1
BAB I
PENDAHULUAN
2
perawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk layanan
kegawatdaruratan psikiatrik dengan cepat meningkat di seluruh dunia sejak
tahun 1960-an, terutama di perkotaan. Penatalaksanaan pada pasien kegawat
daruratan psikiatrik sangat kompleks. Para profesional yang bekerja pada
pelayanan kegawat daruratan psikiatrik umumnya beresiko tinggi
mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental pasien mereka. Pasien
biasanya datang atas kemauan pribadi mereka, dianjurkan oleh petugas
kesehatan lainnya, atau tanpa disengaja.
1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui pengertian kegawatdaruratan psikiatri
2. untuk mengetahui Pelayanan Kedaruratan Psikiatri
3. untuk mengetahui pengertian gaduh gelisah
4. untuk mengetahui gejala gaduh gelisah
5. untuk mengetahui penyebab gaduh gelisah
6. untuk mengetahui Pathway gaduh gelisah
7. untuk mengetahui strategi umum dalam pemeriksaan pasien gaduh gelisah
8. untuk mengetahui penanganan kegawatdaruratan psikiatri dengan gaduh
gelisah
9. untuk mengetahui Terapi dan Pengobatan gaduh-gelisah
10. untuk mengetahui asuhan keperawatan gaduh gelisah
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kegawatdaruratan Psikiatri
4
UU No.23/1992 tentang Kesehatan. Pasal 32 ayat (4).
Pasal 50 UUNo.23/1992 tentang Kesehatan.
UU No.23/1992 tentang Kesehatan pasal 53 ayat 2.
Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989 tentang Persetujuan
Tindakan Medis.
Pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989.
5
b. Psikosa yang berhubungan dengan sindroma otak organic yang akut
Pasien dengan keadaan gaduh gelisah yang berhubungan dengan
sindroma otak organic akut menunjukkan kesadaran yang menurun.
Sindroma ini dinamakan delirium. Istilah sindroma otak organic
menunjuk kepada keadaan gangguan fungsi otak karena suatu penyakit
badaniah. Penyakit badaniah ini yang menyebabkan gangguan fungsi
otak itu mungkin terdapat di otak sendiri dan karenanya mengakibatkan
kelainan patologik-anatomik. Secara mudah dapat dikatakan bahwa ada
sindroma otak organic yang akut biasanya terdapat kesadaran yang
menurun, pada sindrom otak organic yang menahun biasanya terdapat
demensia,. Akan tetapi data daja menimbulkan psikosa ataupun gaduh
gelisah.
c. Skizofrenia
d. Keadaan
Bila kesadaran tidak menurun, maka biasanya keadaan gaduh
gelisah itu merupakan manifestasi suatu psikosa fungsional, yaitu
psikosa yang tidak berhubungan atau sampai sekarang belum diketahui
dengan pasti adanya hubungan dengan suatu penyakit badaniah seperti
pada sindroma otak organic.
e. Amok
Keadaan gaduh gelisah yang timbul mendadak dan dipengaruhi oleh
factor-faktor social budaya, karena itu PPDGJ 1 memasukkan kedalam
kelompok” Keadaan yang terikat pada kebudayaan setempat” (culture
bound phenomenon). Efek malu memegang peranan penting. Biasanya
seorang pria sesudah periode “meditasi” atau tindakan ritualistic, maka
mendadak ia bangkit dan mengamuk. Ia menjadi sangat agresif dan
destruktif.
f. Gangguan panic
Mungkin saja terjadi pada orang yang normal bila nilai ambang
frustasinya mendadak dilampaui, misalnya kecemasan dan panic
sewaktu kebakaran, kecelakaan masala tau bencana. Sebagian besar
orang-orang ini lekas menjadi tenang kembali, bila perlu diberikan
6
pengobatan suportif seerti berbicara dengan tenang, istirahat,
tranquilaizer serta makanan dan minuman.
g. Kebingungan post konvulsi
Tidak jarang terjadi sebuah konvulsi karena epilepsy grandmall atau
sesudah terapi konvulsi elektrokonvulsi. Pasien menjadi gelisah atau
agresif. Keadaan ini berlangsung beberapa menit dan jarang lebih lama
dari 15 menit. Pasien dikendalikan dengan dipegang saja dan dengan
kata-kata yang menentramkan. Bila ia masih tetap bingung dan gelisah,
maka perlu diberi diazeapam atau penthotal secara intravena untuk
mengakhiri keadaan bingungnya.
h. Reaksi disosiatif atau keadaan fugue memperlihatkan pasien dalam
Keadaan bingung juga. Keduanya merupakan jenis nerosa histerik yang
disebabkan oleh konflik emosional. Kesadaran pasien menurun, ia
berbicara dan berbuat sesuai seperti dalam keadaan mimpi, sesudahnya
terdapat amnesia total
i. Ledakan amarah (temper tantrum)tidak jarang timbul pada anak kecil.
