Anda di halaman 1dari 43

LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA DAN TEKNIK DIGITAL

Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom


Jl. D.I. Panjaitan 128 Purwokerto

Status Revisi : 00 Tanggal Pembuatan : 5 Desember 2014

MODUL MATA KULIAH


PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

Disusun Oleh :
Eka Wahyudi, S.T., M.Eng.

PROGRAM STUDI D3 – TEKNIK TELEKOMUNIKASI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM
JL. D.I. PANJAITAN 128
PURWOKERTO
LEMBAR PENGESAHAN

MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM


ELEKTRONIKA

Materi :
Unit I : Pengenalan osiloskop
Unit II : Rangkaian dioda
Unit III : Karakteristik transistor bipolar
Unit IV : Transistor sebagai penguat

Telah disetujui dan disahkan untuk dipergunakan sebagai pedoman


pelaksanaan praktikum di Laboratorium

Disusun Oleh :

Eka Wahyudi, S.T., M.Eng.

Purwokerto, 28 Januari 2015


Mengesahkan,

Ketua Program Studi Kaur. Laboratorium Teknik


D3 - Teknik Telekomunikasi Elektronika & Teknik Digital

Eka Wahyudi, S.T.,M.Eng Jaenal Arifin, S.T., M.Eng

ii
Tata Tertib Laboratorium

1. Mahasiswa wajib mengenakan seragam resmi yang telah ditentukan ST3 Telkom dan
memakai sepatu.
2. Mahasiswa wajib menjaga kebersihan ruang Laboratorium dan membuang sampah
pada tempatnya.
3. Mahasiswa menggunakan fasilitas yang disediakan Laboratorium untuk aktivitas
praktikum, workshop, pengujian alat tugas akhir dan segala kegiatan yang
berhubungan laboratorium. Untuk kegiatan selain hal tersebut tidak diperbolehkan,
tanpa seijin Ka.Ur. Laboratorium.
4. Selama berada di dalam Laboratorium, mahasiswa dilarang :
a. Membawa makanan atau minuman dan makan atau minum;
b. Mengambil atau membawa keluar alat/bahan yang disediakan Laboratorium,
tanpa seijin Officer Laboran.
5. Mematuhi segala tata tertib dan aturan yang ditentukan oleh Ka.Ur. Laboratorium.

Tata Tertib Praktikum di Laboratorium

A. Sebelum Praktikum
1. Praktikan wajib :
a. Menunjukkan Kartu Peserta Praktikum yang sudah diisi dan dilengkapi dengan
foto berwarna terkini.
b. Menyediakan sendiri alat-alat tulis/gambar yang diperlukan.
c. Menguasai dasar teori dari unit modul praktikum yang akan dilakukan.
d. Membawa buku panduan praktikum, baik dalam bentuk hardcopy ataupun
softcopy.
e. hadir tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Bila
keterlambatan melebihi 10 menit maka yang bersangkutan tidak diperkenankan
mengikuti praktikum dan baginya tidak diberikan praktikum susulan.
2. Praktikan akan briefing pada saat Pre-Test oleh Dosen Praktikum.
3. Praktikan diperbolehkan melakukan tukar-jadwal dengan praktikan lain setelah
konfirmasi ke asisten praktikum dan mengisi formulir tukar-jadwal yang telah
disediakan.

B. Selama Praktikum
1. Setiap unit modul sudah disediakan alat, tempat, dan bahan sendiri yang tidak boleh
diubah, diganti, atau ditukar kecuali dengan sepengetahuan asisten.
2. Praktikan wajib membaca petunjuk langkah kerja dan mencatat hasil kerja praktikum
yang tercantum dalam modul praktikum ataupun sesuai arahan asisten atau dosen
pengampu.
3. Apabila menjumpai kesalahan, kerusakan, atau ketidaksesuaian dengan langkah kerja
praktikum, praktikan harus segera melapor pada asisten.
4. Khusus untuk praktikum yang berhubungan dengan sumber arus atau tegangan,
setelah selesai menyusun rangkaian sesuai langkah kerja, praktikan harus melapor
kepada asisten, dan dilarang menghubungkan rangkaian dengan sumber tegangan atau
arus tanpa seijin asisten.
5. Segala kerusakan yang terjadi karena kelalaian ataupun kesalahan praktikan akibat
tidak mengikuti langkah kerja praktikum ditanggung oleh praktikan yang
bersangkutan dan wajib untuk dilakukan penggantian paling lambat 1 (satu) minggu
setelah terjadinya kerusakan.

ii
6. Praktikan yang berhalangan praktikum, wajib memberitahukan kepada Dosen
Praktikum maksimal 1 hari sebelum praktikum diadakan dengan menyertakan surat
alasan tidak hadir saat praktikum dan bagi yang sakit menyertakan surat dokter
(terkecuali bagi yang mendadak hari disaat praktikum yang bersangkutan sakit, ada
pertimbangan tersendiri). Jika tidak, maka bagi yang bersangkutan diberikan
praktikum susulan.
7. Praktikan tidak diperkenankan bersenda gurau dan atau meninggalkan ruangan
praktikum tanpa seijin asisten atau dosen pengampu, serta bersikap tidak sopan
terhadap para asisten atau dosen pengampu.
8. Praktikan diwajibkan mengembalikan alat-alat yang digunakan dan dilarang
meninggalkan ruangan praktikum sebelum mendapat izin dari asisten atau pengampu
praktikum.
9. Asisten praktikum berwenang memberikan tindakan terhadap Praktikan yng
melanggar aturan, dengan sepengetahuan Dosen Praktikum.

C. Setelah Praktikum
1. Lembar data praktikum wajib mendapatkan persetujuan atau tanda tangan dari asisten,
bila tidak maka data tersebut akan dinyatakan tidak sah.
2. Laporan praktikum dikumpulkan ke asisten sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
3. Praktikan akan diberi pos-test oleh Dosen Praktikum dibantu oleh asisten praktikum.

D. Ketentuan Lain
1. Praktikum susulan diselenggarakan hanya untuk mahasiswa yang berhalangan hadir
pada saat praktikum dikarenakan sakit, menikah, orang tua/wali atau saudara
kandung meninggal, dan dispensasi mengikuti kegiatan dari kampus.
2. Praktikum susulan akan terselenggara, jika mahasiswa yang bersangkutan dapat
menunjukkan surat keterangan resmi, seperti : Surat Keterangan Sakit dari dokter
dan Surat Dispensasi dari bagian Akademik.
3. Penyelenggara praktikum susulan hanya diperbolehkan atas seijin Dosen Praktikum
dan Ka.Ur. Laboratorium.

iii
Petunjuk Laporan Praktikum

a. Pengumpulan laporan praktikum untuk seluruh modul dijilid dalam satu jilid (untuk
sampul pergunakan kertas A4 dan diketik komputer).
b. Laporan praktikum ditulis tangan dengan jelas dan rapi menggunakan pulpen tinta
biru.
c. Format penulisan laporan praktikum mengikuti format berikut:

i. Cover laporan
ii. Judul praktikum
iii. Tujuan praktikum
iv. Alat dan bahan
v. Dasar teori
vi. Langkah kerja praktikum
vii. Hasil dan data praktikum
viii. Jawaban pertanyaan, analisa dan pembahasan hasil dan data
praktikum
ix. Kesimpulan dan saran
x. Lampiran (Berisi laporan sementara hasil pengamatan pada
praktikum yang telah di-ACC oleh asisten Lab dan gambar
rangkaian dengan Protel untuk masing2 modul)

d. Analisa laporan praktikum pada setiap modul minimal 5 halaman (tidak termasuk
gambar).
e. Laporan antar mahasiswa praktikan tidak boleh sama, apabila terbukti sama maka
laporan akan diberi nilai nol tanpa peringatan/pemberitahuan.
f. Praktikan diharuskan membawa kertas milimeter pada setiap praktikum.
g. Ketentuan lain akan ditetapkan dan diumumkan kemudian.
h. Bagi yang terlambat mengumpulkan laporan praktikum maka akan diberikan nilai
nol (0) untuk seluruh modul, apapun alasannya.
i. Tidak ada toleransi keterlambatan bagi yang terlambat mengumpulkan laporan.

v
Contoh cover Laporan Praktikum :

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA
Modul I : Rangkaian DIODA
(Half-Wave & Full-Wave Rectifier)

DISUSUN OLEH :
<nama mahasiswa>
<nim>
<kelompok>
PARTNER PRAKTIKUM :
<nama mahasiswa> <nim>
<nama mahasiswa> <nim>
DITERIMA OLEH :
Dikumpulkan Tanggal : .....................
Laboran /Asisten :……………….......

