Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, berbagai sumber air yang dipergunakan sebagai keperluan hidup dan
kehidupan dapat tercemar oleh berbagai sumber pencemaran. Limbah yang berasal dari
makhluk hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuhan dpaat menjadi penyumbang
pencemaran terhadap air yang akan dipergunakan, baik untuk keperluan kehidupan yang
lain. Keberadaan zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih akan
menimbulkan gangguan terhadap kualitas air. Keadaan ini akanmenyebabkan oksigen
terlarut dalam air berada pada kondisi yang kritis, atau merusak kadar kimia air. Rusaknya
kadar kimia air tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi dari air (Aria, 2009).
Rendahnya standar kebersihan pada suatu populasi menimbulkan bermacam-macam
penyakit. Oleh karena itu, kebersihan lingkungan harus tetap terjaga karena merupakan
pemegang peran penting dalam kesehatan lingkungan. Selain itu, snaitasi yang masih rendah
harus diperbaiki dan ditingkatkan supaya kebutuhan oksigen biokimiawi dapat terpenuhi.
Karena sangat pentingnya air bagi kehidupan, terutama air bersih, maka pengukuran kualitas
air di suatu perairan dan tingkat pencemarannya dengan pengukuran BOD sangat penting.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum pengukuran BOD (Biologycal Oxygen
Demand) adalah agar mahasiswa mampu melakukan pengukuran BOD sesuai dengan
prosedur kerja yang ada sehingga hasil yang diperoleh juga relevan. Setelah dilakukan
pengukuran BOD diharapkan dapat mengklasifikasi air yang diambil sampelnya dan
mengaitkannya dengan penggunaan yang layak.
1.3 Prinsip Percobaan
BOD dipergunakan untuk menentukan jumlah oksigen yang dipergunakan oleh mikroba
untuk merombak senyawa-senyawa organic secara biokimiawi dalam air dan termasuk
oksgen yang dipergunakan untuk mengoksdasi senyawa-senyawa anorganik, seperti sulfide
dan ferro (Pramudya,2001 dalam cordova,2008)
Penentuan BOD dilakukan dengan cara sampel air didalam botol yang kedap udara
(BOD). Botol diinkubasi dengan kondisi dan waktu tertentu. Oksigen terlarut didalam
sampel air diukur sebelum dan sesudah diinkubasi kemudian BOD dihitung dari selisih
antara nilai X sebelum dan sesudah inkubasi (pramudya.2001 dalam cordova.2008)

1
Reaksi Oksigen Terlarut (DO)

MnSO4 + 2KOH -> Mn(OH)2 + K2SO4

Mn(OH)2 + ½ O2 -> MnO2 + H2O

MnO2 + 2KI + 2H2O -> Mn(OH)2 + I2 + KOH

I2 + 2Na2S2O3 -> 2NaI + Na2S2O3

BOD = DO0 – DO5

*keterangan : DO0 adalah DO sebelum inkubasi


DO5 adalah DO setelah inkubasi selama 5 hari, 20OC, gelap
Perairan yang telah tercemar atau air limbah yang mengandung senyawa organic yang
memerlukan oksigen melebihi dari kelarutan oksigen dalam air, sehingga dalam hal ini
diperlukan pengenceran air. Sebagai contoh, terjadinya keseimbangan antara bahan jumlah
organic yang dioksidasi dengan jumlah oksigen yang diperlukan didalam contoh air yang
akan diatur BOD nya. Karena untuk pertumbuhan bakteri diperlukan unsur hara seperti
fosfor dan logam-logam. Maka didalam air pengenceran ditambah unsur tersebut.
Disamping itu, untuk menjaga pH agar tetap kinstan maka ditambahkan pula larutan
penyangga pH. (Pramudya.2001 dalam cordova 2008).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi BOD