Mereka menjadi binggung dan marah tidak karuan. Penyebabnya sering
terdaat pada hubungan dengan dunia luar yang dirasakan begitu
menekan sehingga tidak dapat ditahan lagi dan anak kecil itu bereaksi
dengan caranya sendiri.
Menentramkan keluarga/pengantar
7
Terdapat kelainan intern/nerologik tidak terdapat kelainan
intern/nerologik
Pemeriksaan
a) Diagnosis awal
8
pemeriksaan fisik
wawancara psikiatrik
pemeriksaan status mental
b) Mengidentifikasi faktor pencetus
c) mengidentifikasi kebutuhan segera
untuk segera mendapat penanganan psikiatrik
untuk segera rujuk ke tempat yang paling berkompeten
pemeriksaan laboratorium yang relevan
9
2.9 Terapi dan Pengobatan gaduh-gelisah
Terapi terhadap Underlying disease merupakan tatalaksana saat ini
yang menentukan pendekatan apa yang kita gunakan, antara lain :
o Perawatan terhadap keadaangaduh gelisah termasuk delirium
dan gangguan mental organik.
o Fiksasi pada tempat tidur dandibuat ruangan tersendiri adalah tindakan
yang sangat membantu.
o Lampu yang cukup terang
o orientasi dipertahankandengan adanya jam dan kalender
o didampingi oleh kerabatterdekat merupakan lingkungan yang
mempercepat perbaikan.
o Pada keadaan primer psikitri,anti psikotik dan atau anti anxietas
mempunyai dampak yang sangat baik
10
o Disarankan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan dalam
waktu yang singkat.
o Pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan yang efisien untuk
mendapatkan informasi pada keadaan ini.
2) Bangun kepercayaan dengan pasien.
3) Menawarkan makananataupun minuman akan mempercepat pasien
kooperatif.
4) Jika mungkin perkenankan pasien untuk memilih perawatan seperti apa
yang diinginkan.
5) Gunakan waktu secaraefisien, jika pasien bersedia untuk diambil darah ma
ka lakukan pemeriksaan pemeriksaan sesuai indikasi.
6) Selalulah berfikir bahwa iniadalah kesempatan satu-satunya Pasien gaduh
gelisah membahayakan bagi pasien sendiri dan orang-orangdisekitar oleh
karena cara pengambilan keputusan oleh pasien yang lemah.
Tujuan utama perawatan adalah membuat pasien tenang dan tidak gaduh
gelisah lagi. Pilihan sedian yang ada :
a) Golongan Phenothiazine
Salah satu obat yang paling banyak dipakai saat ini adalah Chlopromazine
(largactil, promactil, ethibernal), yang diberikan dengan dosisawal 50 -
100 mg, dan bila diberikan perenteral, sebaiknya diberikan secara deep
intramuscular. Perlu diperhatikan, obat ini mempunyai khasiat
hipotensif (karenanya tidak dianjurkan dalam pemberian intravenous)
dan suntikan dapat menyebabkan infiltrat di antara otot (rasa
sakit). Demikian pula sifat epileptogenik dari derivate phenothiazine
perlu pula diperhatikan. Mengingat efek samping yang cukup banyak dari
chlorpromazine, di Indonesia saat ini juga dijumpai preparat perenteral
seperti fluphenazine (anatensol HCI). Preparat tersebut saat ini mudah
diperoleh, dan dapat diberikan dalam dosis yang relatif lebih rendah :
yakni 2,5 - 5 mg yang dapat diberikan dalam bentuk injeksi sebanyak 1 - 2
cc.
b) Golongan butyrophenon
11
Obat yang termasuk golongan ini antara lain Serenace, danHaldol/Haloper
idol. FDA tidak menyetujui sedian IV bagi haloperidol, tetapi dapat
digunakan bersama Salin untuk mencegah presipitasi dengan Heparindan
Phenytoin. Dosis yang diberikan :
Gaduh gelisah ringan dengan 0.5 mg – 2 mg.
Gaduh gelisah sedang dimulai dengan 5-10 mg.
Gaduh gelisah berat memerlukan permulaan 10 mg.
Jika pasien masih gaduh gelisah dapat diberikan kembali tiap 20-30
menit dan dapat ditingkatkan pemberian bolus 75 mg. Haloperidol dapat
diberikansecara IV dengan drip dengan dosis rata-rata 10 20 mg/jam.
Dapat juga digunakan dosis 400-500 mg/hari, dengan dosis awal rendah
pada pasien usia tua dan pasien dengan penyakit tertentu. Penggunaan IV
lebih jarang terjadi EPS, reaksi distonik, dan akathisia sertahipotensi.
c) Golongan Thioxanthene
Walaupun beberapa ahli berpendapat bahwa efek-samping golongan ini
kurang menyenangkan, tetapi chlorprothixene yang pernah ada di pasaran
Indonesia (Truxal, atau taractan) ternyata cukup efektif dalam
menanggulangi pasien gaduh gelisah bila diberi dalam dosis 50 - 100 mg
intramuskular. Pada Ruangan Gawat Darurat, pemberian
IV biasanya sulit pada keadaan gaduh gelisah, sehingga pasien harus
ditenangkan menggunakan sediaan IM ataupun konsentrat.
