Anda di halaman 1dari 16

Analisis data

Pada percobaan pertama yaitu kesetimbangan besi (III) tiosinat (Rodanida). Mula-mula 5 mL
KSCN 0,002 M dimasukkan kedalam gelas kimia, kemudian ditambahkan 2 tetes Fe(NO3)3
0,1 M. Setelah ditambahkan Fe(NO3)3 larutan dikocok hingga homogen, lalu didistribusikan
kedalam 4 tabung reaksi. Dari percampuran ini dihasilkan warna orange. Larutan yang telah
dicampur tadi dimasukkan kedalam 4 tabung reaksi dengan volumenya sama. Untuk tabung
pertama disimpan sebagai pembanding. Tabung kedua ditambahkan 3 tetes KSCN 1 M dan
menghasilakn [Fe(SCN)]2+ yang berwarna merah kecoklatan atau merah darah. Tabung ketiga
ditambahkan 3 tetes Fe(NO3)3 0,1 M menjadi [Fe(SCN)]2+ yang berwarna orange pekat.
Tabung keempat ditambahkan 1 butir NaH2PO4 dan menghasilkan FePO4 yang tidak memiliki
warna. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah :

● 3KSCN(aq) + Fe(NO3)3(aq) Fe(SCN)3(aq) + 3KNO3(aq)

- Fe3+ + 3SCN-(aq) Fe(SCN)3(aq)

● Fe(SCN)3(aq) + NaH2PO4(aq) FePO4(aq) + HSCN(aq) + 2Na+(s)

- Fe3+(aq) + HPO42-(aq) FePO4(aq) + H+

- Fe3+(aq) + SCN-(aq) [Fe(SCN)]2+(aq)

Dari percobaan pertama dapat disimpulkan kestimbangan kimia dipengaruhi oleh konsentrasi,
apabila reaktan ditambah konsentrasi maka kestimbangan akan bergeser kearah produk
begitupun sebaliknya, apabila produk ditambah konsentrasi maka kesetimbangan akan
bergeser kearah reaktan.

Pada percoban kedua yaitu kesetimbangan kalium dikromat. Mula-mula K2Cr2O7 0,1 M yang
berwarna orange dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi masing-masing 1 mL. Untuk tabung
pertama disimpan sebagai pembanding. Tabung kedua ditambahkan 0,5 M NaOH tetes demi
tetes sampai terjadi perubahan menjadi Na2CrO4 yang berwarna kuning, dimana jumlah
tetesan yang didapat sebanyak 25 tetes. kemudian larutan Na2CrO4 ditambahkan HCl 0,5 M
sejumlah tetesan dari NaOH dan hasil tersebut adalah larutan menjadi Na2Cr2O7 yang
berwarna orange. Ini berarti larutan kembali kekeadaan seperti sebelum ditambahkan HCl.
Reaksi yang terjadi pada percoban ini adalah :

● 2CrO42-(aq) + 2H+ Cr2O72-(aq) + H2O(l)

● Cr2O72-(aq) + 2OH- 2CrO42-(aq) + H2O(l)


● 2CrO42-(aq) + 2H+ 2HcrO4- Cr2O72-(aq) + 2OH-

Dari percobaan kedua ini dapat diperoleh kesimpulan yaitu pada reaksi tersebut
kesetimbangan terjadi karena dikromat tereduksi menjadi kromat dan kromat teroksidasi
menjadi dikromat. Dan NaOH dan HCl merupakan oksidator dan reduktor.

Pada percobaan ketiga yaitu kesetimbangan magnesium hidroksida. Mula-mula MgCl 0,2 M
dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi masing-masing 1 mL. setelah itu ditambahkan NH4OH
0,5 M masing-masing sebanyak 0,5 M dan terbentuklah endapan Mg(OH)2. Tabung reaksi
pertama disimpan sebagai pembanding. Tabung reaksi kedua ditambahkan 1 mL larutan
NH4Cl dan hasilnya endapan Mg(OH)2 hilang dan menjadi MgCl2 yang tidak berwarna.
Reaksi dari percobaan ini adalah:

● MgCl(aq) + 2NH4OH(aq) Mg(OH)2(s) + 2NH4Cl(aq)

- Mg2+ + 2OH- → Mg(OH)2↓

● Mg(OH)2(s) + 2NH4Cl(aq) MgCl(aq) + 2NH4OH(aq)

Dari percobaan ketiga ini diperoleh kesimpulan kesetimbanagan kimia dipengaruhi oleh
konsentrasi. Apabila produk ditambah konsentrasi maka kesetimbangan akan bergeser kearah
reaktan dan apabila reaktan ditambah konsentrasinya maka kesetimbangan akan bergeser
kearah produk.

