Anda di halaman 1dari 16

Makalah Farmakologi dan Toksikologi

“Glaukoma”

Disusun Oleh :

Kelompok NIM Ganjil


Pricilia Mantiri NIM : 20617003

Virginia Manaroinsong NIM : 20617031

Angel kawuwung NIM : 20617037

Madeleine Salainti NIM : 20617009

Angel Macpal NIM : 20617011

Desling Manahampi NIM : 20617035

Dheana Neman NIM : 20617027

Edwin Poli NIM : 20617001

Esri Namangge NIM : 20617021

Yanni F. Laiko NIM : 20617033

Jeni Natari NIM : 20617025

Kevin Kawulur NIM : 20617029

Mardino Raranta NIM : 20617013

Maristella Letunggamu NIM : 20619023

Virgina Tamon NIM : 20617005

Sasmita Kasumbala NIM : 20617007

Wildrivina Tololiu NIM : 20617017

Putri Mokoagouw NIM : 20617019

Program Studi Farmasi

Fakultas Sains Dan Teknologi

Universitas PRISMA

Manado

2018

1
Makalah Farmakologi Dan Toksikologi

“Glaukoma”

Disusun Oleh :

Kelompok NIM Ganjil

Pricilia Mantiri NIM : 20617003

Virginia Manaroinsong NIM : 20617031

Angel kawuwung NIM : 20617037

Madeleine Salainti NIM : 20617009

Angel Macpal NIM : 20617011

Desling Manahampi NIM : 20617035

Dheana Neman NIM : 20617027

Edwin Poli NIM : 20617001

Esri Namangge NIM : 20617021

Yanni F. Laiko NIM : 20617033

Jeni Natari NIM : 20617025

Kevin Kawulur NIM : 20617029

Mardino Raranta NIM : 20617013

Maristella Letunggamu NIM : 20619023

Virgina Tamon NIM : 20617005

Sasmita Kasumbala NIM : 20617007

Wildrivina Tololiu NIM : 20617017

Putri Mokoagouw NIM : 20617019

Program Studi Farmasi

Fakultas Sains Dan Teknologi

Universitas PRISMA

Manado

2018

2
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan YME yang telah memberikan karunia-Nya sehingga,kami
dapat menyusun makalah yang berjudul “Glaukoma” dengan baik.

Kami juga berterima kasih kepada dosen sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Makalah ini disusun sebagai tugas yang merupakan kewajiban kami.
Dengan demikian kami berharap agar makalah ini dapat menambah
luas pengetahuan baik bagi kami maupun bagi para pembaca dalam memahami
tentang Glaukoma beserta terapi obat secara umum.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun,untuk kesempurnaan makalah di masa yang
akan datang.Semoga makalah ini dapat menambah luas pengetahuan bagi para
pembaca.

Manado, 21 Oktober 2018

3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................................................... 3


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 4
BAB I ...................................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 6
1.3 Tujuan.......................................................................................................................................... 6
BAB II ..................................................................................................................................................... 7
ISI............................................................................................................................................................ 7
2.1 Pengertian Glaukoma ............................................................................................................... 7
2.2 Klasifikasi Glaukoma ................................................................................................................. 7
2.3 Manifestasi Klinis ....................................................................................................................... 8
2.4 Macam-macam obat antiglaukoma berdasarkan cara kerjanya. ....................................... 9
BAB III .................................................................................................................................................. 16
PENUTUP ........................................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................................. 16
3.2 Saran ........................................................................................................................................ 16
Daftar Pustaka .................................................................................................................................... 16

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai dengan ekskavasi
glaukomatosa, neuropati saraf optik, serta kerusakan lapang pandangan yang khas
dan utamanya diakibatkan oleh tekanan bola mata yang tidak normal.1 Galukoma
ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokular yang disertai oleh pencekungan
diskus optikus, atrofi papil saraf optik dan pengecilan lapangan pandang yang dapat
berakhir dengan kebutaan.2,3

Karena galukoma disebabkan oleh adanya tekanan bola mata yang tidak normal,
maka pengobatan yang diberikan adalah pengobatan untuk mengurangi tekanan
intraokular. Obat anti glaukoma untuk menurunkan tekanan intraokular mempunyai
bermacam-macam cara kerja dan efeknya bervariasi pada tiap individu. Pengobatan
glaukoma sudut terbuka primer atau kronik bisa dimulai dengan obat-obatan yang
menurunkan produksi humor akuos atau obat yang memperbesar curahan humor
akuos keluar bola mata.4,5 Biasanya pengobatan dimulai dengan pemberian obat
tunggal. Bila tidak berhasil maka digunakan obat kombinasi.