Pilihan I:
Haloperidol 5 mg IM/konsentrat dan diulangi 40 menit sampai pasien
tenang. Dilanjutkan dengan pemberian 2 mg IM/per oral tiap 4 jam
bila perlu. Pengguanaan berikutnya sampai dengan 24 jam.
Pilihan II:
Kombinasi antipsikotik dan Benzodiazepine mempunyai efek
yanglebih rendah. Haloperidol 5 mg IM/konsentrat tiap 30 menit jika
perlusampai dengan pasien tenang. Sebagai alternatif Lorazepam 2
mgIM/konsentrat diulangi 30 menit bila perlu sampai pasien tenang.
Pilihan III:
12
Chlorpromasin 25 mg IM, jangan pernah memberikan lebih dari 50mg.
Karena dapat menyebabkan hipotensi, dan hindarkan penggunaan pada
pasien tua.
7) Penggunaan Elektro Convulsive Therapy
Di antara kasus-kasus tertentu, temyata ada yang masih
membandelwalaupun kita telah menggunakan dosis yang lebih tinggi.
Tidak jarang dosisyang tinggi tadi dapat berakibat toksik dan malahan
menyebabkan pasien leblgelisah. Pada kasus yang dulu dikenal
sebagai akute-tt5dliche katatonie,disarankan diberikan Block-shock, yakni
pemberian ECT sebanyak dua atautiga kali dalam sehari, karena justru
terapi ini yang menjadi Drugs of Choice.
Terapi ini dapat diulang pada hari-hari berikutnya selama tiga hari bila
diperlukan. Perlu diperhatikan, bahwa :mereka yang tidak mempunyai alat
ECT, yang mutakhir, masih dapat pula menggunakan elektrode dari listrik
biasa (listrik bolak balik, dengan voltase 70 - 130 volt), dan
kedua electrode tersebut diletakkan di kedua pelipis penderita, dan waktu
yang dibutuhkan adalah 0,1 - 0,5 detik. (tapi preparasi pun harus
dikerjakan dengan baik).
13
BAB III
1. Pengkajian
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal yang paling penting dilakukan oleh perawat, baik pada saat
penderita pertama kali masuk Rumah Sakit (untuk mengetahui riwayat
penyakit dan perjalanan penyakit yang dialami pasien) maupun selama
penderita dalam masa perawatan (untuk mengetahui perkembangan pasien
dan kebutuhannya serta mengidentifikasi masalah yang dihadapinya). Hasil
pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun
metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian:
1) Wawancara
2) Pemeriksaan fisik
3) Observasi atau pengamatan
4) Catatan atau status pasien
5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
I. Data pasien
Data pasien merupakan identitas pasien yang meliputi
Nama
Usia, jenis kelamin
Kebangsaan/suku
Berat badan, tinggi badan
Tingkat pendidikan
Pekerjaan
Status perkawinan
Anggota keluarga
Agama
Kondisi medis, prosedur pembedahan
Masalah emosional
14
Dirawat di RS sebelumnya
Pengobatan sebelumnya
Alergi
Review sistem tubuh (pada sistem utama yang mengalami gangguan)
Pengkajian dilanjutkan dengan mengkaji keluhan utama, keluhan
tambahan serta aspek psikologis dari klien dengan percobaan bunuh
diri.
II. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN
1. Keluhan utama
Kluhan utama pasien saat datang ,pasien gaduh gelisah
biasanya mengeluh bingung dan gelisah
2. Riwayat penyakit :
Pernah mengalami masalah penyakit tertentu ? Ya/Tidak
Riwayat Pengobatan sebelumnyadan keberhasilannya
3. Riwayat penyakit keluarga :
Tanyakan riwayat kesehatan keluarga, riwayat gangguan jiwa).
Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa,
apabila ada bagaimana hubungan dengan pasien dan anggota
keluarga yang lain?
Bagaimana riwayat pengobatannya ?
15
III. ANAMNESA STATUS MENTAL
1. APPEARANCE (Penampilan)
1. Postur :
kaji cara berjalan dari pasien gaduh gelisah pasien gaduh gelisah
berjalan dengan membungkuk,merunduk tegap dan lain
sebagainya.
Kaji adanya ketegangan pada postur tubuh pasien gaduh gelisah.
2. Kerapian :
kaji kondisi Rambut, kuku, kulit, gigi dan cara berpakaian pada
pasien gaduh gelisah , Tidak rapi Rambut kotor dan kusam.
3. Cara berpakaian :
kaji cara berpakaian pada pasien gaduh gelisah , Penggunaan
pakaian tidak sesuai ,Cara berpakaian tidak seperti biasanya dan
baju yang dikenakan kotor.