Pada percobaan keempat yaitu pembentukan cincin coklat [Fe(NO)]2+. Mula-mula sedikit
FeSO4 padat dilarutlan dalam 2 mL aquades dan terbentuklah larutan FeSO4. Larutan FeSO4
ditambahkan 5 tetes H2SO4 0,01 M, 1 mL NaNO3 0,1 M, dan 2 mL H2SO4 pekat melalui
dinding tabung. Setelah dicampur larutan didiamkan dan terbentuklah cincin [Fe(NO)] 2+ yang
berwarna coklat. Reaksi dari percobaan ini adalah :

● 2NO3- + 4H2SO4(l) + 6Fe2+ → 6Fe3+ + 2NO↑ + 4SO42- + 4H2O(l)

- Fe2++ NO↑ → [(Fe(NO)]2+

Dari percobaan keempat ini dapat disimpulkan bahwa cincin coklat terbentuk menunjukkan
adanya ion nitrit [Fe(NO)]2+. Terbentuknya cincin ini menunjukkan jika suatu sistem dikenai
sebuah ganguan dari luar maka kesetimbangn akan bergeser keposisi kesetimbangan baru.

Pada percobaan kelima yaitu kesetimbangan timbal (II) sulfat. Mula-mula 2 mL Pb(NO3)2 0,5
M yang tidak berwarna dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan 1 tetes H2SO4
0,01 M dan juga alkohol 1 tetes. Campuran larutan tersebut membetuk endapan putih PbSO4,
kemudian dipanaskan sampai endapan menghilang. Setelah dipanaskan dan endapan
menghilang larutan didinginkan. Setelah dingin endapan PbSO4 kembali terbentuk. Reaksi
dari percobaan kelima ini adalah :

● Pb(NO3)2(aq) + H2SO4(aq) PbSO4(s) + 2HNO3(aq) ΔH= - 52 KJ

Dari percobaan kelima dapat disimpulkan bahwa kesetimbangan dipengaruhi suhu. Apabila
suhu naik maka kesetimbangan akan bergeser kearah reaksi endoterm dan apabila suhu turun
maka kesetimbangan akan bergeser kearah reaksi eksoterm.

Pembahasan

Kesetimbangan adalah keadaan dimana laju reaksi pembentukan produk sama dengan laju
reaksi balik pembentukan kembali reaktan. Oada praktikum ini bertujuan untuk mempelajari
kesetimbangan ion-ion dalam larutan. Pada percobaan pertama yaitu kesetimbangan besi (III)
tiosinat (Rodanida). Mula-mula 5 mL larutan KSCN 0,002 M yang tidak berwarna
dimasukkan kedalam gelas kimia, kemudian ditambahkan 2 tetes larutan Fe(NO3)3 0,1 M
yang berwarna orange jernih menghasilkan larutan Fe(SCN)3 yang berwarna orange.
Awalnya larutan Fe(SCN)3 berwarna merah, namun karena adanya ion-ion hidroksil yang
tereduksi, warna dari larutan ini berubah menjadi orange. Setelah ditambahkan larutan
Fe(NO3)3 dikocok hingga homogen, lalu didistribusikan kedalam 4 tabung reaksi. Reaksi yang
terbentuk adalah :

● 3KSCN(aq) + Fe(NO3)3(aq) Fe(SCN)3(aq) + 3KNO3(aq)

- Fe3+ + 3SCN-(aq) Fe(SCN)3(aq)

Dimana yang bertindak sebagai reaktan adalah KSCN dan ditambahkan Fe(NO3)3 yang
menghasilkan suatu produk yaitu Fe(SCN)3 dan KNO3. Dari reaksi tersebut dapat diketahui
merupakan kesetimbangan homogen karena memiliki fasa yang sama dari seluruh
senyawanya. Larutan yang telah dicampur tadi dimasukkan kedalam 4 tabung reaksi dengan
volumenya sama. Untuk tabung pertama disimpan sebagai pembanding. Tabung kedua
ditambahkan 3 tetes larutan KSCN 1 M dan menghasilkan larutan Fe(SCN)3 yang berwarna
merah kecoklatan atau merah darah. Warna merah darah dari larutan Fe(SCN)3 didapatkan
karena penambahan larutan KSCN 1 M yang mengakibatkan bertambahnya konsentrasi
larutan KSCN yang sebagai reaktan akan menggeser kesetimbangan ke arah produk yaitu
larutan Fe(SCN)3. Reaksi yang terbentuk adalah:

● 3KSCN(aq) + Fe(NO3)3(aq) Fe(SCN)3(aq) + 3KNO3(aq)


- Fe3+ + 3SCN-(aq) Fe(SCN)3(aq)

