PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari trauma abdomen?
2. Bagaimana tindakan medis yang dapat dilakukan pada pasien dengan trauma
abdomen?
3. Bagaimana penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan pasien dengan
trauma abdomen?
Tujuan Umum:
Mengetahui lebih lanjut tentang perawatan luka yang dimungkinkan karena trauma, luka insisi
bedah, kerusakan integritas jaringan
Tujuan Khusus:
1. Mengetahui tindakan keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen
2. Mengetahui masalah yang mungkin timbul pada pasien dengan trauma abdomen
3. Memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002).
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun.
Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus
serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa
tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan
dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).
2.2 Etiologi
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman
(set-belt) (FKUI, 1995).
2.3Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan
lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya
trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor – faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan
jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang
ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan
pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga
karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga tergantung
pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan
untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk
3
menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung
pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh
gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus
dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan
benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa
mekanisme :
§ Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar
seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan
terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
§ Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau
struktur tulang dinding thoraks.
§ Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada
organ dan pedikel vaskuler.
4
PATHWAY
Trauma
(kecelakaan)
↓
Penetrasi & Non-Penetrasi
↓
Terjadi perforasi lapisan abdomen
(kontusio, laserasi, jejas, hematom)
↓
Menekan saraf peritonitis
↓
Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen → Nyeri
↓
Motilitas usus
↓
Disfungsi usus → Resiko infeksi
↓
Refluks usus output cairan berlebih
↓
Gangguan cairan Nutrisi kurang dari
dan eloktrolit kebutuhan tubuh
↓
Kelemahan fisik
↓
Gangguan mobilitas fisik
*(Sumber : Mansjoer,2001)*
5
2.4 Gejala Klinis
2.5 Komplikasi
6
2.7Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar ; kuldosentesi,
kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan kateterisasi, adanya darah menunjukkan
adanya lesi pada saluran kencing.
b. Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.
c. Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
d. IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran kencing.
e. Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang diragukan
adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut yang disertai dengan trauma
kepala yang berat, dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang
ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat
dengan menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.
f. Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan memasukkan cairan
garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan kedalam rongga peritonium (FKUI, 1995).
2.8Penatalaksanaan
2.9Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994).
7
a. Trauma Tembus abdomen
i. Dapatkan riwayat detil jika mungkin (sering tidak bisa didapatkan, tidak
akurat, atau salah). dapatkan semua data yang mungkin tentang hal-hal sebagai berikut :
1. Metode cedera.
2. Waktu awitan gejala.
3. Lokasi penumpang jika kecelakaan lalu lintas (sopir sering menderita ruptur limpa atau
hati). Sabuk keselamatan digunakan/tidak, tipe restrain yang digunakan.
4. Waktu makan atau minum terakhir.
5. Kecenderungan perdarahan.
6. Penyakit danmedikasi terbaru.
7. Riwayat immunisasi, dengan perhatian pada tetanus.
8. Alergi.
ii. Lakukan pemeriksaan cepat pada seluruh tubuh pasien untuk mendeteksi
masalah yang mengancam kehidupan.
8
2. PENATALAKSANAAN
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
1. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap 1.mengetahui tingkat kerusakan kulit klien
perkembangan luka.
2. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta
jumlah dan tipe cairan luka 2.mengkaji resiko terjadinya infeksi
3. Pantau peningkatan suhu tubuh.
4. Berikan perawatan luka dengan tehnik
aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan 3.mengontrol tanda-tanda infeksi
steril, gunakan plester kertas.
4.membantu proses penyembuhan luka dan
5. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi
menjaha agar luka kering dan bersih
tindakan lanjutan, misalnya debridement.
6. Setelah debridement, ganti balutan sesuai
kebutuhan.
5.memperbaiki keutuhan integritas kulit
7. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
secara cepat
indikasi.
6.menjaga luka agar tidak terpapar
mikroorganisme
9
2. Risiko infeksi berhubungan dengan
· tidak adekuatnya pertahanan perifer,
· perubahan sirkulasi,
· kadar gula darah yang tinggi,
· prosedur invasif dan
· kerusakan kulit. infeksi tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria hasil :
Kriteria Hasil :
10
Intervensi Rasional
11
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Nyeri/ketidak nyamanan,
terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
Tujuan: Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria hasil :
3. Implementasi
12
4. Evaluasi
Dx 1
• tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
Dx 2
Dx 3
Dx 4
Dx 5
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada bagian
ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas abdomen
berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas
thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau
rongga panggul.
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya
dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula
dilakukan tindakan laparatomi.
B. Saran
Lingkup keperawatan medikal bedah adalah mencakup seluruh organ dalam tubuh manusia,
tidak terkecuali abdomen atau sistem gastro intestinal. Aktivitas hidup sehari-hari seorang
manusia memungkinkan untuk beresiko cedera atau trauma, sebagai seorang perawat kita maka
bertanggung jawab besar terhadap klien yang mengalami trauma ataupun cedera pada
abdomen. Maka dari itu, semoga hadirnya makalah ini dapat menjadi acuan ataupun bahan
referensi untuk mata kuliah keperawatan medikal bedah.
14
DAFTAR PUSTAKA
15