BOD adalah suatu karakterisitk yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang
diperlukan oleh mikroorganisme (contohnya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi
bahan organic dalam kondisi aerobic. BOD adalah salah satu Analisa empiris yang mencoba
mendekati secara global prosesmikrobiologi yang benar-benar terjadi dalam air. BOD
merupakan parameter yang umum dipakai untuk menentukan beban pencemaran akibat air
buangan dan untuk mendesain system pengolahan secara biologis. Adanya bahan organic
yang cukup tinggi (ditunjukkan dengan nilai BOD) menyebabkan mikroba menjadi aktif
menguraikan bahan organic tersebut secara biologis menjadi senyawa-senyawa asam
organic (Mays. 1996 dalam Larasati.2016)
Ditegaskan lagi oleh Boyd (1990), bahwa bahan organic yang terdekomposisi
dalam BOD adalah bahan organic yang siap terdekomposisi. BOD sebagai suatu ukuran
jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan
sebagai respon terhadap masuknya bahan organic yang dapat diuraikan. Dari pengertian-
pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa, walaupun nilai BOD menyatakan jumlah
oksigen, tetapi untuk mudahanya dapat juga diartikan sebagai gambaran jumalah bahan
organic mudah urai (biodegradable organic) yang ada di perairan. Kebutuhan oksigen
biologi suatu badan air adalah banyaknya oksigenyang dibutuhkan oleh organisme yang
terdapat didalamnya untuk bernapas selama lima hari, maka oerlu diukur kadar oksigen
terlarut dalam contoh air yang telah disimpan selama lima hari. Selama dalam penyimpanan
itu harus tidak ada penambahan oksigen melalui proses fotosintesis dan selama lima hari itu
semua organisme yang berada dalam contoh air bernapas menggunakan oksigen yang ada
dalam contoh air tersebut. (Barus .2004 dalam Silalahi. 2010)
2.2 Pengujian BOD
Cara pengujian BOD yaitu dengan mengukur jumlah oksigen yang akan
dihabiskan dalam waktu lima hari oleh organisme pengurai aerobic dalam suatu volume
limbah pada suhu 20oC. hasilnya dinyatakan dalam BPS(PPM). Jadi,BOD sebesar 200 PPM
berarti bahwa 200 mg oksigen akan dihabiskan oleh contoh limbah sebanyak satu liter dalam
lima hari pada suhu 200oC
Jika jumlah bahan organic dalam air hasilnya sediki, maka bakteri aerib mudah
memecahkannya tanpa mengganggu keseimbangan oksigen dalam air. Tetapi jika jumlah
bahan organic itu banyak, maka bakteri pengurai ini akan berlipatganda karena banyak
makanan dan menyebabkan penurunan kandungan oksigen terlarut diperairan sampai pada

3
tingkat terendah sehingga bakteri perairan menjadi anaerob yang dapat mengakibatkan
kematian organisme akuatik (Lee at al.1978 dalam nurhayati .2009)

2.3 Standar Kualitas Air Berdasarkan BOD

NO Nilai BOD5(ppm) Status Kualitas Air


1 <2,9 Tidak tercemar
2 3,0 – 5,0 Tercemar ringan
3 5,1 – 14,9 Tercemar sedang
4 >15 Tercemar berat
(Lee et al. 1978 dalam Sujati et al.2017)

2.4 Metode Analisis BOD


2.4.1 Metode Titrasi dengan cara Winkler (Septiawan et al.2014)
Metode yang paling umum dan lebih analitis dari metode lain yaitu metode
Winkler. BOD ditentukan dengan prosedur DO hari kelima. Mula-mula diukur DO0 dan
setelah mengalami inkubasi selama 5 hari, diukur lagi akdar DO hari kelima tersebut.
Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan MnSO4 dan NaOH-KI
(larutan Iodida) sehingga terbentuk endapan kecoklatan MnO2. Penambahan H2SO4
menyebabkan endapan yang terjadi akan larut kebali dan membeskan I2 (Iodium) yang
ekuivalen dengan oksigen terlarut. I2 yang dibebaskan ini dititrasi dengan larutan standar
natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan indicator amilum (kanji).