Dimana yang bertindak sebagai reaktan adalah KSCN dan ditambahkan Fe(NO3)3 yang
menghasilkan suatu produk yaitu Fe(SCN)3 dan KNO3. Dari reaksi tersebut dapat diketahui
merupakan kesetimbangan homogen karena memiliki fasa yang sama dari seluruh
senyawanya. Tabung ketiga ditambahkan 3 tetes larutan Fe(NO3)3 0,1 M menjadi larutan
Fe(SCN)3 yang berwarna orange pekat. Perubahan warna ini disebabkan karena bertambahnya
konsentrasi dari Fe(NO3)3 sehingga menggeser kesetimbanagn kearah produk. Warna larutan
ketika ditambah dengan KSCN 1 M dengan Fe(NO3)3 lebih gelap karena konsentrasi dari
KSCN lebih besar daripada Fe(NO3)3 sehingga mengakibatkan kesetimbangan digeser kearah
produk lebih jauh. Dimana kesetimbangan semakin bergeser kearah produk maka warna dari
larutan yang dihasilkan akan semakin gelap dan semakin bergeser kearah produk warna dari
larutan yang dihasilkan semakin terang. Reaksi yang terbentuk adalah:

● 3KSCN(aq) + Fe(NO3)3(aq) Fe(SCN)3(aq) + 3KNO3(aq)

- Fe3+ + 3SCN-(aq) Fe(SCN)3(aq)

Dimana yang bertindak sebagai reaktan adalah KSCN dan ditambahkan Fe(NO3)3 yang
menghasilkan suatu produk yaitu Fe(SCN)3 dan KNO3. Dari reaksi tersebut dapat diketahui
merupakan kesetimbangan homogen karena memiliki fasa yang sama dari seluruh
senyawanya. Tabung keempat ditambahkan 1 butir NaH2PO4 dan menghasilkan FePO4 yang
tidak memiliki warna. Warna berubah menjadi tidak berwarna karena adanya reaksi antara
larutan Fe(SCN)3 dengan NaH2PO4, dimana ion Fe3+ akan berikatan dengan ion PO42-
membentuk FePO4 yang seharusnya berikatan dengan ion SCN-. Kemudian ion SCN- akan
diikat oleh H+ dan membentuk HSCN, sedangkan Na+ tidak berikatan dengan senyawa lain.
Dimana seharusnya warna yang dihasikan adalah merah karena hal tersebut larutan menjadi
tidak berwarna. Hal tersebut juga mengakibatkan konsentrasi produk dan mempengaruhi
konsentrasi reaktan yang ikut berkurang. Dimana yang sebagai reaktan adalah Fe(SCN)3(aq)
+ NaH2PO4(aq) dan produknya adalah FePO4(aq) + HSCN(aq) + 2Na+(s). Fe3 + b
erikatan
dengan PO43- membentuk FePO4 yang sukar larut. Pada awalnya FePO4 sebuah endapan
berwarna putih kekuningan, karena ada ion H+ dari HPO4 mengakibatkan FePO4 menjadi
larutan. Penambahan PO43- sama dengan mengurangi Fe3+ , sehingga intensitas warna larutan
berkurang. Hal ini menunjukkan jumlah ion [Fe(SCN)]2+ semakin berkurang dan
mengakibatkan konsentrasi ion FeSCN2+ juga berkurang Reaksi yang terbentuk adalah :
● Fe(SCN)3(aq) + NaH2PO4(aq) FePO4(aq) + HSCN(aq) + 2Na+(s)

- Fe3+(aq) + HPO42-(aq) FePO4(aq) + H+


- Fe3+(aq) + SCN-(aq) [Fe(SCN)]2+(aq)

Dimana yang bertindak sebagai reaktan adalah Fe(SCN)3 dan ditambahkan NaH2PO4(aq)
yang menghasilkan suatu produk yaitu FePO4(aq) dan HSCN, selain itu juga menghasilkan
ion Na+. Dari reaksi tersebut dapat diketahui merupakan kesetimbangan homogen karena
memiliki fasa yang sama dari seluruh senyawanya. Karakteristik dari tiosianat adalah
Tiosianat (juga dikenal sebagai rodanida) merupakan anion [SCN]−. Senyawa ini adalah basa
konjugat dari asam tiosianat. Turunan umumnya mencakup garam kalium tiosianat dan
natrium tiosianat. Senyawa organik yang mengandung gugus fungsional SCN juga disebut
tiosianat. Raksa(II) tiosianat dulunya digunakan untuk kembang api.

Tiosianat analog dengan ion sianat ion, [OCN]−, dimana oksigen digantikan oleh sulfur.
[SCN]− adalah salah satu pseudohalida, karena kesamaan reaksi dari ion-ion halida. Tiosianat
dulunya dikenal sebagai rodanida (dari bahasa yunani kata untuk mawar) karena warna merah
akibat kompleks besi. Tiosianat dihasilkan oleh reaksi elemental sulfur atau tiosulfat dengan
sianida:

8 CN− + S8 → 8 SCN−
CN− + S2O2−3 → SCN− + SO2−3

Reaksi kedua dikatalisis oleh enzim sulfotransferase dikenal sebagai rodanase dan dapat
berhubungan untuk detoksifikasi sianida dalam tubuh.