LABORATORIUM
TEKNIK ELEKTRONIKA DAN TEKNIK DIGITAL
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM
JL. DI. PANJAITAN 128 PURWOKERTO
2014

vi
Unit I Pengenalan aplikasi osiloskop

UNIT I :
PENGENALAN APLIKASI OSILOSKOP

I. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mampu memahami prinsip kerja dari osiloskop.


2. Mampu mengoperasikan osiloskop untuk melakukan pengukuran.
3. Mampu mengamati dan menganalisa hasil pengukuran dengan menggunakan
osiloskop.
4. Mampu mengamati beda fase sinyal listrik dari suatu rangkaian sederhana.

II. ALAT DAN BAHAN

a) Cathode Ray Oscilloscope (CRO).


b) Function Generator (FG).
c) Transformator (Trafo).
d) Kabel dan konektor.
e) Experiment Board.

III. DASAR TEORI

Cathode Ray Oscilloscope (CRO) atau yang sering diterjemahkan sebagai


osiloskop sinar katoda adalah alat yang paling umum digunakan didalam pengukuran-
pengukuran besaran elektronis. Seperti multimeter yang digunakan untuk mengukur
tegangan AC, tegangan DC, arus listrik dan tahanan dari suatu rangkaian, maka
osiloskop mempunyai kemampuan sama bahkan melebihi kemampuan multimeter.
Tidak seperti multimeter yang hanya dapat digunakan untuk mengukur tegangan AC
pada 50 Hz saja, maka dengan CRO kita dapat mengukur tegangan AC yang menpunyai
frekuensi mulai dari 0 – 10 MHz.
Kemajuan dibidang elektronika telah membawa teknologi CRO menjadi lebih
mudah dalam pengukuran. Dengan CRO dual channel (dua masukan), kita dapat
mengukur dua gejala kelistrikan sekaligus. Sedang CRO dua beam (dua sumber elektron
gun) dapat mengukur tiga gejala listrik sekaligus, dengan kemampuan yang cukup
tinggi.

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 1


Unit I Pengenalan aplikasi osiloskop

Secara garis besar suatu osiloskop ditunjukan pada Gambar 2.1.

G1 A

T
LH

K G2 G3 LV

Gambar 2.1. Blok diagram suatu Osiloskop

Keterangan :
Ø K merupakan sumber electron gun yang biasa disebut katoda.
Ø G1 adalah grid yang diberi tegangan negatif terhadap katoda, digunakan untuk
mengatur intensitas (terang tidaknya) gambar.
Ø G2 dan G3 adalah grid 2 dan grid 3 yang diberi tegangan positif terhadap katoda,
digunakan untuk memfokuskan berkas elektron, sehingga berkas sinar yang
diperoleh pada tabir menjadi jelas dan tajam.
Ø A adalah anoda yang biasanya diberi tegangan positif sampai ± 1000 V,
digunakan untuk menarik elektron dari katoda menuju tabir.
Ø T adalah tabir yang dibuat dari zat pendar/flour, yang akan bercahaya kalau
ditumbuk elektron.
Ø LV adalah lempeng vertikal yang digunakan untuk menarik berkas elektron
tersebut kearah atas dan bawah.
Ø LH adalah lempeng horizontal yang digunakan untuk menarik berkas elektron
tersebut kearah kiri dan kanan.
Secara sederhana cara kerjanya adalah sebagai berikut elektron mempunyai
muatan negatif, maka jika pada lempeng vertikal bagian atas diberi muatan/tegangan
positif, elektron akan berbelok keatas. Kalau lempeng vertikal diberi tegangan bolak-
balik (lempeng atas positif dan lempeng bawah negatif, kemudian dibalik lempeng atas
negatif dan lempeng bawah positif, begitu seterusnya), maka pada tabir atau layar akan
diperoleh berkas elektron yang naik-turun. Karena geraknya sangat cepat maka akan
kelihatan sebagai garis lurus vertikal saja. Besarnya tegangan AC yang masuk pada
lempeng vertikal menentukan panjang garis pada tabir, makin besar tegangan pada LV
maka makin panjang garis yang diperoleh.
Gejala listrik naik turun ini dapat kita buat bergerak ke kiri dan ke kanan
dengan cara memasukkan tegangan TGG pada lempeng LH dan gambar yang diperoleh
pada layar adalah sinusoide. Tegangan TGG (tegangan gigi gergaji/saw tooth) yang
bentuknya memang mirip gigi gergaji digunakan untuk membuat gambar garis lurus

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 2


Unit I Pengenalan aplikasi osiloskop

naik turun tadi menjadi bergerak ke kiri dan ke kanan membentuk gambar sinusoide.
TGG ini kadang-kadang disebut tegangan alas waktu atau time base, karena selain
untuk menarik garis naik turun tadi kearah horizontal juga berfungsi sebagai pengatur,
agar gambar menjadi stabil (diam dan tidak lari-lari). Caranya adalah dengan mengatur
agar frekuensi TGG sebanding dengan frekuensi tegangan yang diukur pada LV.
Jadi dengan begitu sekarang kita telah memahami bagaimana cara terjadi
pembentukan gambar pada layar suatu CRO. Hal yang perlu diingat adalah bahwa
gejala tegangan yang diukur (dilihat gambarnya), dimasukkan pada lempeng vertikal,
sedangkan TGG yang biasanya juga digunakan untuk menentukan frekuensi tegangan
pada LV, dimasukkan pada LH.
Suatu gejala sinus yang akan diukur dimasukkan pada LV dan secara bersamaan
TGG dimasukkan pada LH. Kalau saat awal naiknya tegangan sinusoide tersebut
bersamaan saat awal naiknya TGG, dan frekuensi sinusoide sebanding dengan frekuensi
TGG maka pada layar akan diperoleh gambar sinusoide yang diam. Tetapi kalau kedua
syarat diatas tidak dipenuhi, maka gambar akan free- running atau lari-lari. Untuk
mengatasi hal itu dikenal istilah syncronisasi digunakan untuk menyamakan saat awal
TGG bersamaan dengan saat awal sinusoide dan digunakan untuk membuat frekuensi
TGG sebanding (kelipatan bilangan bulat) dengan frekuensi sinusoide.
Syncronisasi ini dapat dilakukan baik secara internal maupun external.
Syncronisasi internal artinya syncronisasi tersebut dikerjakan oleh rangkaian yang ada
dalam CRO itu sendiri. Sedangkan syncronisasi external berarti syncronisasi tersebut
dilakukan oleh tegangan dari luar CRO.
Istilah yang lain bahwa CRO dapat digunakan secara external artinya TGG yang
ada dalam CRO diputus sambungannya terhadap lempeng LH dan sebagai gantinya
gelombang external (dari luar CRO) dimasukkan ke dalam LH untuk mengganti fungsi
TGG. Prinsip ini digunakan untuk mengukur beda fase dan perbedaan frekuensi secara
lissajous.
Didalam CRO masalah syncronisasi kebanyakan dilaksanakan dengan cara
triggering, artinya time base (TGG) dibangunkan (ditrigger) oleh sebagian sinyal dari
LV. Dengan cara triggering ini dapat dibuat agar saat awal gelombang pada tabir adalah
naik (slope +), saat awal gelombang adalah turun (slope -) dan saat awal dapat diatur
"level" nya (tinggi dan letak saat awal tersebut). Salah satu kesulitan dalam CRO adalah
bahwa untuk membelokkan berkas elektron pada lempeng-lempeng tersebut (LH dan
LV) diperlukan tegangan yang cukup tinggi. Untuk mengatasi hal ini pada tiap masukan
vertikal dilengkapi dengan amplifier. Amplifier ini dapat diatur penguatannya dan
disesuaikan dengan besarnya tegangan input yang masuk (pada panel depan CRO
dikenal sebagai tombol volt/div). Pada panel depan CRO tombol volt/div, digunakan
untuk mengatur frekuensi tegangan TGG dalam CRO.