Di Indonesia glaukoma kurang dikenal oleh masyarakat, padahal cukup banyak


yang menjadi buta karenanya. Kebutaan akibat galukoma dapat dicegah apabila
diagnosis sudah dibuat sejak dini. Pertolongan pertama pada glaukoma seringkali
menentukan apakah mata yang bersangkutan akan buta atau tidak. Oleh karena itu
sangat penting untuk mendiagnosis secara dini dan selanjutnya diterapi secara
adekuat agar tidak terjadi kebutaan. (Nababan, 2015)

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Penyakit glaucoma?

2. Apasaja klasifikasi dari Glaukoma?

3. Bagaimana Manifestasi Klinisnya?

4. Apa saja macam-macam obat antiglaukoma berdasarkan cara

Kerjanya?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyakit glaucoma

2. untuk mengetahui klasifikasi glaucoma

3. untuk mengetahui manifestasi klinis glaucoma

4. untuk mengetahui macam-macam obat antiglaukoma berdasarkan

cara kerjanya.

6
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Glaukoma


Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai dengan ekskavasi
glaukomatosa, neuropati saraf optik, serta kerusakan lapang pandangan yang khas
dan utamanya diakibatkan oleh tekanan bola mata yang tidak normal. (lyas, 2002)

2.2 Klasifikasi Glaukoma

1. Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka menahun

Glaukoma Sudut-Terbuka Primer adalah tipe yang yang paling umum


dijumpai. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga resiko tinggi bila ada riwayat
dalam keluarga. Biasanya terjadi pada usia dewasa dan berkembang perlahan-lahan
selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.Seringkali tidak ada gejala sampai
terjadi kerusakan berat dari syaraf optik dan penglihatan terpengaruh secara
permanen. Pemeriksaan mata teratur sangatlah penting untuk deteksi dan
penanganan dini.Glaukoma Sudut-Terbuka Primer biasanya membutuhkan
pengobatan seumur hidup untuk menurunkan tekanan dalam mata dan mencegah
kerusakan lebih lanjut.

b. Galukoma sudut tertutup akut

Pada glaukoma ini ditandai dengan serangan akut meningginya tekanan


intraokuler selama beberapa jam. Tekanan ini biasanya bisa berlipat tiga, 4 kali dari
tekanan normal. Bila bola mata ditekan akan terasa empuk, tetapi pada saat terjadi
serangan maka bola mata teraba keras seperti batu dan aliran cairan mata
terhambat sama sekali. Glaukoma Sudut-Tertutup Akut lebih sering ditemukan
karena keluhannya yang mengganggu. Gejalanya adalah sakit mata hebat,
pandangan kabur dan terlihat warna-warna di sekeliling cahaya. Beberapa pasien
bahkan mual dan muntah-muntah. Glaukoma Sudut-Tertutup Akut termasuk yang
sangat serius dan dapat mengakibatkan kebutaan dalam waktu yang singkat.
2. Glaukoma sekunder

Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak,


diabetes,trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes mata atau

7
tablet yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada mata.
Karena itu tekanan pada mata harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-
obatan tersebut. Glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut / peningkatan volume cairan dari dalam mata
dapat diakibatkan oleh : perubahan lensa , Kelainan, uvea , Trauma bedah. Naiknya
tekanan intraokular pada glaukoma ini karena terhambatnya aliran cairan air mata
yang melewati pupil atau ditempat keluarnya melalui kanal schlem.
3. Glaukoma congenital
Glaukoma yang terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal memfungsikan
trabekular. Glaukoma ini dapat dilihat dalam masa pertumbuhan bola mata anak
menjadi semakin besar karena tingginya tekanan intraokular. Dan terjadi pada tahun
pertama setelah lahir. Diturunkan secara autosomal resesif. Penyakit ini timbul akbat
dari salah tumbuh struktur sudut dan saluran keluar air mata. Pemisahan iris perifer
dari dinding korneosklera tidak sempurna.

