Case Stroke Haemoragik
Case Stroke Haemoragik
STROKE HAEMORAGIK
PEMBIMBING
Dr. Zainal Arifin, Sp.S
Disusun Oleh
Tyas Cempaka Sari
030.06.261
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga pembuatan karya tulis berupa laporan
kasus departemen neurologi yang berjudul “Stroke Hemoragik” dapat tersusun
dan terselesaikan tepat pada waktunya.
Terima kasih kami ucapkan kepada dr. Zaenal Arifin, Sp.S, selaku
pembimbing penulisan yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian laporan
kasus ini.
Adapun pembuatan tulisan ini bertujuan untuk mendiskusikan kasus stroke
hemoragik, mulai dari pengertian hingga penatalaksanaannya pada pasien yang
dirawat inap selama masa kepaniteraan klinik penulis di Rumah Sakit Marzoeki
Mahdi Bogor, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan
mendukung penerapan klinis yang lebih baik dalam memberikan kontribusi positif
sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan yang telah disusun ini masih
banyak terdapat kekurangan di dalam penulisannya, baik di dalam penyusunan
kalimat maupun di dalam teorinya, mengingat keterbatasan dari sumber referensi
yang diperoleh penulis serta keterbatasan penulis selaku manusia biasa yang
selalu ada kesalahan. Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
BAB 1
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. C
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 58 tahun
Alamat : KP Jawa Rt01/ Rw10, Ciomas, Jawa Barat
Status Pernikahan : Menikah
Suku : Sunda
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan Terakhir : SMA
Tanggal Masuk RS : 13 Juni 2012 (09.30)
II. ANAMNESA
Keluhan Utama
Kedua tangan dan kaki tidak bisa digerakan sejak 6 jam yang lalu
Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke IGD RSMM Bogor dengan keluhan adanya kedua
tangan dan kaki tiba-tiba lemas sehingga tidak bisa digerakan sejak 6 jam
sebelum masuk RS. Dikatakan bahwa kedua tangan dan kaki tidak bisa
digerakan secara tiba-tiba saat pasien bangun tidur untuk pergi ke kamar
mandi, awalnya pasien sempat berjalan beberapa langkah namun setelah kira-
kira 20 langkah tiba-tiba pasien terjatuh dengan posisi terduduk dan pelipis
kiri terbentur tembok namun pasien menyangkal adanya keluar cairan atau
darah dari lubang hidung atau telinga setelah pasien terjatuh. Pasien
mengatakan tangan dan kaki kanannya lebih terasa lemah dan lebih tidak bisa
digerakkan dibanding yang sebelah kiri. Pasien juga mengeluhkan adanya
bicara yang pelo sejak pasien terjatuh serta nyeri kepala yang disertai mual
namun pasien tidak muntah.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku memiliki riwayat hipertensi sejak lama, namun pasien
jarang berobat dan minum obat hipertensi tidak teratur. Pasien menyangkal
kencing manis, penyakit jantung, paru, ginjal, maupun alergi terhadap
makanan maupun obat.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang memiliki gejala
penyakit yang sama sepertinya. Terdapat riwayat hipertensi pada
keluarganya, namun tidak ada riwayat kencing manis, penyakit jantung, paru,
ginjal maupun alergi terhadap makanan atau obat di keluarga pasien.