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 3


Unit I Pengenalan aplikasi osiloskop

IV. LANGKAH KERJA PRAKTIKUM

1. Cara menghidupkan dan mengkalibrasi osiloskop.


Setelah tombol power ditekan, maka lampu on akan menyala. Atur kedudukan
tombol-tombol time/div dan volt/div baik untuk channel 1 ataupun channel 2 pada
posisi CAL. Kemudian lakukan pengkalibrasian dengan cara menghubungkan probe
untuk masing-masing input channel ke input CAL. Bandingkan hasil yang diperoleh
dengan nilai yang tertera pada input CAL, jika belum sama aturlah tombol volt/div
pada channel yang akan dikalibrasi.
Untuk memilih input channel mana yang dikalibrasi dan ditampilkan pada layar
osiloskop gunakan tombol CH I/II. Terang-gelap tampilan dapat diatur dengan
tombol intens sedangkan untuk memfokuskan tampilan aturlah tombol focus.
Kedudukan tampilan gambar dapat diatur dengan tombol Y position pada channel 1
dan channel 2 serta tombol X position. Kalau kedudukan berkas garis mendatar tidak
horizontal (agak miring), berkas garis tersebut dapat dibuat mendatar dengan
mengatur trace rotation.
2. Mengukur tegangan peak to peak (Vpp).
Tegangan AC dari suatu trafo dapat kita ukur dengan CRO, caranya kutub trafo
yang akan kita ukur dihubungkan ke input X (channel 1). Atur tombol volt/div
channel 1 pada kedudukan yang bisa dibaca, gunakan tombol X position dan Y
position untuk mengatur kedudukan gambar pada layar. Untuk mengatur agar
gambar tampak stabil gunakan tombol time/div.
Ukurlah tinggi antara antara puncak atas dan puncak bawah gambar gelombang
yang diperoleh pada layar.
Tegangan Vpp = tinggi x harga kedudukan volt/div
Maka tegangan RMS-nya dapat dihitung dengan cara :
Tegangan RMS = 0.5 x 0.7 x Vpp
Bandingkan hasilnya dari yang tertulis pada trafo dengan yang diperoleh
pengukuran diatas.
3. Mengukur frekuensi.
Dari percobaan kedua kita juga dapat mengukur besar frekuensi, dengan cara
membaca kedudukan time/div. Untuk mempermudahkan pembacaan, lakukan
pengaturan tombol X position.
Ukurlah panjang satu gelombang penuh (λ) dari gambar yang diperoleh, maka
periode atau waktu getar (T) dari gelombang tsb adalah
T = λ x harga kedudukan time/div
Maka frekuensi getar gelombang tersebut adalah
f = 1/T Hz

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 4


Unit I Pengenalan aplikasi osiloskop

4. Melihat dua gelombang sekaligus secara bersamaan.


Masih mengacu percobaan kedua, hubungkan input Y (channel 2) pada kutub
trafo yang lain. Kemudian lakukan pengesetan tombol-tombol seperti pada
percobaan kedua tsb. sampai terlihat gelombang yang terbaca pada layar.
Atur kedudukan mode CHOP pada DUAL, maka gelombang yang diukur pada
input X (channel 1) dan input Y (channel 2) akan terlihat secara bersamaan pada layar.
Untuk mengatur kedudukan masing-masing gelombang gunakan tombol Y position
pada channel 1 dan channel 2.
Bila kedudukan mode CHOP pada ADD maka gambar yang terlihat pada layar
adalah hasil penambahan antara gelombang pada channel 1 dan channel 2.

5. Mengukur frekuensi PLN dengan cara Lissajous.


Selain cara seperti pada percobaan ketiga, frekuensi tegangan PLN dapat diukur
dengan cara membandingkannya dengan frekuensi yang dibangkitkan oleh AFG yang
telah diketahui besarnya.

Tugas praktikum :
a) Susun rangkaian seperti Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Pengukuran frekuensi PLN dengan sebuah trafo


b) Hubungkan input channel 1 ke output trafo dan channel 2 ke output FG.
c) Atur kedudukan tombol X–Y pada kondisi “on” dan kedudukan volt/div channel
1 dan channel 2 pada kedudukan yang sama.
d) Atur output frekuensi FG sehingga terbentuk pola-pola interferensi seperti
Gambar 2.3 yang menunjukkan bagaimana perbandingan frekuensi antara
gelombang yang masuk pada lempeng horizontal fH (channel 1) dan gelombang
yang masuk pada lempeng vertikal fV (channel 2). Catat tampilan yang
terbentuk dan besar frekuensinya.

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 5


Unit I Pengenalan aplikasi osiloskop

fH : fV = 1 : 1 fH : fV = 1 : 2 fH : fV = 1 : 3

fH : fV = 3 : 1 fH : fV = 2 : 3
Gambar 2.3 Pola-pola interferensi
e) Buat analisa data (berisi gambar-gambar, perhitungan yang perlu dilakukan)
kemudian berilah pembahasan anda terhadap analisa tersebut.
f) Buat kesimpulan.

6. Mengukur beda fase.

Gambar 3.4 Rangkaian untuk pengukuran beda fase

Titik A dan B pada Gambar 3.4 mempunyai beda fase, besarnya beda fase
tergantung pada harga potensio. Jika nilai tahanan potensio (R) = 0 maka fasenya sama
dengan 180o, sedangkan untuk R max, maka beda fase antara A dan B mendekati 0o.
Pola-pola interferensi yang diperoleh jika antara A dan B mempunyai beda fase seperti
pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Pola-pola interferensi beda fase

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 6


Unit I Pengenalan aplikasi osiloskop

Secara umum bahwa beda fase antara A dan B adalah


θ = arc sin (a/A)
A : tinggi antara puncak atas dan puncak bawah.(Gambar 3.6)
a : jarak antara perpotongan elips dengan sumbu vertikal.(Gambar 3.6)

a A

Gambar 3.6 Pembacaan penentuan beda fase


Tugas praktikum :
Susun rangkaian seperti Gambar 3.4 diatas. Hubungkan titik A input channel 1
dan titik B ke input channel 2, yang perlu diingat kedudukan tombol X – Y pada posisi
“ON” dan tombol volt/div untuk channel 1 dan channel 2 pada posisi yang sama.
Putar potensiometer 10K dari kedudukan awal (R=0) sampai nilai maksimum,
catat setiap perubahan dari awal sampai akhir.
Hitung beda fase dari gambar yang diperoleh atas pengubahan nilai potensio tsb.

