OLEH :
MISTATI NOVITASARI
1841312085
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR MEDIASTINUM
3. MANIFESTASI KLINIS
Pada umumnya tumor mediastinum tumbuh secara lambat
sehingga pasien yang sering datang adalah pasien dengan ukuran tumor
cukup besar yang disertai dengan gejala dan keluhan karena akibat dari
penekanan tumor terhadap organ sekitarnya. Tanda dan gejala yang biasa
timbul pada pasien tumor mediastinum ini tergantung pada organ yang
terlibat dengan tumor, yaitu bila terjadi penekanan (inasi) pada :
Trakea atau pada saluran utama bronkus, pasien sering
mengeluh batuk, sesak, atau pernafasan stridor.
Esofagus, pasien mengeluh disfagia atau kesulitan menelan
makanan atau cairan.
Vena kava superior (SVKS), terjadi sindroma vena kava superior
(SVKS) yang sering terjadi pada tumor mediastinum yang sudah
ganas.
Nervus laryngeal, keluhan yang sering muncul adalah suara serak
dan batuk kering.
nervus frenikus, terjadinya paralisis diafragma atau tidak
berkontraksinya salah satu atau kedua sisi diafragma.
Sistem syaraf (neurogenik), dapat menyebabkan keluhan nyeri
pada dinding dada.
Gejala – gejala lainnya yaitu:
4. Nyeri dada merupakan gejala yang paling sering timbul
terutama pada tumor mediastinum anterosuperior. Nyeri dada
ini disebabkan karena terjadinya kompresi pada invasi dinding
dada posterior dan nervus interkostalis.
5. Dispnae atau sesak nafas, batuk, pneumonitis berulang atau
gejala yang agak jarang seperti bunyi nafas stridor dapat
menunjukkan terjadinya kompresi pada batang trakhebronkus.
6. Disfagia atau gejala obstruksi terjadi jika tumor melibatkan
esophagus didalamnya.
7. Paralisis plika vokalis, sindrom horner dan sindrom pancoast
terjadi jika tumor melibatkan nervus laringeus rekuren, rantai
simpatis atau plekus brakialis.
8. Tumor mediastinun yang menyebabkan gejala ini paling sering
berlokalisasi pada mediastinum superior.
9. Paralisis diafragma jika tumor melibatkan nervus frenikus.
(Muttaqin, 2007).
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi
Foto thoraks
Foto thoraks PA atau lateral dilakukan untuk menentukan lokasi
tumor berada, apakah pada anterior, medial atau posterior. Tetapi
lokasi tumor sulit ditentukan jika ukuran tumor cukup besar.
Tomografi
Tomografi dapat dilakukan untuk menentukan lokasi tumor,
mendeteksi jenis atau klasifikasi pada lesi yang sering ditemukan
pada kista dermoid, tumor tiroid, dan kadang-kadang timoma.
Namun, Teknik ini sangat jarang digunakan.
CT-scan toraks
CT-scan toraks dapat dilakukan untuk menjelaskan secara detail
lokasi, kelainan tumor, kemungkinan jenis tumor secara lebih baik.
Misalnya pada teratoma dan timoma. CT-scan juga dapat untuk
menentukan stage pada kasus timoma dengan cara mencari apakah
telah terjadi invasi atau belum, mempermudah pelaksanaan
pengambilan bahan untuk pemeriksaan sitologi, serta untuk
menentukan luas radiasi beberapa jenis tumor mediastiinum.
Flouroskopi
Flouroskopi dilakukan untuk melihat apakah ada kemungkinan
terjadinya aneurisma aorta.
Ekokardiografi
Ekokardiografi dilakukan untuk mendeteksi pulsasi pada tumor yang
diakibatkan karena terjadinya aneurisma aorta.
Angiografi
Angiografi biasanya lebih sensitif untuk mendeteksi terjadinya
aneurisma aorta dibandingkan flouroskopi dan ekokardiografi.
Esofagografi
Pemeriksaan Esofagografi dianjurkan untuk dilakukan apabila ada
dugaan terjadi invasi atau penekanan pada esofagus.
USG, MRI, dan Kedokteran Nuklir
Jarang dilakukan, tetapi pemeriksaan ini terkadang harus dilakukan
untuk beberapa kasus tumor mediastinum. (www.klik
pdpi.com/tumor mediastinum.)
b. Endoskopi
Mediastinoskopi
Tindakan Mediastinoskopi dilakukan apabila lokasi tumor berada
pada mediastinum anterior.
Bronkoskopi
Bronkoskopi dilakukan apabila ada indikasi tindakan operasi.
Bronkoskopi sering digunakan untuk pembeda antara tumor
mediastinum dengan kanker paru primer. Tindakan ini dapat
memberikan informasi tentang adanya penekanan tumor teerhadap
saluran nafas beserta lokasinya,.
