehingga keadaan
ini dapat membahayakan keselamatan jiwa mereka.

Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi:

 Periksa semua peralatan sebelum dan setelah memberikan asuhan. Segera ganti peralatan
yang hilang atau rusak.
 Periksa semua obat-obatan dan bahan-bahan sebelum dan setelah menolong ibu bersalin
dan melahirkan bayinya. Segera ganti obat apapun yang telah digunakan atau hilang.
 Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahan sudah bersih dan siap pakai. Partus set,
peralatan untuk melakukan penjahitan, dan peralatan untuk resusitasi bayi baru lahir
sudah dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril (lihat proses peralatan di Bab1).

3. Persiapan Rujukan.

Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya. Jika terjadi penyulit,
keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang sesuai dapat membahayakan jiwa ibu
dan/atau bayinya. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua
asuhan/perawatan yang telah diberikan dan semua hasil penilaian (termasuk partograf) untuk
dibawa ke fasilitas rujukan.

Jika ibu datang hanya untuk mendapatkan asuhan persalinan dan kelahiran bayi dan ia tidak
siap atau kurang memahami bahwa kondisinya memerlukan upaya rujukan maka lakukan
konseling terhadap ibu dan keluarganya tentang perlunya memiliki rencana rujukan. Bantu
mereka mengembangkan rencana rujukan pada saat awal persalinan.
C. Memberikan Asuhan Sayang Ibu

Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat menggugah emosi ibu dan keluarganya
atau bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Upaya untuk
mengatasi gangguan emosional dan pengalaman yang menegangkan tersebut sebaiknya
dilakukan melalui asuhan sayang ibu selama persalinan dan proses kelahiran bayinya.

Prinsip-prinsip umum asuhan sayang ibu adalah:

 Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak tenang dan berikan
dukungan penuh selama persalinan dan kelahiran bayi.
 Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau anggota keluarganya.
 Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan dukungannya.
 Waspadai gejala dan tanda penyulit selama proses persalinan dan lakukan tindakan yang
sesuai jika diperlukan.
 Siap dengan rencana rujukan.

Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk:

 Memberikan dukungan emosional


 Membantu pengaturan posisi ibu
 Memberikan cairan dan nutrisi
 Keleluasan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur
 Pencegahan infeksi

Dukungan Emosional

Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama
persalinan dan proses kelahiran bayinya. Anjurkan mereka untuk berperan aktif dalam
mendukung dan mengenali berbagai upaya yang mungkin sangat membantu kenyamanan
ibu. Hargai keinginan ibu untuk menghadirkan teman atau saudara yang secara khusus
diminta untuk menemaninya.

Bekerja bersama anggota keluarga untuk:

 Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu.


 Membantu ibu bernafas secara benar pada saat kontraksi.
 Memijat punggung, kaki atau kepala ibu dan tindakan-tindakan bermanfaat lainnya.
 Menyeka muka ibu secara lembut dengan menggunakan kain yang dibasahi air hangat
atau dingin.
 Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.

Mengatur Posisi

Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan melahirkan
bayi serta anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu
boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak. Posisi tegak
seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan seringkali
memperpendek waktu persalinan. Bantu ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan.
Beritahukan pada ibu untuk tidak berbaring telentang lebih dari 10 menit.
Alasan: Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban,
plasenta, dll) akan menekan vena cava inferior. Hal ini akan mengakibatkan turunnya
aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan hipoksia
atau kekurangan pasokan oksigen pada janin. Selain itu, posisi terlentang berhubungan
dengan gangguan terhadap proses kemajuan persalinan (Enkin, et al, 2000).

Pemberian Cairan dan Nutrisi

Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan
proses kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten persalinan tetapi
setelah memasuki fase aktif, mereka hanya ingin mengkonsumsi cairan saja. Anjurkan agar
anggota keluarga sesering mungkin menawarkan minum dan makanan ringan selama proses
persalinan.
Alasan: Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan memberi
lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi
dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.

Kamar Mandi

Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama persalinan, ibu
harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih sering jika ibu merasa ingin berkemih atau
jika kandung kemih terasa penuh. Periksa kandung kemih sebelum memeriksa denyut
jantung janin (amati atau lakukan palpasi tepat di atas simfisis pubis untuk mengetahui
apakah kandung kemih penuh). Anjurkan dan antarkan ibu untuk berkemih di kamar mandi.
Jika ibu tidak dapat berjalan ke kamar mandi, berikan wadah urin.

WHO dan Asosiasi Rumah Sakit Internasional menganjurkan untuk tidak menyatukan ruang
bersalin dengan kamar mandi atau toilet karena tingginya frekuensi penggunaan, lalu lintas
antar ruang, potensi cemaran mikroorganisme, percikan air atau lantai yang basah akan
meningkatkan risiko infeksi nosokomial terhadap ibu, bayi baru lahir dan penolong sendiri.

