Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Menurut kabo (2010) hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis di mana tekanan
darah meningkat di atas tekanan darah yang disepakati normal.
Hipertensi adalah factor penyebab utama kematian karena stroke dan factor yang
memperberat infark miokard(serangan jantung). Kondisi tersebut merupakan gangguan yang
paling umum pada tekanan darah. Hiper merupakan gangguan asimptomatik yang sering terjadi
dengan peningkatan tekanan darah secra persisten.diagnosa hipertensi pada orang dewasa dibuat
saat bacaan diastolic rata-rata dua atau lebih,paling sedikit dua kunjungan berikut adalah
90mmHg atau lebih tinggi atau bila tekanan darah multiple sistolik rerata pada dua atau lebih
kunjungan berikutnya secara konsisten lebih tinggi dari 140mmHg. (Potter & Perry, 2005).

Di Amerika atau sekitar 60 juta individu dan hampir 1 milyar penduduk dunia menderita
hipertensi, dengan mayoritas dari populasi ini mempunyai risiko yang tinggi untuk mendapatkan
komplikasi kardiovaskuler. Data yang diperoleh dari Framingham Heart Study menyatakan bahwa
prevalensi hipertensi tetap akan meningkat meskipun sudah dilakukan deteksi dini dengan dilakukan
pengukuran tekanan darah (TD) secara teratur.(Joint National Committee,JNC VII). Di Indonesia
banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan
hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari
sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena
tidak menghindari dan tidak mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi
esensial.Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972,
1986, dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler yang menyolok
sebagai penyebab kematian dan sejak tahun 1993 diduga sebagai penyebab kematian nomor satu.
Penyakit tersebut timbul karena berbagai factor risiko seperti kebiasaan merokok, hipertensi,
disiplidemia, diabetes melitus, obesitas, usia lanjut dan riwayat keluarga. Dari faktor risiko diatas
yang sangat erat kaitannya dengan gizi adalah hipertensi, obesitas, displidemia, dan diabetes
melitus (http://ridwanamiruddin.com/2007/12/08/hipertensi) .Medical record rumahsakitislam
samarinda,2011 menggatakan Dewasa ini, penyakit infeksi telah menggalami pergeseran oleh
penyakit degenerative. Hal ini memberikan perhatian kepada tenaga kesehatan khususnya
keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan yang mendalaam terhadap penyakit degenerative,
penyakit hipertensi merupakan penyakit yang banyak di alami masyarakat dalam beberapa tahun
terakhir. Berdasarkan data diruang perawatan penyakit dalam khususnya ruang jabal rahmah rumah
sakit islam samarinda selama enam bulan terakhir tahun 2011. Hipertensi menempati urutan
pertama, yaitu 190 kasus,dengan jumlah pasien laki-laki 88 orang dan perempuan 102 orang.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder.Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari
seluruh pasien hipertensi dan 10% lainnya disebabkan oleh disebabkan oleh hipertensi sekunder.
Hanya 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat di ketahui penyebabnya dan dari golongan
ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu upaya
penaggulanan hipertensi terhadap hipertensi primer baik menggenai pathogenesis maupun
tentang penggobatannya. Hipertensi tidak boleh di anggap penyakit yang ringan karena
jika terlambat memberikan pertolongan penyakit ini akan merenggut nyawa
penderita.(www.askep hipertensi.com). Saat ini banyak penderita hipertensi yang tidak
tahu/tidak mengerti penyakitnya bahkan banyak yang tidak tahu resiko dari penderita hipertensi
apabila tidak di atasi. Beberapa komplikasi penyakit yang sering terjadi akibat penyakit
hipertensi yang tidak cepat di atasi adalah stroke, insomnia, fertigo.

Mengingat berbagai masalah yang bisa terjadi kepada penderita hipertensi, maka penulis
menggambarkan studi kasus pada penderita hipertensi melalui proses keperawatan. Sehingga
dapat membantu para pelaksana kesehatan dalam menangani kasus hipertensi yang di harapkan
nantinya dapat berguna bagi seluruh masyarakat maupun para penderita hipertensi.

