TINJAUAN PUSTAKA
dan Sudana (1973), dan geologi regional lembar Pasangkayu, Sulawesi oleh
Secara umum morfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi tiga satuan
Bombaru dan Pakuli. Di bagian barat, satuan ini tersebar hampir di sepanjang
pesisir dan melebar di sekitar muara S. Lariang. Tingginya berkisar dari 0 sampai
50 meter diatas muka laut, dengan lereng sangat landaI hingga datar.
5
berkisar dari 50 sampai 500 meter di atas muka laut. Di sekitar lembah Palu
satuan ini menempati daerah yang sempit diantaranya di sekitar Bora, Bombaru
mempunyai ketinggaian lebih dari 500 meter di atas muka laut. Puncak-puncak
bagian hulu dan tengah aliran sungai erosi tegaknya lebih giat sehingga
Satuan tertua di daerah ini adalah kompleks Wana TRw, terdiri dari sekis,
genes dan kuarsit; umurnya diduga Trias. Kompleks Gumbasa (TRJgg) yang
terdiri dari granit, genesan, diorite genesan, genes dan sekis; diduga mempunyai
hubungan menjemari dengan Kompleks Wana dan umurnya terduga Trias hingga
Jura. Kompleks ini tertindih tak selaras oleh Formasi Latimojong (Kls) yang
berumur Kapur Akhir. Formasi Latimojong terdiri dari peselingan batusabak, filit,
6
Miosen Awal menindih takselaras Formasi Latimojong. Satuan ini tertindih
(Tmpi) yang terdiri dari diorite-andesit (d), granit dan granodiorit (g). Formasi
Pliosen Awal menindih tak selaras satuan di bawahnya. Satuan ini terdiri dari
(Qp), yang terdiri dari konglomerat dan batupasir merupakan endapan kipas
Aluvium dan teras sungai. Umurnya diperkirakan Plistosen Akhir. Aluvium (Qa)
keseluruhan.
Struktur yang terdapat di daerah ini adalah sesar, lipatan, kekar. Sesar yang
dapat dikenali jenisnya adalah mendatar dan turun. Sesar Palu-Koro merupakan
sesar mendatar mengiri yang masih giat hingga kini (Tjia, 1973; Sudrajat, 1981
dalam Sukido dkk, 1993). Sesar ini menerus hingga Lembar Palu di Utaranya,
7
Lembar Poso di Timurnya dan Lembar Malili di Selatan. Di Lembar Malili Sesar
Palu Koro bersatu dengan sesar Matano (Simandjuntak, drr., 1997). sesar ini
diduga mulai terbentuk sejak Oligosen, bersambung dengan sesar sorong yang
merupakan sesar tukar (Simandjuntak, drr., 1991b). Di kedua belah sisi sesar Palu-
Koro berkembang sesar merencong (en echelon Fault). Lajur sesar ini melebar ke
Sesar Palu-Koro berkisar antara 2 dan 3,5 mm setiap tahun. Semakin ke arah utara
disamping pergeseran mendatar juga terjadi pergeseran tegak. Sesar lain yang
ukurannya lebih kecil merupakan sesar ikutan yang terbentuk bersamaan atau
setelah sesar utama terbentuk. Pada batuan Mesozoikum banyak dijumpai sesar
kecil-kecil dengan arah hampir sama dengan sesar utama; dan ada juga yang
berlainan arah.
Lipatan yang ada di daerah ini berupa lipatan terbuka dan lipatan tertutup.
Lipatan terbuka mempunyai kemiringan sayap kurang dari 300 berarah hampir
umumnya berkembang pada batuan Mesozoikum atau yang lebih tua arah
sumbunya sukar ditentukan. Lipatan ini diduga terbentuk sejak Oligosen atau lebih
tua, kemudian terlipat lagi oleh teriukkan pada Miosen dan Plistosen.
Kekar hampir terdapat pada semua jenis batuan terutama disekitar Lajur
sesar baik pada batuan malihan, sedimen maupun beku. Di beberapa tempat kekar
8
perdaunan umumnya berarah 1050-1700 UT, dengan kemiringan berkisar antara
250-800. Menurut Sudrajat (1981), batuan tertua yang terdapat di daerah ini berasal
dari endapan depan atau belakang busur magmatik; yang mengalami pemalihan
Samudera Banda Purba kearah barat yang kemudian pada Kapur Akhir menunjam
laut yang menghasilkan batuan gunungapi Rampi dan Tineba. Di Lembar ini
terbentuk batuan gunungpapi Rampi dan Tineba. Di Lembar ini ini terbentuk
Pada Oligosen , terdapat benua mini Banggai Sula jauh di bagian timur
yang bergerak ke barat; diikuti dengan pembentukan Sesar mendatar Sorong yang
dan persesaran pada batuan tua di ketiga mandala geologi. Di daerah pemetaan
9
kegiatan ini ditandai oleh terbentuknya perlipatan bidang perdaunan pada batuan
Kalimantan. Pada awal Miosen Tengah terjadi terjadi percelakan Selat Makassar
Sudrajat, 1981).