Hindarkan terjadinya kandung kemih yang penuh karena berpotensi untuk:


 Memperlambat turunnya janin dan mengganggu kemajuan persalinan
 Menyebabkan ibu tidak nyaman
 Meningkatkan risiko perdarahan pascapersalinan yang disebabkan oleh atonia
uteri
 Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu
 Meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pascapersalinan

Selama persalinan berlangsung, tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi


kandung kemih secara rutin.
Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan jika kandung kemih penuh dan ibu tidak dapat
berkemih sendiri.

Alasan: Kateterisasi menimbulkan rasa nyeri, meningkatkan risiko infeksi dan perlukaan
saluran kemih ibu.

Anjurkan ibu untuk buang air besar jika perlu. Jika ibu ingin buang air besar saat fase aktif,
lakukan periksa dalam untuk memastikan bahwa apa yang dirasakan ibu bukan disebabkan
oleh tekanan bayi pada rektum. Bila memang bukan gejala kala dua persalinan maka izinkan
atau perbolehkan ibu untuk ke kamar mandi.

Jangan melakukan klisma secara rutin selama persalinan. Klisma tidak akan memperpendek
waktu persalinan, menurunkan angka infeksi bayi baru lahir atau infeksi luka pascapersalinan
dan malahan akan meningkatkan jumlah tinja yang keluar selama kala dua persalinan (Enkin,
et al, 2000).

Pencegahan Infeksi

Menjaga lingkungan tetap bersih merupakan hal penting dalam mewujudkan persalinan yang
bersih dan aman bagi ibu dan bayinya (lihat Bab1). Hal ini merupakan unsur penting dalam
asuhan sayang ibu. Kepatuhan dalam menjalankan praktik-praktik pencegahan infeksi yang
baik, juga akan melindungi penolong persalinan dan keluarga ibu dari infeksi. Ikuti praktik-
praktik pencegahan infeksi yang telah ditetapkan untuk mempersiapkan persalinan dan
proses kelahiran bayi. Anjurkan ibu untuk mandi pada saat awal persalinan dan pastikan ibu
memakai pakaian yang bersih. Cuci tangan sesering mungkin, gunakan peralatan steril atau
disinfeksi tingkat tinggi dan gunakan sarung tangan saat diperlukan (Lihat Bab 1). Anjurkan
anggota keluarga untuk mencuci tangan mereka sebelum dan setelah melakukan kontak
dengan ibu dan/atau bayi baru lahir.

Alasan: Pencegahan infeksi sangat penting dalam menurunkan kesakitan dan kematian ibu
dan bayi baru lahir. Upaya dan keterampilan untuk melaksanakan prosedur pencegahan
infeksi secara baik dan benar juga dapat melindungi penolong persalinan terhadap risiko
infeksi.

5. Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
 Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui periksa dalam.
 Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian
juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
 Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan
yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam
medik ibu bersalin dan bayi baru lahir

Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong
persalinan untuk:
 Mencatat kemajuan persalinan
 Mencatat kondisi ibu dan janinnya
 Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
 Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
 Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang
sesuai dan tepat waktu

Partograf harus digunakan:


 Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen
penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua
persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong
persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik
persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.
 Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas,
klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
 Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan,
Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa Kedokteran).

Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.

1. Pencatatan selama Fase Laten Kala Satu Persalinan

Seperti yang sudah dibahas di awal bab ini, kala satu persalinan terdiri dari dua fase, yaitu
fase laten dan fase aktif yang diacu pada pembukaan serviks:

 fase laten: pembukaan serviks kurang dari 4 cm


 fase aktif: pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm

Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini
dapat dicatat secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di Buku KIA atau
Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali
membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intevensi juga harus
dicatatkan.

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu:

 denyut jantung janin: setiap ½ jam


 frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap ½ jam
 nadi: setiap ½ jam
 pembukaan serviks: setiap 4 jam
 penurunan bagian terbawah janin: setiap 4 jam
 tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam
 produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam

Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih sering
dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya penyulit
dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai
ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan
atau penyulit, ibu boleh pulang dengan instruksi untuk kembali jika kontraksinya menjadi
teratur, intensitasnya makin kuat dan frekuensinya meningkat. Apabila asuhan persalinan
dilakukan di rumah, penolong persalinan hanya boleh meninggalkan ibu setelah dipastikan
bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk
menghubungi kembali penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi.
Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih dari 8
jam.

2. Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan: Partograf

Halaman depan partograf menginstruksikan observasi dimulai pada fase aktif


persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan
selama fase aktif persalinan, yaitu:
Informasi tentang ibu:
1. nama, umur
2. gravida, para, abortus (keguguran);
3. nomor catatan medik/nomor puskesmas;
4. tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu
penolong persalinan mulai merawat ibu)
5. waktu pecahnya selaput ketuban.

Kondisi janin:
1. DJJ
2. warna dan adanya air ketuban;
3. penyusupan (molase) kepala janin.

Kemajuan persalinan:
1. pembukaan serviks
2. penurunan bagian terbawah atau presentasi janin;
3. garis waspada dan garis bertindak.