Pemeriksaan Khusus
1. Rangsang selaput otak
Kaku kuduk : (-)
Kernig : 1350/1350
Brudzinski I : -/-
Brudzinski II : -/-
2. Nervus Kranialis
Nervus I
Hypo/anosmia : (-)
Nervus II
Visus : 6/60 – 6/60
Campus warna : tidak dilakukan
Melihat warna : baik
Funduscopi : tidak dilakukan
Nervus III, IV, VI
Kedudukan bola mata : ortoforia / ortoforia
Pergerakan bola mata
Ke atas : (+)/(+)
Ke temporal : (+)/(+)
Ke bawah : (+)/(+)
Ke temporal bawah : (+)/(+)
Eksopthalmus : (-)/(-)
Ptosis : (-)/(-)
Pupil
Bentuk : bulat/bulat
Lebar : Ø 3mm/3mm
Anisokoria : tidak
Reaksi cahaya langsung : +/+
Reaksi cahaya konsensuil :+/+
Reaksi akomodasi :+/+
Reaksi konvergensi :+/+
Nervus V
Cabang motorik
Otot masseter : dalam batas normal
Otot temporal : dalam batas normal
Otot pterygoidus int./eks. : dalam batas normal
Cabang sensorik
I : baik
II : baik
III : baik
Refleks kornea langsung : +/+
Refleks kornea konsensuil : +/+
Nervus VII
Waktu diam
Kerutan dahi : simetris
Tinggi alis : simetris
Sudut mata : simetris
Lipatan nasolabial : simetris
Sudut mulut : simetris
Waktu gerak
Mengerut dahi : tidak simetris (tertarik ke kiri)
Menutup mata : simetris
Bersiul : simetris
Memperlihatkan gigi : tidak simetris (tertarik ke kiri)
Pengecapan 2/3 depan lidah : tidak dilakukan
Hiperakusis : tidak dilakukan
Sekresi air mata : tidak dilakukan
Nervus VIII
Vestibular
Vertigo : (-)
Nistagmus : (-)
Tinnitus aureum : tidak dapat dilakukan
Cochlear
Weber : tidak dilakukan
Rinne : tidak dilakukan
Schwabach : tidak dilakukan
Nervus IX, X
Bagian motorik
Suara biasa/ parau/ tidak bersuara : biasa
Kedudukan arcus faring : simetris
Kedudukan uvula : di tengah
Pergerakan arcus faring/ uvula : simetris
Detak jantung : reguler, murmur (-), gallop (-)
Bising usus : (+)
Menelan : dapat
Bagian sensorik
Pengecapan 1/3 belakang lidah : tidak dilakukan
Refleks muntah : tidak dilakukan
Refleks palatum molle : tidak dilakukan
Nervus XI
Mengangkat bahu : baik
Memalingkan kepala : baik
Nervus XII
Kedudukan lidah waktu istirahat : di tengah
Atrofi : tidak
Fasikulasi/tremor : tidak
Kekuatan lidah menekan pada bagian dalam pipi: baik
3. Sistem motorik
Kekuatan otot
Tubuh
Otot perut : baik
Otot pinggang : baik
Kedudukan difragma :
Gerak : simetris
Istirahat : simetris
Lengan
M. deltoid (adduksi lengan atas) : 2/4
M. biceps (fleksi lengan atas) : 2/4
Fleksi sendi pergelangan tangan : 2/4
Ekstensi sendi pergelangan tangan : 2/4
Membuka jari-jari tangan : 2/4
Menutup jari-jari tangan : 2/4
Tungkai
Fleksi artic. Coxae : 2/4
Ekstensi artic. Coxae : 2/4
Fleksi sendi lutut : 2/4
Ekstensi sendi lutut : 2/4
Fleksi plantar kaki : 2/4
Ekstensi dorsal kaki : 2/4
Gerakan jari-jari : 2/4
Besar otot
Atrofi : (-)
Pseudoatrofi : (-)
Respon terhadap perkusi
Myoedema : (-)
Reaksi myotonik : (-)
Palpasi otot
Nyeri : (-)
Kontraktur : (-)
Konsistensi : baik
Tonus otot
Tonus otot Lengan Tungkai
Hipotoni (-) (-)
Spastik (-) (-)
Rigid (-) (-)
Rebound phenomen (-) (-)
Gerakan involunter
Tremor : (-)
Chorea : (-)
Athetose : (-)
Myokloni : (-)
Ballismus : (-)
Torsion spasme : (-)
Fasikulasi : (-)
Myokymia : (-)
Koordinasi
Jari tangan-jari tangan : baik
Jari tangan-hidung : baik
Ibu jari kaki-jari tangan : tidak dilakukan
Tumit-lutut : baik
Pronasi-supinasi : baik
Tapping dengan jari-jari tangan : tidak dilakukan
Station
Romberg test: jatuh ke: tidak
4. Sistem Sensorik
Rasa eksteroseptif
Rasa nyeri superfisial : baik
Rasa suhu (panas/dingin) : tidak dilakukan