1.2.1 TujuanUmum
Dapat memberikan gambaran tentang hipertensi

1.2.2 TujuanKhusus
Setelah menggambaran Asuhan Keperawatan ,diharapkan akan dapat :
1. Melakukan pengkajian pada klien dengan Hipertensi Melakukan pengkajian pada klien dengan
Hipertensi secara benar di secara benar
2. Merumuskan masalah keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan Hipertensi.
3. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Hipertensi
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Hipertensi
5. Membuat evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan Hipertensi
6. Melakukan pendokumentasian secara baik dan benar sesuai dengan rencara tindakan dan
evaluasi.

1.3 ManfaatPenulisan
Adapun manfaat penulisan adalah sebagi berikut :
1. Untuk meningkan kualitas dan taraf hidup yang sehat di lingkungan masyarakat
2. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan keperawatan
3. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi klien.

Sistematika penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab, yang secara sistematika di susun dengan urutan sebagai
berikut:
Bab 1 : Pendahulaan yang terdiri dari latar belakang,tujuan umum dan khusus, manfaat
penulisan, , metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab 2 : Tinjauan pustaka, menguraikan tentang konsep hipertensi dan konsep kprawatan
hiipertensi.
Bab 3 : tinjauan kasus , mengerukaikan tentang pembahasan pelaksanaan keperawatan pada klien
dengan hipertensi yang meliputi pembahasan pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan
,pelaksanaaan, danevaluasi.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep hipertensi


2.1.1 Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah factor penyebab utama kematian karena stroke dan factor yang
memperberat infark miokard(serangan jantung). Kondisi tersebut merupakan gangguan yang
paling umum pada tekanan darah. Hiper merupakan gangguan asimptomatik yang sering terjadi
dengan peningkatan tekanan darah secra persisten.diagnosa hipertensi pada orang dewasa dibuat
saat bacaan diastolic rata-rata dua atau lebih,paling sedikit dua kunjungan berikut adalah
90mmHg atau lebih tinggi atau bila tekanan darah multiple sistolik rerata pada dua atau lebih
kunjungan berikutnya secara konsisten lebih tinggi dari 140mmHg (Potter & Perry, 2005).

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140mmHg dan
teknan diastolic di atas 90 mmHg (smelz&bare, 2002).

Pada manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan darah
distolik 90mmHg.(suddrath and brunner,2002).

2.1.2 Klasifikasi hipertensi


Klasifikasi sesuai WHO

Klasifikasi pada klien dengan hipertensi berdasarkan standart WHO


Klasifikasi Sistolik Distolik
Normotonesi < 140 mmHg <90mmHg
Hipertensi ringan 140-180 mmHg 90-105 mmHg
Hipertensi perbatasan 140-160 mmHg 90-95 mmHg
Hipertensi sedang dan berat >180 mmHg >105 mmHg
Hipertensi sistolik terisolasi >140 mmHg <90 mmHg
Hipertensi sistolik 140-160 mmHg <90 mmHg
perbatasan

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Distolik Tekana


n Darah
Pada
Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg Dewasa
Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg menurut
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg JNC
Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg VII

2.1.3 Etiologi
hipertensi tidak dapat memiliki sebab yang di ketahui (essensial, idiopatik, atau primer) atau
berkaitan dengan penyakit lain(sekunder).(Dorlan,1998).
Berdasarkan penyebab hipertensi di bagi menjadi dua golonagan yaitu :
1. Hipertensi essensial dan hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi idiopatik.terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhi nya seperti
genetic, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,system reninangiotensin,efek dalam
ekskersi Na, peningkatan Na dan Ca ekstrseluler dan factor-faktor yang meningkatkan resiko
eperti obesitas, alcohol, merokok serta polisitemia.

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifikny
dikietahui seperti gangguan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal,
hiperaldosteronisme promer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarksasio aorta, hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan(mansjoer A dkk,2001).

2.1.4 Tanda dan gejala


a. Tekanan darah meningkat,tachikardi
b. Palpitasi, berkeringat dingin, pusing, nyeri kepala bagian suboccipital,mati rasa(kelemahan salah
satu anggota tubuh).
c. Kecemasan,depresi, dan cepat marah.
d. Diplodia(penglihatan ganda).
e. Mual dan muntah
f. Sesak nafas, tachipne.