4. Status nutrisi :
kaji status nutrisi pasien intake dan output ,pada pasien gaduh
gelisah mengalami kurang asupan di karenakan kondisi yang ada
menyebabkan pasien kurang memperhatikan asupan nutrisinya.
5. Tanda penggunaan obat/ alcohol:
kaji pasien apakah sebelumnya pernah mengkonsumsi obat obatan
ataupun alkohol.
Kaji cara bicara pada pasien, seseorang yang mengonsumsi
penggunaan obat dan alcohol akan berbicara melantur.
6. Selalu bawa senjata:
16
Kaji apakah pasien membawa senjata tajam atau tidak ,yang dapat
melukai dirinya sendiri atau orang lain di sekitarnya.
2. BEHAVIOUR (Perilaku)
1. Motorik :
kaji perilaku dari pasien gaduh gelisah , Agitasi (kegelisahan
motorik, mondar-mandir)
kaji adanya gerakan isyarat yang menandakan kegelisahan seperti
kedutan, meremas-remas tangan.
2. Pergerakan abnormal:
Tegang, gelisah, tidak bisa tenang (hipermotorik)
TIK (gerakan-gerakan kecil pada otot muka yang tidak terkontrol)
Grimasen (gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak dapat
dikontrol pasien)
Tremor (Jari-jari yang tampak gemetar ketika klien menjulurkan
tangannya dan merentangkan jari-jari)
Kompulsif ( kegiatan yang dilakukan berulang-ulang, seperti
berulang kali mencuci tangan, mencuci muka, mandi,
mengeringkan tangan)
3. Respon pada situasi tertentu:
Resiko mencederai diri sendiri atau orang lain
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
Curiga Defensif Kontak mata tidak ada
Kotak mata mudah beralih
3. KOGNITIF
1. Orientasi pasien terhadap:
Orang : kaji apakah pasien tahu siapa pemeriksa dan peranan
orang-orang yang berhubungan dengannya disekitarnya
Waktu : kaji apakah pasien mampu mengidentifikasi hari, waktu,
lamanya pasien telah berada di rumah sakit, apakah perilakunya
sesuai dengan orientasi waktu.
Tempat : kaji apakah pasien tahu dimana dia berada
17
Orientasi pasien terhadap waktu, tempat dan orang diperoleh melalui
wawancara
18
Tidak dapat memulai pembicaraan
5. THOUGHT (Pola Pikir)
1. Data diperoleh melalui observasi selama wawancara dengan pasien
Sirkumtansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada
tujuan pembicaraan
Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampi pada
tujuan yang diinginkan perawat
Kehilangan asosiasi : pembicaraan tidak ada hubungan antara satu
kalimat dengan kalimat lainnya dan pasien tidak menyadarinya
Flight of ideas : pembicaraan yang meloncat dari satu topic ke
topic lainnya tetapi masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak
sampai pada tujuan, akan tetapi perawat dapat memahami kalimat
yang diucapkan oleh pasien
Blocking : pembicaraan yang terhenti secara tiba-tiba tanpa
gangguan eksternal kemudian dapat melanjutkan pembicaraan lagi
Reeming : pembicaraan yang secara perlahan intonasinya menurun
dan kemudian berhenti dan pasien tidak sanggup melanjutan
pembicaraan lagi (misalnya pada pasien depresi)
Perseverasi : pembicaraan yang diulang berkali-kali
2. Isi Pikir :
Dapat diketahui dari wawancara dengan pasien
19
1. Data afek didapatkan dari respon pasien selama wawancara bukan
didapatkan dari status pasien
Jenis afek
Apprópiate (tepat)
Inapropiate (tidak tepat)
Datar (saat dilakukan wawancara pasien tidak menunjukkan perubahan
roman muka atau ekpresi wajah, juga saat diberikan stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan
Tumpul (Pasien hanya mau bereaksi atau memberi respon jika diberikan
stimulus yang kuat, misalnya ditepuk atau diberikan pertanyaan dengan
intonasi yang keras)
Labil ( Emosi pasien yang cepat berubah)
Tidak sesuai (emosi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulus
yang ada, misalnya ketika diajak berbicar hal-hal yang sedih, pasien malah
tertawa terbahak-bahak)
7. MOOD (Suasana Hati)
1. Suasana hati :
Pasien di kaji dengan wawancara meliputi adanya perasaan sedih,
putus asa, gembira, khawatirm takut (hasil wawancara divalidasi
dengan hasil observasi,apakah disforia, efori)Ditanyakan bukan
dilihat.
8. PERSEPTIONS (Persepsi)
1. Persepsi :
20
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. keadaan umum
Pasien dengan keadaan gaduh-gelisah yang berhubungan dengan
sindroma otak organik akut menunjukkan kesadaran yang menurun. Sindroma
ini dinamakan delirium. Istilah sindroma otak organik menunjuk kepada
keadaan gangguan fungsi otak karena suatu penyakit badaniah (Maramis dan
Maramis, 2009).
