Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN

Dentistry Update

Kelompok E
Anggota Kelompok :
1. Ghafran Nailul Farchi (161610101041)
2. Sunana Ageng Hikmawati (161610101042)
3. Nafra Glenivio Agretdie (161610101043)
4. Khairunnisa Fadhilatul Arba (161610101044)
5. Firmansyah Adi Pradana (161610101045)
6. Liyathotun Fatimah (161610101046)
7. Hamy Rafika Pratiwi (161610101047)
8. Shintia Dwi Pramesty (161610101048)
9. Endang Nur Hidayati (161610101049)
10. Windy Nanda Eriyati (161610101050)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur kami ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan hidayahnya dan memberi kami kesempatan dalam
menyelesaikan laporan yang kami buat ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Dentistry Update.

Di kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak


yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Susunan laporan ini sudah
dibuat dengan sebaik-baiknya, namun tentu masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu jika ada kritik atau saran apapun yang sifatnya membangun bagi
penulis, dengan senang hati akan penulis terima.

Jember, 3 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................1

DAFTAR ISI ...........................................................................................................1

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................2

1.2 Tujuan .............................................................................................................2

1.3 Manfaat ...........................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................4

2.1 Open-faced stainless steel crowns .................................................................2

2.2 Veneered Stainless Steel Crowns ...................................................................2

2.3 Mahkota Polikarbonat ...................................................................................2

2.4 Strip Crown ....................................................................................................2

2.5 Pedo Jacket Crown ........................................................................................2

2.6 New Millennium Crown .................................................................................2

2.7 Pedo Pearl ......................................................................................................2

2.8 Artglass Crown / Glastech .............................................................................2

2.9 Pre – formed Metal Crown (PMCs) ...............................................................2

2.10 Preveneered stainless steel crowns (PVSCCs) ............................................2

2.11 Zirconia pediatric crown .............................................................................2

BAB 3 PEMBAHASAN .........................................................................................4

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................4

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................4


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gigi sulung merupakan gigi yang paling mudah terserang karies. Hal ini
disebabkan oleh morfologi gigi anak yang memiliki ketebalan email yang sangat
tipis dibandingkan gigi permanen dewasa. Proses karies ini juga diperparah akibat
kebiasaan anak-anak dalam mengkonsumsi makanan/minuman manis dan lengket
sehingga proses demineralisasi berlangsung lebih lama dibandingkan
remineralisasi.
Di masa lalu, ekstraksi merupakan pilihan perawatan utama untuk lesi
karies yang luas. Namun dengan kemampuan untuk mengatasi gigi sulung dengan
lesi karies yang besar ataupun pulpotomi, restorasi gigi sulung merupakan
modalitas yang dapat digunakan. Selain itu, mahkota (pediatric crowns) dianggap
sebagai alternatif yang layak dibandingkan dengan ekstraksi, dan yang lebih
penting diakui sebagai mediator terbaik dalam pencegahan kegagalan restorasi
bila dibandingkan dengan restorasi langsung (Shuman, 2016).
Faktor penting ketika memilih mahkota (pediatric crowns) adalah segitiga
pediatrik atau “triangle of agreement”. Konsep ini menyiratkan bahwa dokter,
orangtua, dan anak harus memutuskan bersama-sama perawatan terbaik ketika
menempatkan mahkota dengan cakupan yang penuh pada gigi sulung. Umumnya,
orangtua dan anak-anak benar-benar peduli dengan estetika gigi mereka. Dengan
demikian terdapat kebutuhan akan mahkota yang tepat untuk memperbaiki gigi
sulung dalam keadaan sehat baik dalam fungsi maupun penampilan (Shuman,
2016).

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan laporan ini yaitu untuk mengetahui dan lebih
memahami tentang mahkota pediatrik yang dapat digunakan untuk restorasi
estetik pada gigi sulung.
1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk mengetahui macam-macam mahkota pediatrik yang digunakan
untuk restorasi estetik gigi sulung.
1.3.2 Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari masing-masing jenis
mahkota pediatrik
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Open-faced stainless steel crowns


Untuk gigi Insisivus. Indikasi utama adalah mengikuti fraktur mahkota.
Pemotongan dan pengerutan benar, pemolesan ujung mahkota yg baik akan
mencegah kebocoran, melindungi pulpa, mengembalikan bentuk dan fungsi.
Kelemahan utama adalah kurang estetika, dapat diatasi dengan pemotongan labial
dan diganti dengan bahan sewarna gigi. Hartmann CR dan Helpin ML2
menyarankan bahwa pada anak-anak dengan lesi karies yang merajalela, Open-
faced stainless steel crowns dapat digunakan. Meskipun beberapa estetika
dikorbankan, peningkatan stabilitas fungsional ditambahkan ke dalam restorasi
(Mittal et al, 2016).
Prosedur (Mittal et al, 2016):
1. Preparasi dengan memotong permukaan mesial dan distal dan
menghilangkan tepi insisal 1,0 hingga 1,5 mm
2. Bagian lingual sedikit dikurangi
3. Mahkota dilebarkan 0,5 hingga 1,0 mm di bawah gingival crest
4. Mahkota dibuat lubang pada sisi labial mahkota dengan menggunakan
tang No.114
5. Bagian lingual dari mahkota disesuaikan dengan gigi
6. Mahkota dipoles dan disemen dengan zing fosfat atau glass ionomer
cemen
7. Ketika semen sudah setting, jendela dipotong dengan bur No. 58
8. Resin komposit digunakan untuk merestorasi permukaan insisal gigi
sulung.
9. Finishing
Roberts menyimpulkan bahwa mahkota stainless steel ini memiliki
tingkat retensi yang tinggi dan tingkat kegagagalannya lebih rendah
daripada resin pada umumnya dan resin metal interface (Mittal et al,
2016).
2.2. Veneered Stainless Steel Crowns

