Anda di halaman 1dari 7

PRA PROPOSAL

PROGRAM HIBA BINA DESA (PHBD)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGUATAN


KAPASITAS PENGELOLAAN
JENIS USAHA MASYARAKAT DESA

Oleh:
TIM PENGUSUL

No Nama Jabatan Nim Angkatan

1 Ketua

2 Anggota

3 Anggota

4 Anggota

5 Anggota

6 Anggota

7 Anggota

8 Anggota

9 Anggota

10 Anggota

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2019
I. JUDUL

II. LATAR BELAKANG MASALAH


Maluku Utara memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar. Kekayaan sumber
daya ini dapat di ukur oleh gugusan pulau-pulau, luas lautnya serta ada juga berbagai macam
potensi yang belum di kembangkan sedangkan prospek perencanaan serta program
pengembangan tidak luput dari perhatian pemerintah, tetapi sejauh ini masih terdapat kendala
yang muncul ke permukaan bersama dengan gebrakan perubahan yang tidak sepenuhnya mampu
ditinjau dengan baik oleh Pemda Malut terutama dalam mengatasi pembangunan Desa yang
masih tertinggal di kawasan Maluku Utara. Kiranya penting untuk melakukan sebuah pengkajian
khusus untuk menelaah hal ini lebih mendalam.
Maluku Utara membutuhkan lembaga-lembaga kritis dan independen untuk dapat
mengidentifikasi problem yang ada terutama masalah-masalah yang didapati disebuah desa dan
kemudian ditawarkan konsep untuk menyelesaikannya dengan metode ilmiah yang kritis.
Universitas ataupun perguruan tinggi adalah wadahnya. Oleh karena itu, lembaga-lembaga inti
yang kemudian harus menjadi aktor atau mediator untuk menyelesaikan problem yang telah
terjadi sesuai dengan tugas serta fungsinya. Selanjutnya harus di respon secara kolektif oleh
pemangku kekuasaan di daerah masing-masing agar dapat di jadikan sebagai sebuah sandaran
utama poses penyelasian masalahnya.
Pembangunan Maluku Utara menuju perkembangan dalam waktu sangat cepat,
pengukurannya bukan hanya soal ekonomi semata tetapi Indeks Pembangunan Manusia juga
harus didorong perkembangannya. Sehingga kualitas SDM Maluku Utara dapat dihitung sebagai
SDM yang berkualitas dan berdaya saing. Maka dari itu, Program Hibah Bina Desa hadir untuk
mengatasi berbagai masalah yang ada terutama masalah desa yang masih tertinggal, lewat
pengembangan terkait dengan pengelolaan keuangan Desa.
Desa Gamtala merupakan suatu kesatuan yang memiliki ikatan tradisi dan budaya yang sangat
kuat dalam suatu kesatuan wilayah tertentu, memiliki pemimpin,serta memiliki kekayaan dan bersifat
tradisional, orisinil serta spesifik. Selama ini pengelolaan keuangan desa Gamtala di Jailolo dapat
dikatakan sederhana. Petanggungjawaban yang dibuat dalam bentuk laporan keuangan sampai saat
ini belum ditunjang dengan sistem dan prosedur yang memadai, hal ini dikarenakan tidak adanya
peraturan resmi yang dibuat baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang secara
khusus mengatur mengenai pembuatan laporan keuangan desa sebagai wujud akuntabilitas dalam
pengelolaan keuangan di desa Gamtala.
Adanya laporan keuangan yang handal dari desa Gamtala sangat diharapkan sebagai wujud
pertanggungjawaban kepada masyarakat desa Gamtala itu sendiri, sehingga persepsi maupun hal
negatif terkait dengan pengelolan keuangan desa Gamtala pun dapat dihindari. Sebelum survei
untuk keperluan PHBD pada 2019 ini, Desa Gamtala sudah pernah dikunjungi dan dilakukan
2
penelitian pada tahun 2017. Temuan menunjukkan bahwa desa ini memiliki berbagai potensi beserta
permasalahan yang dihadapinya.
Potensi wisata meliputi pemandian air panas, hutan mangrove dan hutan rempah-rempah.
Namun, belum dimaksimalkan atau diberdayakan secara optimal oleh penduduk setempat karena
beragam kendala.
Potensi pertanian Desa Gamtala juga sangat besar. Sebagian besar penduduk desa Gamtala
bermata pencaharian dibidang pertanian, hal ini didukung dengan potensi ketersediaan lahan untuk
bercocok tanam dengan tingkat kesuburan tanah yang alami, dan komoditi unggulan yang dimiliki desa
ini berupa rempah-rempah. Sebagai destinasi desa wisata, maka pembangunkan desa ini menjadi
penting sehingga praktik pengelolaan keuangan di desa Gamtala menarik untuk dicermati.