Reaksi Oksigen Terlarut (DO)

MnSO4 + 2KOH -> Mn(OH)2 + K2SO4

Mn(OH)2 + ½ O2 -> MnO2 + H2O

MnO2 + 2KI + 2H2O -> Mn(OH)2 + I2 + KOH

I2 + 2Na2S2O3 -> 2NaI + Na2S2O3

Kadar BOD dapat ditentukan dengan rumus :

BOD = DO0 – DO5

Selama penentuan oksigen terlarut, baik untuk DO maupun BOD, diusahakan


seminimal mungkin larutan sampel yang akan diperiksa tidak terkontak dengan udara
bebas. Khusus untuk penentuan BOD, sebaiknya digunakan botol sampel BOD volume
250ml dan semua isinya di titrasi langsung.

4
2.4.2 Metode Elektrokimia (Septiawan Et Al. 2014)
Adapun metode lain untuk menentukan kadar BOD yaitu dengan metode
elektrokimia dengan metode Winkler, dihitung DO0 dan DO5 nya. Prinsip kerjanya adalah
menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dilarutan
elektrolit. Alat DO meter terdapat probe yang biasanya menggunakan katode perak(Ag)
dan anoda timbal(Pb). Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisis dengan membrane
plastic yang bersifat semi permeable terhadap oksigen.
2.5 Peranan BOD Dalam Perairan
BOD mempunyai peranan penting yaitu sebagai parameter penentuan kualitas air
pada suatu perairan, apakah perairan tersebut tercemar atau tidak. Selain itu, kandungan
BOD dapat membantu mikroorganisme dalam mengurai bahan-bahan organic di
perairan. Selain itu oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan
organic dan anorganik ( salmin.2005 dalam muriasih.2012)
2.6 Standar Baku Mutu
Adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat/bahan pencemar terdapat
dilingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup dan benda
lainnya. Untuk mencegar terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai
aktivitas industry dan manusia. Maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran
lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Standar baku mutu lingkungan
berfungsi untuk mengatakan/menilai bahwa lingkungan telah rusak dan tercemar (surat
keterangan Gubernur Jatim. 2002)
Semakin banyak bahan organic dalam air, maka semakin besar BOD-nya,
sedangkan DO akan semakin rendah. Air yang bersih adalah jika tingkat DOnya tinggi,
sedangkan BOD dan zat padat yang terlarutnya rendah. Apabila kadar DO berkurang
mengakibatkan hewan-hewan yang menempati perairan akan mati dan jika kadar BOD
meningkat akan mengakibatkan perairan menjadi tercemar dan rusak (Hilda
Zulkifli.2009)
2.7 Kelebihan Pengujian BOD
Merupakan parameter yang dapat mengukur konsentrasi senyawa organic didalam
air limbah. secara umum adalah pengukuran tidak langsung terhadap banyaknya
oksigen yang digunakan mikroorganisme untuk mendekomposisi industry organic.
Adapun kelebihan penguji BOD menurut henze dkk.1995 dalam zulkifli.2009) sebagai
berikut
1. Menentukan kebutuhan oksigen yang terlarut yang diperlukan untuk penglolaan
biologis
2. Menentukan ukuran unit 1 PAL
3. Menentukan efisiensi beberapa proses pengolahan

5
4. Menentukan batas baku mutu air pengelolaan limbah prosedur tes BOD
2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi BOD
Menurut Agusnar (2008), factornya ialah :
1. Jenis limbah
2. Suhu air
3. Ph
4. Kondisi air secara keseluruhan dan juga selain itu jumlah senyawa organic yang
diuraikan
5. Tersedianya mikroorganisme aerob
6. Tersedianya sejumlah oksigen yang dibuktikan dalam proses penguraian tersebut.