Jam dan waktu:


1. waktu mulainya fase aktif persalinan
2. waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.

Kontraksi uterus:
1. frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
2. lama kontraksi (dalam detik).

Obat-obatan dan cairan yang diberikan:


1. oksitosin;
2. obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.

Kondisi ibu:
1. nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh;
2. urin (volume, aseton atau protein).

Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang
tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).

A. Informasi Tentang Ibu

Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan.
Waktu kedatangan (tertulis sebagai: ‘jam atau pukul’ pada partograf) dan perhatikan
kemungkinan ibu datang dalam fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.

B. Kondisi Janin
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ),
air ketuban dan penyusupan (kepala janin)

1. Denyut jantung janin

Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-
tanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit.
Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi
tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian
hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan
100. Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau
diatas 160.
2. Warna dan adanya air ketuban

Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di
bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
 U : selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
 J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
 M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
 D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
 K : selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi (“kering”)

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika
terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin
selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau
>180 kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk.

Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.

3. Penyusupan (Molase) Tulang Kepala Janin

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat
penyusupan atau tumpang-tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko
disproporsi kepala-panggul (CPD). Ketidak-mampuan untuk berakomodasi atau
disproporsi ditunjukkan melalui derajat penyusupan atau tumpang-tindih (molase)
yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan.
Apabila ada dugaan disproprosi kepala-panggul maka penting untuk tetap memantau
kondisi janin serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang
sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD) ke fasilitas
kesehatan rujukan.

Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala
janin. Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan
lambang-lambang berikut ini:

0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi


1: tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
C. Kemajuan persalinan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan.
Angka 0–10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Nilai
setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan
menempati lajur dan kotak tersendiri. Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke
lajur yang lain menunjukkan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan
kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum angka 1-5 yang
sesuai dengan metode perlimaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
(Menentukan Penurunan Janin). Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukkan
waktu 30 menit untuk pencatatan waktu pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi
uterus dan frekuensi nadi ibu.

1. Pembukaan serviks

Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab
ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada
tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf
setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda ‘’ harus dicantumkan di garis waktu
yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.

Perhatikan:

 Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan
besarnya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil
periksa dalam.
 Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan
serviks) dari hasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih
angka yang sesuai dengan bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan cantumkan
tanda ‘’ pada ordinat atau titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada.
 Hubungkan tanda ‘’ dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).

Contoh:
Perhatikan contoh partograf untuk Ibu Rohati :

Pada pukul 17.00, pembukaan serviks 5 cm dan ibu ada dalam fase aktif. Pembukaan serviks dicatat
di “garis waspada” dan waktu pemeriksaan ditulis dibawahnya.
17.00

Contoh cara pengisian yang salah. Temuan pembukaan serviks tidak dicantumkan pada
garis waspada tetapi pada angka yang tertera pada garis tepi kolom pembukaan

17.00

2. Penurunan bagian terbawah janin

Setiap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan
tanda-tanda penyulit). Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan)
yang menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga
panggul. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan
turunnya bagian terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin
baru terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm.

Tulisan “Turunnya kepala” dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama
dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda ‘O’ yang ditulis pada garis waktu yang
sesuai. Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi kepala di atas simfisis pubis
adalah 4/5 maka tuliskan tanda “O” di garis angka 4. Hubungkan tanda ‘O’ dari setiap
pemeriksaan dengan garis tidak terputus.

Contoh: catatan penurunan kepala pada partograf untuk Ibu Rohati (Gambar 2-6):

 Pada pukul 17.00 penurunan kepala 3/5


 Pada pukul 21.00 penurunan kepala 1/5

17.00 21.00

3. Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana
pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam.
Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika
pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari
1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya : fase aktif yang
memanjang, serviks kaku, atau inersia uteri hipotonik, dll). Pertimbangkan perlunya
melakukan intervensi bermanfaat yang diperlukan, misalnya : persiapan rujukan ke
fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang memiliki kemampuan
untuk menatalaksana penyulit atau gawatdarurat obstetri. Garis bertindak tertera
sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks
telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini
menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan. Sebaiknya, ibu
harus sudah berada di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.

D. Jam dan waktu

1. Waktu Mulainya Fase Aktif Persalinan

Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak


yang diberi angka 1-12. Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif
persalinan.

2. Waktu Aktual Saat Pemeriksaan atau Penilaian

Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk
mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam
penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit yang berhubungan
dengan lajur untuk pencatatan pembukaan serviks, DJJ di bagian atas dan lajur
kontraksi dan nadi ibu di bagian bawah. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan,
cantumkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual
pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil periksa dalam
menunjukkan pembukaan serviks adalah 6 cm pada pukul 15.00, cantumkan tanda ‘’ di
garis waspada yang sesuai dengan lajur angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling
kiri dan catat waktu aktual di kotak pada lajur waktu di bawah lajur pembukaan (kotak
ke tiga dari kiri).