III. PERUMUSAN MASALAH

Hasil kajian mengenai masyarakat dan lingkungan di Desa Gamtala menunjukkan pentingnya
program pembinaan yang tercakup dalam bidang-bidang Pendidikan, Industri Kreatif, dan
Pengentasan Kemiskinan. Berdasarkan hasil identifikasi kondisi objektif Desa Gamtala dipandang
perlunya program pengembangan potensi desa solusi permasalahan yang mencakup:
1. Bagaimana cara pemahaman warga masyarakat terutama pada struktur kepengurusan desa
dalam hal ini pengelolaan keuangan dalam menyusun Laporan Keuangan guna memenuhi
transparansi dan akuntabilitas serta mampu mempublikasinya lewat media sosial, online
maupun media massa lainnya?
2. Bagaimana cara pembentukan dan pembinaan masyarakat desa dengan mengembangkan
potensi-potensi yang ada pada desa guna meningkatkan pendapatan desa?

IV. TUJUAN

Tujuan program ini adalah terwujudnya perubahan perilaku warga dan pemerintah desa
sehingga keberdayaan masyarakat terbangun semakin baik dari waktu ke waktu. Untuk
memastikan semua proses berjalan sesuai rancangan program, maka Desa Gamtala akan dijadikan
sebagai desa mitra. Pada tahun ini, diharapkan:
1. Mampu mengelola keuangan desa dan melaporkan serta mempublikasi laporan keuangan
Desa Gamtala kepada masyarakat luas lewat media sosial, online maupun media massa
lainnya;
2. Pengembangan potensi desa yang ada dengan kemasan yang lebih menarik dan bisa
dipasarkan lebih luas lagi dengan pemanfaatan sosial media yang merupakan media
pemasarannya.
Melalui pengelolaan semua potensi yang dimiliki diharapkan masyarakat Desa Gamtala
dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri, sejahtera, berjejaring, dan berkelanjutan.

3
V. INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM

Indikator 1: Perubahan Perilaku. Sebelum pelaksanaan PHBD, pengetahuan masyarakat


dalam hal-hal: p e m a h a m a n p e r a n g k a t d e s a / K e p a l a D e s a d a l a m p e n y u s u n a n
l a p o r a n k e u a n g a n D a n a D e s a , t r a n s p a r a n s i d a n a k u n t a b i l i t a s , pengembangan di
sektor industri kreatif dan pariwisata bagi peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal,
masih rendah. Setelah PHBD dilaksanakan, berbagai pengetahuan dalam aspek-aspek ini
diharapkan meningkat. Dari sisi aspek mental/kesadaran dan keterampilan masyarakat terkait
beberapa hal ini juga masih rendah sebelum PHBD dilaksanakan.
Indikator 2: Perubahan Fisik.
Indikator 3: Terjalinnya kemitraan dengan berbagai pihak. Salah satu masalah yang
mendasar di Desa Gamtala adalah tidak terbangunnya kemitraan dengan berbagai pihak. Hal ini
dijumpai dalam hal pemasaran hasil pertanian dan kerajinan tradisional. Beberapa pejabat
pemerintah yang pernah datang hanya memuji, tanpa mengupayakan akses modal usaha dan
pemasarannya. Setelah PHBD dilaksanakan, masyarakat desa sudah memiliki jaringan kemitraan
dengan pelaku usaha.
Indikator 4: Terbentuknya kelembagaan lokal.
Indikator 5: Rancangan program tindak lanjut. Pada awal tahun 2019, masyarakat Desa
Talaga Paca secara mandiri dan swadaya mengelola sendiri kelembagaannya yang sudah
dipersiapkan dan dibentuk selama berjalannya PHBD. Beberapa rancangan program tindak lanjut
meliputi: (1) pembinaan komunitas seni budaya, (2) pembinaan pengelola wisata di desa, (3)
peningkatan keterampilan kelompok usaha pengrajin, (4) Sekretariat Bersama: seni budaya dan
kelompok pengrajin, (5) Festival Talaga Paca sebagai event tahunan.

VI. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran yang menjadi target program ini meliputi: (1) Inovasi berupa laman (website) desa
yang dikelola sendiri oleh masyarakat desa. Isi laman mencakup informasi aktual berupa laporan
keuangan desa dan perkembangannya mengenai aktivitas desa, pariwisata, dan kebudayaan desa; (2)
Profil dan poster hasil pelaksanaan PHBD; (3) Publikasi tentang Desa Gamtala di media massa,
baik media cetak maupun daring; (4) Terbentuknya jejaring masyarakat desa dengan pelaku usaha
(ekonomi dan wisata).

VII. MANFAAT

Manfaat program usulan PHBD di Desa Talaga Paca, yaitu: (1) masyarakat mendapatkan
pelatihan di bidang ekonomi, wisata, dan pertanian untuk meningkatkan pendapatan mereka; (2)
masyarakat desa, pengusaha, pemerintah desa memiliki jaringan kerjasama yang
menguntungkan semua pihak; (3) meningkatnya penghasilan masyarakat melalui wisata dan
4
penjualan hasil pertanian; (4) pemerintah desa memperoleh pelatihan penyusunan laporan keuangan
desa.

