CKD Fix
CKD Fix
CKD Fix
Di Susun Sebagai Salah Satu Syarat Tugas Profesi Departemen Medikal Bedah
Oleh:
SILFANI MINAMAKKATA
NIM: 2018.04.083
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah salah satu penyakit renal tahap akhir. CKD
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh
menyebabkan uremia atau retensi urea dan sampah nitrogenlain dalam darah (Smeltzer dan Bare,
2001).
CKD adalah suatu kerusakan pada struktur atau fungsi ginjal yang berlangsung ≥3 bulan,
dengan atau tanpa disertai penurunan glomerular filtration rate (GFR). Selain itu, CKD dapat
pula didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana GFR < 60 mL/menit/1,73 m2 selama ≥ 3 bulan
dengan atau tanpa disertai kerusakan ginjal (National Kidney Foundation, 2002).
Kerusakan faal ginjal hampir selalu tidak dapat pulih, dan dapat disebabkan berbagai hal.
Istilah uremia sendiri telah dipakai sebagai nama keadaan ini selama lebih dari satu abad.
Walaupun sekarang kita sadari bahwa gejala CKD tidak selalu disebabkan oleh retensi urea
CKD merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible dimana ginjal
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, yang
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). CKD ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang irreversible pada suatu derajat atau tingkatan yang memerlukan
terapi pengganti ginjal yang tetap berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Smeltzer, 2010).
B. Klasifikasi
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penyakit ginjal yang ditandai dengan
penurunan nilai laju filtrasi glomerulus atau Glomerular Filtration Rate (GFR) selama tiga bulan
atau lebih. Menurut (Derebail, et al., 2011), klasifikasi CKD berdasarkan nilai GFR yaitu:
2 Kerusakan ginjal 60 – 89
dengan penurunan
GFR ringan
3 Penurunan GFR 30 – 59
sedang
C. Etiologi
Penyebab Chronic Kidney Disease (CKD) belum diketahui. Tetapi, beberapa kondisi atau
penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah atau struktur lain di ginjal dapat mengarah
a. Diabetes Melitus
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan diabetes melitus. Jika kadar gula
darah mengalami kenaikan selama beberapa tahun, hal ini dapat menyebabkan penurunan
b. Hipertensi
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menjadi penyebab penurunan fungsi
ginjal dan tekanan darah sering menjadi penyebab utama terjadinya CKD (Webmid, 2015).
Kondisi lain yang dapat merusak ginjal dan menjadi penyebab CKD antara lain:
1. Penyakit ginjal dan infeksi, seperti penyakit ginjal yang disebabkan oleh kista
3. Penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama dapat merusak ginjal. Seperti obat Non
Steroid Anti Inflamation Drugs (NSAID), seperti Celecoxib dan Ibuprofen dan juga
D. Manifestasi Klinis
Karena pada CKD setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien
akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala tergantung pada
bagian dan tingkat kerusakan ginjal, dan kondisi lain yang mendasari. Manifestasi yang terjadi
pada CKD antara lain terjadi pada sistem kardio vaskuler, dermatologi, gastro intestinal,
neurologis, pulmoner, muskuloskletal dan psiko-sosial menurut Smeltzer, dan Bare (2001)
diantaranya adalah :
1. Kardiovaskuler :
a. Hipertensi, yang diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin
angiotensin aldosteron.
3. Gastrointestinal seperti anoreksia atau kehilangan nafsu makan, mual sampai dengan
terjadinya muntah.
7. Psiko sosial seperti terjadinya penurunan tingkat kepercayaan diri sampai pada harga
E. Patofisiologi
Menurut Smeltzer, dan Bare (2001) proses terjadinya CKD adalah akibat dari penurunan
fungsi renal, produk akhir metabolisme protein yang normalnya diekresikan kedalam urin
tertimbun dalam darah sehingga terjadi uremia yang mempengarui sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah, maka setiap gejala semakin meningkat. Sehingga
menyebabkan gangguan kliren renal. Banyak masalah pada ginjal sebagai akibat dari
Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24
jam untuk pemeriksaaan kliren kreatinin. Menurunya filtrasi glomelurus atau akibat tidak
berfungsinya glomeluri klirens kreatinin. Sehingga kadar kreatinin serum akan meningkat
selain itu, kadar nitrogen urea darah (NUD) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan
indikator paling sensitif dari fungsi renal karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh
tubuh. NUD tidak hanya dipengarui oleh penyakit renal tahap akhir, tetapi juga oleh masukan
Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) juga berpengaruh pada retensi cairan dan
natrium. Retensi cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk
mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir,
respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari tidak
terjadi. Natrium dan cairan sering tertahan dalam tubuh yang meningkatkan resiko terjadinya
oedema, gagal jantung kongesti, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi
aksis renin angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain
hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin
(H+) yang berlebihan. Sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal untuk
mensekresi amonia (NH3) dan mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3). Penurunan sekresi
Kerusakan ginjal pada CKD juga menyebabkan produksi eritropoetin menurun dan
anemia terjadi disertai sesak napas, angina dan keletian. Eritropoetin yang tidak adekuat dapat
memendekkan usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami
perdarahan karena setatus pasien, terutama dari saluran gastrointestinal sehingga terjadi anemia
berat atau sedang. Eritropoitin sendiri adalah subtansi normal yang diproduksi oleh ginjal untuk
Abnormalitas utama yang lain pada CKD menurut Smeltzer, dan Bare (2001) adalah
gangguan metabolisme kalsium dan fosfat tubuh yang memiliki hubungan saling timbal balik,
jika salah satunya meningkat yang lain menurun. Penurunan LFG menyebabkan peningkatan
kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum menyebabkan penurunan sekresi
parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun pada CKD, tubuh tidak berespon secara normal
menyebabkan perubahan pada tulang dan menyebabkan penyakit tulang, selain itu metabolik
aktif vitamin D (1,25 dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat didalam ginjal menurun,
seiring dengan berkembangnya CKD terjadi penyakit tulang uremik dan sering
dan keseimbangan parathormon. Laju penurunan fungsi ginjal juga berkaitan dengan gangguan
yang mendasari ekresi protein dan urin, dan adanya hipertensi. Pasien yang mengekresikan
secara signifikan sejumlah protein atau mengalami peningkatan tekanan darah cenderung akan
cepat memburuk dari pada mereka yang tidak mengalimi kondisi ini.