Tiosianat

Nama IUPAC
Cyanosulfanide
Nama lain
sulfosianat, tiosianida
Identifikasi

Nomor CAS 302-04-5


PubChem 9322
ChEBI 18022
ChemSpider 8961
SMILES [S-]C#N
InChI 1/CHNS/c2-1-3/h3H/p-1
Sifat

Rumus molekul SCN-


Massa molar 58.0824
Kecuali dinyatakan lain, data di atas berlaku
pada temperatur dan tekanan standar (25 °C, 100 kPa)

Dari percobaan pertama dapat disimpulkan kestimbangan kimia dipengaruhi oleh konsentrasi,
apabila reaktan ditambah konsentrasi maka kestimbangan akan bergeser kearah produk
begitupun sebaliknya, apabila produk ditambah konsentrasi maka kesetimbangan akan
bergeser kearah reaktan. Berdasarkan asas le chatlier yang berbunyi “Jika terhadap suatu
sistem kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi), sistem kesetimbangan tersebut akan
mengalami perubahan (pergeseran) yang cenderung untuk mengurangi pengaruh aksi
tersebut.” Dimana faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah konsentrasi. Apabila suatu
reaktan ditambahkan konsentrasinya maka kesetimbangan akan bergeser menjauhi reaktan
begitu juga sebaliknya. Dari konsep kesetimbangan tersebut percobaan pertama sesuai dengan
teori dari asas le chatlier.

Pada percoban kedua yaitu kesetimbangan kalium dikromat. Mula-mula larutan K2Cr2O7 0,1
M yang berwarna orange dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi masing-masing 1 mL. Kalium
dikromat, K2Cr2O7, adalah suatu pereaksi kimia anorganik yang umum, yang biasa digunakan
sebagai agen pengoksidasi dalam berbagai aplikasi laboratorium dan industri. Seperti halnya
seluruh senyawa kromium heksavalensi, senyawa ini akut dan secara kronis berbahaya bagi
kesehatan. Senyawa ini adalah kristal padat ionik dengan warna merah-jingga yang sangat
terang. Garam ini populer di laboratorium karena tidak meleleh, berbeda dengan garam yang
lebih relevan secara industri natrium dikromat. Reaksi yang terbentuk adalah:

● 2CrO42- + 2H+ Cr2O72- + H2O(l)

Dari reaksi tersebut dapat diketahui yang berlaku sebagai reaktan adalah CrO42- ditambahkan
H+ menghasilkan produk berupa Cr2O72- dan H2O. Jenis dari kesetimbangan tersebut adalah
kesetimbangan heterogen karena terdapat fasa liquid yaitu H2O. Untuk tabung pertama
disimpan sebagai pembanding. Tabung kedua ditambahkan 0,5 M NaOH tetes demi tetes
sampai terjadi perubahan menjadi Na2CrO4 yang berwarna kuning, dimana jumlah tetesan
yang didapat sebanyak 25 tetes. Perubahan warna ini karena ion Cr2O72- tereduksi menjadi
CrO42-. Hal ini dikarenakan apabila dikromat direaksikan dengan senyawa basa, maka
dikromat akan berubah menjadi kromat. Ion CrO42- menjadikan larutan berwarna kuning.
Reaksi yang terbentuk adalah:

● Cr2O72- + 2OH- 2CrO42- + H2O(l)

Dari reaksi tersebut dapat diketahui reaktan adalah Cr2O72- dan ditambahkan OH-
menghasilkan produk CrO42- dan H2O. Jenis dari kesetimbangan tersebut adalah
kesetimbangan heterogen karena terdapat fasa liquid yaitu H2O. Kemudian larutan Na2CrO4
ditambahkan HCl 0,5 M sejumlah tetesan dari NaOH dan hasil tersebut adalah larutan
menjadi Na2Cr2O7 yang berwarna orange. Reaksi ini merupakan reaksi redoks karena
melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Ini berarti larutan kembali kekeadaan seperti
sebelum ditambahkan HCl. Perubahan warna dikarenakan kromat direaksikan dengan
senyawa asam, maka kromat akan berubah menjadi dikromat. Ion CrO42- teroksidasi menjadi
Cr2O72- . Untuk percobaan kedua ini larutan basa sebagai oksidator karena mereduksi Cr2O72-
menjadi CrO42- dan larutan asam sebagai reduktor karena mengoksidasi CrO42- menjadi
Cr2O72-. Reaksi yang terbentuk adalah :