6
BAB III
ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol Winkler sebagai wadah
sampel,buret 50ml dengan statif dan kelm untuk titrasi, beaker glass dan gelas ukur untuk
wadah larutan yang dipakai dalam praktikum, pipet tetes sebagai pemindah laurtan, pipet
volume dan ballfiller sebagai pemindah sampel ke Erlenmeyer sebagai wadah sampel saat
titrasi.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel air yang telah
diinkubasi selama 5 hari pada suhu 20OC dengan keadaan gelap. Larutan yang digunakan
yaitu laurtan MnSO4 dan alkali untuk membentuk endapan MnO2, larutan H2SO4 untuk
melarutkan endapan, indicator amilum(kanji) dan larutan natrium thiosulfate (Na2S2O3)
sebagai titran.
3.2 Analisis Bahan
Sampel air yang digunakan adalah yang telah diinkubasi selama 5 hari pada suhu
O
20 C dengan keadaan gelap, air seperti yang diketahui adalah substansi kimia dengan
rumus H2O. air bersifat tidak berbau, tidak bewarna dalam keadaan standar.
(Puspitasari.2013)
Larutan natrium sulfat (Na2S2O3) adalah berupa hablur aksar, tidak bewarna, atau
serbuk hablur kasar. Mengkilap dalam udara lembap dan mekar dalam udara kering pada
suhu lebih dari 33OC. Larutannya netral atau basa lemah terhadap lakmus. Sangat mudah
larut dalam air dan tidak mudah dalam etanol. Larutan ini berfungsi sebagai titran dalam
pengukuran BOD dibagian penentuan DO(Kurnia.2017)
Larutan mangan sulfat (MnSO4) adalah senyawa organic dengan rumus struktur
MnSO4(H2O). MnSO4 yang berada didalam alam dalam bentuk hidrat, yaitu
monohidrat,tetrahidrat,pentahidrat, dan hepahidrat. Larutan ini dalam keadaan basa akan
membentuk endapan MnO2 yang bewarna coklat yang menandakan sampel mengandung
oksigen(Puspitasari.2013)
Larutan alkali Iodida Azida berfungsi sebagai katalisator karena zat organic
sangat sukar bereaksi setelah penambahan larutan ini. Sampel dibiarkan beberapa saat
hingga terbentuk endapan coklat (MnO2) yang akan mengikat O2 (Puspitasari.2013)
Asam sulfat dalam keadaan murni merupakan cairan kental dan berat yang tidak
bewarna. Dalam percobaan ini, asam sulfat digunakan untuk melarutkan kembali endapan
hingga endapan larut dan melepaskan I2(Iodium) yang ekuivalen dengan oksigen terlarut.
(Puspitasari.2013)
Amilum dibagi menjadi dua, yaitu amilosa dan B-amilosa, ialah senyawa berantai
lurus dan amilopektin yang mempunyai struktur rankai bercabang. indicator amilum
7
memberikan biru tua pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi
(Puspitasari.2013)
3.3 Prosedur Kerja
Pertama-tama sampel dimasukkan kedalam botol winkler sebanyak 250ml.
kemudian ditambahkan 2ml larutan MnSO4 dan 2ml alrutan alkali iodide azida (NaOH-
KI). Botol ditutup dan dikocok dengan dibolak-balikkan hingga homogen. Dibiarkan
beberapa saat hingga terbentuk endapan MnO2 coklat. Lalu ditambahkan H2SO4 sebanyak
2ml. botol dikocok lagi hingga larut. Setelah larut,sampel dimasukkan kedalam 3 labu
Erlenmeyer, masing-masing sebanyak 50 ml. sampel ditetesi indicator amilum hingga
berubah warna, kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan Natrium Thiosulfat
(Na2S2O3). Dicatat volume Na2S2O3 yang digunakan. Terakhir dihitung nilai DO5 dan
BOD dengan rumus yang ada.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan BOD
Hari/Tanggal : Kamis, 13 November 2018
Pukul : 08.20-11.45
NO. PERLAKUAN PENGAMATAN
1. Sampel air dimasukkan ke dalam Sampel air yang telah diinkubasi
botol Winkler sebanyak 250 ml selama 5 hari, gelap, dengan suhu 20
derajat Celcius tidak terjadi perubahan
apapun
2. Pemindahan larutan MnSO4. Larutan O2 terikat di dalam sampel air, namun
ditambahkan berangsur-angsur tidak terjadi perubahan warna
sebanyak 1 ml dengan total 2 ml
3. Penambahan larutan Alkali Iodida. O2 mengikat endapan MnO2 dan
Larutan ditambahkan berangsur- terjadi pengendapan, larutan sedikit
angsur sebanyak 1 ml dengan total 2 mengalami perubahan warna menjadi
ml kuning kecoklatan
4. Sampeldikocok dan dihomogenkan Timbulnya partikel-partikel dalam
sampel, larutan mulai mengendap
5. Sampel didiamkan selama 10 menit Terjadi pengendapan
6. Penambahan H2SO4 pekat. Larutan Terjadi penguraian O2. Endapan pecah
ditambahkan secara berangsur- menjadi partikel-partikel yang lebih
angsur sebanyak 1 ml kecil
7. Larutan dikocok dan dihomogenkan Larutan menjadi homogen
8. Larutan/Sampel air dimasukkan ke 3 Larutan dimasukkan ke erlenmeyer.
erlenmeyer masing-masing sebanyak Larutan berwarna kuning
50 ml tiap erlenmeyer
9. Sampel larutan ditetesi dengan Perubahan warna larutan
amilum sebanyak masing-masing 2  I : Biru Tua
tetes  II : Biru Tua
 III : Biru Tua
10. Larutan sampel dititrasi dengan Warna Larutan menjai jernih
Na2S2O3 hingga warna biru hilang
 I : 0,5 ml
 II : 0,4 ml
 III : 0,3 ml
11. Dicatat volume larutan Na2S2O3 1,2 ml
yang terpakai
12. Dihitung hasil pengukuran BOD BOD = DOo – DO5
BOD = 2mg/l – 0,813 mg/l
BOD = 1,187 mg/l atau 1,19 mg/l
13. Hasil BOD 1,19 mg/l