Esofagoskopi
Torakoskopi Diagnostik
Elektromagnestic Navigation Diagnostic Bronchoscopy
Tindakan ini merupakan metode yang aman yang dilakukan untuk
menjangkau sampel lesi-lesi yang tidak terjangkau bronkoskopi,
misalnya pada arah perifer. Tindakan ini dapat digunakan untuk
mengambil sampel lesi tumor mediastinum dengan cara
Tranbroncial Needle Bronchoscopy Aspiration (TNBA), dimana
dapat memberikan hasil diagnostik yang tinggi dan hasil tersebut
tidak dipengaruhi oleh besar kecil dan lokasi tumor.
(www.klik pdpi.com/tumor mediastinum)
d. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan rutin laboratorium terkadang sering menunjukkan
adanya peningkatan LED pada limfoma dan TBC mediastinum.
Namun pemeriksaan ini sering tidak memberikan informasi yang
berkaitan dengan tumor.
Uji tuberkulin bila adanya suspect limfadenitis TBC.
Pemeriksaan T3 dan T4 dibutuhkan untuk mendeteksi tumor tiroid.
Pemeriksaan beta-HCG dan alfa-fetoprotein dilakukan untuk tumor
mediastinum sebagai pembeda antara tumor sel germinal seminoma
dengan tumor sel nonseminoma (Syahruddin, 2011).
5. PENATALAKSANAAN
1) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tumor mediastinum tergantung dari klasifikasi
dan jenis tumor, sifat tumor apakah tumor tersebut jinak atau ganas.
Jika tumor mediastinum bersifat jinak, maka dapat dilakukan tindakan
pembedahan atau operasi. Sedangkan jika tumor bersifat lebih ganas
maka penatalaksanaan secara umum yang dapat dilakukan adalah
multimodaliti, yaitu bedah, kemoterapi, dan radiasi. (Syahruddin,
2011).
b. Pembedahan
Indikasi pembedahan adalah pada :
- Tumor stadium I
- Stadium II jenis karsinoma dan karsinoma sel besar yang tidak
dapat di bedakan (undifferentiated). Pada stadium II, dilakukan
secara khusus apabila mencakup pada 3 kriteria berikut ;
a. Karakteristik biologis tumor : baik, cukup baik atau buruk.
b. Letak tumor dan pembagian stadium klinis untuk
menentukan teknik reseksi terbaik yang akan dilakukan
c. Keadaan fungsional penderita apakah pasien mempunyai
penyakit degeneratif lain atau penyakit gangguan
kardiovaskuler.
Syarat untuk tindakan bedah:
Syarat untuk tindakan bedah adalah nilai spirometri dan bila
terjadi ketidakadekuatan maka harus dilakukan konfirmasi dengan
analisis gas darah. Tekanan O2 arteri dan saturasi O2 darah arteri
harus > 90 %.
Tujuan
pada pembedahan kanker paru untuk mengangkat semua jaringan
yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi
paru-paru yang tidak terkena kanker.
c. Radiasi
Indikasi dan syarat pasien dilakukan tindakan radiasi adalah ;
Pasien dengan tumor yang dapat dilakukan tindakan
pembedahan namun beresiko tinggi.
Pasien kanker jenis adenokarsinoma atau sel skuamosa yang
tidak dapat dioperasi dan juga terdapat pembesaran kelenjar
getah bening.
Komplikasi:
Esofagitis, hilang 7 – 10 hari sesudah pengobatan
Pneumonitis, pada rontgen terlihat bayangan eksudat.
d. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk merusak pola pertumbuhan
tumor pada pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
Syarat untuk pelaksanaan radioterapi dan kemoterapi:
Hb > 10 gr/dl
Leukosit > 4000/mm3
Trombosit > 100.000/mm3
Selama pemberian kemoterapi atau radiasi perlu diawasi
terjadinya respon penolakan dari tubuh dan efek samping obat..
6. KOMPLIKASI
Berikut empat komplikasi terberat dari tumor mediastinum adalah:
Obstruksi trachea
Sindrom Vena Cava Superior
Invasi vascular dan catastrophic hemorrhage, dan
Ruptur esophagus
7. WOC
Virus
Faktor hormonal Struktur dasar
Adanya zat yang
Faktor lingkungan DNA berubah
bersifat initiation
Faktor genetik
b. Riwayat Kesehatan
1) Alasan Masuk
Alasan masuk biasanya meupakan fator pencetus klien dibawa ke
rumah sakit. Gejala dan tanda penyakit yang membuat pasien
datang ke rumah sakit.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan pasien yang biasa muncul pada pasien tumor
mediastinum pada umumnya adalah batuk terus menerus, batuk
berdahak, batuk berdarah, sesak nafas dan nafas pendek – pendek,
nyeri kepala.