Veneer estetika dipertahankan pada mahkota stainless steel dengan berbagai


ikatan mekanis dan kimia. Empat perusahaan saat ini memasarkan stainless steel
dengan lapisan resin veneer prebonded yang meluas ke semua bidang yang
menonjol dalam kosmetik. Hampir tidak ada struktur logam. Beberapa mahkota
terikat dengan cara dilas pada mahkota, dan mahkota yang lainnya secara kimiawi
menyatu dengan permukaan logam. Wagoners WF dan Cohen H6 telah
menjelaskan bentuk mahkota stainless steel untuk gigi seri primer adalah pilihan
estetika untuk pemulihan cakupan penuh gigi seri yang rusak (Mittal et al, 2016).

2.3. Mahkota Polikarbonat

Lesi yang paling sering terjadi pada anak (gigi sulung) adalah rampan
karies. Lesi biasanya dimulai pada bagian labial pada gigi anterior lalu menyebar
ke permukaan lain dan pada gigi lainnya. Untuk menanggulanginya dokter gigi
bisa menggunakan mahkota polikarbonat sebagai protesis cekat sementara pada
gigi sulung yang pada akhirnya akan tanggal. Mahkota polikarbonat memiliki
impact strenght yang tinggi serta termoplastis resin dimana bahan ini dapat
dipanaskan dan dibentuk menjadi bentuk yang di inginkan. Distorsi poin dari
bahan ini adalah 270°F. Kelebihan mahkoa polikarbonat adalah memiliki dimensi
yang stabil , sedangkan kekurangannya adalah kurang tahan terhadap abrasi
(Mittal et al, 2016).

Poikarbonat adalah bentuk linier aromatik poliester dari asam karbon.


Digunakan pada gigi sulung yang mengalami karies yang luas. Resin termoplastis.
Polikarbonat menghasilkan kekuatan yang tinggi dan rigid (kaku), estetik yang
bagus, namun resisten abarsinya buruk. Kekurangan dari mahkota ini
adalahrResistensi abrasi yang buruk dsn mahkota mudah lepas jika gigi rusak
parah dan retensi tidak memadai. Kelebihannya yaitu estetika baik, stabil dalam
dimensi yang ekstrim , tidak terpengaruh oleh mineral encer dan asam organik,
eter dan alkohol dan durasi pengerjaan pada pasien lebih cepat (Garg et al, 2016).

Indikasi dan kontraindikasi (Mittal et al, 2016) :


Indikasi:

- Rampan karies yang melibatkan 3 permukaan gigi


- Pasca terapi pulpa
- Malformasi gigi
- Abutmen pada space maintener
- Restorasi penuh dari gigi anterior rahang atas akibat karies. Anak-anak
dengan nursing bottle syndrome sering kali membutuhkan mahkota
polikarbonat
- Fraktur gigi atau malformasi
- Discolorasi gigi
- Restorasi gig setelah perawatan pulpektomi atau pulpotomi

Kontraindikasi:
- Jarak antar gigi tidak mencukupi
- Gigi berdesakan anterior
- Terjadi deep impinging bite
- Bruxism berat
- Terjadinya abrasi pada gigi anterior