J SELAMAT BERJUANG J

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 7


Unit II Rangkaian dioda

UNIT II
Rangkaian DIODA :
• Penyearah Setengah Gelombang (Half-Wave Rectifier) &
• Penyearah Gelombang Penuh (Full-Wave Rectifier)

I. BAHAN dan PERALATAN


Bahan dan peralatan yang akan dipergunakan dalam kegiatan praktikum
Penyearah Setengah Gelombang (Half-Wave Rectifier) dan Penyearah Gelombang
Penuh (Full-Wave Rectifier) antara lain adalah :
A. Bahan Dioda
Papan Percobaan (Experiment Board)
Resistor dan Kapasitor
Kabel Konduktor
Kertas Milimeter
Spidol Marker/Alat Tulis
B. Peralatan Osiloskop
Generator Sinyal
Sumber Tegangan Searah (DC)
Sumber Tegangan Bolak-balik (AC)
Multimeter dan Voltmeter

II. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Penyearah Setengah Gelombang (Half-Wave
Rectifier) dan Penyearah Gelombang Penuh (Full-Wave Rectifier) yaitu :
a. memahami prinsip kerja dioda sebagai penyearah
b. mampu membuat rangkaian penyearah setengah gelombang dan penyearah
gelombang penuh
c. mengetahui perbedaan antara penyearah gelombang penuh dengan penyearah
setengah gelombang
d. mengetahui pengaruh kapasitor (C) dan beban (RL) pada hasil penyearahan

III. PENDAHULUAN (DASAR TEORI)


A. Penyearah Setengah Gelombang
Salah satu dari kegunaan dioda antara lain sebagai penyearah, yaitu untuk
mengubah tegangan bolak-balik (AC) menjadi tegangan searah (DC).
Tegangan AC sinusoidal yang memiliki nilai tegangan puncak sebesar V p
akan memiliki nilai rata-rata dalam satu siklus sama dengan nol, sedangkan nilai

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 8


Unit II Rangkaian dioda

tegangan efektifnya (V rms ) terhadap nilai tegangan puncak adalah :


Vp
Vrms =
2
Untuk nilai tegangan rata-rata hasil penyearahan (dengan mengabaikan
penurunan tegangan pada dioda), atau yang biasa disebut dengan tegangan DC,
maka tegangan hasil penyearahan untuk penyearah setengah gelombang sebesar :
Vp
Vdc = untuk harga π = 3,14
π
Pembahasan selengkapnya mengenai kegunaan dioda untuk penyearahan
dapat anda jumpai secara lengkap pada semua buku teks elektronika dasar, antara
lain buku Integrated Electronics, Microelectronic, Electronic Principles, dll.
Proses penyearahan akan menghasilkan output berupa tengangan searah
(DC) yang masih mengandung riak (ripple), yaitu bentuk tegangan yang
menyerupai tengangan AC yang masih menumpang diatas tengangan DC pada
hasil penyearahan. Untuk mengurangi besarnya tegangan riak, maka dapat
didekati dengan menggunakan harga kapasitor C yang sebesar mungkin, sehingga
akan dapat menekan tegangan riak atau ripple serendah mungkin (mem-filter riak)
sekaligus juga akan berfungsi sebagai pen-stabil (regulator) hasil output
penyearahan.
Salah satu bentuk rangkaian penyearah setengah gelombang, beserta bentuk
tegangan input dan bentuk tegangan outputnya dapat dilihat pada gambar dibawah
berikut ini :

D (ideal)

AC RL
Vi Vo

Rec.½ Wave.Ga-05

(a). Rangkaian penyearah setengah gelombang

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 9


Unit II Rangkaian dioda

(b). Tegangan input (c). Tegangan output

B. Penyearah Satu Gelombang Penuh


Kegunaan lain dari dioda yang lebih umum dipakai secara praktis yaitu
sebagai penyearah gelombang penuh, dimana bentuk susunan yang paling banyak
dipakai adalah susunan penyearah jembatan. Untuk penyearah jembatan ini,
jumlah dioda yang akan dipergunakan sebanyak 4 (empat) buah dioda.

Bentuk rangkaian penyearah jembatan dalam penyearah gelombang penuh


dapat dilihat pada rangkaian berikut :

(a).Rangkaian penyearah gelombang penuh

(b). Tegangan input (c). Tegangan output

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 10


Unit II Rangkaian dioda

Pada rangkaian diatas arus pada beban RL selalu mempunyai arah yang
sama untuk setiap siklus dari tegangan inputnya (tegangan AC), sehingga
tegangan pada beban merupakan gelombang penuh seperti pada gambar tegangan
output diatas. Pasangan dioda D1 dengan D3, demikian juga D2 dengan D4 selalu
dalam keaddan yang sama (bersama-sama forward bias ataupun reverse bias).
Untuk nilai tegangan rata-rata hasil penyearahan jembatan (dengan
mengabaikan penurunan tegangan pada dioda) untuk penyearah gelombang penuh
2V p
adalah sebesar : Vdc = dimana harga π = 3,14 . Nilai ini adalah dua kali
π
dari hasil penyearahan pada penyearah setangah gelombang.
Dalam buku Integrated Electronics, persamaan penyearahan tegangan AC
menjadi tegangan DC yang dihasilkan oleh rangkaian penyearah dioda dengan
filter kapasitor (C) dapat juga dihitung dengan rumus pendekatan sebagai berikut :
 I 
Vdc = V p −  dc  dimana V p adalah tegangan puncak (maksimum) dari
 4 f .C 
sumber tegangan input (AC), dan f adalah frekuensi dari sumber tegangan input
(AC) sedangkan C adalah harga kapasitor yang terpasang paralel dengan beban
pada output yang juga berfungsi sebagai penapis (filter).

IV. KEGIATAN PRAKTIKUM


A. Penyearah Setengah Gelombang
1. Rancang dan buatlah rangkaian penyearah setengah gelombang dengan
menggunakan papan percobaan dan bahan komponen yang telah disediakan,
berdasarkan rangkaian dibawah ini :

2. Ambil tegangan keluaran (Vo) dari rangkaian diatas, hubungkan dengan


terminal masuk osiloskop pada Channel 2, demikian juga dengan tegangan
masukan (Vi) dari sumber tegangan bolak-balik (AC) pada Channel 1.

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 11


Unit II Rangkaian dioda

3. Amati secara kuantitatif bentuk gelombang, frekuensi gelombang pada


tegangan keluaran (Vo) maupun tegangan masukan (Vi) pada rangkaian
diatas tanpa kapasitor (C = 0 Farad) dengan harga beban (RL) tetap. Catat
hasilnya pada lembar kerja praktikum A.
4. Amati secara kuantitatif bentuk gelombang, frekuensi gelombang dan
pengaruh beberapa harga kapasitor (C variabel) pada tegangan keluaran
rangkaian percobaan diatas untuk harga beban (RL) tetap (RL tetap, C
berubah). Catat hasilnya pada lembar kerja praktikum B.
5. Untuk beberapa harga C yang tetap, ubahlah harga beban (RL variabel),
selanjutnya amati pengaruhnya pada tegangan keluaran rangkaian (RL
berubah, C tetap). Catat hasilnya pada lembar kerja praktikum C.