● 2CrO42- + 2H+ 2HCrO42- Cr2O72- + 2OH-

Dari reaksi keseluruhan tersebut yang bertindak sebagai reaktan adalah CrO42- ditambahkan
H+ menghasilkan produk berupa Cr2O72-. Jenis dari kesetimbangan tersebut adalah
kesetimbangan heterogen karena terdapat fasa liquid yaitu H2O. Pada reaksi tersebut
kesetimbangan terjadi karena dikromat tereduksi menjadi kromat dan kromat teroksidasi
menjadi dikromat. Dan NaOH dan HCl merupakan oksidator dan reduktor. Selain itu
kestimbangan kimia dipengaruhi oleh konsentrasi, apabila reaktan ditambah konsentrasi maka
kestimbangan akan bergeser kearah produk begitupun sebaliknya, apabila produk ditambah
konsentrasi maka kesetimbangan akan bergeser kearah reaktan. Berdasarkan asas le chatlier
yang berbunyi “Jika terhadap suatu sistem kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi),
sistem kesetimbangan tersebut akan mengalami perubahan (pergeseran) yang cenderung
untuk mengurangi pengaruh aksi tersebut.” Dimana faktor yang mempengaruhi salah satunya
adalah konsentrasi. Apabila suatu reaktan ditambahkan konsentrasinya maka kesetimbangan
akan bergeser menjauhi reaktan begitu juga sebaliknya. Dari konsep kesetimbangan tersebut
percobaan kedua sesuai dengan teori dari asas le chatlier.
Untuk karakteristik dari kalium dikromat adalah

Kalium dikromat

Nama IUPAC
Kalium dikromat(VI)
Nama lain
kalium bikromat

bichromate of potash
dikalium dikromat
asam dikromat, garam dikalium
asam kromat, garam dikalium

lopezit[1]
Identifikasi
Nomor CAS 7778-50-9
PubChem 24502
Nomor EINECS 231-906-6
ChemSpider 22910
Nomor RTECS HX7680000
[K+].[K+].[O-
SMILES
][Cr](=O)(=O)O[Cr]([O-])(=O)=O
Sifat
Rumus molekul K2Cr2O7
Massa molar 294.185 g/mol
Penampilan padatan kristalin merah-jingga
Bau tak berbau
Densitas 2.676 g/cm3, padat
Titik lebur
Titik didih
Kelarutan dalam 4.9 g/100 mL (0 °C)
air 102 g/100 mL (100 °C)
Kelarutan tidak larut dalam alkohol
Indeks bias (nD) 1.738
Struktur
Struktur kristal Triklinik (bentuk-α, <241.6 °C)
Geometri
Tetrahedral (untuk Cr)
koordinasi
Termokimia
Entalpi
pembentukan -2033 kJ/mol
standar (ΔfHo)
Entropi molar
291.2 J K−1 mol−1
standar (So)
Bahaya
Oksidan (O)
Carc. Cat. 2
Muta. Cat. 2
Repr. Cat. 2
Klasifikasi EU
Sangat beracun (T+)
Berbahaya (Xn)
Korosif (C)
Berbahaya untuk lingkungan (N)

NFPA 704
0
4
1

R45, R46, R60, R61, R8, R21,


Frasa-R R25, R26, R34, R42/43, R48/23,
R50/53
Frasa-S S53, S45, S60, S61
Titik nyala tidak mudah terbakar
LD50 25 mg/kg (oral, tikus)[2]
Senyawa terkait
Kalium kromat
Anion lain Kalium molibdat
Kalium tungstat
Amonium dikromat
Kation lainnya
Natrium dikromat
Kecuali dinyatakan lain, data di atas berlaku
pada temperatur dan tekanan standar (25 °C, 100 kPa)

Pada percobaan ketiga yaitu kesetimbangan magnesium hidroksida. Mula-mula MgCl 0,2 M
dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi masing-masing 1 mL. setelah itu ditambahkan NH4OH
0,5 M masing-masing sebanyak 0,5 M dan terbentuklah endapan Mg(OH)2. Reaksi yang
terbentuk adalah:
● MgCl(aq) + 2NH4OH(aq) Mg(OH)2(s) + 2NH4Cl(aq)

- Mg2+ + 2OH- → Mg(OH)2↓

Dari reaksi tersebut dapat diketahui yang bertindak sebagai reaktan adalah MgCl dan
ditambahkan NH4OH menghasilkan produk yaitu Mg(OH)2 dan NH4Cl. Jenis dari
kesetimbangan ini adalah kesetimbangan heterogen karena terdapat satu fasa yang berbeda
yaitu solid pada Mg(OH)2. Ketika ditambahkan NH4OH endapan terbentuk karena
penambahan NH4OH mengionisasi NH4Cl. Tabung reaksi pertama disimpan sebagai
pembanding. Tabung reaksi kedua ditambahkan 1 mL larutan NH4Cl dan hasilnya endapan
Mg(OH)2 hilang dan menjadi MgCl2 yang tidak berwarna. Menghilangnya endapan Mg(OH)2
disebabkan karena endapan Mg(OH)2 larut dalam garam-garam ammonium yaitu NH4Cl.
Reaksi yang terbentuk dari percobaan ini adalah:

● Mg(OH)2(s) + 2NH4Cl(aq) MgCl(aq) + 2NH4OH(aq)