Rasa raba ringan : baik
Rasa propioseptif
Rasa getar : tidak dilakukan
Rasa tekan : baik
Rasa nyeri tekan : baik
Rasa gerak dan posisi lengan tungkai: baik
Rasa enteroseptif
Referred pain : tidak dilakukan
5. Gangguan Fungsi Luhur
Apraksia : (-)
Alexia : (-)
Agraphia : (-)
Fingeranogsia : (-)
Membedakan kanan dan kiri : (-)
Acalculia : (-)
6. Refleks
Refleks tendon/periost
Refleks biceps : +/+
Refleks triceps : +/+
Refleks patella : +/+
Refleks achilles : +/+
Refleks patologik
Tungkai
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Rossolimo : -/-
Gonda : -/-
Gordon : -/-
Schaefer : -/-
Lengan
Hoffman-tromer : -/-
Leri : -/-
Mayer : -/-
7. SSO
Miksi : baik
Defekasi : baik
Sekresi keringat : baik
Salivasi : baik
Gangguan vasomotor : tidak ada
Gangguan tropic kulit, kuku, rambut : tidak ada
8. Columna Vertebralis
Kelainan lokal
Skoliosis : (-)
Khyposis : (-)
Khyposkoliosis : (-)
Nyeri tekan/ketok lokal : (-)
Gerakan cervical vertebrae
Fleksi : baik
Ekstensi : baik
Lateral deviasi : baik
Rotasi : baik
Gerakan dari tubuh
Membungkuk : baik
Ekstensi : nyeri
Lateral deviasi : nyeri
9. Tes Provokasi (D/S)
Tes Valsava : (-)
Tes Distraksi : (-)
Tes Kompresi : (-)
Naffziger : (-)
Tes Laseque : 700/700
Tes Patrick : (-)
Tes Contra Patrick : (-)
VI. RESUME
Pasien laki-laki usia 58 tahun datang dengan keluhan kedua tangan dan kaki
yang lemas sehingga tidak bisa digerakan sejak 6 jam AMRS. Dikatakan bahwa
kedua tangan dan kaki tidak bisa digerakan secara tiba-tiba saat pasien bangun
tidur untuk pergi ke kamar mandi, awalnya pasien sempat berjalan beberapa
langkah namun setelah kira-kira 20 langkah tiba-tiba pasien terjatuh dengan posisi
terduduk dan pelipis kiri terbentur tembok. Pasien mengatakan tangan dan kaki
kanannya lebih terasa lemah dan lebih tidak bisa digerakkan dibanding yang
sebelah kiri. Pasien juga mengeluhkan adanya bicara yang pelo sejak pasien
terjatuh serta nyeri kepala yang disertai mual. Pasien memiliki riwayat hipertensi
namun jarang berobat dan tidak teratur minum obat.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan :
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah : 260/150 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 360C
Pernapasan : 28x/menit
Status generalis : dalam batas normal.
Status neurologis : GCS E4M6V5
Tanda Rangsang Meningeal : dalam batas normal
Saraf kranialis : Parese N.VII dextra
Sistem motorik :
Lengan kanan/kiri : 2222/4444
Tungkai kanan/kiri : 2222/4444
Sistem sensorik : dalam batas normal
Refleks fisiologis : dalam batas normal
Refleks patologis : (-)
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Hemiparese dextra + Parese N.VII dextra
Diagnosis Topis : Hemisfer Sinistra
Diagnosis Etiologi : Stroke ICH
X. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kegemukan :
Diukur dengan berat tubuh relatif atau body mass indexs,
obesitas telah secara konsisten meramalkan berikutnya
stroke. Asosiasi dengan stroke dapat dijelaskan sebagian
oleh adanya hipertensi dan diabetes. Sebuah berat relatif
lebih dari 30% di atas rata-rata kontributor independen ke-
atherosklerotik infark otak berikutnya.
Penyakit
pembuluh darah Karena bisa menyebabkan robeknya pembuluh darah.
perifer
Infeksi Infeksi meningeal dapat mengakibatkan infark serebral
melalui pengembangan perubahan inflamasi dalam dinding
pembuluh darah. Sifilis meningovaskular dan mucormycosis
dapat menyebabkan arteritis otak dan infark.