B. Penyearah Satu Gelombang Penuh


1. Rancanglah rangkaian penyearah gelombang penuh untuk jenis penyearah
jembatan, dengan menggunakan papan percobaan dan bahan komponen lain
yang telah disediakan. Sebagai panduan dasar pembuatan rangkaian, bisa
berpedoman pada rangkaian dibawah ini :

2. Ambil tegangan masukan (Vi) pada rangkaian yang anda buat, hubungkan
dengan terminal masuk osiloskop pada Channel 1, demikian juga untuk
tegangan keluaran (Vo) dari rangkaian pada Channel 2.
3. Amati secara kuantitatif bentuk gelombang, frekuensi gelombang pada
tegangan keluaran (Vo) maupun tegangan masukan (Vi) pada rangkaian
diatas tanpa kapasitor (C = 0 Farad) dengan harga beban (RL) tetap. Catat
hasilnya pada lembar kerja praktikum 1.
4. Amati secara kuantitatif bentuk gelombang, frekuensi gelombang dan
pengaruh beberapa harga kapasitor (C variabel) pada tegangan keluaran

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 12


Unit II Rangkaian dioda

rangkaian percobaan diatas untuk harga beban (RL) tetap (RL tetap, C
berubah). Catat hasilnya pada lembar kerja praktikum 2.
5. Untuk beberapa harga C yang tetap, ubahlah harga beban (RL variabel),
selanjutnya amati pengaruhnya pada tegangan keluaran rangkaian (RL
berubah, C tetap). Catat hasilnya pada lembar kerja praktikum 3.

V. DATA PRAKTIKUM
Masukkan data hasil praktikum anda pada lembar kerja praktikum yang
telah disediakan untuk masing-masing kegiatan.

VI. TUGAS dan PERTANYAAN


1. Dengan Vin yang ada, hitung nilai Vdc untuk masing-masing data yang
diperoleh dengan menggunakan rumus perhitungan. Bandingkan hasilnya
dengan hasil pengukuran praktikum. Beri penjelasan !
2. Bagaimanakah pengaruh harga kapasitor pada tegangan hasil penyearahan
pada seluruh percobaan untuk kedua rangkaian diatas ?
3. Bagaimanakah pengaruh tahanan beban (RL) pada tegangan hasil
penyearahan pada seluruh percobaan untuk kedua rangkaian diatas ?
4. Bagaimana hubungan frekuensi keluar ( f out ) terhadap frekuensi input
( f in ) pada selutuh percobaan untuk kedua rangkaian diatas ?
5. Menurut analisa anda, apa yang akan terjadi pada hasil keluaran apabila
pada penyearah jembatan diatas jenis dioda yang dipergunakan tidak sama ?
6. Berikan kesimpulan dan saran pada praktikum modul I ini !

♣♠~ SELAMAT BERJUANG ~♦♥

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 13


Unit III Karakteristik transistor bipolar

UNIT III
Karakteristik Transistor Bipolar

I. BAHAN dan PERALATAN


Bahan dan peralatan yang akan dipergunakan dalam kegiatan praktikum
Karakteristik Transistor Bipolar adalah :
A. Bahan Transistor Bipolar
Papan Percobaan
Resistor dan Kapasitor
Kabel Konduktor
Kertas Milimeter
Spidol Marker/Alat Tulis
B. Peralatan Osiloskop
Generator Sinyal
Sumber Tegangan Searah (DC)
Multimeter dan Voltmeter

II. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Karakteristik Transistor Bipolar antara lain adalah :
a. mampu mempelajari karakteristik transistor (kurva IC terhadap VCE )
b. mampu memahami pengertian garis beban transistor
c. mampu menentukan titik kerja suatu transistor berdasarkan garis
beban dan karakteristiknya

III. PENDAHULUAN (DASAR TEORI)


Transistor dalam pengoperasiannya harus dipilih pada daerah linier, supaya
didapatkan sinyal hasil keluaran (output) yang tidak megalami kerusakan/cacat
sinyal (distorsi). Agar dapat mengoperasikan transistor tepat di daerah linier
tersebut, maka perlu memahami kurva karakteristik, titik-kerja, garis beban dan
disipasi daya transistor maupun teknik pembiasan (pra-tegangan) pada transistor.

1. Disipasi daya Transistor


Pada gambar kurva karakteristik transistor bipolar dibawah ini ditunjukkan
grafik harga arus yang mengalir di kaki kolektor pada sebuah transistor bipolar
(IC) terhadap perubahan tegangan antara kaki kolektor dan kaki emitor (VCE).
Bentuk kurva karakteristik tersebut sering juga disebut dengan kurva
karakteristik keluaran/output IC - VCE

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 14


Unit III Karakteristik transistor bipolar

IC (mA)
100
80
60
40
20

Gambar 1.
Kurva karakteristik IC-VCE

Transistor akan dapat bekerja dengan baik (tidak mengalami distorsi)


apabila daerah titik kerjanya (titik operasi) dipilih pada daerah sebelah kiri dan
sebelah bawah dari garis beban A-B pada kurva karakteristik IC-VCE tersebut.
Besar daya yang didisipasikan ke kaki kolektor merupakan perkalian antara nilai
tegangan pada kaki kolektor-emitor (VCE) dengan nilai arus yang mengalir pada
kaki kolektor (IC), atau dirumuskan P = VCE x IC . Nilai dari daya disipasi
maksimum transistor tersebut tidak boleh dilampui pada waktu mengoperasikan
transistor, hal ini untuk menghindari terjadinya kerusakan yang permanen pada
transistor.

2. Garis Beban DC
Dengan menggunakan bantuan kurva karakteristik IC-VCE dan garis beban
dari transistor, maka akan dapat ditentukan besar sinyal input maksimum yang
dapat diumpankan pada transistor.

3. Persamaan Garis Beban


Garis beban suatu transistor dapat digambarkan melalui suatu persamaan
rangkaian yang disebut dengan persamaan garis beban. Persamaan garis beban

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 15


Unit III Karakteristik transistor bipolar

tersebut dapat diturunkan dari rangkaian transistor dengan bantuan Kirchoff’s


Voltage Law (KVL), yang diterapkan pada rangkaian transistor tersebut.
Persamaan yang akan diperoleh tergantung dari bentuk rangkaian pembiasan yang
dimiliki oleh transistor yang bersangkutan dan susunan komponen resistifnya.
Namun pada umumnya persamaan garis beban dapat didekati dengan
bentuk persamaan VCC = IC RC + VCE
Dengan menggunakan bantuan persamaan umum tersebut, tempat
kedudukan beberapa titik kerja dapat ditentukan dengan cara menentukan lokasi
titik koordinat (VCE,IC), dimana sumbu mendatar adalah sumbu VCE dan sumbu
vertikal adalah sumbu IC. Titik-titik koordinat istimewa dapat diperoleh dengan
memasukkan nilai-nilai VCE dan IC.
Titik potong dengan sumbu horisontal akan terjadi pada saat IC=0, sehingga
nilai VCE=VCC, atau pada titik koordinat (VCC,0). Sedangkan titik potong dengan
sumbu vertikal akan terjadi pada saat VCE=0, sehingga IC=VCC/RC, atau pada titik
koordinat (0,VCC/RC). Dari sini terlihat bahwa kemiringan garis beban sangat
dipengaruhi oleh faktor sumber tegangan VCC maupun nilai resistor RC.