2.3 Manifestasi Klinis

- Tekanan intraokuler meningkat

- Defek lapang pandang yang khas

- Penggaungan patologis papil saraf optik.

I. Glaukoma primer

a. Glaukoma sudut terbuka

- Kerusakan visus yang serius

- Lapang pandang mengecil

- Perjalanan penyakit progresif lambat

b. Glaukoma sudut tertutup

- Nyeri hebat didalam dan sekitar mata

- Timbulnya halo disekitar cahaya

- Pandangan kabur

- Sakit kepala

- Mual, muntah

8
- Kedinginan

II. Glaukoma sekunder

- Pembesaran bola mata

- Gangguan lapang pandang

- Nyeri didalam mata

III. Glaukoma kongenital

- Gangguan penglihatan (Haning, 2012)

2.4 Macam-macam obat antiglaukoma berdasarkan cara kerjanya.

2.4.1 Mengurangi produksi akuosa humor

Dikenal dengan sistem yang berhubungan dengan pembentukan akuos humor


Reseptor beta adrenergik

Beta bloker (Timolol dan lainnya)

Beta adrenoreseptor topical (sering disebut beta bloker) adalah obat yang paling
sering diresepkan sebagai terapi glaucoma. Golongan ini menurunkan tekanan
didalam mata dengan cara menghambat produksi dari humor akuos. Golongan ini
dibagi menjadi 2, yaitu nonselektif beta bloker dan selektif beta bloker.

a. Nonselektif adrenoreseptor beta bloker. Timolol telah menjadi beta bloker


yang standar selama bertahun-tahun. Obat nonselektif yang lebih baru adalah
levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Beberapa studi berpendapat, bahwa
golongan yang lebih baru ini, lebih menguntungkan dibandingkan dengan timolol
walaupun masih dengan efek samping yang sama.5,7

b. Beta 1 adrenoreseptor bloker. Betaksolol dan levo-betaksolol adalah


selektif beta bloker. Golongan ini memiliki efek tambahan yang lebih sedikit pada
jantung jika dibandingkan dengan dengan non selektif beta bloker, walaupun
9
golongan ini masih memiliki efek yang luas. Berbagai studi juga berpendapat bahwa
golongan ini lebih memperlambat progresi jika dibandingkan dengan timolol,
meskipun timolol lebih efektif dalam menurunkan TIO. Beberapa penemuan
mengindikasikan bahwa selektif beta bloker ini juga memiliki efek proteksi saraf.

Semua beta bloker adalah efektif dan secara umum dapat ditoleransi. Oleh
karena golongan ini menyebabkan iritasi terhadap mata yang lebih sedikit
dibandingkan dengan medikamentosa lainnya, dan seringkali golongan ini diberikan
pada penderita glaucoma yang disertai dengan katarak.7

Efek samping dan komplikasi : setelah pemberian beta bloker, hanya sedikit
dari obat yang diberikan yang diserap kornea. Sebagian besar, masuk aliran darah.
Agen ini dapat menyebabkan efek samping terhadap sistemik :

a. Menyebabkan fatique, depresi, ansietas, mual muntah yang berat, dan kesulitan
bernapas.

b. Beta bloker mempengaruhi jantung, menurunkan denyut jantung dan tekanan


darah (tetapi pada selektif beta bloker tidak memiliki efek ini). Dan golongan ini juga
dapat menyebabkan perubahan kolestrol dan trigliserida dalam tubuh.

c. Dapat memperburuk keadaan asma atau penyakit paru lainnya. Beta bloker
hanya digunakan secara hati-hati atau tidak sama sekali pada pasien-pasien
dengan asma, emfisema, bronchitis, atau penyakit jantung.4,7 Fungsi paru
berkurang 40% pada orang tua yang mendapat terapi timolol, bahkan juga pada
yang tidak memiliki masalah pada paru-parunya (selektif beta bloker dapat
menurunkan efek tambahan ini).

d. Pada pasien yang mendapat perubahan terapi dari obat golongan lain ke
golongan beta bloker, ada kemungkinan terjadi peningkatan TIO secara mendadak.
Hal ini adalah penting, dan bagaimanapun TIO harus diperiksa secepat mungkin
setelah pengobatan dari golongan lain dihentikan.