Homosistinemia Predisposisi trombosis arteri atau vena di otak. Estimasi
atau risiko stroke di usia muda adalah 10-16%.
homosistinuria
B. Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid biasanya hasil dari cedera kepala. Namun,
perdarahan karena cedera kepala menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak
dianggap sebagai stroke.7
Perdarahan subaraknoid dianggap stroke hanya jika terjadi secara spontan
yaitu, ketika perdarahan tidak hasil dari kekuatan-kekuatan eksternal, seperti
kecelakaan atau jatuh. Sebuah perdarahan spontan biasanya hasil dari pecahnya
aneurisma mendadak di sebuah arteri otak, yaitu pada bagian aneurisma yang
menonjol di daerah yang lemah dari dinding arteri itu.7
Aneurisma biasanya terjadi di percabangan arteri. Aneurisma dapat muncul
pada saat kelahiran (bawaan), atau dapat berkembang kemudian, yaitu setelah
bertahun-tahun dimana tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri.
Kebanyakan perdarahan subaraknoid adalah hasil dari aneurisma kongenital.7
Mekanisme lain yang kurang umum adalah perdarahan subaraknoid dari
pecahnya koneksi abnormal antara arteri dan vena (malformasi arteri) di dalam
atau di sekitar otak. Sebuah malformasi arteri dapat muncul pada saat kelahiran,
tetapi biasanya hanya diidentifikasi jika gejala berkembang. Jarang sekali suatu
bentuk bekuan darah pada katup jantung yang terinfeksi, perjalanan (menjadi
emboli) ke arteri yang memasok otak, dan menyebabkan arteri menjadi meradang.
arteri kemudian dapat melemah dan pecah.7
A. Perdarahan Intraserebral
Sebuah perdarahan intraserebral dimulai tiba-tiba. Di sekitar setengah dari
jumlah penderita, serangan dimulai dengan sakit kepala parah, sering selama
aktivitas. Namun, pada orang tua, sakit kepala mungkin ringan atau tidak ada.
Gejala disfungsi otak menggambarkan perkembangan yang terus memburuk
sebagai perdarahan. Beberapa gejala, seperti kelemahan, kelumpuhan, hilangnya
sensasi, dan mati rasa, sering hanya mempengaruhi satu sisi tubuh. Orang
mungkin tidak dapat berbicara atau menjadi bingung. Visi dapat terganggu atau
hilang. Mata dapat menunjukkan arah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Mual,
muntah, kejang, dan hilangnya kesadaran yang umum dan dapat terjadi dalam
beberapa detik sampai menit.2,9
B. Perdarahan Subaraknoid
Sebelum robek, aneurisma yang biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali
menekan pada saraf atau kebocoran sejumlah kecil darah, biasanya sebelum pecah
besar (yang menyebabkan sakit kepala), menghasilkan tanda-tanda peringatan,
seperti berikut:2,9
Sakit kepala, yang mungkin luar biasa tiba-tiba dan parah (kadang-kadang
disebut sakit kepala halilintar)
Sakit pada mata atau daerah fasial
Penglihatan ganda
Kehilangan penglihatan tepi
Tanda-tanda peringatan dapat terjadi menit ke minggu sebelum pecahnya
aneurisma. Individu harus melaporkan setiap sakit kepala yang tidak biasa ke
dokter segera.2,9
Aneurisma yang pecah biasanya menyebabkan sakit kepala, tiba-tiba parah
dan mencapai puncak dalam beberapa detik. Hal ini sering diikuti dengan
kehilangan kesadaran singkat. Hampir setengah dari orang yang terkena
meninggal sebelum mencapai rumah sakit. Beberapa orang tetap berada dalam
koma atau tidak sadar dan sebagian lainnya bangun, merasa bingung, dan
mengantuk. Dalam beberapa jam atau bahkan menit, penderita mungkin menjadi
tidak responsif dan sulit untuk dibangunkan. 2,9
Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan serebrospinal di sekitar otak
mengiritasi lapisan jaringan yang menutupi otak (meninges), menyebabkan leher
kaku serta sakit kepala terus, sering dengan muntah, pusing, dan nyeri pinggang. 2
Sekitar 25% dari orang yang mengalami gejala-gejala yang
mengindikasikan kerusakan pada bagian tertentu dari otak, seperti berikut: 2,9
Kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh (paling umum)
Kehilangan sensasi pada satu sisi tubuh
Kesulitan memahami dan menggunakan bahasa
Gangguan berat dapat berkembang dan menjadi permanen dalam beberapa
menit atau jam. Demam adalah gejala umum selama 5 sampai 10 hari pertama.