2.1.5 Patofisologi
Hipertensi sebagai suatu penyakit dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik dan
/atau diastolic yang tidk normal.Batas yang tepat dari kelainan ini tidak pasti. Nilai yang dapat
dan diterima berbeda sesuai usia dan jenis kelamin(sistolik 140-160mmHg ;diastolic 90-
95mmHg). Tekanan darah dipengengaruhi oleh curah jantung tekanan perifer dan tekanan atrium
kanan.
Didalam tubuh terdapat system yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara
akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan
tekanan darah dalam jangka panjang reflek kardiovaskuler melalui system saraf termasuk system
control yang beraksi segera.Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh system
yang menggatur jumlah cairan tubuh yang melibtkan berbagai organ terutama ginjal.
Berbagai factor seperti factor genetic yang menimbulkan perubahan pada ginjal dan
membrane sel,aktivitas saraf simpatis dan system rennin-angiotensin yang mempenggaruhi
keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolism kalium dalam ginjal, serta obesitas dan
factor endotel mempunyai peran dalam peningkatan tekanan darah. Strees dengan peninggian
saraf simpatis menyebabkan kontruksi fungsional dan hipertensi structural.

2.1.6 Komplikasi
Pada jadi pada hipertensi berat yaitu apabila tekanan darah diastolic sama atau lebih besar dari
130mmHg,atau kenaikan tekanan darah yang terjadi secara mendadak, alat-alat tubuh yang
sering terseang hipertensi antaraa lain:
1. Mata :berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan.
2. Ginjal : berupa gagal ginjal
3. Jantung : berupa payah jantung, jantung koroner.
4. Otak : berupa pendarahan akibat pecahnya mikro anerisma yang dapat menggakibatkan
kematian, iskemia dan proses emboli (mansjoer,dkk,2001).

2.1.5 Pemeriksaan diagnostic


Pemeriksaan laboratorium rutin ysng dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan untuk
menean pemeriksaan lain seperti ntukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau
mencari penyebab hipertensi. Biasannya di periksa, urinaria, darah ferifer lengkap, kimia
darah(kalum,natrium, kreatinin,gula darah puasa,kolestrol total, kolestrol HDL dan EKG.
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemriksaan lain seperti klirens kreatini,protein, urine 24
jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH dan echokardiografi (mansjoerr A,dkk,2001).
2.1.6 Penatalaksanan medis
Tujuan dari pada penatalaksaan hipertensi adalah menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler
dan morbilitas yang berkaitan. Sedangkan tujuan terapi pada penderita hpertensi adalah
mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140mmHg dan tekanan distolikdi
bawah 90mmHg dan mengontrol adanya resiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gayaa
hidup saja atau dengan obat antihipertensi (mansjoer A,dkk,2001).
Kelompok resiko di katagorikan menjadi :
1. Pasien dengan tekanan darah perbatasan atau tingkat 1,2,3 tanpa sengaja penyakit
kardiovaskuler, kerusakan organ atau fakor resiko lainnya. Bila dengan modifikasi gaya hidup
tekanan darah belum dapat di turunkan maka harus di turunkan obat anti hipertensi.
2. Pasien Tanya penyakit kardiovaskular atau kerusakn organ lainnya, tetapi memiliki satu tau lebih
factor resiko yang terera di atas, namun bukan diabetes mellitus. Jika terdapat beberapa factor
maka harus langsung di berikan obat anti hipertensi.
3. Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskular atau kerusakan organ yang jelas, factor
resiko : usia lebih dari 60 tahun, merokok, dislipedemia, diabetes mellitus, jenis kelamin (pria
dan wanita menopause), riwayat penyakit k kardiovaskular dalam keluarga. Kerusakan organ :
penyakit jantung ( hpertrofi ventrikel kiri, infark miokard, angina pectoris, gagal jantung,
riwayat revaskularisai korener, stroke, transientischemic attack, nefropati,penyakit arteri perifer
dan retinopati) (mansjoer A, dkk,2001).