Dari reaksi tersebut dapat diketahui yang bertindak sebagai reaktan adalah Mg(OH)2 dan
ditambahkan NH4Cl menghasilkan produk yaitu MgCl dan NH4OH. Jenis dari kesetimbangan
ini adalah kesetimbangan heterogen karena terdapat satu fasa yang berbeda yaitu solid pada
Mg(OH)2. Ketika ditambahkan NH4Cl endapan menghilang karena penambahan NH4Cl
menekan ionisasi NH4OH. Pada percobaan ketiga ini koefisien dari reaksi sama jadi tidak ada
pengaruh Pada sistem kesetimbangan di mana jumlah koefisien reaksi sebelah kiri sama
dengan jumlah koefisien reaksi sebelah kanan, maka perubahan tekanan atau volume tidak
menggeser letak kesetimbangan. Karena reaksinya merupakan reaksi bolak balik ketika
direaksikan reaktan menjadi prosuk maka reaksi akan kembali seperti semula yaitu reaktan.
Jadi dapat disimpulkan pada reaksi yang memiliki koefisien sama maka perubahan tekanan
dan volume tidak memengaruhi pergeseran kesetimbangan. Dan juga apabila yang
berlangsung adalah reaksi bolak balik maka ketika reaktan direaksikan menjadi produk maka
ketika direaksikan kembali akan kembali menjadi reaktan. Berdasarkan asas le chatlier yang
berbunyi “Jika terhadap suatu sistem kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi), sistem
kesetimbangan tersebut akan mengalami perubahan (pergeseran) yang cenderung untuk
mengurangi pengaruh aksi tersebut.” Dimana faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah
volume. Apabila suatu reaktan ditambahkan volume maka kesetimbangan akan bergeser
kearah koefisien yang besar begitupun sebaliknya, tetapi reaksi yang memiliki koefisien sama
perubahan volume dan tekanan tidak mempengaruhi pergesera kesetimbangan. Dari konsep
kesetimbangan tersebut percobaan ketiga sesuai dengan teori dari asas le chatlier.
Karakteristik dari magnesium hidrok sida adalah Magnesium hidroxida merupakan adalah
suatu senyawa anorganik dengan rumus kimia (dalam keadaan basah) Mg(OH)2. Biasanya
Magnesium terdapat dalam bentuk klorida, silikat, hidrat, oksida, sulfat, atau karbonat.
Oksigen dalam tabel periodik memiliki simbol O dengan nomor Atom 16, Magnesium
berreaksi dengan Oksigen menghasilkan Mg(OH)2. Karakteristik dari Magnesium Hidroksida
yaitu berbentuk serbuk putih, tidak berrasa, mengabsorsi CO2 secara perlahan dari udara.
Magnesium Hidroksida tidak larut dalam air, alkohol, kloroform, dan eter namun larut dalam
asam encer. Magnesium Hidroksida adalah antasida yang digunakan bersama-sama dengan
Aluminium Hidroksida untuk menetralisir asam lambung. Hal ini mengingat dari karakteristik
Magnesium Hidroksida itu sendiri yang larut dalam asam encer. Di dalam tubuh manusia,
kelenjar lambung setiap harinya memproduksi cairan lambung yang bersifat asam. Cairan ini
mengandung HCl dengan konsentrasi sekitar 0,03 M, hal ini menyebabkan lambung bersifat
asam dengan pH sekitar 1,5. Produksi asam lambung yang berlebihan akan menyebabkan
penyakit tukak lambung atau maag. Reaksi Magnesium Hidroksida di dalam lambung
berlangsung sebagai berikut:

Mg(OH)2 + 2 HCl → MgCl2 + 2 H2O

Magnesium hidroksida

Nama IUPAC
Magnesium hydroxide
Nama lain
Milk of magnesia
Identifikasi
Nomor CAS 1309-42-8
PubChem 14791
Nomor EINECS 215-170-3
ChEBI 6637
ChemSpider 14107
Nomor RTECS OM3570000
Kode ATC
SMILES [Mg+2].[OH-].[OH-]
InChI 1/Mg.2H2O/h;2*1H2/q+2;;/p-2
Sifat
Rumus molekul Mg(OH)2
Massa molar 58,3197 g/mol
Penampilan padatan putih
Bau Odorless
Densitas 2,3446 g/cm3
350 °C (662 °F)
Titik lebur
(terdekomposisi)
0,00064 g/100 mL (25 °C)
Kelarutan dalam air
0,004 g/100 mL (100 °C)
Hasil kali kelarutan,
1,5×10−11
Ksp
Indeks bias (nD) 1,559[1]
Struktur
Struktur kristal Hexagonal, hP3[2]
Grup ruang P3m1 No. 164
Konstanta kisi a = 0,312 nm
Termokimia
Entalpi pembentukan
−924.7 kJ·mol−1[3]
standar (ΔfHo)
Entropi molar standar
64 J·mol−1·K−1[3]
(So)
Kapasitas kalor (C) 77.03 J/mol K
Energi bebas Gibbs
-833.7 kJ/mol
(ΔfG)
Bahaya
MSDS External MSDS
Indeks EU Tidak terdaftar