2.4. Strip Crown


Strip crown adalah mahkota dengan bentuk transparan untuk restorasi gigi
sulung. Strip crown digunakan pada gigi pada gigi sulung yang memiliki enamel
cukup untuk retensi ikatan setelah pengangkatan karies. Resin-bonded composite
strip crowns adalah restorasi pilihan pertama bagi para dokter. Karena estetik dan
mudah diperbaiki jika kemudian mahkota tersebut jatuh atau patah (Mittal et al,
2016).
Strip crown merupakan pilihan banyak dokter karena alasan estetik dan
kemudahan perbaikan. Strip Crown merupakan mahkota yang populer untuk gigi
anterior Insisive. Strip Crown berfungsi di wilayah anterior sebagai matriks untuk
rekontruksi komposit (Garg et al, 2016).
Namun teknik pemasangan strip crown yang sensitif dan harus
memperhatikan kelembaban dan kontrol perdarahan, yang dapat mengganggu
ikatannya . Selain itu, harus ada struktur gigi yang memadai setelah penghapusan
karies untuk memastikan bahwa ada permukaan yang cukup untuk area ikatan
(Mittal et al, 2016).
Strip crown placement technique
1. Anestesi lokal diberikan dan gigi diisolasi.
2. Gigi disiapkan untuk memungkinkan adanya tempat untuk resin
komposit pada mahkota akhir.
 Panjang mahkota dikurangi secara insisal menggunakan high
speed tapered diamond or tungsten carbide bur.
 Irisan mesial dan distal dipotong meruncing (knife edge) di
margin gingiva.
3. Memilih warna resin komposit yang tepat.
4. Bentuk strip-crown seluloid dipilih dengan ukuran yang tepat.
5. Lubang ventilasi di ujung sudut insisal bentuk mahkota untuk
memungkinkan udara keluar ketika diisi dengan resin komposit.
6. Bentuk mahkota dengan resin komposit ditempatkan dengan kuat pada
gigi yang telah disiapkan.
7. Resin komposit dicuring dan menggunakan excavator atau probe
untuk melepas bentuk mahkota.
8. Mahkota yang sudah dicuring dihaluskan dan dipoles
Kupietzky A et al menyatakan keuntungan strip crown mudah dipasang
dan dirapikan, penghilangan cepat dan mudah, cocok dengan gigi alami,
permukaan mengkilap halus, shade controlnya baik, unggul secara estetika,
fungsional, dan ekonomis, jernih dan tipis serta mudah diperbaiki (Mittal et al,
2016).
Ram D et al dalam studi mereka menggambarkan kerugian strip crown
yaitu pilihan teknik yang paling sensitif , kontaminasi kelembaban dengan darah,
air liur mengganggu ikatan, perdarahan dapat mengubah warna atau warna bahan
(Mittal et al, 2016).
2.5. Pedo Jacket Crown
Mahkota Jaket Pedo terbuat dari poliester sewarna gigi dan diisi dengan
bahan resin. Itu tertinggal di gigi setelah polimerisasi dan seluloid dilepas,
mahkota terbentuk setelah pengawetan semen resin luting (Mittal et al, 2016).

Bentuknya mirip dengan seluloid crown, terbuat dari bahan copolyester


yang sewarna dengan gigi, yang diisi dengan bahan resin lalu tetap dibiarkan pada
gigi tersebut setelah polimerasi . Kekurangannya yaitu memiliki satu warna yang
sangat putih, jadi kadang tidak sesuai dengan warna gigi yang tidak direstorasi,
karena berbahan copolyester, maka tidak bisa di bentuk kembali dengan high
speed finishing bur dikarenakan bahannya akan meleleh jika terkena bur (Garg et
al, 2016).

2.6. New Millennium Crown

Diperkenalkan oleh Success Essentials Laboratorium Pemeliharaan


Ruang. Mahkota ini terdiri dari bahan resin komposit yang ditingkatkan di
laboratorium. Bahan ini mirip dengan pedo jecket crown dan strip crown.
Keuntungan mahkota ini adalah bahan ini dapat diselesaikan dandibentuk kembali
dengan bur finishing berkecepatan tinggi. Namun bahan ini sangat rapuh (Mittal
et al, 2016).

New Millennium Crown hampir mirip dengan pedo jacket crown dan strip
crown . Terbuat dari bahan resin komposit yang dibuat dengan laboratoty terbaru.
Diisi dengan bahan resin dan terikat dengan gigi. Keuntungannya yaitu nilai
estetika tinggi, dapat dibentuk kembali dengan bur, orang tua puas. Sedangkan
kerugiannya adalah bentuk mahkota sangat rapuh dan dapat retak atau patah jika
dipaksakan pada preparasi yang belum cukup, harganya mahal, isolasi dan
hemostasis sangat berperan penting untuk keberhasilan perawatan, oral hygine
yang baik sangat baik untuk perawatan tapi tidak selalu (Garg et al, 2016).

Indikasi dan Kontraindikasi (Garg et al, 2016) :


Indikasi:
- Meluasnya karies pada insisiv sulung
- Malformasi kongenital pada insisiv sulung
- Diskolorisasi insisiv sulung
- Fraktur pada insisiv sulung oleh karena trauma
- Kelainan pada masa perkembangan ex : Amelogenesis Imperfecta

Kontraindikasi:
- Penghilangan karies yang menyebabkan luas permukaan gigi tidak
mencukupi untuk terjadinya pengikatan atau karies subgingiva yang
meluas
- Kontrol kelembapan sulit dilakukan
- Overbite yang dalam
- Adanya penyakit periodontal

2.7. Pedo Pearl

Mahkota logam yang mirip dengan mahkota stainless steel, tetapi


sepenuhnya telah dilapisi cat epoksi sewarna gigi. Mahkota ini terbuat dari
aluminium dan bukan stainless steel, karena lapisan epoksi melekat jauh lebih
baik ke aluminium. Berfungsi sebagai mahkota permanen pamungkas pada gigi-
geligi primer (Garg, 2016).