Penatalaksanaan berdasarkan klisifikasi resiko klien dengan hipertensi

Tekanan darah Kelompok resiko Kelompok resiko Kelompok resiko


A B C
130-139 / 85- Modifikasi gaya Modifikasi gaya Dengan obat
89 hidup hidup

140-159 / 90- Modifikasi gaya Modifikasi gaya Dengan obat


99 hidup hidup

>160 / > 100 Dengan obat Dengan obat Dengan obat

Sumber : Mansjoer, dkk, 2001

Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan resiko kardio vaskuler dengan biaya
sedikit dan resiko minimal. Tatalaksanan ini tetap di anjurkan meski harus di sertai obat anti
hipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis, langkah-langkah yang dianjurkan :
A. Menurunkan BB bila terdapat kelebihan (indek masa tubuh > 27)
B. Membatasi alcohol
C. Meningkatkan aktifitas fisik aerobic, (30-45 menit per hari)
D. Mengurangi asupan natrium ( 100 mmol Na/gram NaCl perhari )
E. Mempertahankan asupan kalsium yang adekuat ( 90 mmol per hari)
F. Mempertahankan asupan kalsium dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam
makanan (Masjoer, dkk, 2001)

2.1.7 Jenis-jenis obatan hipertensi antara lain :


Diuretik : HCT, Higroton, lasik
Betabloker : Propanolol (inderal)
Alfabloker : Phentolamin, prozazine (minipres)
Siphatolik : Catapres, reseptin
Fasodilator : hidralazine, dizoxide, nitruprusdide, catopril
Ca antagonis : nefidipine (adalat)

2.1.8 Konsep Keperawatan Hipertensi


a. Pengkajian
Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan individu sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar praktik
keperawatan dari ANA (American Nursing Association). Tujuan pengkajian keperawatan adalah
mengumpulkan data, mengelompokan data, dan menganalisa data sehingga ditemukan diagnose
keperawatan. Pengkajian keperawatan terdiri dari 3 tahap yaitu pengumpulan data atau
pengorganisasian, menganalisa dan merumuskan diagnose keperawatan ( Gaffar, 1999)

1. Pengumpulan data
Secara umum ada beberapa cara pengumpulan data yaitu :
a) Observasi adalah cara pengumpulan data melalui hasil pengamatan ( melihat, meraba,
mendengarkan) tentang kondisi klien dalam kerangka Asuhan Keperawatan.
b) Anamnase / wawancara adalah cara pengumpulan data melalui Tanya jawab kepada klien atau
keluarga klien.
c) Pemeriksaan fisik adalah cara pengumpulan data melalui inspeksi, palpasi, dan auskultasi.
2.Pengelompokan Data
Setelah selesai mengumpulkan data maka selanjutnya data-data yang terkumpul di kelompokkan.
3.Analisa data dan perumusan diagnose keperawatan
Tahapan terakhir dari pengkajian adalah analisis data untuk menentukan diagnose keperawatan.
Karena keterbatasan literature, maka menyusun pengkajian keperawatab berdasarkan data
respon individu yang mungkin muncul terhadap perjalanan patofisiologi penyakit Hipertensi,
kemudian disesuaikan dengan diagnose menurut Marilyn E. Doenges, yaitu :
1. Aktifitas / istirahat
a) Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
b) Tanda : frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung dan takipnea.
Adapun tingkat gradasi kekuatan otot ( Priharjo R., 1995)
Adalah sebagai berikut :
Skala 0 : paralisis total
Skala 1 : tidak ada gerakan, teraba / terlihat adanya kontraksi otot.
Skala 2 : gerakan otot penuh menentang gravitasi, dengan sokongan.
Skala 3 : gerakan normal menentang gravitasi.
Skala 4 : gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit
Penahanan.
Skala 5 : gerakan normal penuh, menentang gravitasi dengan
Penahanan penuh.
2.Sirkulasi
a) Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit
serebbrovaskuler, episode papitasi dan perspirasi.
b) Tanda : kenaikan TD ( pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk
menegakkan diagnose ); Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, dan radialis; ekstermitas :
perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontraksi perifer ) pengisian kapier mungkin lambat /
tertunda (vasokontraksi)
3. Neurosensori
a) Gejala : episode kebas dan / atau kelemahan pada satu sisi tubuh
b) Tanda : penurunan kekuatan genggaman tangan dan / atau reflex tendon dalam
4. Nyeri / ketidaknyamanan
a) Gejala : nyeri hilang timbul pada tungkai / klaudikasi ( indikasi arteriosklerosis pada arteri
ekstermitas bawah ).
5. Pernapasan
a) Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas / kerja, riwayat merokok
b) Tanda : bunyi napas tambahan (krakles / mengi)
6. Keamanan
a) Gejala : gangguan koordinasi / cara berjalan
b) Tanda : episode unilateral transien, hipotensi postural.
7.Pembelajaran / penyuluhan
a) Gejala : factor-faktor risiko keluarga, penggunaan obat/ alcohol.

