Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

KASUS DAN PEMBAHASAN

Liputan6.com, Jakarta Jean Dowd, 68 tahun, meninggal karena kanker dan mendapat
pengobatan yang salah akibat hasil pemeriksaannya tertukar dengan pasien lain. Sebelum
mendapat penanganan di rumah sakit, Jean harus melakukan tes lab. Namun, sample itu justru
tertukar dengan pasien lain, sehingga penyakitnya salah didiagnosis.
Jean sebenarnya mengalami kanker terminal paru-paru. Seharusnya ia perlu mendapatkan
penanganan berupa kemoterapi, yang mungkin berpeluang besar untuk menyelamatkan
nyawanya. Sayangnya, ia justru malah mendapat pengobatan yang salah.
Menjelang kematiannya, barulah tim medis menyadari bahwa ia menderita kanker paru-
paru. Jean sempat mendapatkan kemoterapi, tapi hal itu sudah terlambat.
Insiden Jean kemudian dibawa sampai ke pengadilan untuk mengusut tuntas akar
permasalahannya. Dr. Amy Roy dipanggil untuk menjadi saksi atas kesalahan tersebut.
Sebagai dokter kanker, Dr. Roy menjelaskan bahwa diagnosis Jean baru diketahui beberapa
bulan sebelum kematiannya, setelah ia mendapat pengobatan yang salah. Selain itu, gara-gara
pengobatan yang tidak tepat, Jean juga menderita efek samping seperti ruam kemerahan yang
berbau serta sakit mulut.
Sebelum masuk rumah sakit, wanita itu mengalami konstipasi yang parah dan dilarikan
ke rumah sakit Derriford. Namun setelah pengobatan berjalan, Dr. Roy kemudian diberitahu
lewat emailbahwa hasil tes lab Jean tertukar dengan pasien lain.
Kondisi tersebut membuat Dr. Roy turun tangan dan mengambil langkah untuk menghentikan
pengobatan Jean. Pada saat itu, keadaan Jean sudah tak lagi bisa mendapat pengobatan yang
tepat untuknya.
Akan tetapi, tim dokter masih berupaya untuk melakukan kemoterapi terhadap penyakit
kankernya, walaupun kondisi wanita itu sudah sangat lemah. Kondisinya yang terus menurun
membuat Jean dilarikan ke rumah sakit, St. Luke's Hospice, sampai akhirnya ia meninggal di
sana.
Setelah tahu bahwa datanya tertukar dengan pasien lain, investigasi diadakan. Kesalahan
ini kemudian dikirimkan ke rumah sakit Derriford, untuk bertanggung jawab atas kasus tersebut.
Pihak rumah sakit kemudian mengucapkan permohonan maaf kepada keluarga Jean atas
kesalahan tersebut. Mereka juga berkomitmen untuk mencegah kesalahan yang sama supaya tak
terulang kembali di rumah sakit mereka.

Analisa :
Dalam kasus diatas terdapat kesalahan dalam verifikasi identitas klien saat pengambilan
sampel darah hal ini menyebabkan kesalahan dignosa oleh dokter. Hal tersebut menyebabkan
kesalah pengambilan tindakan medis yang seharusnya dapat dilakukan untuk menyelamatkan
nyawa klien. Hal ini merupakan kesalahan fatal yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah
sakit tersebut, utamanya perawat. Pengambilan sampel darah seharusnya dilakukan oleh petugas
lab yang berwenang. Tetapi di rumah sakit tertentu pengambilan sampel dilakukan oleh perawat
ruangan. Seorang perawat yang akan melakukan tindakan kepada kliennya kahus memverifikasi
identitas klien dan dicocokan denga gelang yang di gunakan klien. Hal ini bertujuan untuk
meminimalisir kesalahan tindakan yang akan dilakukan.
Saat klien regidtrasi di RS, telah diberikan gelang identitas yang dibedakan warna sesuai
jenis kelamin. Data dalam gelang tersebut harus diverifikasi sebelum melakukan tindakan
pemberaian obat, pengambilan sampel darah, pemeriksaan radiologi, tindakan kedokteran,
transfer klien serta saat dilakukan konfirmasi kematian. Pelaksanaan verifikasi identitas klien
dilakukan dengan menanyakan nama dan tanggal lahir, atau nama dan alamat jika klien tidak
mengetahui tanggal tahirnya. Pelaksanaan verifikasi dilakukan kepada klien yang sadar dan
berada dalam kapasitas untuk menjawab pertanyaan yang diajukan perawat, tanyakan kepada
keluarga jika klien tidak memungkinkan untuk menjawab, seperti bayi dan balita, atau klien
dalam keadaan koma. Kemuadian dilakukan pencocokan dengan gelang yang terpasang pada
klien.
Dari hasil penelitian didapat, perawat memahami dengan baik proses verifikasi identitas
klien dengan baik, perawat juga menyadari ketepatan identifikasi juga menjadi bentuk
perlindungan kepada petugas kesehatan karena semakin meningkatya kesadaran hokum
masyarakat. Tetapi dalam pelaksaannya perawat tidak melakukan verifikasi saat melakukan
tindakan keperawatan. Hal ini terutama saat melakukan tindakakn keperawatan yang bersifat
rutin dan menurut mereka tidak menimbukan risiko bagi pasien dengan alasan sudah merasa
hafal dengan pasien, sibuk atau tidak sempat serta menghindari kebosaan pasien jika diminta
terus menerus meyebukan identitasnya.

Anda mungkin juga menyukai