Keuntungan: mudah dipotong dan dikerutkan tanpa chipping dan komposit


dapat ditambahkan sesudahnya juga. Kekurangan: memiliki daya tahan kurang
dan relatif lembut/lemah (Garg, 2016).

2.8. Artglass Crown / Glastech

Terbuat dari artglass yang merupakan gelas polimer yang digunakan untuk
restorasi gigi primer anterior Merupakan metakrilat multifungsional baru yang
memiliki kemampuan membentuk jaringan molekuler tiga dimensi dengan
struktur yang saling terkait Memiliki kaca mikro dan silika sebagai bahan pengisi
yang memberikan daya tahan dan estetika yang lebih besar daripada strip crown.
Hal ini dapat memberikan keuntungan ganda dimana dapat membentuk ikatan
pada komposit, tahan lama, dan meningkatkan estetika porselen (Garg, 2016).

2.9. Pre – formed Metal Crown (PMCs)

PMCs untuk molar gigi sulung pertama kali dijelaskan oleh Engel pada
tahun 1950 dan diikuti oleh Dr. William. PMCs terbuat dari stainless steel dan
dirujuk oleh akronim SSC, Kedepannya logam yang digunakan diubah menjadi
nikel-kromium dan paling baik disebut sebagai preformed metal crown (PMC)
(Garg, 2016).
Indikasi PMCs untuk gigi sulung
 Karies yang luas pada gigi sulung
 Mengikuti prosedur terapi pulpa
 Sebagai restorasi pencegahan
 Restorasi pada molar sulung dipengaruhi oleh masalah
perkembangan lokal atau umum
 Sebagai abutment untuk space maintainer atau denture
 Pertimbangan yang kuat harus diberikan pada penggunaan
mahkota stainless steel pada anak-anak yang memerlukan anestesi
umum untuk perawatan gigi, Bruxism parah
Indikasi PMSc untuk gigi permanen
 Sebagai restorasi sementara dari kerusakan atau gigi trauma sampai
konstruksi restorasi permanen dapat dilakukan atau status
ortodontik akhirnya ditetapkan.
 Ketika pertimbangan keuangan menjadi perhatian, restorasi PMCs
permanen sangat ekonomis dan cocok pada kasus klinis
 PMCs dapat digunakan pada gigi dengan cacat perkembangan.
Mahkota bermanfaat untuk restorasi oklusi dan mengurangi
sensitivitas disebabkan oleh enamel dan displasia dentin pada
pasien muda.
 Restorasi gigi molar permanen yang membutuhkan full-coverage
Manfaat :
• PMCs dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama sama dengan
gigi primer aslinya
• PMCs menyediakan proteksi terhadap sisa gigi yang mungkin
telah melemah setelah pembersihan karies yang parah
• Tingkat sensitivitas atau resiko kesalahan saat pengaplikasian
rendah
• Efektivitas biaya jangka panjangnya bagus
• PMCs memiliki tingkat kegagalan rendah
Kerugian
• Metallic-appearance (estetik kurang bagus)
• Tidak dapat digunakan ketika gigi erupsi sebagian

2.10. Preveneered stainless steel crowns (PVSCCs)


PVSCCs merupakan restorasi yang estetik dan tahan lama. Mahkota ini
merupakan kombinasi dari daya tahannya SSC konvensional dengan estetika nya
resin komposit. Mahkota ini tersedia dalam berbagai bahan, seperti resin komposit
atau resin termoplastik. Estetik pada PVSCCs ini dipertahankan oleh ikatan
mekanis dan kimia (Garg, 2016).
Kelebihan:
• Estetis nya baik dan pengerjaanya membutuhkan waktu yang
singkat.
• Daya tahan bagus
• Memberikan hasil yang baik dalam kondisi di mana kontrol
kelembaban sulit.
Kekurangan:
• Penambahan resin membuat SSC semakin tebal dibandingkan
dengan SSC konvensional oleh karena itu diperlukan preparasinya
lebih luas untuk ketepatan oklusi.
• Dokter gigi tidak memiliki pilihan warna resin sehingga tampak
jelas bahwa itu gigi tiruan.
• Mahkota praveener (PVSCCs) lebih mahal dari SSC konvensional
• Bentuk mahkota yang dicoba dan ternyata tidak cocok tidak bisa
berada di panas tinggi karena akan menghancurkan lapisan resin.
• Pembentukan ulang veneer resin sering dilakukan untuk
memperbaiki karakteristik penampilan mahkota ini, sehingga
membutuhkan waktu laboratorium atau klinis tambahan.
• Sulit ditematkan pada gigi yang diastema maupun gigi berjejal.
• Bahan tidak fleksibel dan getas (mudah pecah jika terkena
kekuatan berat)

2.11. Zirconia pediatric crown


Adalah mahkota yang terbuat dari zirkonia untuk gigi permanen yang
tidak mengandung logam. Restorasi zirkonia bukanlah hal yang baru dalam
dental world dan merupakan salah satu tipe yang dominan dari cermics dengan
berbagai macam bantuan komputer desain / bantuan komputer untuk manufaktur
restorasi, framework/milled veneer, full-contour fixed prosthodontics, dan implant
abutments (Garg, 2016).