b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia ( status
kesehatan atau risiko perubahan pola ) dari individu atau kelompok di mana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasikan dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan . (Carpenito, 2000 ) yang dikutip oleh Nursalam.
Diagnose keperawatan dengan penyakit hipertensi menurut NIC-NOC 2012 :

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan iskemia
miokard.
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan tirah baring dan imobilitas.
3. Nyeri akut: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekenan vaskuler serebral.
4. Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan masukan
berlebihan.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tetaparnya informasi.
c. Intervensi
Perencanaan yaitu tahapan dari proses keperawatan atau tahap penentuan apa yang akan di
lakukan untuk membantu klien. Pada tahapan ini mempunyai mempunyai 4 komponen yaitu
menetapkan prioritas, merumuskan tujuan, kriteria hasil, dan menentukan rencana tindakan
sehingga tujuan nyata mengetahui rencana tindakan apa yang akan di lakukan
selanjutnya.(Gaffar,L.O.J, 1999 ).
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang di harapkan dari
pasien dan/ atau tindakan yang harus dilakukan perawat. (Marillyn, 2000).

Intervensi keperawatan dengan penyakit hipertensi :


- Pantau TD
- Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral
- Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas
- Amati warna kulit, kelembaban,suhu, dan masa penggisian kapiler.
- Catat odema tertentu.
- Berikan lingkungan tenang dan nyaman

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan iskemia
miokard
- Anjurkan dan intruksikan klien tentang teknik penghematan energy mis. menggunakan kursi
saat mandi
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan fisik tidak bugar
- kaji respon pasien terhadap aktivitas
- Anjurkan dan intruksikan klien tentang teknik penghematan energy mis. menggunakan kursi
saat mandi
- Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap, jika dapat toleransi.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
- Berikan latihan ROM aktif.
3. Kesiapan peningkatan pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
- Kaji kesiapan dari hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat
- Tetapkan dan nyatakan batas TD normal
- Hindari menggurangi kata TD”normal” dan gunakan istilah “terkontrol dengan baik” saat
menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan.
- Atasi masalah dengan pasien untuk mengidentifiksi cara di mana perubahan gayahidup yang
tepat dapat di buat utuk menggurangi faktor-faktor di atas.
- bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien dalam membuat rencana untuk
berhenti merokok.
(doenggos,edisi 3 hal 39,2005).

d. Implementasi
Implemantasi merupakan pelaksanaan perencanan keperawatan oleh perawat pada
klien.(Gaffar,L.O.J, 1999 )
Menurut (Nursalam,2001), mengemukakan bahwa pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan pelaksanaan adalah membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan,pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.

e. Evaluasi
fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang di
berikan.
Tahap akhir dari proses keperawatan adalah mengevaluasi respon klien terhadap perawatan yang
di berikan untuk memastikan bahwa hasil yang di harapkan telah di capai.( Doenges, M.E, 1999
).
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,rencana tindakan dan pelaksanaan sudah
berhasil dicapai melalui evaluasi

BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
1.Data demografi
a. Biodata
Nama (inisial) : Tn.M
Usia : 42 thn
Jenis kelamin : laki-laki
Suku/bangsa : bugis/indonesia
Status pernikahan : menikah
Agama/keyakinan :islam
Pekerjaan/sumber penghasilan : swasta
Diagnose medic : hipertensi
No. Medikal record : 00.08.09
Tgl masuk : 08 september 2012
Tgl pengkajian : 08 september 2012

b. Penanggung jawab
Nama : Nn. N
Usia : 37 Thn
Jenis kelamin : wanita
Pekerjaan : swasta
Hubungan dengan klien : istri
2. Keluhan utama
“ Tangan dan kaki kiri saya terasa lemah jika di gerakkan”