D. Kontraksi uterus

Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan “kontraksi per 10
menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap
30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam
satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan
cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang
mencerminkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi. Sebagai contoh jika ibu
mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian pada 3
kotak kontraksi

Nyatakan lamanya kontraksi dengan:

Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan


kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik

Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan


kontraksi yang lamanya 20-40 detik

Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi


yang lamanya lebih dari 40 detik

5 Dalam waktu 30 menit pertama terjadi dua


kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kurang dari
4 20 detik

3 Dalam waktu 30 menit kelima terjadi tiga kontraksi


dalam waktu 10 menit dan lamanya menjadi
2 20–40 detik
1 Dalam waktu 30 menit ketujuh terjadi lima
kontraksi dalam 10 menit dan lamanya lebih dari
0 1 2 3 40 detik

Kontraksi setiap 10 menit

Gambar 1. Catat frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit dalam persalinan aktif.

INGAT:

1. Periksa frekuensi dan lama kontraksi uterus setiap jam selama fase laten dan setiap 30 menit selama fase aktif.
2. Nilai frekuensi dan lama kontraksi yang terjadi dalam 10 menit observasi.
3. Catat lamanya kontraksi menggunakan lambang yang sesuai:

 20 detik 20–40 detik  40 detik


4. Catat temuan-temuan di kotak yang sesuai dengan waktu penilaian.

E. Obat-obatan dan cairan yang diberikan

Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat
oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV. Bagian ini dapat juga digunakan untuk
mencatat jumlah asupan yang diberikan.

1. Oksitosin

Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah
unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.

2. Obat-obatan lain dan cairan IV

Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang
sesuai dengan kolom waktunya.

F. Kondisi Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau
ruang untuk mencatat kondidi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.

1. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh

Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.

 Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering
jika diduga adanya penyulit). Beri tanda titik () pada kolom waktu yang sesuai.
 Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih
sering jika diduga adanya penyulit. Beri tanda panah pada partograf pada kolom
waktu yang sesuai: 
 Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi peningkatan mendadak
atau diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang
sesuai.

2. Volume urin, protein dan aseton

Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu
berkemih). Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan aseton
dan protein dalam urin.

Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya

Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom
partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga
tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.

Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinis mencakup:

 Jumlah cairan per oral yang diberikan


 Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur
 Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obsgin, bidan, dokter
umum)
 Persiapan sebelum melakukan rujukan
 Upaya, jenis dan lokasi fasilitas rujukan
INGAT:
1. Fase laten persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks kurang dari 4
cm. Biasanya fase laten berlangsung tidak lebih dari 8 jam.
2. Dokumentasikan asuhan, pengamatan dan pemeriksaan selama fase laten
persalinan pada catatan kemajuan persalinan yang dibuat secara terpisah atau
pada kartu KMS.
3. Fase aktif persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks dari 4 sampai 10
cm. Biasanya pembukaan serviks selama fase aktif sedikitnya 1 cm/jam.
4. Saat persalinan maju dari fase laten ke fase aktif, catatkan hasil periksa dalam
(pembukaan serviks) pada garis waspada di partograf.
5. Jika ibu datang pada saat fase aktif persalinan, langsung catatkan pembukaan
serviks pada garis waspada.
6. Pada persalinan tanpa penyulit, catatan pembukaan serviks umumnya tidak
akan melewati garis waspada.

2. Pencatatan pada lembar belakang Partograf

Halaman belakang partograf (Gambar 3) merupakan bagian untuk mencatat hal-hal


yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang
dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir. Itulah sebabnya bagian ini
disebut sebagai Catatan Persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan kepada
ibu selama masa nifas (terutama pada kala empat pesalinan) untuk memungkinkan
penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang
sesuai. Dokumentasi ini sangat penting, terutama untuk membuat keputusan klinik
(misalnya, pencegahan perdarahan pada kala IV persalinan). Selain itu catatan
persalinan (lengkap dan benar) dapat digunakan untuk menilai/memantau sejauh
mana pelaksanaan asuhan persalinan yang aman dan bersih telah dilakukan.
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:
 Data atau Informasi Umum
 Kala I
 Kala II
 Kala III
 Bayi baru lahir
 Kala IV
Gambar 2. Partograf (halaman depan)
CATATAN PERSALINAN 24. Masase fundus uteri?
1. Tanggal: …………………………………………….…..  Ya
2. Nama bidan: ……………………………………………
 Tidak, alasan……………..…………….…………
25. Plasenta lahir lengkap (intact) Ya / Tidak
3. Tempat persalinan:
Jika tidak lengkap, tindakan yang dilakukan:
a. ……………………………………………………
 Rumah Ibu  Puskesmas
b. ……………………………………………………
26. Plasenta tidak lahir >30 menit : Ya / Tidak
 Polindes  Rumah Sakit  Ya, tindakan:
 Klinik Swasta  Lainnya:……………… a. …………………………………………….………
4. Alamat tempat persalinan: …..………………………
5. Catatan:  rujuk, kala: I / II / III / IV b. .……………………………………………….…..
6. Alasan merujuk: ……….…………….……………..… 7 c. ……………………………………………………
Tempat rujukan: ..……….………………………..…… 27.Laserasi:
8. Pendamping pada saat merujuk:  Ya, dimana …………………………………..………….
 bidan  teman  Tidak
 suami  dukun 28. Jika laserasi perinium, derajat: 1 / 2 / 3 / 4
 keluarga  tidak ada Tindakan:

KALA I
 Penjahitan, dengan / tanpa anestesi
9. Partogram melewati garis waspada: Y / T  Tidak dijahit, alasan…………………………………..
10. Masalah lain, sebutkan: ……………………………………………………
29. Atoni uteri:
………………………………………………………………………………...  Ya, tindakan:
11. 11. Penatalaksanaan masalah tsb: ..………… a. ………………………………………………………
b. ……………………………………………………..
………………………………. c. ………………………………………………………
 Tidak
30. Jumlah darah yang keluar: ……………………… ml
…………………………………………………………………………………

31. Masalah lain, sebutkan ………………………………....


12. Hasilnya: ………………..……………………………. ……………………..

32. Penatalaksanaan masalah tersebut: …………………..


KALA II
13. Episiotomi: ……………………………………………………………..
 Ya, indikasi ……………………………………………
 Tidak
33. Hasilnya: .………………………..…………………….……
14. Pendamping pada saat persalinan:
 suami  teman  tidak ada
BAYI BARU LAHIR:
 keluarga  dukun
15. Gawat janin: 34. Berat badan ………. gram
 Ya, tindakan yang dilakukan: 35. Panjang …………. cm
a ……………………………………………… 36. Jenis kelamin: L / P
b ……………………………………………… 37. Penilaian bayi baru lahir : baik / ada penyulit
 Tidak 38. Bayi lahir:
 Pemantauan DJJ setiap 5-10 menit selama kala II, hasil: ..................
16. Distosia bahu  Normal, tindakan:
 Ya, tindakan yang dilakukan:
a ………………………………………………  mengeringkan
b ………………………………………………  menghangatkan
c …… …………………………………..……  rangsang taktil
 Tidak  bungkus bayi dan tempatkan di sisi ibu
17. Masalah lain, sebutkan: ……………………………..  Aspiksia ringan/pucat/biru/lemas, tindakan:

18. Penatalaksanaan masalah tersebut: ……………..  mengeringkan  bebaskan jalan napas


…………………………..……………………………..  rangsang taktil  menghangatkan
19. Hasilnya: ………………………….……………………  bebaskan jalan napas  lain-lain, sebutkan:
 bungkus bayi dan …………………………..
tempatkan di sisi ibu

Gambar 3: Lembar belakang partograf


PEMANTAUAN PERSALINAN KALA IV
Tinggi Fundus Kontraksi Jumlah Urin Jumlah Darah
Jam Ke Waktu Tekanan darah Nadi Uteri Uterus Yang Keluar
1

Masalah kala IV:…………………………………………………………………………………...……………….……...………………………………………………….


Penatalaksanaan masalah tersebut: ………………………..……………………………..……………………………………………………………………………….
Hasilnya:…… ………………………………………….…………………………………………….………………………………………………………………………..

Cara pengisian:

Berbeda dengan pengisian halaman depan (harus segera diisi di setiap akhir
pemeriksaan), pengisian data di lembar belakang partograf baru dilengkapi
setelah seluruh proses persalinan selesai. Informasi yang dicatatkan di halaman
belakang partograf akan meliputi unsur-unsur berikut ini :

Data dasar

Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat
persalinan, catatan dan alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada
saat merujuk. Isikan data pada masing-masing tempat yang telah disediakan,
atau dengan cara memberi tanda Ö pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
Untuk pertanyaan nomor 5, lingkari jawaban yang sesuai dan untuk pertanyaaan
nomor 8 jawaban bisa lebih dari satu.

Data dasar yang perlu dipenuhi adalah sebagai berikut:

1. Tanggal: ……………………………………………..…..
2. Nama bidan: …………………………...……………….
3. Tempat persalinan:
 Rumah Ibu  Puskesmas
 Polindes  Rumah Sakit
 Klinik Swasta  Lainnya: ……………..
4. Alamat tempat persalinan: …………..………………
5. Catatan:  rujuk, kala: I / II / III / IV

6. Alasan merujuk: …...………….…………….………


7. Tempat rujukan: …...………….…………….………
8. Pendamping pada saat merujuk:
 bidan  teman
 suami  dukun
 keluarga  tidak ada

Kala I

Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang Partograf saat melewati garis


waspada, masalah-masalah lain yang timbul, penatalaksanaannya, dan hasil
penatalaksanaan tersebut. Untuk pertanyaan nomor 9, lingkari jawaban yang
sesuai. Pertanyaan lainnya hanya diisi jika terdapat masalah lainnya dalam
persalinan.

Pertanyaan pada kala I adalah sebagai berikut:

9. Partograf melewati garis waspada: Y / T


10. Masalah lain, sebutkan: …….……………………..
11. Penatalaksanaan masalah tsb: …….…….……..……
12. Hasilnya: ………………………..……………………….