Zirkonia saat ini adalah dental ceramic terkuat yang juga menyenangkan
secara estetika. Bahkan meskipun zirkonia banyak digunakan sebagai bahan
restorasi gigi permanen, kini sudah banyak digunakan untuk restorasi gigi-geligi
sulung. Zirconia dapat digunakan sebagai crown dan bridge. Karena Zicornia ini
termasuk dalam restorasi yang efektif. Zicornia ini juga dapat digunakan sebagai
mahkota untuk gigi sulung (Garg, 2016).

Zicornia yang biasa digunakan sebagai mahota gigi yaitu yttria stabilized
zicorcia (YSZ) Struktur kristal dari YSZ disebut dengan ceramic of Zicornium
dioxide yang dibuat stabil dalam suhu ruangan dan dicampur dengan Yttrium
oxide. Keuntungan dari YSZ : biokompatibel, translusen, kuat, resisten terhadap
kimia, tahan erosi, tahan dalam jangka waktu yang lama, autoklavabel (Shuman,
2016).

2.11.1. Mahkota zirconia dan resistensi terhadap fraktur


Studi dari townsend. at al. Membandingkan ketahanan
antara mahkota Zirconia dan SSC pada gigi molar sulung. Di
dapatkan kekuatan dari mahkota zirconia bergantung pada
ketebalannya (Shuman, 2016).

2.11.2 Mahkota Zirconia dan keausan gigi

Zirconia dikenal karena keausannya yang rendah tidak


seperti keramik tradisional. Dari berbagai macam bahan restorasi
full coverage menunjukkan bahwa leucyte dan litium tergolong
memiliki tingkat keauasan yang tinggi, sedangkan Zirconia dan
SSC memiliki tingkat keuasan yang rendah (Shuman, 2016).

2.11.3 Mahkota Zirconia dan penggunaan klinis

Mahkota zirconia dapat digunakan pada gigi anterior


sulung yang mengalami karies sebagai alternatif bahan restorasi
pada anak. Ashima at. al. Melaporkan mahkota Zirconia pre-
febricated memiliki retensi dan estetik yang bagus untuk
rehabilitasi gigi sulung. Laporan klinis menunjukkan bahwa
Mahkota zirconia dapat digunakan juga pada kondisi amelogenesis
imperfecta (Shuman, 2016).

2.11.4 Mahkota Zirkonia dan Kepuasan Orang Tua

Faktor penting ketika memilih mahkota pediatrik adalah


"triangle agreement". Konsep ini menyiratkan bahwa dokter, orang
tua, dan anak harus memutuskan bersama-sama perawatan terbaik
ketika menempatkan mahkota dengan cakupan penuh pada gigi
sulung. Umumnya, orang tua dan anak-anak benar-benar peduli
dengan estetika gigi mereka Oleh karena itu, terdapat kebutuhan
akan mahkota yang tepat untuk memperbaiki gigi sulung kembali
ke keadaan sehat baik dalam fungsi maupun penampilan (Shuman,
2016).
Hlsinger et. al melakukan restorasi sebanyak 57 mahkota
zirkonia primer anterior pada 18 anak, dan menganalisis
retrospektif keberhasilan klinis dan kepuasan orang tua. Kriteria
yang dievaluasi termasuk "retensi, kesehatan gingiva, kontur,
kecocokan warna, integritas marginal, dan mencegah keausan gigi.
" sebanyak 89% orang tua sangat puas dengan ukuran, warna, dan
bentuk mahkota ini dan sangat merekomendasikannya” (Shuman,
2016).

2.11.5 Teknik Zirconia Crown pada anak-anak

Zirconia crown dipilih untuk gigi yang masih bagus dan


dicobakan pada gigi yang ingin dipasang  gigi dibersihkan
menggunakan mikroetsa dgn 50 mikrometer alimunium oxide 
diberi saline coupling agent pada permukaan gigi yg berikatan.
Mahkota preparasi  dual-cure  self etch primer/bonding  di
light-cure. mahkota zirconia disemenkan pada preparasi mahkota
 Diikuti dengan membersihkan sisa semen. pengecekan kembali
oklusi  pasien dipulangkan. 2 minggu setelah perawatan pasien
diminta untuk kontrol dan dilakukan pengambilan foto radiografi
(Shuman, 2016).
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus

Pasien laki-laki berumur 8thn terdapat kasus emergency dengan


pembengkakan pada gingiva atas kanan belakang. Ibunya, melihat adanya lesi dan
kaget karena si pasien tidak mengeluhkan rasa sakit. Pada pemeriksaan terdapat
lesi karies di gigi B dan pembengkakan pada atacched gingiva bukal.