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pada hari sabtu klien merasa keram pada tangan dan kaki sebelah kiri kemudian di periksa
tekanan darahnya.Hasilnya ternyata melebihi batas normal yaitu 220/110mmHg dan oleh dokter
klien di beri obat. Tetapi karena klie tidak tahan dengan keluhannya kaki dan tangannya hamper
tidak terasa maka keluarga klien membawa ke RSI Samarinda. Klien masuk RSI Samarinda pada
tanggal 08.september 2012 dan di rawat di ruang Jabal Rahma.
Pada saat dikaji klien mnggatakan “ Tangan dan kaki kiri saya terasa lemah jika di
gerakkan”

b. Riwayat kesehatan lalu


Klien sebelumnya pernah menggalami asam urat , hipertensi terjadi sejak 5 tahun yang lalu dan
semasa kecilnya klien pernah menggalami penyakit batuk, pilek, dan demam.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga Tn.M tidak ada yang menggalami penyakit menular ataupun kronis.
4. Riwayat psikososial
Hubungan klien dengan keluarga terlihat baik.Klien tidak terlalu terbebani dengan biaya
RS.“ saya kurang tahu tentang penyakit saya”.
5. Riwayat spiritual
Klien dan keluarga selama di rumah melaksanakan ibadah bersama.Keluarga klien selalu
memberikan dukunagan dan do’a agar Tn.M cepat sembuh.Tetapi selama di rumah sakit klien
sakit hanya mampu berdo’a kepada Allah SWT.

6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum klien
Klien tidak menunjukkan adanya tanda-tanda ddistress. Penampilan klien rapi sesuai dengan
usia. Klien berpakaian bersih inggi badan 163cm dan BB Kg. klien berjalan agak berjalan secar
hati-hati karena kaki kirinya terasa lemah.

b. Tanda-tanda vital
Suhu 36,2 nadi 80x/menit, denyutan nadi teraba kuat dan ritmenya lambat tapi teratur,
pernapasan 20x/menit dan regular, tekanan darah : 160/100mmHg.
c. System pernapasan
1. Hidung : posisi septum nasal di tengah, bentuk simestris. Klien dapat menghemb
uskan udara dari lubang hiduung dengan baik,lubang hidung degan setnumbaik, lubang tidak
dapat massa/ benjolan dan tidak dapat secret.
2. Leher : trakea lurus, tidak ada masalah kelenjar thyroid.
3. Dada : bentuk dadanormoches, gerakan dada simetis kiri dan er kanannya, suara nafas
bronkhovesikuler terdengar jelas dan tidak ada suara napas tambahan. Clubbing finger: tidak
d. Sistem kardiovaskuer
Konjungtiva tidak anemis, arteri karotis teraba kuat, ukuran jantung tidak di kaji, suara jantung
S1 : lup, S2 : dup dan capillary refilling time <3 detik.
e. System pencernaan
Sklera tidak ikterus, bibir tidak pucat dan tidak terdapat stomatitiis, mulut bersih dan tidak ada
kesulitan menelan. Gaster tidak teraba adany benjolan / massa. Abdomen tidak mengalami
distensi, bentuk abdomen ronded dan tidak ada keluhan nyeri.
f. System indra
1) Mata
Kelopak mata tidak odema, virus 20/70 dan lapangan pandang meluas 1800
2) Hidung
Penciuman klien idak baik dan dapat membedakan bau – bauan yang familiar, tidak terasa nyeri,
tidak pernah mengalami perdarahan di hidung.Pada lubang hidung tidak terlihat adanya secret.
3) Telinga
Keadaan daun telinga dan tidak pernah di operasi, lubang telinga tidak terlihat adanya massa /
benjolan , membrane timpani berwarna abu- abuan mutiara, fungsi pendengran klien masih
bagus dank lien mengtakan tidak menggunakan alat bantu oendengaran (ABP)
g. System syaraf
1) Funsi cerebral : Masih dalam batas normal, nilai >20.
a) Status mental : Klien tahu kalau sekarang ia berda di RSI Samarinda; Klien masih inat penyakit
yang pernah di deritanya sewaktu kecil dank lien dapat mengulangi nama benda yang telah
disebutkan seperti kertas, balpoin dan pensil; Klien mampu menghitung mundur dari 25 – 3;
klien mau mengikuti perintah perwat untuk menyuruh klien menutup mata.
b) Kesadaran : kompos mentis dengan E4V5M6, GCS : 15
c) Bicara : expresi : klien dapat berbicara dengan jelas, dan resetive : klien dapat menjawb
pertanyaan yang di berkan dengan baik.
2) Test fungsi cranial nervus.
a) Nervus cranial 1 ( olvakturius ) : klien dapat menyebutkan bau- bauan yang familiar seperti kopi,
asam, balsam saat matanya di tutup.
b) Nervus cranial 2 ( optikus ) : klien dapat membaca huruf / angka pada snilen chart pada jarak
±35 cm dengan nilai 20 / 70 dan lapang pandang klien meluas 180º
c) Nervus cranial III, IV, VI ( okulomotorius, trokleus dan abdusen ) : pupil miosis terhadap
ransangan cahaya, gerakan mata sejajar mengikuti gerkan letek objek ± 60 cm sejajar midline
mata, klien dapat melihat kekiri dan kanan tnpa menoleh.
d) Nervus cranial V ( trgeminus ) : klien dapat merasakan ransangan sesoris yang di berikan seprti
merabakan pilinan kapas pada kelopak mata.
e) Nervus cranial VII ( acustikus ) : klien dapat mendengar bisikan dari jarak ±1 meter baik dari
bagian kiri ataupun kanan, klien bisa berjalan dengan seimbang tetapi agak hati-hati.
f) Nervus cranial IX ( glosofaringeus ) : klien dapat mengucapkan “Ah” dan terlihat uvula klien
tertarik ke atas.
g) Nervus cranial X ( vagus ) : klien dapat berbicara dengan baik dan jelas, serta dapat menelan
buah- buahan dengan baik.
h) Nervus cranial XI ( Accesorius ) : klien dapat mengangkat bahu saat di berikan tahanan.
i) Nervus cranial XII ( Hypoglosus ) posisi klien normal dank lien dapat menggerkan lidahnya
kekiri , ke kanan , ke atas dan ke bawah.