Kala II

Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu,
masalah lain, penatalaksanaan masalah dan hasilnya. Beri tanda Ö pada kotak di
samping jawaban yang sesuai. Bila pertanyaan nomor 13, jawabannya “Ya”, tulis
indikasinya. Untuk nomor 15 dan 16 jika jawabannya “Ya”, isi tindakan yang
dilakukan. Khusus pada nomor 15, ditambahkan ruang baru untuk menekankan
upaya deteksi dini terhadap gangguan kondisi kesehatan janin selama kala II dan
harus dicatatkan apa hasil pemantauan tersebut (normal, gawat janin, atau tidak
dapat dievaluasi). Bagian ini dapat menjadi pelengkap bagi informasi pada kotak
‘Ya’ maupun ‘Tidak” untuk pertanyaan nomor 15. Jawaban untuk pertanyaan
nomor 14, mungkin lebih dari 1. Untuk ‘masalah lain’ pada nomor 17 harus
dijelaskan jenis masalah yang terjadi

Pertanyaan-pertanyaan pada Kala II adalah sebagai berikut:

13. Episiotomi:
 Ya, indikasi ……………………………………………
 Tidak
14. Pendamping pada saat persalinan:
 suami  dukun
 keluarga  tidak ada
 teman
15. Gawat janin:
 Ya, tindakan yang dilakukan:
a. ………………………………………………
b. ………………………………………………
 Tidak
 Pemantauan DJJ setiap 5-10 menit selama kala II, hasilnya: ……………………………………
16. Distosia bahu
 Ya, tindakan yang dilakukan:
a. ………………………………………………
b. ………………………………………………
c. ………… ……………………………………
 Tidak
17. Masalah lain, sebutkan: …………………………….…
18. Penatalaksanaan masalah tersebut: ………………..
19. Hasilnya: ………………………………..…………………
Kala III

Data untuk kala III terdiri dari lamanya kala III, pemberian oksitosin, penegangan
tali pusat terkendali, rangsangan pada fundus, kelengkapan plasenta saat
dilahirkan, retensio plasenta yang > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah
perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada
tempat yang di sediakan dan beri tanda Ö pada kotak di samping jawaban yang
sesuai. Untuk nomor 25, 26 dan 28, lingkari jawaban yang benar.

Informasi untuk kala III adalah sebagai berikut:

20. Lama kala III: ……….…….……………..… menit


21. Pemberian Oksitosin 10 U IM?
 Ya, waktu: …………menit sesudah persalinan
 Tidak, alasan……………………..………………….….

22. Pemberian ulang Oksitosin (2x)?


 Ya, alasan:…………………..…..….……………….….
 Tidak
23. Penegangan tali pusat terkendali?
 Ya
 Tidak, alasan:…………………..…………….…………….
24. Masase fundus uteri?
 Ya
 Tidak, alasan: ……………………………….……………
25. Plasenta lahir lengkap (intact) : Ya / Tidak
Jika tidak lengkap, tindakan yang dilakukan:
a. ……………………………………………………………
b. ……………………………………………………………
26. Plasenta tidak lahir >30 menit : Ya / Tidak
 Ya, tindakan:
a. ……………………………………………….………
b. ….……………………………………………….…..
c. ………………………………………………………
27. Laserasi:
 Ya, dimana ……………………………………..………….
 Tidak
28. Jika laserasi perineum, derajat: 1 / 2 / 3 / 4
Tindakan:

 Penjahitan, dengan / tanpa anestesi


 Tidak dijahit, alasan:………………………………………..
29. Atonia uteri:
 Ya, tindakan:
a. ………………………………………………………
b. ………………………………………………………
c. ………………………………………………………
 Tidak
30. Jumlah darah yang keluar: ……………………… ml
31. Masalah lain, sebutkan ……………………………………....
32. Penatalaksanaan masalah tersebut: ………………………..
…………………………………………………………………..

33. Hasilnya: …..………………………..…………………….……


Bayi baru lahir

Informasi yang perlu diperoleh dari bagian bayi baru lahir adalah berat dan panjang
badan, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan
hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda Ö pada kotak di
samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 36 dan 37, lingkari jawaban
yang sesuai. Untuk nomor 38, jawabannya mungkin lebih dari satu. Informasi penting
dari bayi baru lahir adalah sebagai berikut:

34. Berat badan ………. gram


35. Panjang ………… …cm
36. Jenis kelamin: L / P
37. Penilaian bayi baru lahir: baik / ada penyulit
38. Bayi lahir:
 Normal, tindakan:
 menghangatkan
 isap lendir
 mengeringkan
 selimuti bayi dan tempatkan di sisi ibu
 tindakan pencegahan infeksi mata (salep mata Tetrasiklin), pemberian Vit. K, dan
Imunisasi Hepatitis 
 Asfiksia ringan/pucat/biru/lemas, tindakan:
 menghangatkan
 bebaskan jalan napas
 mengeringkan
 rangsangan taktil
 bungkus bayi dan tempatkan di sisi ibu
 lain-lain, sebutkan: ...............................................
 Cacat bawaan, sebutkan: …………………….………….
39. Pemberian ASI
 Ya, waktu:…………… jam setelah bayi lahir
 Tidak, alasan:…………………..…………….…………
40. Masalah lain, sebutkan: ……………………….…….….…..