2. Tanda tanda vital
- suhu : kaji suhu pasien gaduh galisah
- Tekanan Darah : Kaji ekanna darah klien gaduh gelisah apakah
mengalami kenaikan atau penurunan
- Respirasi : Kaji pernafasan klien, berupa pola nafas, ritme, kedalaman, dan
nilai berapa frekuensi pernafasan klien per menitnya. Penurunan oksigen
yang tajam ( 10 liter/menit ) harus dilakukan suatu tindakan ventilasi.
Analisa gas darah dan pulse oxymeter dapat membantu untuk mengetahui
kualitas ventilasi dari penderita. Tanda hipoksia dan hiperkapnia bisa
terjadi pada penderita dengan kegagalan ventilasi seperti pada klien
dengan kasus percobaan bunuh diri yang dapat mengakibatkan asfiksia.
Kegagalan oksigenasi harus dinilai dengan dilakukan observasi dan
auskultasi pada leher dan dada melalui distensi vena.
Nadi : Nilai sirkulasi dan peredaran darah, Kulit terasa dingin, Gangguan
fungsi mental, Takikardi, Aritmia
3. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala ( dolicephalus/ lonjong, Brakhiocephalus/ bulat ),
kesimetrisan, dan pergerakan. Adakah hirochepalus/ pembesaran kepala.
1. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
21
c. Adakah ekssoftalmus ( mata menonjol ), atau Enofthalmus ( mata
tenggelam )
d. Konjunctiva dan sclera, adakah perubahan warna, kemerahan ,.
e. Warna iris serta reaksi pupil terhadap cahaya, miosis /mengecil,
midriasis/ melebar, pin point / kecil sekali, nomalnya isokor / pupil
sama besar.
f. Kornea, warna merah biasanya karena peradangan, warna putih atau
abu-abu di tepi kornea ( arcus senilis ), warna biru, hijau pengaruh
ras. Amati kedudukan kornea,
Nigtasmus : gerakan ritmis bola mata
2. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien, Warna merah Mukanya
kelihatan bingung, marah-marah atau takut dan kondisi wajah klien,
struktur wajah klien, sembab atau tidak, ada kelumpuhan otot-otot fasialis
atau tidak.
3. Pemeriksaan Leher
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
22
Funnel chest : diameter anteroposterior lebih pendek dari proximodistal
b. Palpasi
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus ;membandingkan getaran dinding
torak antara kanan dan kiri, dengan cara menepelkan kedua telapak
tangan pemeriksa pada punggung klien dank lien diminta
mengucapkan kata tujuh puluh tujuh, telapak tangan digeser ke bawah
dan bandingkan getarannya, normalnya getaran antara kanan da kiri
teraba sama.
c. Perkusi
Menempelkan jari tengah pemeriksa pada intercosta klien dan
mengetuk dengan jari tangan yang satunya, normalnya suara dinding
torak saat diperkusi adalah sonor. Hipersonor menandakan adanya
23
pemadatan jaringan paru atau prnimbunan cairan dalam dinding torak (
pnemotorak )
d. Auskultasi
1. Suara nafas
Vesikuler : terdengar di seluruh lapang paru dengan intensitas suara
rendah ,lembut dan bersih.
2. Suara Ucapan
Anjurkan klien mengucapkan tujuh puluh tujuh berulang-ulang,
dengan stetoskop dengarkan pada area torak, normalnya intensitas
suara kakan dan kiri sama
3. Suara tambahan
Rales : Suara yang terdengar akibat exudat lengket saat inspirasi
24
Ronchi : Akibat penumpukan exudat pada bronkus-bronkus besar,
terdengar pada fase inspirasi dan ekspirasi, hilang bila klien
batuk
5. PEMERIKSAAN JANTUNG
Amati ictus cordis : denyutan dinding torak akibat pukulan ventrikel kiri
pada dinding torak, normalnya pada ICS V Mid clavikula kiriselebar 1
Cm, sulit ditemukan pada klien yang gemuk.
Dengarkan adanya suara murmur, suara tambahan pada fase sistolik,
diastolic akibat dari getaran jantung atau pembuluh darah karena arus
turbulensi darah.
2 : Terdengar lemah
3 : Agak keras
4 : Keras
5 : Sangat keras
25
ada obstruksi vena porta hepatica, kalau tampak pada bagian bawah
abdomen menuju ke atas berarti ada obstruksi pada vena cava
inferior, normalnya bila terlihat pembuluh darah pada abdomen
berasal dari bagian tengah menuju ke atas atau ke bawah, dan tidak
terlihat terlalu menonjol.
a. Gambaran normal
b. Gambaran Hipertensi portal
c. Gambaran pbstruksi vena cava inferior
Untuk mengetahui peristaltic usus atau bising usus. Catat
frekuensinya dalam satu menit, normalnya 5 – 35 kali per menit,
bunyi peristaltic yang panjang dan keras disebut Borborygmi
biasanya terjadi pada klien gastroenteritis, dan bila sangat lambat
(meteorismus) pada klien ileus paralitik.