Giginya tidak goyang dan tidak terdapat tanda dan gejala lain. Dan pada
gambaran radiografi terdapat radiolusen di bagian koronal sampai bagian pulpa.
Premolar permanen sudah tampak di bagian apikal gigi molar pertama sulung.
Gigi tersebut tampak masih dapat di restorasi dan rencana perawatannya yaitu
pulpektomi dan Zirconia crown. Pasien diberikan clyndamicin dan
dikonsultasikan 3 hari kemudian. Gigi telah dianastesi menggunakan lidocain
1:100.000 x 1,8 cc dan rubber dam dipasangkan pada gigi. Kemudian diikuti
dengan memghilangkan karies, struktur mahkota di preparasi untuk restorasi full-
coverage. Dan di lakukan pulpektomi. Saluran akar di obturasi dan kamar pulpa
diisi dengan GI.

Zirconia crown dipilih untuk gigi yang masih bagus dan dicobakan pada
gigi yang ingin dipasang  gigi dibersihkan menggunakan mikroetsa dgn 50
mikrometer alimunium oxide  diberi saline coupling agent pada permukaan gigi
yg berikatan.

• Mahkota preparasi  dual-cure  self etch primer/bonding  di light-


cure.

• mahkota zirconia disemenkan pada preparasi mahkota  Diikuti dengan


membersihkan sisa semen.

• pengecekan kembali oklusi  pasien dipulangkan.


• 2 minggu setelah perawatan pasien diminta untuk kontrol dan dilakukan
pengambilan foto radiografi.

(Shuman, 2016)

3.2 Pertanyaan

3.2.1. Mengapa pemasangan open face ssc tingkat kesuksesannya lebih baik di
rahang atas?

Menurut Yilmaz dan Kocogullary (2004), tingkat keberhasilan


pembuatan crown pada rahang atas menggunakan teknik open face adalah
95%. Teknik ini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi mungkin
disebabkan oleh:
- Resin yang dapat melekat kuat pada jaringan gigi.
- Menggunakan dentin bonding.
- Etsa asam fosfat.

3.2.2. Apa pertimbangan dalam memilih berbagai macam jenis mahkota?

- Bahan
Pemilihan bahan disesuaikan dengan kebutuhan akan estetik.
Setiap bahan memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga operator
harus memahami setiap karakteristik bahan-bahan tersebut (Thambas A,
2012).
- Kekuatan
Terutama kekuatan lentur yang berhubungan dengan kemampuan
restorasi untuk bertahan dalam gaya oklusal. Gaya oklusal diibaratkan
sebagai gaya maksimal yang diberikan pada bahan restorasi sampai
sebelum bahan patah (Gunawan dkk, 2017).
- Kekerasan
Kekerasan berhubungan dengan abrasifitas antara gigi lawan
dengan restorasi yang ada. Apabila kekerasan salah satunya terlampau
berbeda, maka gigi/restorasi yang lebih keras akan mengabrasi yang lebih
lunak (Gunawan dk, 2017).
- Warna (shade)
Pemilihan warna harus sesuai dengan gigi asli, agar memperoleh
warna yang lebih estetik. Karena pasien tentunya menginginkan senyum
yang indah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan warna
antara lain, sumber cahaya, mata operator, lama waktu pengamatan, dan
latar belakang atau kondisi ruangan (Thambas A, 2012 dan Gunawan dkk,
2017).
- Bentuk
Dalam restorasi khususnya pembuatan crown, harus
mempertimbangkan bentuk gigi asli yang ada sebagai acuan. Tujuannya
untuk keselarasan dengan kondisi jaringan sekitarnya. Dimana pembuatan
bentuk gigi harus senatural mungkin, agar menghindari kesan palsu
(Thambas A, 2012).
- Posisi
Pertimbangkan posisi gigi asli yang akan digantikan maupun posisi
gigi sekitarnya untuk dipakai sebagai acuan. Posisi crown dan bridge
disusun sedemikian rupa sehingga memberikan keserasian dengan
lengkung gigi secara keseluruhan (Thambas A, 2012).

3.3.3. Apa yang dimaksud mengurangi tonjol gigi pada prosedur SSC?

Sebelum dimulai pemasangan SSC, dilakukan preparasi gigi sulung


untuk mendapatkan adapatasi, stabilisasi dan retensi yang baik. Preparasi
gigi sulung dilakukan dengan tujuan pembuangan jaringan karies,
membebaskan titik kontak dengan gigi tetangga dan pengurangan struktur
gigi pada seluruh ukuran. Preparasi dianggap cukup bila sewaktu mencoba
SSC sudah berhasil baik.

Pengurangan dilakukan pada bagian permukaan proksimal agar


kontak terbebas dari gigi tetangganya. Selain itu juga mengurangi bagian
permukaan oklusal/insisal untuk menyesuaikan crown dengan gigi
tetangganya. Bagian permukaan palatal dilakukan jika permukaan tersebut
berkontak dengan gigi antagonis. Jika pada kasus open bite untuk gigi
anterior atas, permukaan palatal tidak perlu dipreparasi. Dan juga pinggir –
pinggir yang tajam bagian proksimal mengakibatkan crown sukar
beradapatasi dengan gigi. Bagian pinggir yang tajam dari preparasi harus
dibulatkan (Rao,2012).