3) Fungsi motorik
Massa otot tidak mengalami atropi, kekuatan otot tidak penuh

5 5
5 4
Dan untuk bergerak lebih banyak klien mersa lemah pada ekstremitas kiri. Tonus otot normal (
tidak ada kekakuan )
4) Fungsi sesorik
Klien dapat merasakan nyeri dan sentuhan kapas pada kulit.
5) Fungsi cerebellum
Klien dapat berjalan dengan seimbang tetapa hati – hati.
6) Reflek
Trisep (++), supinator (++), Ptella (++), reflek superficial (++).
7) Iritasi meningean
Tidak ada kaku kuduk, tanda – tanda kernig sign tidak ada.

8) System muskolosletal
Bentuk kepala normochepal, pada persendian, lutut kaki dan tagan tidak menggalami
kekauan saat bergerak, hanya saja terjadi kelemahan pada tangan dan kaki kiri klien, dan bahu
juga tidak menggalami kekauan saat bergerak.

9) System integumen
Rambut warna sao matang, suhu tubuh dalaam batas normal yaitu 36,2ºC, kulit teraba
lembab, kuku berwarna merah muda dan bersih.

10) System endokrin


Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid, pertumbuhan sesuai dengan usia, eksresi urine
tidak berlebih, suhu tubuh 36,2º. Riwayat kencing manis tidak ada.

11) System perkemihan


Palpebra tidak menggalami odema, tidak terjadi moonface, keadaan kandung kemih tidak
penuhh, tidak menggalami nyeri saat BAB dan tidak memiliki penyakit hubungan sexual.
12) System reproduksi
Laki laki: pertumbuhan rambut ada seperti kumis, ketiak.

13) System immune


Klien tidak pernah menggalami elergi tarhadap makanan, debu, bulu binatang dan lain-lain.

7. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
1) Sebelum di RS : klien makan 3x sehari mengkonsumsi sayuran yang rendah garam dan ikan
kering tetapi tidak banyak, pantangan dalam makanan ada berupa asin-asinan,daging, makanaan
yang berlemak.
2) Selama di RS : klien makan 3x sehari menu nasi rendah garam, sayuran dan lauk pauk sesuai
diet.
b. Cairan
1) Sebelum di RS : klien minum 7-8 gelas sehari / ±1500cc sehari dengan jenis cairan :air putih,
teh.
2) Selama di RS : klien minum 6-8 gelas sehari / ±1000cc sehari dengan jenis cairan: air putih,teh
dan cairan infuse RL 500cc.