NFPA 704
0
1
0

Titik nyala Tidak mudah terbakar


LD50 8500 mg/kg (rat, oral)
Senyawa terkait
Anion lain Magnesium oksida
Berilium hidroksida
Kalsium hidroksida
Kation lainnya
Strontium hidroksida
Barium hidroksida
Kecuali dinyatakan lain, data di atas berlaku
pada temperatur dan tekanan standar (25 °C, 100 kPa)
Pada percobaan keempat yaitu pembentukan cincin coklat [Fe(NO)]2+. Mula-mula sedikit
FeSO4 padat dilarutlan dalam 2 mL aquades dan terbentuklah larutan FeSO4. Larutan FeSO4
ditambahkan 5 tetes H2SO4 0,01 M, 1 mL NaNO3 0,1 M, dan 2 mL H2SO4 pekat melalui
dinding tabung. Penambahan asam sulfat pekat secara perlahan-lahan melalui dinding tabung
reaksi sehingga asam ini membentuk suatu lapisan disebelah bawah campuran tersebut.
Sebuah cincin terbentuk pada tempat dimana kedua cairan bertemu. Selai itu apabila
penambahan H2SO4 pekat langsnung maka tidak akan terbentuk cincin karena H2SO4 akan
pecah seperti air yang diteteskan langsung. Dan fungsi dari H2SO4 0,01 M adalah untuk
memulai reaksi, sedangkan penambhan H2SO4 pekat adalah untuk memberikan suasana yang
benar-benar asam pada reaksi karena reaksi tidap dapat berlangsung jika tidak meiliki
suasana. Dan cincin bisa terbentuk saat suasana asam benar-benar kuat. H2SO4 pekat ini
untuk menyatukan ion Fe3+ deng NO-. Sedangkan fungsi ion Fe3+ dalam pembentukan cincin
adalah untuk mengoksidasi ion NO3- menjadi NO. Cincin yang terbentuk adalah cincin
[Fe(NO)]2+ yang berwarna coklat. Reaksi yang terbentuk adalah :

● 2NO3- + 4H2SO4(l) + 6Fe2+ → 6Fe3+ + 2NO↑ + 4SO42- + 4H2O(l)

- Fe2+ NO↑ → [(Fe(NO)]2+

Reagen yang digunakan adalah H2SO4 karena lebih stabil. Apabila misal menggunakan HCl
maka senyawa yang diinginkan tidak akan terbentuk. Misal untuk reaksi ini maka HCl ikut
bereaksi dengan Fe menghasilkan FeCl3. Pada reaksi tersebut yang bertindak sebagai reaktan
adalah 2NO3- + 4H2SO4(l) + 6Fe2+ dan menghasilkan produk 6Fe3+ + 2NO↑ + 4SO42- +
4H2O(l). Dari percobaan keempat ini dapat disimpulkan bahwa cincin coklat terbentuk
menunjukkan adanya ion nitrit [Fe(NO)]2+. Terbentuknya cincin ini menunjukkan jika suatu
sistem dikenai sebuah ganguan dari luar maka kesetimbangn akan bergeser keposisi
kesetimbangan baru. Berdasarkan asas le chatlier yang berbunyi “Jika terhadap suatu sistem
kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi), sistem kesetimbangan tersebut akan
mengalami perubahan (pergeseran) yang cenderung untuk mengurangi pengaruh aksi
tersebut.” Dimana jika suatu sistem dikenai sebuah ganguan dari luar maka kesetimbangn
akan bergeser keposisi kesetimbangan baru . Dari konsep kesetimbangan tersebut percobaan
keempat sesuai dengan teori dari asas le chatlier.

Pada percobaan kelima yaitu kesetimbangan timbal (II) sulfat. Mula-mula 2 mL Pb(NO3)2 0,5
M yang tidak berwarna dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan 1 tetes H2SO4
0,01 M yang menyebabkan warna larutan keruh dan terdapat endapan PbSO4. Lalu
ditambahkan alkohol 1 tetes yang mengakibatkan warna larutan yang sebelumnya berwarna
keruh dan terdapat endapan PbSO4 menjadi tak berwarna dan endapan PbSO4 turun kedasar
tabung. Fungsi dari penambahan alkohol ini adalah menurunkan kelarutan PbSO4 sehingga
kelarutannya menjadi jauh lebih rendah, karena semakin kecil kelarutan suatu zat maka akan
semakin mudah mengendap. Campuran larutan tersebut membetuk endapan putih PbSO4.
Adanya endapan putih yang mengakibatkan larutan keruh ini menandakan terjadinya
pergeseran kesetimbangan kearah produk atau hasil. Kemudian dipanaskan sehingga endapan
PbSO4 lama-lama berkurang kemudian larut dan larutan menjadi tak berwarna. Setelah
dipanaskan dan endapan menghilang larutan didinginkan. Setelah dingin endapan PbSO4
kembali terbentuk. Pada saat dipanaskan berarti suhu meningkat dan endapan berkurang
karena larut, ini menunjukkan bahwa terjadi pergeseran kesetimbangan kearah reaktan atau
kearah reaksi endoerm. Dan pada saat dingin berarti suhu menurun dan endapan terbentuk
kembali, ini menunjukkan terjadinya pergeseran kesetimbangan kearah produk atau kearah
reaksi eksoterm Reaksi yang terbentuk adalah :