3) Riwayat kesehatan terdahulu
Riwayat kesehatan dahulu pada pasien dengan tumor mediastinum
biasanya adalah perokok berat, lingkungan tempat tinggal di daerah
yang tercemar polusi udara, riwayat penyakit bronchitis kronik,
pernah terpajan bahan kimia seperti asbestos.
4) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya keluarga pasien mempunyai riwayat penyakit kanker paru
– paru/tumor mediastinum.
d) Aktivitas/latihan
- Kaji aktivitas klien sebelum sakit, apa pekerjaan pasien, aktivitas
seperti apa yang biasa dilakukan sebelum sakit
- Kaji keterbatasan klien dalam melakukan aktivitas
h) Peran – Hubungan
- Kaji apa pekerjaan klien
- Kaji hubungan klien dengan teman kerja, keluarga dan lingkunag
sekitar rumah.
- Kaji peran klien dalam keluarga
- Kaji keadaan ekonomi dan kegiatan sosial klien sebelum dan
sesudah sakit
d. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Kaji bagaimana tingkat kesadaran klien.
Tingkat kesadaran berdasarkan GCS dengan kriteria :
Compos mentis
Somnolen
Stupor
Apatis
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu
c) Pemeriksaan head to toe
1. Kepala : bagaimana bentuk kepala pasien, adanya oedema atau
tidak, ada lesi atau tidak, warna rambut, bentuk rambut, bersih atau
tidak.
2. Wajah : Ada kemerahan atau tidak, adanya jerawat atau minyak
pada muka.
3. Mata : I: apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada kotoran atau
tidak, Konjungtiva : Anemis, Sklera ikterik atau tidak, Pupil Tidak
dilatasi (isokor).
4. Hidung : I: apakah simetris atau tidak, ada sekret atau tidak ada,
ada pernafasan cuping hidung atau tidak
P: ada polip atau tidak,.
5. Mulut : I: lihat bagaimana kelembaban mukosa bibir, dan apakah
pucat atau tidak.
6. Telinga: I: simetris kiri dan kanan, apakah ada serumen atau tidak.
7. Leher : Pa: raba apakah ada pembesaran kelenjar tyroid (getah
bening) atau tidak, pembesaran vena jugularis (distensi vena
jugularis) atau tidak.
8. Thorax
a. Paru – paru
Inspeksi : pergerakan dada simetris atau tidak
Palpasi : apakah ada nyeri saat ditekan atau tidak
Perkusi : apakah bunyi yang dihasilkan sonor atau
tidak
Auskultasi : Tidak ada suara tambahan
b. Jantung
Inspeksi : normalnya :Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : normalnya : Ictus cordis teraba pada ICS
4 – 5 midclavicula
Perkusi : Normalnya : Pekak
Auskultasi : Irama teratur dan tidak ada bunyi suara
tambahan
9. Abdomen
a. Inspeksi : Tidak simetris, dan edema, striae
b. Palpasi : Nyeri tekan
c. Perkusi : Suara redup
d. Auskultasi : adanya Bising usus
10. Ekstremitas : apakah ada hambatan dalam beraktivitas atau
tidak, ada nyeri atau tidak, ada oedema atau tidak,
ada kekakuan atau tidak.
11. Integument : Normalnya : Turgor kulit baik, kulit tidak
kemerahan, terdapat bulu halus.
12. Genitalia : apakah genitalia bersih atau tidak, terpasang
kateter atau tidak
2. PERUMUSAN DIAGNOSA NANDA, NOC, NIC
Keletihan
Monitoring TTV
Hiperventilasi
o Monitor Tekanan Darah ,nadi
Sindrom hipoventilasi
,suhu, dan pernafasan
Gangguan
o Catat adanya fluktuasi
muskuloskeletal
tekanan darah.
Kerusakan neurologis
o Monitor TD, nadi,
Imaturitas neurologis
pernafasan, sebelum, selama,
Disfungsi neuromuskular
dan setelah aktivitass
Obesitas
o Monitor kualitas dari nadi
Nyeri
o Monitor frekuensi dan irama
Keletihan otot pernafasan
pernafasan
cedera medula spinalis
o Monitor suara paru
o Monitor pola pernafasan
abnormal
o Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
o Monitor sianosis perifer
o Monitor adanya cushing
triad(tekanan nadi yang
melebar,
bradikardi,peningkatan
sistolik)
o Identifikasi penyebab dari
perubahan tanda tanda vital.
b. Pemberian analgesik
Aktifitas :
o Tentukan lokasi,
karakteristik,mutu dan
intensitas nyeri sebelum
mengobati klien
o Periksa order medis untuk obat
, dosis dan frekuensi yang
ditentukan
o Cek riwayat alergi obat
o Utamakan pemberian secara
IV
3. EVALUASI
Alsagaff, H & Abdul, M. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Air
Langga University.
Burke, D. Healthline (2016). Mediastinal Tumors (Neoplasms).
Blackwell, Wiley.2017. Nursing Diagnosis Definition and Classification 2015-