c. Eliminasi
1) Sebelum di RS : klien BAK ±3-4 seehari dan BAB 1x sehari dengan konsitensi sedang dan
tempat pembuangan di WC.
2) Selama di RS : klien BAK ±3-5 seehari dan BAB 1x sehari dengan konsitensi sedang dan
tempat pembuangan di WC.
d. Istirahat/tidur
1) Sebelum di RS : klien tidur jam 23.00 Wita – 06.00 Wita, hanya saja klien tidak bisa tidur jika
tidak menggunakan kipas aangin.
2) Selama di RS : klien tidur jam 22.00 Wita – 06.00 Wita, terkadang klien terbangun karena
lingkungan yang panas.
e. Olahraga
1) Sebelum di RS : klien berolahraga seperti jalan santai setiap pagi.
2) Selama di RS : klien tidak menggikuti olahraga / melakukan olahraga.
f. Rokok / alcohol dan obat-obatan
Klien jarang merokok dan tidak pernah minum minuman yang menggandung alcohol
ataupun obat-obatan.
g. Personal hygiene
1) Sebelum di RS : klien mandi 3x sehari, cuci rambut 2 hari sekali
2) Selama di RS : klien mandi 2x sehari dan cuci rambut baru sekali
h. Aktivitas / mobilitas fisik.
1) Sebelum di RS : klien bekerja di bengkel dan berkumpul degan keluarga jika libur.
2) Selama di RS : klien tidak dapat melakukan aktivitas yang berat.

i. Rekreasi
Klien merasa senang dengan pekerjaanya.Selama liburan klien bersama keluarga.
8. Terapi saat ini
IVFD RL 20 tetes/menit
Neurotam Inf / hr
Neurobion 1 am.hr/drip melauli IV
Catopril 25 mg3x1 (oral)
Rantin tab 2x1(oral).

Klasifikasi data
Klisifikasi data pada Tn.M dengan hipertensi di ruang jabal rahma rumah sakit islam samarinda
2012

Data subjektif Data objektif


1. “ tangan dan kaki saya terasa lemah “ 5 5 1. Klien agak berhati-hati sat
berjalan
5 4
2. Kepala saya pusing dan berat.
2. TD: 160/100mmHg, arteri karotis teraba
kuat.
3. “ saya kurang mengetahui tentang
penyakit saya” 3. Klien tidak dapat menjawab pertanyaan
yang berkaitan dengan penyakitya.

Analisa data
Analisa data pada Tn.M dengan hipertensi di ruang jabal rahmah rumah sakit islam
samarinda 2012
Data Etiologi Masalah
DS : “Tangan dan kaki kiri Peningkatan natrium dalam Hambatan mobilitas
saya terasa lemah” darah fisik
DO : -klien terlihat berhati-
hati saat berjalan O2 yang diikat oleh Hb
-TD : 160/100 mmHg kurang
5 5
Suplai O2 ke jaringan
5 4
mmenurun
-Arteri karotis teraba kuat
Metabolism sel ke jaringan
kurang

ATP menurun

Kelemahan otot

Hambatan mobilitas fisik

Penurunan curah
DS : - Kepala saya pusing dan jantung
berat.
Peningkat natrium dalam
DO : - TD: 160/100mmHg, arteri
darah
karotis teraba kuat.

O2 yang diikat oleh Hb

Kurang

DS : “saya tidak tahu O2 ke otot jantung kurang Kesiapan


tepntang penyakit saya” Penurunan curah jantung meningkatkan
DO :-klien tidak dapat menjawab pengetahuan
pertanyaanyang berkaitan
dengan penyakitnya.

Kurang tepaparnya informasi


tentang penyakit

Salah persepsi
Kesiapan meningkatkan
pengetahuan

3.2
Diagno
sa
Kepera
watan

NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF


DITEMUKAN
1 Sabtu , Intoleran aktivitas berhubungan dengan tirah
08september baring dan imobilitas.
2012
DS : “ Tangan dan kaki kiri saya terasa lemah”
DO : - klien terlihat berhati-hati saat berjalan dengan
kekuatan otot tidak penuh
5 5
5 4
- TD : 160/100mmHg
2 Sabtu , 08 - Arteri karotis teraba kuat
september 2012 Resiko terjadinya penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan jantung

Anda mungkin juga menyukai