4. Titik Kerja Transistor


Garis beban (garis A-B) akan memotong sekelompok kurva arus basis (IB),
yang mana nilai IB bernilai konstan (tetap) untuk tiap kurva arus basis, pada
beberapa tempat/titik. Nilai IB dapat ditentukan dengan cara mengatur rangkaian
pembiasan. Perpotongan antara kurva IB dengan garis beban ini disebut dengan
titik kerja transistor atau sering disebut dengan istilah Q. Pada gambar diatas
terlihat terdapat enam tempat titik kerja transistor (1 s.d 6) untuk masing-masing
nilai arus basis IB.
Titik kerja merupakan titik korrdinat yang mengandung nilai tegangan dan
arus. Titik ini merupakan nilai awal yang akan dipergunakan transistor untuk
pengoperasian/pemrosesan terhadap sinyal masukan. Selanjutnya sinyal yang
masuk tersebut akan memberikan pengaruh langsung terhadap nilai arus IB.
Sehingga pada akhirnya juga akan menggeser titik kerja transistor dari posisi
semula (karena perubahan nilai IB).
Dengan adanya sinyal masukan tersebut (yang berakibat bergesernya titik
kerja), maka arus IB akan naik-turun sepanjang garis beban yang juga bersesuaian
dengan perubahan sinyal masuk. Sinyal masukan ini dimungkinkan akan
menggeser titik kerja sampai pada titik-titik istimewa yang ada pada transistor,
yaitu sampai titik batas atas atau pada kondisi arus IC mengalir maksimum.
Karena pada kondisi ini nilai VCE = 0 dan IC = VCC/RC. Pada kondisi ini transistor

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 16


Unit III Karakteristik transistor bipolar

disebut berada dalam kondisi jenuh atau kondisi saturasi. Kondisi istimewa yang
lain yaitu pada saat titik kerja transistor bergeser pada titik batas bawah. Pada
kondisi ini arus kolektor sama sekali tidak mengalir (IC = 0), namun tegangan VCE
bernilai maksimum (VCE = VCC). Pada kondisi ini transistor berada dalam kondisi
mati atau cut-off.

IV. TUGAS PENDAHULUAN

1. Tentukan harga arus IB, IC dan IE pada rangkaian pembiasan transistor


dibawah ini (gambar 2), apabila diketahui nilai β = 100.
2. Lakukan perhitungan yang sama seperti pada soal nomor satu untuk gambar
3.
3. Apa pengaruh RE sebesar 2K pada rangkaian tersebut? Bagaimana pula
pengaruhnya apabila harga RE diperbesar dan diperkecil?

Gambar 2.
IC
4K
IB 200K
+
V
- CE
+ IE 12 V
6V VBE -

2K

Gambar 3.

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 17


Unit III Karakteristik transistor bipolar

V. KEGIATAN PRAKTIKUM
1. Rancanglah rangkaian seperti pada gambar 4. dibawah ini :

Gambar 4.
(A) merupakan alat ukur arus (Amperemeter) sedangkan (V) merupakan
alat ukur tegangan (Voltmeter). Amperemeter pada kaki basis untuk
mengukur harga IB, sedangkan pada kaki kolektor untuk mengukur harga IC.
Nilai IC juga dapat dihitung dengan cara pembagian hasil pengukuran
tegangan pada RC dibagi dengan nilai resistansi pada kaki kolektor tersebut
(RC). Voltmeter pada kaki kolektor-emitor untuk mengukur harga VCE.

2. Dengan nilai VBB = 1,7 Volt (atau ditentukan oleh asisten Anda), aturlah
harga RB untuk mendapatkan nilai IB yang sekecil mungkin yang dapat
diukur oleh amperemeter. Catat nilai RB pada posisi.
3. Ubahlah nilai VCC, mulai dari 0 Volt sampai dengan 12 Volt (atau
ditentukan oleh asisten Anda) dengan selisih kenaikan sebesar 2 Volt.
4. Catatlah harga IC dan VCE untuk setiap nilai VCC yang anda berikan. Jaga
supaya IB tetap konstan. Masukkan dalam tabel pengamatan.
5. Ulangi langkah nomor 2, 3 dan 4 untuk nilai IB yang lain sebanyak lima
kali, dimana nilai IB yang baru adalah sebesar 50% dari nilai IB yang
sebelumnya.
6. Dari hasil data yang diperoleh, gambarkan kurva karakteristik IC terhadap
VCE dalam kertas milimeter.
7. Selanjutnya untuk membuat garis beban DC, maka kita pilih nilai VCC
dengan nilai maksimum dari percobaan diatas (12 Volt atau ditentukan oleh
asisten Anda). Dengan kondisi seperti ini, selanjutnya RB diubah untuk
mendapatkan nilai-nilai IB minimum dan maksimum berdasarkan nilai-nilai

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 18


Unit III Karakteristik transistor bipolar

IB pada percobaan sebelumnya (atau dibatasi oleh daya maksimum yang


dapat diterima oleh transistor). Selanjutnya pada kedua kondisi ini lakukan
pengukuran nilai VCE dan IC untuk mendapatkan perpotongan garis beban
dengan sumbu vertikal dan sumbu horisontal.
8. BONUS !!! Untuk dapat mengamati bentuk gelombang keluaran pada
berbagai titik kerja dapat dilakukan percobaan berikut ini:
a. Berikan nilai VCC seperti pada langkah nomor 7 diatas.
b. Pilih nilai IB yang terkecil, sedang dan terbesar dalam langkah
nomor 5 diatas dengan mengatur nilai VBB atau RB.
c. Hubungkan generator sinyal sinus secara paralel terhadap VBB.
d. Amati bentuk sinyal keluaran pada titik VCE dengan menggunakan
osiloskop, bandingkan dengan bentuk sinyal masukan.
e. Amati perbedaan sinyal hasil keluaran untuk ketiga nilai IB pada
langkah 8 b diatas.

VI. DATA PRAKTIKUM


Masukkan data hasil praktikum anda pada lembar kerja praktikum yang
telah disediakan untuk masing-masing kegiatan.

VII. TUGAS dan PERTANYAAN


1. Apakah fungsi dari garis beban DC pada transistor bipolar?
2. Bagaimanakah langkah-langkah untuk mendapatkan garis beban DC?
3. Apakah pengaruh VBB dalam menentukan titik kerja pada garis beban?
4. Menurut analisa anda bagaimana pengaruh sinyal output yang akan
diperoleh apabila transistor dioperasikan pada titik kerja berikut:
a. Cut-off
b. Aktif
c. Saturasi
5. Apa saja kesimpulan dan saran yang dapat anda berikan berkaitan dengan
percobaan modul II ini.

VIII. REFERENSI
1. MILMAN, Integrated Electronic, BAB 5

♣♠~ SELAMAT BERJUANG ~♦♥

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 19


Unit IV Transistor sebagai penguat

MODUL IV
TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT

I. BAHAN dan PERALATAN


Bahan dan peralatan yang akan dipergunakan dalam kegiatan praktikum
Transistor Sebagai Penguat adalah :
A. Bahan Transistor Bipolar
Papan Percobaan
Resistor dan Kapasitor
Kabel Konduktor
Kertas Milimeter
Spidol Marker/Alat Tulis
B. Peralatan Osiloskop
Generator Sinyal
Sumber Tegangan Searah (DC)
Multimeter dan Voltmeter

II. TUJUAN
Tujuan dari praktikum pada modul III ini antara lain yaitu :
1. Menentukan impedansi input dan impedansi output dari suatu penguat
transistor bipolar.
2. Mencari harga penguatan dari suatu penguat transistor bipolar.
3. Memahami rangkaian transistor dengan konfigurasi Common Emitter (CE)
yang dipergunakan sebagai penguat.