9
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum ini terdapat beberapa langkah yang telah dilakukan, pertama
adalah ditambahkannya larutan MnSO4 sebanyak 2ml dan larutan NaOH-KI sebanyak
2ml, pemberian dilakukan secara berangsur tiap 1ml. kemudian sampel dihomogenkan
dengan cara dikocok dengan membolak balikkan sampel. Setelah dihomogenkan,
ditunggu dan didiamkan selama 8-10 menit sampai muncul endapan coklat, jika tidak
terjadi pengendapan maka dapat ditambahkan lagi 1ml tiap larutan dan dihomogenkan
lagi. Pada percobaan ini sampel hanya membutuhkan 2ml tiap larutan. Fungsi
dihomogenkan adalah agar larutan dapat bereaksi dan membentuk endapan MnO2 yang
mengikat oksigen didalamnya, ditandai dengan warna coklat pada endapan. Tujuan
didiamkan adalah memberikan waktu untuk larutan agar bereaksi dan mengendap.
Setelah terbentuk endapan, diberikan larutan H2SO4. Pemberian sebanyak 1ml terlebih
dahulu dan dihomogenkan, jika endapan belum terlarut semua maka dapat
ditambahkan 1ml lagi. Dalam percobaan ini sampel membutuhkan 3ml larutan.
Pemberian H2SO4 bertujuan untuk melarutkan kembali endapan dan membebaskan
Iodida (I2) yang dimana I2 ini ekuivalen dengan nilai oksigen. Selanjutnya sampel
dimasukkan ke 3 labu Erlenmeyer sebanyak masing-masing 50ml. hal ini bertujuan untuk
melakukan percobaan titrasi sebanyak 3 kali agar hasil lebih akurat. Sebelum dititrasi
GOLONGAN AIR BOD (mg/L)
Kelas 1 2
Kelas 2 3
Kelas 3 6
Kelas 4 12
diberikan amilum sampai sampel berubah warna menjadi biru tua. Sampel membutuhkan
25 tetes agar berubah menjadi biru tua. Setelah pemberian indicator amilum barulah
dititrasi dengan Na2S2O3. Dilihat banyaknya volume yang dibutuhkan untuk
mengembalikan warna sampel menjadi semula. Terakhir adalah perhitungan DO5 dan
BOD.
Larutan yang digunakan dalam praktikum ini memiliki fangsi tersendiri. Larutan
MnSO4 berfungsi untuk membentuk endapan dalam situasi basa dan alkali bereaksi
dengan mangan sulfat untuk mengikat oksigen dan menciptakan situasi basa dan
menghasilkan MnO2. Larutan H2SO4 berfungsi untuk melarutkan kembali endapan yang
sudah terbentuk dan membeaskan I2 yang enilainya ekuivalen dengan oksigen. Larutan
Na2S2O3 sebagai titran dan amilum sebagai indicator.
Dalam praktikum ini didapat nilai BOD sebesar 1,187 mg/L. menurut peraturan
pemerintah no 82 tahun 2001, nilai tersebut lebih rendah dari standar minimal air dan air
yang tidak bisa dijadikan sebagai air minum.Klasifikasi baku mutu air menurut BOD
adalah
(Sumber : PP No.82 tahun 2001)
Kondisi air seperti ini berkemungkinan besar disebabkan oleh keadaan air yang tidak
terlalu pasang pada saat pengambilan sampel dan kondisi sekitar sungai yang juga tidak
mendukung di daerah sekitar terdapat kandang, kantin, laundry, dan tempat pembuangan