Menenyakan pada klien bagian mana yang mengalami nyeri.
7. PEMERIKSAAN FISIK EKRTRIMITAS
EKSTREMITAS ATAS :
26
d) Tidak ada gerakan tubuh
e) Tidak ada kontraksi otot
f) Tidak dapat melawan gaya gravitasi
Test refleks patella dan plantar gerakan respon singkat(tidak berlebihan/sangat
lambat)
a) Refleks berupa ekstensi dari tungkai bawah (refleks patella)
b) Refleks berupa penekukan ibu jari kaki ke bawah (refleks plantar)
c) Tidak ada respon refleks
d) Gerakan hypoaktif( minim activity) atau hiperaktif ( sangat cepat)
e) Dada (depan dan belakang)
2.DIAGNOSA KEPERAWATAN:
1. ketidakefektifan pola napas
2. Resiko mencederai diri sendiri
3. Ansietas
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
27
tiga titik sputum, mampu buatan
Bradipneu bernafas dengan Pasang mayo
Penurunan mudah, tidak ada bila perlu
tekanan ekspirasi pursed lips) Lakukan fisio
Penurunan Menunjukkan jalan terapi dada jika
ventilasi semenit nafas yang paten perlu
Penurunan (klien tidak merasa Keluarkan sekret
kapasitas vital tercekik, irama dengan batuk
Dipneu nafas, frekuensi atau suction
Peningkatan pernafasan dalam Auskultasi suara
diameter anterior rentang normal, nafas, catat
posterior tidak ada suara nafas adanya suara
Pernapasan cuping abnormal) tambahan
hidung Tanda tanda vital Lakukan suction
Ortopneu dalam rentang pada mayo
Fase ekspirasi normal (tekanan Berikan
memenjang darah,nadi,pernafasa bronkodilator
Pernapasan bibir n) bila perlu
Takipneu Berikan
Penggunaan otot pelembab udara
aksesorius utuk kasa basah Nacl
bernapas lembab
faktor yang berhubungan Atur intake
: untuk cairan
Ansietas mengoptimalkan
Posisi tubuh keseimbangan
Deformitas tulang Monitor respirasi
Deformitas dan status o2
dinding dada oxygen terapi
Keletihan Bersihkan mulut,
Hiperventilasi hidung dan
Sindrom sekret trakea
28
hipoventilasi Pertahankan
Gangguan jalan nafas yang
muskuloskeletal paten
Kerusakan Atur peralatan
neurologis oksigenasi
Imaturitas Monitor alian
neurologis oksigen
Disfungsi Pertahankan
neuromuskular posisi pasien
Obesitas Observasi
Nyeri adanya tanda
Keletihan otot tanda
pernapasan cedera hipoventilasi
medula spinalis Monitor adanya
kecemasan
pasien terhadap
oksigenasi
vital sign monitoring
Monior TD,
nadi, suhu dan
RR
Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk atau
berdiri
Auskultasi
tekanan darah
pada kedua
lengan dan
29
bandingkan
Monior tekanan
drah, nadi,
ernafasan,
sebelum, selama,
dan setelah
akifitas
Monitor kualitas
dari nadi
Monitor
frekuensi dan
irama pernafasan
Monito suara
paru
Monitor pla
pernafasan
abnormal
Monitor suhu,
warna,
kelembapan kulit
Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
brakikardi,
peningkatan
sistolik)
Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
30
sign
2. RESIKO MENCEDERAI Pengendalian resiko dengan risiko Perlindungan
DIRI criteria : lingkungan
Definisi: berisiko Memantau Faktor menginformasik
melakukan perilaku Perilaku lingkungan an populasi
mencederai diri yang Memantau Faktor beresiko tentang
disengaja yang Perilaku Pribadi bahaya
menyebabkan Mengembangkan lingkungan
kerusakan jaringan strategi incident penyakit
dengan maksud pengendalian resiko memantau dan
menyebabkan cedera yang efektif cedera terhadap
yang tidak fatal mengakui faktor bahaya
untuk risiko lingkungan
meringankan/mereda menyesuaikan Program
kan tekanan strategi dukungan untuk
Faktor Resiko: pengendalian risiko mengungkapkan
Remaja mengembangkan bahaya
Individu autistic strategi lingkungan
Anak dianiaya pengendalian risiko LIMIT SETTING
Gangguan yang efektif Definisi: menetapkan
kepribadian berkomitmen untuk parameter yang
borderline strategi diinginkan dan
Gangguan pengendalian risiko menerima perilaku
karakter berikut strategi pasien.