Kala IV

Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, temperatur, tinggi fundus, kontraksi
uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada Kala IV ini sangat penting,
terutama untuk menilai deteksi dini risiko atau kesiapan penolong mengantisipasi
komplikasi perdarahan pascapersalinan. Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15
menit dalam 1 jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam
berikutnya. Isikan hasil pemeriksaan pada kolom atau ruang yang sesuai. Bila timbul
masalah selama kala IV, tuliskan jenis dan cara menangani masalah tersebut pada
bagian masalah kala IV dan bagian berikutnya. Bagian yang digelapkan tidak usah
diisi.
Catatkan semua temuan selama persalinan kala empat di bagian ini:
Suhu Tinggi Kontraksi Jumlah Jumlah Darah
Jam Ke Waktu Tekanan darah Nadi Fundus Uteri Uterus Urin Yang Keluar

Masalah kala IV: ………………....………………………………………………...…………………...


Penatalaksanaan masalah tersebut: ...…….....………………..…………………………………….
Hasilnya: ……………....………………………………………….…………………………………………….………………..

G. Pengenalan Dini Terhadap Masalah dan Penyulit

Pada saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong harus selalu waspada
terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit. Ingat bahwa menunda
pemberian asuhan kegawat daruratan akan meningkatkan risiko kematian dan
kesakitan ibu dan bayi baru lahir. Selama anamnesis dan pemeriksaan fisik, tetap
waspada terhadap indikasi-indikasi seperti yang tertera pada Tabel 2-1 dan segera
lakukan tindakan yang diperlukan. Langkah dan tindakan yang akan dipilih sebaiknya
dapat memberi manfaat dan memastikan bahwa proses persalinan akan berlangsung
aman dan lancar sehingga akan berdampak baik terhadap keselamatan ibu dan bayi
yang akan dilahirkan.