3.3.4. Apakah pedo jacket crown dapat dipreparasi dengan highspeed?


Bagaimana dengan sifat kerapuhannya?
Dari karakteristik copolyester sendiri dia sangat kaku dan mudah
rapuh. Kesulitan penggunaan bahan yang mengandung copolyester
bergantung pada suhu. Untuk penggunaan yang baik dan mengurangi
kerapuhannya pada saat dilakukan preparasi panas yang ditimbulkan oleh
alat high speed yang digunakan harus bekerja pada suhu dibawah 140ºF.
Penggunaan alat high speed dapat digantikan dengan stone (Webster,
2019).
3.3.5. Mengapa zirconia sangat kuat dan apakah sifat semi konduktornya
memiliki kelebihan?
Struktur kristal YSZ adalah keramik zirkonium dioksida yang dibuat
stabil pada suhu kamar dengan penambahan yttrium oksida. Sifat ini
menawarkan kekuatan lentur tertinggi dari semua bahan berbasis zirkonia,
memungkinkannya untuk menahan fraktur. Manfaat tambahan YSZ adalah
kemampuan untuk mengganti logam karena kekuatan dan ketangguhan
yang sangat tinggi, ketahanan yang lebih tinggi terhadap bahan kimia, dan
ketahanan erosi yang unggul. YSZ adalah biokompatibel, autoklaf, dan
sama dengan, atau lebih tahan lama, dari enamel alami. Zirconia memiliki
sifat konduktivitas termal yang rendah berdasarkan susunan unsur pada
tabel periodik, sifat ini memberikan keuntungan (Shuman, 2016).

3.3.6. Pada mahkota polikarbornat, deepbite yang diperbolehkan seperti apa?


Jadi pasien yang mengalami deep bite memang sudah menjadi salah
satu kontraindikasi dari dilakukannya pemasangan polikarbonat crown.
Deep bite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal
insisivus maksila terhadap insisal insisivus mandibula dalam arah vertikal
melebihi 2-3 mm. Jadi, apabila kondisi gigi pasien sudah mengalami deep
bite meskipun masih tergolong ringan maka tidak diperbolehkan
polikarbonat crown dipasangkan sebagai mahkota gigi tiruannya. Sesuai
dengan teori yang didapatkan bahwa kontraindikasi pemasangan
polikarbonat crown yaitu :
1. Bruxism.
2. Abrasi yang berlebihan pada gigi anterior.
3. Deep bite
(Garg, 2016)

3.3.7. Pemahaman estetik dan faktor yang mempengaruhinya apa saja?


Estetika dalam kedokteran gigi adalah integritas harmonis dari
beberapa fungsi fisiologis oral dengan penekanan yang sama sehingga
menghasilkan gigi geligi yang ideal melalui restorasi dengan warna,
bentuk, struktur dan fungsi untuk mencapai kesehatan dan daya tahan yang
optimal. Menurut Boucher, estetika dalam kedokteran gigi adalah segala
keahlian, teknik, standar, dan peraturan yang digunakan untuk
meningkatkan seni dan kesimetrisan gigi maupun wajah dengan tujuan
untuk meningkatkan penampilan sekaligus fungsi orofasial. Tujuan dari
perawatan estetikapada hakikatnya adalah untuk menghasilkan suatu
penampilan yang lebih indah namun tetap terlihat alami dan meyakinkan
bagi pasien. Faktor-faktor yang mempengaruhi estetika:

a. Bentuk Gigi
b. Ukuran Gigi
c. Warna Gigi
d. Estetika Gingiva
e. Midline
f. Posisi Gigi
g. Visibilitas Gigi
h. Simetri
i. Lip Line
j. Posisi Senyum
(Zarb, 2002)

3.3.8. Makna peningkatan stabilitas fungsional pada open face ssc untuk
rampan karies?

Rampan karies yang sering terjadi pada gigi insisiv merupakan salah
satu indikasi dilakukannya restorasi estetik pada kedokteran gigi anak.
Menurut Roberts C et al, melaporkan bahwa pengunaan logam pada
restorasi dengan Open Face Stainless Steel Crown memiliki retensi yang
tinggi walaupun angka kegagalan rertorasinya cukup tinggi (Mittal, 2016).
Dari sifat retensi yang tinggi yang dimiliki tersebut diduga dapat
meningkatkan stabilitas fungsional.

3.3.9. Makna shade control pada strip crown?

Shade control itu berfungsi agar restorasi estetik menyerupai warna


gigi asli, sehingga pada restorasi strip crown biasanya digunakan komposit
sebagai filler. Sehingga shade control sangat diperlukan untuk
memperbaiki estetika dari strip crown (Florentina, et al., 2015).