di atas rumpang parit busur dan busur gunungapi. Fase tektonik ini mengakibatkan
ketiga mandala geologi saling bersentuhan. Pada waktu itu pula di ketiga mandala
berumur Miosen Akhir sampai Pliosen Awal, menindih tak selaras batuan yang
lebih tua. Selama Miosen terjadi kegiatan magmatic di daerah pemetaan dan
mandala Geologi Sulawesi Barat lainnya, ditandai oleh adanya batuan yang
10
Pada Pliosen-Plistosen seluruh daerah Sulawesi mengalami periukkan lagi
dimana sesar Matano mengambil alih gerakan dan berkembang ke sebelah barat
Sesar adalah bidang rekahan atau zona rekahan pada batuan yang telah
mengalami pergeseran (Ragan, 1973) dalam Ragan (2009). Menurut Ragan (2009)
Ada dua hal yang terdapat pada slip batuan yakni slip sejajar dengan kemiringan
(dip) bidang patahan dan slip yang sejajar dengan jurus (strike) bidang patahan.
1. Dip slip
2. Strike slip
11
Dip slip fault biasa juga disebut normal fault atau reverse fault. Right slip
fault juga disebut right-lateral atau dextral faults dan left slip fault juga disebut
left lateral atau sinistral fault. Gabungan dari dip slip dan strike slip fault disebut
Idealnya strike slip fault memiliki arah slip horisontal sedangkan normal
dan reverse fault memiliki arah slip searah dengan dip. Namun terdapat
penyimpangan dari arah dip slip sebenarnya dan strike slip sebenarnya dalam
artian bahwa arah slip (slip direction) memiliki nilai net slip dan rake sehingga
12
Gambar 2.1 Klasifikasi patahan (fault) berdasarkan dip pada fault plane dan pitch,
yakni sudut antara slip direction dan strike, dalam Fossen (2010).
Anderson (1951) dalam (Fossen, 2010), membuat klasifikasi sesar
berdasarkan pada pola tegasan dengan prinsip stress bahwa satu vertikal dan dua
lainnya horisontal. Berdasarkan hal tersebut sehingga sesar dibagi atas 3, yaitu
sesar naik (thrust fault), sesar normal (normal fault) dan sesar mendatar (strike
slip fault).
Normal fault, jika tegasan utama atau tegasan maksimum (σ1) posisinya
vertikal.
Strike slip fault, jika tegasan menengah atau intermediate (σ2) posisinya
vertikal.
Thrust fault, jika tegasan minimum (σ3) posisinya vertikal.
13
Gambar 2.2 Hubungan antara orientasi principal stress (stress regime) dan tectonic
regimes (bidang kompresi “P” dan bidang tension “T”) menurut Anderson,
1951 dalam (Fossen, 2010)
bidang proyeksi yang berupa bidang permukaan (horizontal) yang melalui pusat
sebuah bola. Bidang proyeksi ini berbentuk suatu lingkaran yang kemudian
yang berkedudukan miring, pada Wulff Net dan scmhid Net, 0o dimulai dari
lingkaran primitif dan 90o terletak pada pusat lingkaran (Gambar 2.3).
berbentuk busur dari suatu lingkaran yang jari-jarinya selalu lebih besar dari jari-
jari lingkaran primitifnya. Busur lingkaran ini disebut lingkaran besar atau
14
kedudukannya vertikal maka proyeksinya akan berupa garis lurus yang melalui
pusat lingkaran primitif. Selain lingkaran primitif dan lingkaran besar, pada
perpotongan antara bidang permukaan bola (bidang proyeksi dengan bidang yang
kecil dengan jari-jari yang berbeda dan lingkaran kecil bagian bawah bola
suatu bidang atau “bearing” suatu garis, menentukan besar sudut pitch/rake suatu
Gambar 2.3 Proyeksi stereografis, (a) Unsur-unsur proyeksi stereografis, (b)Wulff Net
atau Equal Angle Net (Ragan,1973) dalam Ragan (2009).