10
sampah sehingga menyebabkan penumpukkan sampah yang kemudian beberapa masuk
ke parit (Agusnar,2008).
Perhitungan DO dan BOD
 DOo= V Na2S2O3 x N Na2S2O3 x 1000 x 50 x F /50
 DOo= 0,883 x 0,0125 x 1000 x 8 x 1,02 / 50
 DOo= 1,8 mg/l
 DOo= 2 mg/l
 BOD= DOo - DO5
 BOD= 2 mg/l – 0,813 mg/l
 BOD= 1,19 mg/l
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nilai BOD, yaitu nilai DO yang
mana pada saat diukur adalah sebesar 2 mg/l sehingga nilai BOD menjadi lebih kecil, ini
dimaksudkan jika nilai DO besar maka nilai BOD seharusnya kecil karena selalu
berbanding terbalik. Jadi, terdapat faktor lain yang lebih besar pengaruhnya pada nilai
BOD. Suhu pada 27 derajat Celcius lebih besar dari suhu standar perairan tropis, hal ini
juga seharusnya membuat nilai BOD lebih besar. Namun, nyatanya BOD nya kecil.
Untuk pH berada pada kondisi normal sehingga aktivitas pun seperti biasa. Jika dipilah-
pilah maka faktor yang menyebabkan BOD ini sangat kecil adalah bahan buangan
organik dan limbah yang kadarnya sangat kecil dan dikarenakan telah diencerkan oleh
pasang dan air hujan.
Rona lingkungan pada saat pengambilan sampel menunjukkan keadaan yang
kemungkinan dapat menimbulkan pencemaran yaitu kondisi air yang tidak terlalu pasang,
cuaca yang panas terik, pada tepi sungai ditumbuhi banyak rerumputan, terdapat banyak
bangunan-bangunan seperti, kandang ayam, jamban, warung makan/cafe, laundry,
perumahan, masjid, dan sekolah. Di sekitar sungai juga terdapat beberapa sampah sisa
produk rumah tangga di pinggiran sungai, namun perairannya hanya terdapat beberapa
sampah yaitu plastik putih yang menggantung di ranting pada kayu di sungai, dan ranting.
Terdapat beberapa organisme juga di dalam dan sekitar sungai seperti keong dan ikan-
ikan kecil. Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 09.00 – 10.00 pagi.
Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk pengujian BOD yang berfungsi
menentukan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan mikroorganisme aerobik untuk
mengoksidasi bahan organik dalam contoh uji air limbah, efluen atau air tercemar tidak
mengandung atau telah menghilangnya zat toksik dan zat pengganggu lainnya. Pengujian
dilakukan pada suhu 20’C +/- 1’C selama 5 hari +/- 6 jam (SNI 6989-72:2009) dalam
ruang gelap. Kondisi ini sudah sesuai dengan SNI (dalam praktikum). Nilai BOD
dihitung dari selisih DOo dengan DO5.
Langkah pertama dalam pengujian adalah menyiapkan 2 botol dengan notasi
untuk membedakan kemudian dimasukkan sampel ke masing-masing botol secara hati-
hati menghindari terbentuknya gelembung udara, simpan 1 botol untuk diinkubasi 5 hari.
Sesuai ketentuan melakukan pengukuran DOo dengan alat DO meter yang terkalibrasi
sesuai Standard Methods For the Examination Water and Waste Water 21th edition 2005:

11
Membrane Electrode Method (4500.DG) atau dengan metode titrasi secara Iodometri
sesuai (SNI 06.6989 N-2004) standar. Secara garis besar pengukuran BOD yang
dilakukan dalam praktikum sudah sesuai dengan SNI.
Nilai DOo dalam pengukuran sangat kecil dan hanya sebesar 2 mg/L dan DO5
sebesar 0,813 mg/L sehingga nilai BOD sebesar 1,19 mg/L. Nilai DO dengan BOD
seharusnya berbanding terbalik dengan catatan BOD tidak akan lebih besar dari DO.
Semakin besar nilai DO maka nilai BOD makin kecil. Nilai DO parit masuk tingkat 1
yang peruntukkannya bisa diminum tanpa perlu di olah. Namun, untuk berjaga-jaga
sebaiknya tidak digunakan sebagai air minum. Nilai BOD yang terlalu kecil tidak
memenuhi standar baku air minimal. Walaupun berbeda kelas air, nilai DO dan BOD
tidak menunjukkan nilai yang tercemar. Jadi air parit sendiri tidak membahayakan
kesehatan selama tidak digunakan sebagai air minum dan rekreasi air.
Kendala yang terjadi dalam percobaan ialah ketika diberikan larutan amilum
(Indikator kanji) sampel air yang sudah ditambahkan MnSO4, Alkali Iodida, dan H2SO4
tidak berubah warna menjadi biru karena seharusnya ketika ditambahkan larutan amilum,
sampel air tersebut berubah warna dari kuning menjadi biru tua karena membuktikan
adanya Iodium dalam sampel tersebut dan tanpa Iodida, larutan amilum tidak
memberikan warna. Menghilangnya I2 ini dapat disebabkan karena beberapa faktor yaitu
pemberian MnSO4 dan Alkali secara selang seling (bergantian) karena hal tersebut
memungkinkan sampel terpapar udara terbuka lebih lama, ketika diinkubasi sampel air
juga dapat terkontaminasi, dapat juga disebabkan ketika pemindahan sampel ke dalam
botol winkler banyak oksigen yang terikut sehingga Iodida yang terkandung menguap.
Dampak BOD tinggi daripada DO dalam perairan umumnya menimbulkan bau
tak sedap, sebab apabila BOD tinggi berarti DO rendah dan berarti pula pemecahan
sampah organik akan berlangsung anaerob (tanpa oksigen). Proses anaerob merupakan
pecahan sampah (oksidasi) yang tidak menggunakan oksigen sehingga akan dihasilkan
senyawa NH3, H2S, CH4 yang berbau tidak sedap. Tingginya BOD serta rendahnya DO
menyebabkan hewan-hewan dan tumbuhan air tidak dapat berkembang dengan baik dan
bahkan mati.