● Pb(NO3)2(aq) + H2SO4(aq) PbSO4(s) + 2HNO3(aq) ΔH= - 52 KJ

Nilai dari ΔH negatif menunjukkan reaksi dari reaktan keproduk merupakan reaksi eksoterm.
Pada reaksi diatas yang bertindak sebagai reaktan adalah Pb(NO3)2 ditambah H2SO4
menghasilkan produk yaitu PbSO4 solid dan HNO3. Pada saat pemanasan larutan menjadi
tidak terdapat endapan karena pada saat dipanaskan PbSO4 ion-ionnya terpecah menjadi Pb2+
dan SO42- dan pada saat dingin terbentuk endapan lagi karena ion-ionnya bersatu kembali
menjadi sebuah senyawa yaitu PbSO4. Dari percobaan kelima dapat disimpulkan bahwa
kesetimbangan dipengaruhi suhu. Apabila suhu naik maka kesetimbangan akan bergeser
kearah reaksi endoterm dan apabila suhu turun maka kesetimbangan akan bergeser kearah
reaksi eksoterm. Berdasarkan asas le chatlier yang berbunyi “Jika terhadap suatu sistem
kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi), sistem kesetimbangan tersebut akan
mengalami perubahan (pergeseran) yang cenderung untuk mengurangi pengaruh aksi
tersebut.” Dimana faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah suhu. Apabila suhu naik
maka kesetimbangan akan bergeser kearah reaksi endoterm dan apabila suhu turun maka
kesetimbangan akan bergeser kearah reaksi eksoterm. Dari konsep kesetimbangan tersebut
percobaan kelima sesuai dengan teori dari asas le chatlier.

Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa Jika terhadap suatu sistem kesetimbangan
dilakukan suatu tindakan (aksi), sistem kesetimbangan tersebut akan mengalami perubahan
(pergeseran) yang cenderung untuk mengurangi pengaruh aksi tersebut. konsentrasi Apabila
suhu naik maka kesetimbangan akan bergeser kearah reaksi endoterm dan apabila suhu turun
maka kesetimbangan akan bergeser kearah reaksi eksoterm. Apabila suatu reaktan
ditambahkan volume maka kesetimbangan akan bergeser kearah koefisien yang besar
begitupun sebaliknya, tetapi reaksi yang memiliki koefisien sama perubahan volume dan
tekanan tidak mempengaruhi pergesera kesetimbangan. Apabila suhu naik maka
kesetimbangan akan bergeser kearah reaksi endoterm dan apabila suhu turun maka
kesetimbangan akan bergeser kearah reaksi eksoterm.

Jawaban pertanyaan

1. Dengan anggapan sistem kesetimbangan untuk reaksi:


H2 + I2 2 HI
Jika 23 gram I2 dan 0,5 gram H2 dipanaskan pada 450oC sampai kesetimbangan tercapai,
tentukan berat I2 jika berat mula-mula 8,95 gram. Hitunglah konsentrasi HI dan H2 dalam
campuran itu jika volume sistem 1 Liter!
Jawab:
𝑜, 5
Mol H2 = = 0,25 𝑚𝑜𝑙
2
23
Mol I2 = = 0,09 𝑚𝑜𝑙
252
8,95
Mol mula − mula I2 = = 0,04 𝑚𝑜𝑙
252
H2 + I2 2HI
M: 0,25 0,09
R: 0,04 0,04 0,08
S: 0,21 0,05 0,08
Konsentrasi HI = mol/volume = 0,08 mol/1 L = 0,08 M
Konsentrasi H2 = mol/volume = 0,21 mol/1 L = 0,21 M
Berat I2 = mol x Mr = 0,05 mol x 252 = 12,6 gram
2. Sistem kesetimbangan akan bergeser ke arah mana bila:
a. Volume sistem diperbesar
b. Temperatur sistem dinaikkan
Jawab :
a. Apabila volume diperbesar maka sistem kesetimbangan akan bergeser kearah koefisien
yang lebih besar.
b. Apabila temperatur dinaikkan maka sistem kesetimbangan akan bergeser kearah reaksi
endoterm.

Anda mungkin juga menyukai