10
e. Pada saat beta bloker digunakan untuk terapi pada salah satu mata, mata yang
sebelahnya (kontralateral) juga mengalami efek yang sama walaupun lebih sedikit,
namun tetap terjadi penurunan TIO yang signifikan.

Interaksi dengan obat-obatan lain : Dapat menambah kerja bila diberikan bersama
dengan obat-obatan lain seperti oral beta bloker, calcium channel blockers, dan
antiaritmia seperti quinidin. Timolol dapat menyebabkan efek samping yang
menyerupai keadaan hipoglikemi.

Obat- obat Beta Blocker yang dikenal:

a.Timolol ( Timoptic )

· Timoptic 0.25 % dan 0.05 %

· Beta nonselektif adrenergik antagonis, Beta 1-2 antagonis (bloker)

· Menurunkan TIO 30 %

Pada pemakaian timolol terlihat meningkatnya kecepatan pengaliran darah perifer


papil saraf optik. Timolol menurunkan fungsi jantung dan pernapasan pada orang
sehat, dimana sensitivitas terhadap timolol berbeda pada pagi hari dan malam hari.

Alfa adrenergik agonis

Adrenergik agonis mengaktifkan otot – otot pada mata yang mendilatasi pupil, oleh
karena itu terjadilah peningkatan pengeluaran cairan akuos.4,7 Variasi terbarunya
adalah alfa 2- adrenergik agonis yang mengurangi produksi akuos humor dan juga
meningkatkan pengeluaran melalui jalur uveoskleral. Adrenergik agonis terdahulu
meliputi epinefrin.

Yang termasuk alfa 2-adrenergik agonis adalah Apraclonidine (Iopidine) dan


brimonidine. Kedua obat ini digunakan sebelum dilakukan operasi glaukoma, tapi
beberapa penelitian mengindikasikan bahwa obat ini dapat dapat digunakan sebagai
terapi utama ketika penggunaannya dikombinasikan dengan beta- blokers.7

11
Biromidine efektif untuk terapi jangka panjang. Memiliki bahan pelindung saraf dan
lebih aman dibandingkan obat lain jika digunakan pada pasien yang sedang hamil
atau pada pasien dengan asma.

Efek samping yang paling sering terjadi pada oabat ini adalah mulut kering. Dapat
juga menjadi pencetus reaksi alergi yang menyebabkan kemerahan pada mata dan
rasa gatal. Namun biromidine menyebabkan reaksi alergi yang lebih ringan
dibandingkan dengan apraclonidine.

Karbonik anhidrase inhibitor

Karbonik anhidrase inhibitor mengurangi jumlah aliran akuos humor sebanyak 40%
dan digunakan untuk pengobatan glakoma saat obat lainnya tidak efektif. Berguna
juga jika dikombinasikan dengan obat lain. Obat ini dapat meningkatkan aliran darah
dalam retina dan saraf optik.7

Efek samping karbonik anhidrase inhibitor :

· Asidosis, parastesia,batu ginjal, lemah, depresi, impoten, aplastik anemia

· Bingung, anoreksia, perut kembung

· Poliuria, diuresis, diare, muntah,libido hilang

Kontra indikasi karbonik anhidrase inhibitor :

· Alergi sulfa

· Hipokalemia

· Penyakit Ginjal

· Penyakit hati

Obat-obat karbonik anhidrase:

1. Acetazolamide ( diamox )

· Oral 125 mg, 250 mg, 500 mg

· Kontraindikasi pada glaukoma neovaskular dan glaukoma sudut tertutup


kronis

12
· Indikasi pada pasca bedah

2. Methazolamide ( Neptazane )

· Oral 25 mg, 50 mg tablet 3 kali sehari

· Kontraindikasi pada glaukoma neovaskular dan glaukoma sudut tertutup


kronis

· Indikasi pada pasca bedah

3. Dorzolamide ( Trusopt 2%)

· Topikal karbonik anhidrase

· Tidak seefektif karbonik anhidrasi sistemik

· Reaksi toksik alergi

· Efektifitas kurang dibandingkan timolol atau beta adrenergik antagonis


lainnya.