12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Nilai BOD yang didapat dari praktikum ini adalah 1,187 mg/L. Dengan
begitu air termasuk kelas 1 yang layak minum. Tapi berhubung dengan kondisi fisik air
yang tidak sesuai standar dan nilai DO yang rendah maka air di parit Jalan Media tidak
cocok minum dan lebih diperuntukkan kepada pertanaman
5.2 Saran
Masyarakat setempat dapat menggunakan air sesuai dengan kegunaanya
yaitu untuk pertanaman. Pemerintah dan masyarakat berupaya untuk meningkatkan
kualitas air.

13
DAFTAR PUSTAKA
Agusnar,H.2008. Analisa Pncemaran dan Pengendalian Pencemaran. USU Press. Medan
Cordova,MR. 2008. Kajian Air Limbah Domestik di Perumnas Bantar Kemang, Kota Bogor dan
Pengaruhnya Pada Sungai Ciliwung. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Fikri,AA.2014.BOD dan COD. Universitas Padjajaran. Bandung
Hariyanto,B dan Larasati,DA. 2016. Dampak Pembuangan Limbah Tapioka Terhadap Kualitas
Air
Tambak di Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. Universitas Negeri
Surabaya.Surabaya
Muriasih,Wening.2012. Penyebaran Oksigen Terlarut. Institut Pertanian Bogor.Bogor
Nurhayati,ND. 2009. Analisis BOD dan COD di Sungai SROYO Sebagai Dampak Industri di
Kecamatan JATEN. Universitas Sebelas Maret. Solo
PP No.82 tahun 2001
Puspitasari, Nevy et al. 2013. Pengelolaan Limbah Industri. Politeknik Negeri Bandung.Bandung

Sembiring,H. 2008. Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan Serta Kaitannya Dengan Faktor
Faktor Kimia. www.repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 18 November 2018
Septiawan,M,dkk. 2014. Penurunan Limbah Cair Industri Tahu Menggunakan Tanaman Cattail
dengan Sistem Constructed Wetlan. Indonesian Jurnal Of Chemical Science. 3(1):24
Silalahi,J. 2010. Analisis Kualitas Air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman Vegetasi
Akuatik di Perairan Balige, Danau Toba.Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Sumatera Utara. Medan
SNI 06.6989 N-2004

Surat Keterngan Gubernur Jawa Timur.2002


Zulkifli, Hilda. 2009. Status Kualitas Sungai Musi Bagian Hilir ditinjau Dari Komunitas
Fitoplankton. Berkala Penelitian Hayati. Palembang

14
Perhitungan

V𝑡ℎ𝑖𝑜 x N𝑡ℎ𝑖𝑜 x 1000 x 8


DO = x F
V𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙

DO0
0,883 x 0,0125 x 1000 x 8 250
DO = X
50 250−4

883 250
DO = X
50 256

DO = 1,794 ≈ 2 mg/L

DO5
1,2 x 0,0125 x 1000 x 8 250
DO = X 250−4
50

120 250
DO = X = 0,813 mg/L
50 256

BOD

BOD= DOo - DO5

BOD= 2 mg/l – 0,813 mg/l

BOD= 1,19 mg/l

15
DOKUMENTASI
Dokumentasi Kegiatan Praktikum Pengujian DO

Proses pemberian larutan


Proses pemberian larutan MnSO4. Menunggu proses pengendapan
alkali iodida azida.
selama 5-10 menit.

Proses pemberian larutan H2SO4 Proses pemberian indikator Sampel air setelah diberi
pekat. amilum (kanji). indikator amilum (kanji).

16
Proses titrasi sampel air
dengan larutan Na2S2O3.

Dokumentasi Kegiatan Praktikum Pengujian BOD

Proses pemberian larutan


Proses pemberian larutan MnSO4. Menunggu proses pengendapan
alkali iodida azida.
selama 5-10 menit.

17
Proses pemindahan 50 mL
Keadaan sampel setelah diberikan Proses pemberian indikator
sampel ke dalam
larutan H2SO4 pekat. amilum (kanji).
erlenmeyer.

Proses titrasi sampel air


dengan larutan Na2S2O3.

18

Anda mungkin juga menyukai