III. PENDAHULUAN (DASAR TEORI)


1. Impedansi Input (Masukan).
Transistor sebagai penguat dapat diperhatikan pada rangkaian gambar 1
dibawah berikut ini.
Pada rangkaian tersebut terdapat impedansi input ZIN atau RIN yang pada
suatu penguat didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan sinyal pada
sinyal input terhadap arus yang masuk pada rangkaian tersebut. Atau dapat
Vin
dirumuskan dengan persamaan Rin = .
Iin
Untuk mendapatkan nilai impedansi input dapat dilakukan dengan dua
macam cara. Cara pertama yaitu dengan menghubungkan suatu resistor, sebut
saja RX1, yang sudah diketahui nilai resistansinya. Kemudian tegangan yang

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 20


Unit IV Transistor sebagai penguat

terdapat pada resistor RX1 tersebut diukur dengan menggunakan Voltmeter.


Dari hasil pengukuran tersebut dapat dihitung arus yang mengalir pada resistor
RX1 dengan menggunakan bantuan hukum Ohm, yaitu sebesar IX, yang juga
merupakan nilai dari IIN. Selanjutnya dengan menggunakan Voltmeter juga,
dilakukan pengukuran tegangan input dari rangkaian penguat diatas, yaitu
tegangan pada titik B-C. Hasilnya merupakan nilai VIN dari rangkaian penguat.
Akhirnya dengan menggunakan kedua hasil diatas (IIN dan VIN), harga RIN pada
rangkaian penguat transistor dapat dilakukan perhitungan dengan menggunakan
bantuan hukum Ohm.

Gambar 1. Transistor sebagai penguat.

Cara lain untuk mendapatkan impedansi input adalah dengan menggunakan


bantuan resistor variabel RX1 yang dipasang pada titik A-D seperti pada gambar
rangkaian diatas. Setelah resistor RX1 terpasang pada rangkaian, maka nilai
resistor diubah-ubah sampai didapatkan harga tegangan pada titik B-C bernilai
setengah dari nilai harga tegangan pada sumber Vs. Apabila kondisi ini sudah
diperoleh, maka lepaskan resistor variabel RX1 dari rangkaian, selanjutnya
ukurlah nilai resistansi RX1 tersebut. Harga impedansi input yang dicari dengan
cara kedua ini adalah nilai dari RX1 yang terukur pada kondisi terakhir tersebut.
Untuk transistor dengan konfigurasi Common Emitter (CE), maka untuk
memperbesar harga impedansi input dapat dilakukan dengan cara
menambahkan resistor umpan-balik (degeneratif) RE pada kaki emittor dari
rangkaian transistor diatas. Selain itu pada RE juga diberikan kapasitor CE
dengan susunan paralel terhadap RE yang bertujuan sebagai kapasitor pelolos

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 21


Unit IV Transistor sebagai penguat

(bypass) dengan fungsi untuk menghilangkan pengaruh unpan-balik


(degenerasi) terhadap sinyal bolak-balik.

2. Impedansi Output (Keluaran).


Impedansi output ZO atau RO dari suatu penguat dapat ditentukan dengan
cara menggunakan bantuan resistor variabel RX2. Langkahnya adalah dengan
terlebih dahulu mengukur tegangan keluaran VO dalam kondisi tanpa beban
(tanpa RX2). Selanjutnya resistor RX2 dihubungkan pada terminal output
(keluaran) dan dilakukan pengukuran tegangan pada resistor RX2 tersebut.
Lakukan pengubahan nilai RX2 sehingga diperoleh tegangan pada resistor RX2
bernilai setengah dari tegangan VO sebelumnya (pada kondisi tanpa beban).
Setelah kondisi terakhir ni diporoleh, maka selanjutnya lepaskan RX2 dari
rangkaian dan ukurlah nilai tahanan dari RX2 tersebut. Harga dari pengukuran
RX2 pada kondisi terakhir ini adalah merupakan impedansi output ZO yang
dicari.

3. Penguatan Tegangan dan Penguatan Daya


VOUT
Penguatan tegangan dapat dirumuskan sebagai berikut : AV =
VIN
Apabila nilai-nila tegangan pada input dan output diketahui, maka besarnya
penguatan tegangan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan tersebut.
POUT
Untuk penguatan daya, persamaan yang dipergunakan adalah : P =
PIN
P 
dan apabila dinyatakan dalam bentuk dB, maka : P( dB ) = 10 log  OUT 
 PIN 
Daya input dan daya output dapat dilakukan perhitungan apabila nilai dari
tegangan input, tegangan output, impedansi input dan impedansi output
diketahui.

4. Perbedaan Fasa
Perbedaan fasa antara sinyal input dan sinyal output dapat diamati dengan
menggunakan osiloskop.

IV. TUGAS PENDAHULUAN


1. Apa yang dimaksudkan dengan penguat transistor?
2. Parameter apa sajakah yang dapat mempengaruhi kualitas dari suatu
penguat transistor?

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 22


Unit IV Transistor sebagai penguat

3. Hitunglah harga impedansi input, impedansi output, dan penguat daya pada
rangkaian dibawah berikut ini.

4. Masih adakah teknik lain dalam mencari nilai impedansi output, selain
teknik yang sudah disebutkan pada rangkaian gambar 1 diatas?
Bagaimanakah caranya? Jelaskan dengan lengkap!

V. KEGIATAN PRAKTIKUM

1. Rancang dan buatlah rangkaian transistor seperti pada Gambar 1 diatas


untuk mendapatkan inpedansi input.
2. Berikan nilai tegangan VCC = 12 Volt, RE = 10 Ω dan sumber tegangan VS
sebesar 4 VPP pada frekuensi 10K Hz.
3. Hubungkan resistor variabel RX1 seperti pada rangkaian tersebut, dan atur
nilai RX1 sehingga diperoleh tegangan pada RX1 bernilai sebesar 2 VPP.
Selanjutnya lepaskan RX1 dari rangkaian dan ukur harga resistansi RX1
untuk mendapatkan harga impedansi input.
4. Ubahlah nilai RE dengan nilai lain yang lebih besar (misalnya nilai RE = 47
Ω dan RE = 470 Ω), kemudian ulangi percobaan pada langkah 3 diatas.
5. Ulangi percobaan langkah 1 s.d 4 pada percobaan diatas dengan
menambahkan kapasitor CE sebesar 1 μF yang disusun paralel terhadap RE.
6. Pada langkah percobaan untuk mendapatkan impedansi output, gunakan
juga rangkaian transistor seperti pada gamabar 1 diatas. Namun resistor
variabel RX1 diganti dengan hubung singkat, nilai tegangan VCC tetap 12
Volt dan nilai-nilai komponen yang belum ditetapkan dianggap sama seperti
pada langkah percobaan untuk mendapatkan impedansi input diatas.