15
Dalam Ragan (1968) dalam Ragan (2009) disebutkan bahwa patahan dan
2. Yang kedua, dan biasanya dilapangan hal ini umum ditemukan yaitu
satu blok batuan terhadap blok batuan lainnya akan menyebabkan efek
lurus, tetapi akan terdapat beberapa lekukan pada zona sesar tersebut, pada daerah
inilah yang kemudian akan membentuk sesar naik (restraining) atau sesar turun
(releasing) sebagai struktur ikutan dari sesar geser tersebut (Robert & Eldridge,
1992) dalam (Frohlich, 2006). Gaya yang bekerja dalam satu titik akan
utama minimum vertikal akan membentuk sesar naik, gaya utama maksimum
vertikal akan membentuk sesar turun, serta gaya utama maksimum horizontal,
Parameter datum fault slip terdiri dari orientasi fault plane dan arah slip
pada hanging wall blok. Arah dip dan nilai dip (faz dan fpl) untuk dapat
diindikasikan oleh orientasi streasi slickenside dan sifat gerakan. Arah dan plunge
pada streasi disimbolkan “Saz dan Spl”. Setelahnya adalah berupa huruf (terdiri dari
16
satu huruf) merupakan simbol dari “Normal”, “Reverse”, “Dextral”, dan
“Sinistral”. Sudut dianggap berada dalam rentan 00 ≤ faz Saz < 3600 and 00 ≥ fpl Spl
< 000.
Gambar 2.5 a) Contoh File Data b) Data Fault Slip yang Tergambar pada MIM
2010.
17
2.2.3 Focal Mechanism
dikaitkan dengan kombinasi gaya atau stress yang bekerja pada suatu batuan.
bumi yang memperlihatkan dua kuadran hitam dan dua kuadran putih dipisahkan
oleh great circle arcs orientasi 900 dari satu sama lain. Great circle arcs adalah
nodal plane, salah satunya bertepatan dengan bidang patahan yang menghasilkan
gempa. Strike patahan diindikasikan dengan sebuah garis yang terhubung pada
dua titik yang mana great circle menyesuaikan pada perpotongan patahan tepi luar
dari diagram focal mechanism (dimana patahan great circle memotong primitive
circle garis putus-putus pada ilustrasi yang tergambar). Arah dip 900 dari strke
dari arah yang ditunjukkan oleh panah tebal dari pusat plot ke tengah lengkungan
great circle.
18
Gambar 2.6 Bagian-bagian dari proyeksi stereografi focal mechanism (Cronin, 2004).
Strike slip fault pada diagram focal mechanism ditandai dengan pola silang
yang khas. Diagram focal mechanism memiliki bidang vertikal yang mengarah ke
utara dan timur-barat. Pada saat gempa terjadi, gerak gelombang P melalui
titik pusat, sementara kuadran putih tertarik dari titik pusat. Ini biasa berakibat
dari sisi kanan tergelincir sepanjang timur-barat atau bisa juga terjaadi slip pada
19
Gambar 2.7 Model strike slip pada diagram focal mechanism (Cronin, 2004)
Dip slip fault terdiri dari normal fault dan trhust fault. Hanya tiga dari
keempat kuadran yang dapat diamati dalam diagram focal mechanism untuk yang
murni dip slip fault, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.5 . Di pusat plot
adalah putih untuk mekanisme normal fault (a) dan di tengah adalah hitam untuk
Gambar 2.8 Model normal fault (a) dan thrust fault pada diagram focal
mechanism (Cronin, 2004).
20
Oblique merupakan gabungan dari strike slip dan dip slip. Ke empat
kuadran diagram focal mechanism termasuk oblique slip, seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2.7. Jika pada pusat diagram adalah kuadran putih (a) maka itu
memliki komponen normal pada slipnya sedangkan jika pusatnya adalah kuadran
Gambar 2.9 Model oblique fault berupa normal-strike slip (a) dan thrust –strike slip (b)
(Cronin, 2004).
gempa bumi seperti jenis sesar gempabumi. Parameter sesar terdiri dari ukuran
sesar yang dinyatakan dalam km (kilometer) yaitu panjang dan lebar. Selain itu
terdapat jarak pergeseran, momen seismik, stress drop, serta source process atau
atau fault dapat mempunyai keadaan yang berbeda dan demikian pula dengan
Dapat dibedakan atas tiga bentuk gerakan dasar dari sesar, yaitu : sesar mendatar,
21
Gambar 2.10 Skema Diagram Focal Mechanism (Cronin, 2004).
nilai dip pada sumbu T, B dan P dari focal mechanism, diagram triangle
patahan normal (NF) ketika sebesar P sebesar >600, sesar naik (TF) ketika sumbu
T sebesar >600, strike slip/ sesar geser (SS) ketika sebesar >600.
22
Strike-slip
sub-vertical 2
0 0
80 10
70 0 200
600 30 0
50 0 40
0
Oblique
no vertical axis
0
40 0 50
0
30 0 60
0 0
20 70
10 0 80
0
Compressional
0 0
40 0
Tensional
0 0 0 0
20
Compresional 80 70 60 50 30 10
Tensional
sub-vertikcal
sub-vertical σ13 sub-vertical
sub-vertical σ3
1
23