4. Brinzolamide

· Topikal karbonik anhidrase

· Efek samping terasa pedas di mata

2. Menambah Curahan trabekular

2.1. Adrenergik agonis

a. Epinefrin

Merupakan adrenergik agonis yang mengakibatkan bertambahnya

Pengaliran keluar cairan mata.

Efek samping epinefrin:

· Dilatasi pupil dan penglihatan akan kabur

· Sakit kepala, mata berair

· Iritasi lokal yang dapat mengakibatkan mata merah

13
· Alergi pada pemakaian lama

Kontraindikasi epinefrin:

· Glaukoma sudut tertutup

· Penyakit kardiovaskular

b. Dipiverine

Merupakan obat yang dapat diubah tubuh menjadi epinefrin.

Dipiverine dapat menembus kornea dan bila telah masuk ke dalam

bola mata diubah tubuh menjadi epinefrin.

2.2 Agen Kolinergik

· Pilokarpian ( Miotik )

Merupakan obat anti glaukoma yang paling sering digunakan sebelum ada Timolol.
Pilokarpin dapat diserap tubuh dengan cepat namun pasien harus menggunakannya
beberapa kali dalam sehari.7

Miotik mempercepat keluarnya akuos dari mata dengan kontraksi otot dalam mata.
Miotik adalah kolinergik yang mengecilkan pupil yang memungkinkan pengaliran
keluar cairan mata. Miotik memberikan efek membuka dan mengeluarkan cairan
mata.

3. Meningkatkan curahan uveoskleral

3.1. Latanaprost 0.005 % ( Xalatan )

· Prostaglandin F2 agonis

· Menaikkan aliran sklerouvea, dan menurunkan tekanan intraokular

· Menurunkan tekanan intraokular 27 – 33 %

· Efektivitas sama dengan nonselektif beta blocker

· Dosis satu kali satu hari

· Puncak aksi 8 – 12 jam

14
Hati-hati pada pemberian bersama pilokarpin karena pilokarpin

Mengurangi curahan uveoskleral. Latanoprost tidak bekerja baik pada

Pasien yang telah menggunakan pilokarpin. 5

Latanaprost tunggal memberikan keseragaman penurunan tekanan intraokular


selama 24 jam.Timolol dan latanaprost menurunkan tekanan bola secara bermakna
pada pasien glaukoma dan hipertensi okuli.

Efek samping:

· Penglihatan kabur

· Mata kering

· Hiperemia

· Keratopati pungtata, uveitis

4. Obat Simpatetik

4.1 Brominidine ( Alphagen, Alergen )

· Merupakan alfa 2 agonis selektif

· Memberikan efek yang sama dengan timolol

· Meningkatkan curahan akuos humor uveosklera

· Menurunkan takanan bola mata 4 – 6 mmHg

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Daftar Pustaka

Haning, E. (2012). Asuhan Keperawatan pada gangguan sistem persepsi sensori


glaukoma. Yogyakarta: STIKES WIRA HUSADA.
lyas, S. (2002). Ilmu Penyakit Mata edisi 2. Jakarta: Sagung Seto.
Nababan, A. R. (2015, April 21). Glaukoma. Retrieved October 21, 2018, from
Opthalmology - Pelajaran Mata: http://pelajaranmata.blogspot.com/2015/04/v-
behaviorurldefaultvmlo.html
Ritschel, W. (1986). Handbook of Basic Pharmacokinetics, 3rd Ed. In Ritschel,
Handbook of Basic Pharmacokinetics (pp. 1-60). Hamilton: Drug Intelligence
Publications Inc.

16

Anda mungkin juga menyukai