3.3.10. Mengapa zirconia dikatakan memiliki nilai estetik yang bagus? Apakah
dapat dilakukan pemilihan warna sewarna gigi pada zirconia crown?

Zirconia memiliki transmisi cahaya dan sifat menyebar yang hampir


menyerupai warna dentin dan enamel yang alami serta lebih elastis
dibandingkan dengan keramik konvensional. Ya, pemilihan zirconia
sewarna gigi dapat dilakukan dan disesuaikan dengan gigi pasien. Dalam
pembuatannya digunakan teknologi Dental CAD/CAM yang merupakan
sarana pengambilan data model suatu gigi yang telah di preparasi dengan
menggunakan kamera intraoral yang dihubungkan ke komputer, kemudian
data tersebut digunakan sebagai desain (Paek et al, 2016).

3.3.11. Zirconia memiliki ketahanan dari fraktur bergantung ketebalannya.


Berapakah ketebalan minimum zirconia crown?

Rekomendasi pabrik menyatakan bahwa preparasi konservatif


memerlukan minimal ketebalan zirkonia monolitik sebesar 0,5 mm.
Ketebalan koping zirkonia tidak mempengaruhi kekuatan tensile restorasi
zirkonia-porselen. Jumlah kristal zirkonia mempengaruhi kekuatan
fleksural restorasi zirkonia. Peningkatan jumlah kristal zirkonia
memberikan kekuatan fleksural yang lebih tinggi. Ketebalan material
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketahanan fraktur tetapi
jika ketebalan material melebihi batas kritis maka ketebalan material tidak
lagi mempengaruhi ketahanan fraktur (Church et al, 2016).
BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Ada beberapa macam pilihan mahkota pediatrik yang dapat


digunakan untuk restorasi estetik pada gigi sulung. Setiap mahkota
pediatrik memiliki kekurangan dan kelebihan dan juga indikasi dan
kontarindikasi penggunaannya. Mahkota pediatrik meliputi: Open-faced
stainless steel crowns, Veneered Stainless Steel Crown, mahkota
polikarbonat, Strip Crown, New Millennium Crown, Pedo Pearl, Artglass
Crown / Glastech, Pre – formed Metal Crown (PMCs), Preveneered
stainless steel crowns (PVSCCs), Zirconia pediatric crown. Faktor
penting ketika memilih mahkota (pediatric crowns) adalah segitiga
pediatrik atau “triangle of agreement”. Konsep ini menyiratkan bahwa
dokter, orangtua, dan anak harus memutuskan bersama-sama perawatan
terbaik ketika menempatkan mahkota dengan cakupan yang penuh pada
gigi sulung.

B. SARAN

Laporan hasil seminar jurnal reading yang telah dilakukan


mengenai restorasi estetis pada gigi sulung masih membutuhkan
bimbingan dari para ahli pakar bidang pedodonsia agar hasilnya dapat
lebih baik dan lebih berguna kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Church et al. 2016. Translucency and Strength of High-Translucency Monolithic


Zirconium Oxide Materials. General Dentistry Journal.
Florentina, et al. 2015. Clinical Performance of Strip Crowns in Restoring
Primary Incisors: Preliminary Study. Publising House of The
Romanianacademy: Romania.
Garg, V. et. al. 2016. Crowns in Pediatric Denstistry: A Review. Journal of
Advanced Medical and Dental Sciences Research Vol 4. Dept. of
Pedodontics and Preventive Dentistry: Gujarat.
Gunawan Joseph, Takarini Veni & Hasratiningsih Zulia. 2017. Performa Porselen
Fusi Logam dan Porselen penuh. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjajaran
Mittal, Gaurav Kumar et. al. 2016. Esthetic Crowns In Pediatric Dentistry: A
review. International Journal of Contemporary Medical Research.
Paek, Janghyun et al. 2016. Fabrication of a CAD/CAM Monolithic Zirconia
Crown to Fit an Existing Partial Removable Dental Prosthesis. Journal of
Advanced Prosthodontics.
Rao, Arathi. 2012. Principle and Practice of Pedodontics. New Dehli : Jaypee
Brother Medical Publisher (P) Ltd. Hal. 269-273.
Shuman, Ian. 2016. Pediatric Crowns: From Stainless Steel to Zirconia. Journal
Academic of General Dentistry. PACE.
Thambas A dan Dewi Ratna S. 2012. Pengembangan dan Modifikasi Estetik
dalam Pembuatan Crown dan Bridge. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Prof.Dr. Moestopo (B) & Fakultas Kedokteran Gigi Universits
Indonesia.
Webster, Joseph., Murphy, Douglas. 2019. Atlas of Orthoses and Assistive
Devices. 5th Edition. Elseiver: Philadelphia. Hal 37.
Yilmaz Yucel & Kocogullary Mutlu Elcin. 2004. Clinical Evaluation of 2
Different Methods of Stainless Steel Esthetic Crown. Journal of dentistry
for children (Chicago, Ill.)

Anda mungkin juga menyukai