Tabel 2-1: Indikasi-indikasi untuk Melakukan Tindakan dan/atau Rujukan


Segera Selama Kala Satu persalinan

Temuan-temuan anamnesis Rencana untuk Asuhan atau Perawatan


dan/atau pemeriksaan
Riwayat bedah sesar 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai
kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan
dan semangat.
Perdarahan per vaginam selain Jangan melakukan pemeriksaan dalam.
lendir bercampur darah 1. Baringkan ibu ke sisi kiri.
(‘show’) 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar
(ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau
garam fisiologis (NS).
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Kurang dari 37 minggu 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
(persalinan kurang bulan) kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
dan bayi baru lahir.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan
dan semangat.
Temuan-temuan anamnesis Rencana untuk Asuhan atau Perawatan
dan/atau pemeriksaan
Ketuban pecah disertai dengan 1. Baringkan ibu miring ke kiri.
keluarnya mekonium kental 2. Dengarkan DJJ.
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan untuk melakukan
bedah sesar.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan bawa partus
set, kateter penghisap lendir De Lee, handuk/kain
untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi untuk
mengantisipasi jika ibu melahirkan di perjalanan.
Ketuban pecah dan air ketuban 1. Dengarkan DJJ, jika ada tanda-tanda gawat janin
berampur dengan sedikit laksanakan asuhan yang sesuai (lihat di bawah).
mekonium disertai tanda-tanda
gawat janin
Ketuban pecah (lebih dari 24 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
jam) kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri.
atau 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
Ketuban pecah pada dukungan serta semangat.
kehamilan kurang bulan (usia
kehamilan kurang dari 37
minggu)
Tanda-tanda atau gejala-gejala 1. Baringkan ibu miring ke kiri.
infeksi: 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar
 temperatur > 38 0 C (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau
 menggigil garam fisiologis (NS) dengan tetesan 125 cc/jam.
 nyeri abdomen 3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
 cairan ketuban berbau kemampuan penatalaksaan gawatdarurat obstetri.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan
serta semangat.
Tekanan darah lebih dari 1. Baringkan ibu miring ke kiri.
160/110 dan/atau terdapat 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar
protein dalam urin (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer laktat atau
(pre-eklampsia berat) garam fisiologi (NS).
3. Berikan dosis awal 4 gr MgSO4 20% IV selama 20
menit.
4. Suntikkan 10 gr MgSO4 50% (5 gr IM pada bokong
kiri dan kanan).
5. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
dan bayi baru lahir.
6. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan
dan semangat
Temuan-temuan anamnesis Rencana untuk Asuhan atau Perawatan
dan/atau pemeriksaan
Tinggi fundus 40 cm atau 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
lebih (makrosomia, kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
polihidramnion, kehamilan 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan
ganda) dan semangat
Alasan: Jika diagnosisnya adalah polihidramnion,
mungkin ada masalah-masalah lain dengan janinnya.
Makrosomia dapat menyebabkan distosia bahu dan
risiko tinggi untuk perdarahan pascapersalinan.
DJJ kurang dari 100 atau 1. Baringkan ibu miring ke kiri dan anjurkan untuk
lebih dari 180 x/menit pada bernafas secara teratur.
dua kali penilaian dengan 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar
jarak 5 menit (gawat janin) (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau
garam fisiologis (NS) dengan tetesan 125 cc/jam.
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
dan bayi baru lahir.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan
dan semangat.
Primipara dalam fase aktif 1. Baringkan ibu miring ke kiri.
kala satu persalinan dengan 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
penurunan kepala janin 5/5 kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan
dan semangat.
Presentasi bukan belakang 1. Baringkan ibu miring ke kiri.
kepala (sungsang, letak 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
lintang, dll.) kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan
dan semangat.
Presentasi ganda (majemuk) 1. Baringkan ibu dengan posisi lutut menempel ke dada
(adanya bagian lain dari janin, atau miring ke kiri.
misalnya: lengan atau tangan, 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
bersamaan dengan presentasi kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
belakang kepala) dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan
dan semangat.
Temuan-temuan anamnesis Rencana untuk Asuhan atau Perawatan
dan/atau pemeriksaan
Tali pusat menumbung 1. Gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi,
(Jika tali pusat masih letakkan satu tangan di vagina dan jauhkan
berdenyut) kepala janin dari tali pusat yang menumbung.
Tangan lain mendorong bayi melalui dinding
abdomen agar bagian terbawah janin tidak
menekan tali pusatnya (minta keluarga ikut
membantu).
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan
dukungan dan semangat
ATAU
1. Minta ibu untuk mengambil posisi bersujud dimana
posisi bokong berada jauh diatas kepala ibu dan
pertahankan posisi ini hingga tiba di tempat rujukan.
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan
dan semangat.
Tanda dan gejala syok: 1. Baringkan ibu miring ke kiri.
 Nadi cepat, lemah (lebih 2. Jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk
dari 110 x/menit) meningkatkan aliran darah ke jantung.
 Tekanan darah menurun 3. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar
(sistolik kurang dari 90 (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau
mmHg) garam fisiologis (NS). Infuskan 1 lt dalam waktu 15-
 Pucat 20 menit; dilanjutkan dengan 2 lt dalam satu jam
 Berkeringat atau kulit pertama, kemudian turunkan tetesan menjadi 125
lembab, dingin ml/jam.
 Nafas cepat (lebih dari 30 4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
x per menit) kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
 Cemas, bingung atau tidak dan bayi baru lahir.
sadar. 5. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan
dan semangat
 Produksi urin sedikit
(kurang dari 30 ml/jam)
Tanda dan gejala 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
fase laten berkepanjangan: kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
 pembukaan serviks kurang dan bayi baru lahir.
dari 4 cm setelah 8 jam 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan
 kontraksi teratur (lebih dan semangat.
dari 2 dalam 10 menit)
Tanda dan gejala 1. Anjurkan ibu untuk minum dan makan.
belum in partu: 2. Anjurkan ibu untuk bergerak bebas.
 Frekuensi kontraksi 3. Jika kontraksi berhenti dan/atau tidak ada perubahan
kurang dari 2 kali dalam serviks, evaluasi DJJ, jika tidak ada tanda-tanda
10 menit dan lamanya kegawatan pada ibu dan janin, persilahkan ibu pulang
Temuan-temuan anamnesis Rencana untuk Asuhan atau Perawatan
dan/atau pemeriksaan
kurang dari 20 detik dengan nasehat untuk:
 tidak ada perubahan pada  Menjaga cukup makan dan minum.
serviks dalam waktu 1  Datang untuk mendapatkan asuhan jika terjadi
hingga 2 jam peningkatan frekuensi dan lama kontraksi.

Tanda dan gejala 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki


partus lama: kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
 pembukaan serviks dan bayi baru lahir.
mengarah ke sebelah 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan
kanan garis waspada dan semangat.
partograf
 pembukaan serviks kurang
dari 1 cm per jam
 frekuensi kontraksi kurang
dari 2 kali dalam 10 menit
dan lamanya kurang dari
40 detik

Rujuk ibu :
Apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut:

1. Riwayat bedah Caesar


2. Perdarahan per vaginam
3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
4. Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental
5. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan
kurang dari 37 minggu)
7. Ikterus
8. Anemia berat
9. Tanda/gejala infeksi
10. Pre-eklampsia / Hipertensi dalam kehamilan
11. Tinggi fundus 40 cm atau lebih
12. Gawat janin
13. Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dan kepala janin
masih 5/5
14. Presentasi bukan belakang kepala
15. Presentasi ganda (majemuk)
16. Kehamilan ganda atau gemeli
17. Tali pusat menumbung
18. Syok

Anda mungkin juga menyukai