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang
rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium akibat
peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
2. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
3. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebian.
4. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
5. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
H. Penatalaksanaan
Penderita CKD perlu mendapatkan penatalaksanaan secara khusus sesuai dengan derajat
penyakit CKD, bukan hanya penatalaksanaan secara umum. Menurut Suwitra (2006), sesuai
Derajat CKD
(ml/mnt/1,873 penatalaksanaan
m2) terpi
pada penyakit
dasarnya, kondisi
komorbid,
evaluasi
pemburukan
(progresion)
fungsi ginjal,
memperkecil
resiko
kardiovaskuler.
2 60-89 Menghambat
pemburukan
(progresion)
fungsi ginjal.
3 0-59 Mengevaluasi
dan melakukan
terapi pada
komplikasi.
pengganti ginjal
(dialisis).
mempersiapkan
terapi
penggantian
ginjal
(transplantasi
ginjal).
Menurut Suwitra (2006) penatalaksanaan untuk CKD secara umum antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Waktu yang tepat dalam penatalaksanaan penyakit dasar CKD adalah sebelum terjadinya
Pada ukuran ginjal yang masih normal secara ultrasono grafi, biopsi serta pemeriksaan
histopatologi ginjal dapat menentukan indikasi yang tepat terhadap terapi spesifik.
Sebaliknya bila LFG sudah menurun sampai 20–30 % dari normal terapi dari penyakit dasar
2. Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFG pada pasien
penyakit CKD
Hal tersebut untuk mengetahui kondisi komorbid yang dapat memperburuk keadaan
pasien. Faktor-faktor komorbid ini antara lain, gangguan keseimbangan cairan, hipertensi
yang tak terkontrol, infeksi traktus urinarius, obstruksi traktus urinarius, obat-obat
nefrotoksik, bahan radio kontras, atau peningkatan aktifitas penyakit dasarnya. Pembatasan
cairan dan elektrolit pada penyakit CKD sangat diperlukan. Hal tersebut diperlukan untuk
mencegah terjadinya edema dan komplikasi kardiovaskuler. Asupan cairan diatur seimbang
antara masukan dan pengeluaran urinserta Insesible Water Loss (IWL). Dengan asumsi
antara 500-800 ml/hari yang sesuai dengan luas tubuh. Elektrolit yang harus diawasi dalam
asupannya adalah natrium dan kalium. Pembatasan kalium dilakukan karena hiperkalemi
dapat mengakibatkan aritmia jantung yang fatal. Oleh karena itu pembatasan obat dan
makanan yang mengandung kalium (sayuran dan buah) harus dibatasi dalam jumlah 3,5-5,5
mEg/lt. sedangkan pada natrium dibatasi untuk menghindari terjadinya hipertensi dan edema.
3. Menghambat perburukan fungsi ginjal. Penyebab turunnya fungsi ginjal adalah hiperventilasi
glomerulus yaitu :
a. Batasan asupan protein, mulai dilakukan pada LFG < 60 ml/mnt, sedangkan diatas
batasan tersebut tidak dianjurkan pembatasan protein. Protein yang dibatasi antara 0,6-
0,8/kg BB/hr, yang 0,35-0,50 gr diantaranya protein nilai biologis tinggi. Kalori yang
diberikan sebesar 30-35 kkal/ kg BB/hr dalam pemberian diit. Protein perlu dilakukan
pembatasan dengan ketat, karena protein akan dipecah dan diencerkan melalui ginjal,
tidak seperti karbohidrat. Namun saat terjadi malnutrisi masukan protein dapat
ditingkatkan sedikit, selain itu makanan tinggi protein yang mengandung ion hydrogen,
fosfor, sulfur, dan ion anorganik lain yang diekresikan melalui ginjal. Selain itu
pembatasan protein bertujuan untuk membatasi asupan fosfat karena fosfat dan protein
glomerulus. Selain itu pemakaian obat hipertensi seperti penghambat enzim konverting
perburukan fungsi ginjal. Hal ini terjadi akibat mekanisme kerjanya sebagai anti
4. Pencegahan dan terapi penyakit kardio faskuler merupakan hal yang penting
komplikasinya pada kardiovaskuler. Hal-hal yang termasuk pencegahan dan terapi penyakit
terapi pada kelebian cairan dan elektrolit. Semua ini terkait dengan pencegahan dan terapi
penurunan LFG
6. Terapi dialisis dan transplantasi dapat dilakukan pada tahap CKD derajat 4-5
I. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami beberapa
komplikasi. Komplikasi dari CKDmenurut Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra (2006)
antara lain adalah :
1. Hiper kalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan diit
berlebih.
2. Prikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah uremik
dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.