Penyakit masa pengendalian risiko Kegiatan:
kanak-kanak yang dipilih 1. Discus keprihatinan
Penganiayaan memodifikasi gaya dengan pasien tentang
sexual pada masa hidup untuk perilaku.
kanak-kanak mengurangi risiko 2. Mengidentifikasi
Pembedahan pada MOOD KESEIMBANGAN (dengan input pasien,
masa kanak-kanak Definisi: tepat penyesuaian bila perlu,) perilaku
Depersonalisasi nada emosional prefailing pasien yang tidak
31
Individu yang dalam keadaan respon diinginkan
mengalami Pameran mempengaruhi 3. Diskus dengan
keterlambatan sesuai. pasien, jika sesuai, apa
perkembangan Bukti mood non-labil. yang perilaku yang
Disosiasi Pameran impuls kontrol. diinginkan dalam suatu
Gangguan citra Laporan yang cukup tidur situasi atau pengaturan.
tubuh (setidaknya 5hr / 24 jam). 4. Menetapkan harapan
Hubungan Pameran konsentrasi. yang masuk akal untuk
interpersonal yang Pidato dengan kecepatan perilaku pasien, yang
terganggu sedang. didasarkan pada situasi
Gangguan makan Bukti tidak adanya dan pasien.
Gangguan penerbangan ide. 5. Membangun
emosional Bukti tidak adanya euforia. konsekuensi (dengan
Alkoholisme Pameran yang sesuai input pasien, bila
dalam keluarga grooming dan hyglene. diperlukan) untuk
Perceraian Memakai pakaian yang terjadinya /
keluarga sesuai dengan situasi dan nonoccurrence perilaku
Riwayat perilaku cuaca. keinginan.
merusak diri Menjaga berat badan stabil. 6. Mengkomunikasikan
dalam keluarga Laporan nafsu makan perilaku ekspektasi yang
Merasa terancam normal. ditetapkan dan
dengan kehilangan Laporan kepatuhan dengan konsekuensi kepada
hubungan yang obat dan regimen terapeutik. pasien dalam bahasa
bermakna Menunjukkan minat dalam yang mudah dipahami
Riwayat ketidak lingkungan. dan non hukuman.
mampuan untuk Tidak adanya ide bunuh 7. Berkomunikasi
merencanakan diri. didirikan harapan
solusi Laporan tingkat energi yang perilaku dan
Riwayat sesuai. konsekuensi dengan staf
ketidakmampuan Laporan kemampuan untuk lain yang merawat
untuk melihat menyelesaikan tugas sehari- pasien.
konsekuensi hari. 8. Menahan diri dari
32
jangka panjang berdebat atau tawar-
Riwayat perilaku menawar tentang
menciderai harapan perilaku mapan
Impulsivitas dan konsekuensi dengan
Ketidak mampuan pasien.
mengekspresikan 9. Membantu pasien bila
ketegangan secara perlu dan tepat untuk
verbal menunjukkan perilaku
Koping yang tidak yang diinginkan.
efektif 10. Monitor pasien
Dorongan untuk untuk terjadinya /
menyayat diri nonoccurrence yang
sendiri yang tidak diinginkan.
tertahankan 11. Ubah harapan
Dorongan untuk perilaku dan
merusak diri konsekuensi yang
sendiri yang tidak diperlukan, untuk
tertahankan mengakomodasi
Isolasi dari teman perubahan yang wajar
sebaya dalam situasi pasien.
Perilaku labil 12. Memulai
Kurang konsekuensi ditetapkan
keprcayaan untuk terjadinya /
keluarga nonoccurrence dari
Tinggal di tatanan perilaku yang
nontradisional diinginkan.
Kehilangan 13. Penurunan
control terhadap penetapan limit, sebagai
situasi pemecahan perilaku pasien
masalah mendekati perilaku yang
Kehilangan diinginkan.