VIII. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN

Berdasarkan data primer dan sekunder yang diperoleh selama praktik lapang dan survei untuk
PHBD diketahui Desa Gamtala yang dipilih dalam penelitian ini yaitu sebuah desa yang terletak di
kecamatan Jailolo, kabupaten Halmahera Barat, provinsi Maluku Utara. Desa Gamtala sering juga
disebut desa wisata dengan luas wilayah 9.000 Ha. Selanjutnya jumlah kepala keluarga yang menetap di desa
Gamtala, sebanyak 170 kepala keluarga dengan mayoritas pencaharian penduduk bercocok tanam. Ruben
Kalengit, Kepala Desa Gamtala yang diwawancarai, menjelaskan batas desa Geamtala sebagai
berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan hutan mangrove
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Gunung Tugu Aer
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lolori, dan
d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Marimabati.
Lebih lanjut, kepala desa menjelaskan bahwa mengapa desa Gamtala disebut desa wisata dikarenakan
desa Gamtala memiliki keindahan hutan mangrove, aliran sungai yang deras dan jernih serta
terdapatnya mata air panas. Jumlah kepala keluarga yang menetap di desa Gamtala, lanjut kepala
desa berjumlah sebanyak 170 kepala keluarga dengan mayoritas pencaharian penduduk bercocok
tanam. Data ini menunjukkan bahwa penduduk Gamtala sebagian besar merupakan usia produktif
yang dapat membantu efektivitas pemberdayaan masyarakat melalui PHBD ini.

IX. METODE PELAKSANAAN

Hasil praktik lapangan mahasiswa akuntansi dan survei lapangan untuk PHBD di Desa
Gamtala menunjukkan berbagai potensi dan permasalahan yang ada, terutama pada kalangan
generasi muda masih sering terjadi konflik antar pemuda di desa Gamtala utamanya saat diadakannya
pesta atau hiburan rakyat. Hal ini tentunya memerlukan perhatian dari pihak pemerintah desa dan
dicarikan solusi yang tepat sehingga hal ini bisa di minimalisir atau dihilangkan. Peran aktif
masyarakat dalam pembangunan dibangkitkan lewat organisasi sistem yang ada di lingkungannya.

5
Salah satu faktor yang cukup mempengaruhi peran serta masyarakat adalah pandangan hidup. Secara
umum pandangan hidup ini dapat diklasifikasikan atas 3 kelompok yaitu masyarakat yang
berpandangan terbuka atau yang mudah menerima perubahan, berpandangan tertutup atau yang
seringkali menolak perubahan, dan berpandangan terbatas. Masyarakat yang berpandangan terbatas
biasanya bisa menerima perubahan tetapi tidak semua, umumnya kelompok ini jauh lebih maju dari
dua kelompok masyarakat sebelumnya. Di samping itu peran dunia usaha dalam pembangunan
perdesaan juga sangat dibutuhkan sehingga terjadi sinergi yang optimal antara pemerintah, masyarakat
dan dunia usaha. Sedangkan peran pemerintah dalam pembangunan perdesaan adalah untuk
mendukung terwujudnya situasi kondisi wilayah yang kundusif dan memfasilitasi seluruh program
pembangunan yang sasarannya adalah masyarakat desa. Dengan demikian diharapkan dapat
mendukung kelancaran pelaksanaan implementasi Alokasi Dana Desa di Desa Gamtala.

6
Teknik pemberdayaan masyarakat dilakukan secara partisipatif dan kemitraan dengan prinsip
bertindak bersama, berperan setara. Secara bertahap, program ini mencakup kegiatan
yang direncanakan secara berturut-turut, yaitu: (1) Sosialisasi program/kegiatan PHBD; (2)
Pemetaan partisipatif untuk mengenali potensi desa dan permasalahannya; (3) Pelatihan
pelaporan keuangan desa; (4) Pelatihan Perhitungan Harga Pokok Produk (HPP) Hasil
Pertanian Desa; (5) Pelatihan internet dan pengelolaan laman (website) desa untuk Hasil
Pertanian desa dan wisata desa; (6) Pembuatan laman (website) desa; (7) Pembuatan brosur,
poster, leaflet, tentang Hasil Pertanian Desa; (8) Perbaikan sarana dan prasarana desa; (9)
Festival Desa; (10) Temu Jalin untuk Kemitraan Pelaku Usaha, Masyarakat, Pemerintah
Desa, dan Perguruan Tinggi;
X. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Program usulan ini dijadwalkan selesai dalam kurun waktu 6 bulan sejak ditandatangani
kontrak bantuan PHBD (Mei–November 2019). Setelah masa pendanaan program PHBD
selesai, desa Gamtala tetap menjadi desa binaan Program Studi Akuntansi.
XI. BIAYA

Total biaya yang diperlukan program ini sebesar Rp. 45.000.000, dengan rekapitulasi
biaya terdiri atas:
1) Bahan habis pakai = Rp 14.900.000,-
2) Peralatan Penunjang = Rp 2.420.000,-
3) Perjalanan = Rp 5.880.000,-
4) Konsumsi = Rp 16.800.000,-
5) Seminar dan publikasi = Rp 5.000.000,-

Anda mungkin juga menyukai