Sebuah perdarahan subaraknoid dapat menyebabkan beberapa masalah serius
lainnya, seperti: 2,9
Hydrocephalus
Dalam waktu 24 jam, darah dari perdarahan subaraknoid dapat membeku.
Darah beku dapat mencegah cairan di sekitar otak (cairan serebrospinal) dari
pengeringan seperti biasanya tidak. Akibatnya, darah terakumulasi dalam
otak, peningkatan tekanan dalam tengkorak. Hydrocephalus mungkin akan
menyebabkan gejala seperti sakit kepala, mengantuk, kebingungan, mual, dan
muntah-muntah dan dapat meningkatkan risiko koma dan kematian.
Vasospasm
Sekitar 3 sampai 10 hari setelah perdarahan itu, arteri di otak dapat kontrak
(kejang), membatasi aliran darah ke otak. Kemudian, jaringan otak tidak
mendapatkan oksigen yang cukup dan dapat mati, seperti pada stroke
iskemik. Vasospasm dapat menyebabkan gejala mirip dengan stroke iskemik,
seperti kelemahan atau hilangnya sensasi pada satu sisi tubuh, kesulitan
menggunakan atau memahami bahasa, vertigo, dan koordinasi terganggu.
Pecah kedua
Kadang-kadang pecah kedua terjadi, biasanya dalam seminggu.
Dari keempat grading tersebut yang dipakai dalam studi cedera kepala yaitu
modified Hijdra score dan Fisher grade. Sistem skoring pada no 1 dan 2 dipakai
pada kasus SAH primer akibat rupturnya aneurisma. 10
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendukung diagnosis stroke dan
menyingkirkan diagnosis bandingnya. Laboratorium yang dapat dilakukan pada
penderita stroke diantaranya adalah hitung darah lengkap, profil pembekuan
darah, kadar elektrolit, dan kadar serum glukosa.2
Pemeriksaan pencitraan juga diperlukan dalam diagnosis. Pencitraan otak
adalah langkah penting dalam evaluasi pasien dan harus didapatkan dalam basis
kedaruratan. Pencitraan otak membantu dalam diagnosis adanya perdarahan, serta
dapat menidentifikasi komplikasi seperti perdarahan intraventrikular, edem otak,
dan hidrosefalus. Baik CT non kontras ataupun MRI otak merupakan pilihan yang
dapat digunakan.2
CT non kontras otak dapat digunakan untuk membedakan stroke hemoragik
dari stroke iskemik. Pencitraan ini berguna untuk membedakan stroke dari
patologi intrakranial lainnya. CT non kontras dapat mengidentifikasi secara virtual
hematoma yang berdiameter lebih dari 1 cm.2
MRI telah terbukti dapat mengidentifikasi stroke lebih cepat dan lebih bisa
diandalkan daripada CT scan, terutama stroke iskemik. MRI dapat
mengidentifikasi malformasi vaskular yang mendasari atau lesi yang
menyebabkan perdarahan.2
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah elektrokardiogram (EKG)
untuk memulai memonitor aktivitas hantung. Disritmia jantung dan iskemia
miokard memiliki kejadian signifikan dengan stroke.2
Stroke dapat didiagnosa banding dengan penyakit-penyakit lain seperti:
ensefalitis, meningitis, migrain, neoplasma otak, hipernatremia, stroke iskemik,
perdarahan subaraknoid, hematoma subdural, kedaruratan hipertensif,
hipoglikemia, labirinitis, dan Transient Ischemic Attack (TIA).2