hubungan orang
33
terdekat
Harga diri rendah
Peningkatan
tekanan/keteganga
n yang tidak dapat
ditoleransi
Kebutuhan akan
peredaan atres
secara cepat
Perasaan negative
Teman sebaya
yang melakukan
perilaku
menciderai diri
Perfeksionis
Komuniksi yang
buruk antara
orang tua dan
remaja
Kondisi psikosis
Krisis identitas
seksual
Penyalah gunaan
zat
Citra tubuh yang
tidak stabil
Harga diri yang
tidak stabil
Menggunakan
manipulasi untuk
mendapat
hubungan yang
34
terpelihara dengan
orang lain
Perilaku
kekerasan diantara
figure orang tua
3. Cemas berhubungan NOC : NIC :
dengan kurang Anxiety control Anxiety Reduction
pengetahuan dan Coping (penurunan
hospitalisasi Kriteria Hasil : kecemasan)
Definisi : Klien mampu Gunakan pendekatan
Perasaan gelisah yang tak mengidentifikasi dan yang menenangkan
jelas dari mengungkapkan gejala Nyatakan dengan
ketidaknyamanan atau cemas jelas harapan
ketakutan yang disertai Mengidentifikasi, terhadap pelaku
respon autonom (sumner mengungkapkan dan pasien
tidak spesifik atau tidak menunjukkan tehnik Jelaskan semua
diketahui oleh individu); untuk mengontol cemas prosedur dan apa
perasaan keprihatinan Vital sign dalam batas yang dirasakan
disebabkan dari antisipasi normal selama prosedur
terhadap bahaya. Sinyal Postur tubuh, ekspresi Temani pasien untuk
ini merupakan peringatan wajah, bahasa tubuh dan memberikan
adanya ancaman yang tingkat aktivitas keamanan dan
akan datang dan menunjukkan mengurangi takut
memungkinkan individu berkurangnya Berikan informasi
untuk mengambil langkah kecemasan faktual mengenai
untuk menyetujui diagnosis, tindakan
terhadap tindakan prognosis
Ditandai dengan Dorong keluarga
Gelisah untuk menemani
Insomnia anak
Resah Lakukan back / neck
Ketakutan rub
35
Sedih Dengarkan dengan
Fokus pada diri penuh perhatian
Kekhawatiran Identifikasi tingkat
Cemas kecemasan
Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
Barikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
36
kurang dari RDA malnutrisi Anjurkan pasien
(Recomended Daily Tidak terjadi penurunan untuk meningkatkan
Allowance) berat badan yang berarti protein dan vitamin
Membran mukosa dan C
konjungtiva pucat Berikan substansi
Kelemahan otot yang gula
digunakan untuk Yakinkan diet yang
menelan/mengunyah dimakan
Luka, inflamasi pada mengandung tinggi
rongga mulut serat untuk
Mudah merasa mencegah konstipasi
kenyang, sesaat Berikan makanan
setelah mengunyah yang terpilih ( sudah
makanan dikonsultasikan
Dilaporkan atau fakta dengan ahli gizi)
adanya kekurangan Ajarkan pasien
makanan bagaimana membuat
Dilaporkan adanya catatan makanan
perubahan sensasi harian.
rasa Monitor jumlah
Perasaan nutrisi dan
ketidakmampuan kandungan kalori
untuk mengunyah Berikan informasi
makanan tentang kebutuhan
Miskonsepsi nutrisi
Kehilangan BB Kaji kemampuan
dengan makanan pasien untuk
cukup mendapatkan nutrisi
Keengganan untuk yang dibutuhkan
makan Nutrition Monitoring
Kram pada abdomen BB pasien dalam
Tonus otot jelek batas normal
37
Nyeri abdominal Monitor adanya
dengan atau tanpa penurunan berat
patologi badan
Kurang berminat Monitor tipe dan
terhadap makanan jumlah aktivitas
Pembuluh darah yang biasa
kapiler mulai rapuh dilakukan
Diare dan atau Monitor interaksi
steatorrhea anak atau orangtua
Kehilangan rambut selama makan
yang cukup banyak Monitor lingkungan
(rontok) selama makan
Suara usus hiperaktif Jadwalkan
Kurangnya informasi, pengobatan dan
misinformasi tindakan tidak
Faktor-faktor yang selama jam makan
berhubungan : Monitor kulit kering
Ketidakmampuan dan perubahan
pemasukan atau pigmentasi
mencerna makanan atau Monitor turgor kulit
mengabsorpsi zat-zat gizi Monitor kekeringan,
berhubungan dengan rambut kusam, dan
faktor biologis, psikologis mudah patah
atau ekonomi. Monitor mual dan
muntah
Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan
Monitor
38
pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan
intake nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
3.5 Evaluasi
S : pasien mengatakan keluhan-keluhan yang dirasakan saat pengkajian
O : Pemeriksaan TTV
A : masalah teratasi, belum teratasi, atau teratasi sebagian
P : planing selanjutnya
39
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Keperawatan Gawat Darurat adalah pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu keperawatan gawat darurat dan tehnik keperawatan
gawat darurat berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif ditujukan pada semua kelompok usia yang mengalami masalah
kesehatan yang bersifar urgen, akut dan kritis akibat trauma, proses
kehidupan ataupun bencana.
Sedangkan gaduh gelisah merupakan suatu keadaan yang ditandai
dengan: banyak bicara, mondar-mandir, lari-lari, loncat-loncat, destruktif, dan
bingung. Hal ini disebabkan oleh gangguan mental organik (delirium),
psikosisfungsional, amok, gangguan panik, kebingungan post konvulsi,
reaksidisosiatif dan ledakan amarah(temper trauma).
4.2 Saran
Gaduh gelisah merupakan suatu keadaan dimana ditandai dengan
hiperaktif dan agresif maka dari itu di sini peran perawat dalam menangani
pasien dengan gaduh gelisah harus dapat menerapkan komunikasi yang baik
agar proses penyembuhan dan penenangan pasien dapat tercapai secara
semaksimal mungkin.
40
DAFTAR PUSTAKA
Davies, Teifion dan Craig. (2009). ABC Kesehatan Mental. Jakarta: EGC
41