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 23


Unit IV Transistor sebagai penguat

7. Ukurlah tegangan keluaran VO dalam keadaan terbuka (tanpa menggunakan


beban atau tanpa resistor variabel RX2), catat nilai tegangan VO tersebut.
8. Hubungkan resistor variabel RX2 pada VO sebagai beban output (keluaran),
dan jaga kondisi sinyal input agar tetap seperti semula.
9. Ubahlah nilai RX2 sehingga diperoleh tegangan pada RX2 sebesar setengah
dari tegangan VO yang telah diukur sebelumnya (tanpa beban).
10. Setelah kondisi tersebut diperoleh, lepaskan RX2 dari rangkaian dan
selanjutnya ukurlah harga RX2 tersebut. Harga RX2 yang diperoleh tersebut
merupakan harga dari impedansi output rangkaian transistor diatas.
11. Untuk mendapatkan harga penguatan transistor pada rangkaian transistor
seperti pada gambar 1 diatas dapat dilakukan langkah percobaan berikut ini:
12. Pada rangkaian gambar 1 diatas, gantilah RX1 dengan hubung singkat.
13. Gunakan RE = 10 Ω dan berikan VS = 4 VPP serta VCC = 12 Volt.
Selanjutnya amati bentuk dan ukur tegangan input maupun tegangan output
dengan osiloskop pada kondisi tanpa beban RX2. Catat dan gambarkan
bentuk gelombang beserta nilai yang menyertainya.
14. Ulangi percobaan dengan menggunakan nilai RE = 47 Ω dan RE = 470 Ω.
15. Ulangi percobaan dengan memberikan kapasitor paralel CE sebesar 1 μF
terhadap RE (untuk RE = 10 Ω, RE = 47 Ω dan RE = 470 Ω).

VI. DATA PERCOBAAN


Masukkan data hasil praktikum anda pada lembar kerja praktikum yang
telah disediakan untuk masing-masing kegiatan praktikum diatas.

VII. TUGAS dan PERTANYAAN


1. Dari seluruh percobaan yang telah Anda lakukan hitunglah impedansi input
dan impedansi output rangkaian!
2. Apa pengaruh R1, R2 dan RE terhadap impedansi input dan impedansi
output? Jelaskan!
3. Apa saja yang mempengaruhi impedansi output? Sebutkan dan jelaskan!
4. Dari seluruh percobaan yang telah dilakukan, hitunglah harga penguatan
daya dari rangkaian diatas.
5. Apakah pengaruh beban dalam penguatan tegangan dan penguatan daya?
Jelaskan!
6. Apa fungsi kapasitor yang dipergunakan dalam rangkaian diatas?
7. Gambarkan garis beban AC maupun DC dari rangkaian penguat diatas!

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 24


Unit IV Transistor sebagai penguat

8. Bagaimana hubungan frekuensi dan phasa dari sinyal input dan sinyal
output untuk rangkaian penguat diatas?
9. Sebutkan beberapa contoh aplikasi/penggunaan dari rangkaian penguat
diatas !
10. Apa kesimpulan dan saran anda setelah mengikuti praktikum modul III ini ?

♣♠~ SELAMAT BERJUANG ~♦♥

Laboratorium Teknik Elektronika dan Teknik Digital 25


UNIT I
PENGENALAN APLIKASI OSILOSKOP

NAMA DAN NIM PRAKTIKAN : ……………………………………… (NIM:………………)


PARTNER KELOMPOK : 1…………………………………….. (NIM:………………)
: 2…………………………………….. (NIM:………………)
: 3…………………………………….. (NIM:………………)
TANGGAL PRAKTIKUM : ………………………………………
WAKTU PRAKTIKUM : ………………………………………
ASISTEN : ………………………………………

PARAF ASISTEN : ………………………………………

1. Cara menghidupkan dan mengkalibrasi osiloskop

2. Mengukur tegangan peak to peak (Vpp).

3. Mengukur frekuensi
UNIT I
PENGENALAN APLIKASI OSILOSKOP

NAMA DAN NIM PRAKTIKAN : ……………………………………… (NIM:………………)


PARTNER KELOMPOK : 1…………………………………….. (NIM:………………)
: 2…………………………………….. (NIM:………………)
: 3…………………………………….. (NIM:………………)
TANGGAL PRAKTIKUM : ………………………………………
WAKTU PRAKTIKUM : ………………………………………
ASISTEN : ………………………………………

PARAF ASISTEN : ………………………………………

4. Melihat dua gelombang sekaligus secara bersamaan

5. Mengukur frekuensi PLN dengan cara Lissajous

6. Mengukur beda fase


LEMBAR KERJA PRAKTIKUM - UNIT II
RANGKAIAN PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG

NAMA DAN NIM PRAKTIKAN : ……………………………………… (NIM:………………)


PARTNER KELOMPOK : 1…………………………………….. (NIM:………………)
: 2…………………………………….. (NIM:………………)
: 3…………………………………….. (NIM:………………)
TANGGAL PRAKTIKUM : ………………………………………
WAKTU PRAKTIKUM : ………………………………………
ASISTEN : ………………………………………

PARAF ASISTEN : ………………………………………

Penyearahan tanpa menggunakan kapasitor (C = 0 Farad)


Nilai beban tetap/konstan sebesar RL = ..................................Ohm A
V in Bentuk V in V out frek. output Bentuk V out
No frek. input [Hz]
[Volt] (Gambar) [Volt] [Hz] (Gambar)
1 2 VP 200 Gunakan Kertas
Gunakan Kertas
2 2 VP 800 Milimeter !
Milimeter ! (catat
(catat posisi tombol
3 4 VP 200 posisi tombol Volt/Div
Volt/Div & tombol
& tombol Time/Div)
4 4 VP 800 Time/Div)

Penyearahan dengan tegangan input tetap sebesar V in : .................Volt


Frekuensi input tetap sebesar f : ...................Hz (200 Hz s/d 800 Hz)
Nilai beban tetap/konstan sebesar RL = ....................Ohm B
V out frek. output Bentuk V out
No C [Farad]
[Volt] [Hz] (Gambar)
1
Gunakan Kertas
Milimeter ! (catat
2
posisi tombol Volt/Div
& tombol Time/Div)
3

Penyearahan dengan tegangan input tetap sebesar V in : .................Volt


Frekuensi input tetap sebesar f : ...................Hz (200 Hz s/d 800 Hz)
Nilai kapasitansi tetap/konstan sebesar C = ....................Farad C
V out frek. output Bentuk V out
No RL [Ohm]
[Volt] [Hz] (Gambar)
1 Gunakan Kertas
Milimeter ! (catat
2
posisi tombol Volt/Div
3 & tombol Time/Div)
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM - UNIT II
RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG PENUH

NAMA DAN NIM PRAKTIKAN : ……………………………………… (NIM:………………)


PARTNER KELOMPOK : 1…………………………………….. (NIM:………………)
: 2…………………………………….. (NIM:………………)
: 3…………………………………….. (NIM:………………)
TANGGAL PRAKTIKUM : ………………………………………
WAKTU PRAKTIKUM : ………………………………………
ASISTEN : ………………………………………

PARAF ASISTEN : ………………………………………

Penyearahan tanpa menggunakan kapasitor (C = 0 Farad)


Nilai beban tetap/konstan sebesar RL = ..................................Ohm 1
V in Bentuk V in V out frek. output Bentuk V out
No frek. input [Hz]
[Volt] (Gambar) [Volt] [Hz] (Gambar)
Gunakan Kertas Gunakan Kertas
Milimeter ! Milimeter ! (catat
1 (catat posisi tombol posisi tombol
Volt/Div & tombol Volt/Div & tombol
Time/Div) Time/Div)

Penyearahan dengan tegangan input tetap sebesar V in : .................Volt


Frekuensi input tetap sebesar f : ...................Hz
Nilai beban tetap/konstan sebesar RL = ....................Ohm 2
V out frek. output Bentuk V out
No C [Farad]
[Volt] [Hz] (Gambar)
1
Gunakan Kertas
Milimeter ! (catat
2
posisi tombol Volt/Div
& tombol Time/Div)
3

Penyearahan dengan tegangan input tetap sebesar V in : .................Volt


Frekuensi input tetap sebesar f : ...................Hz
Nilai kapasitansi tetap/konstan sebesar C = ....................Farad 3
V out frek. output Bentuk V out
No RL [Ohm]
[Volt] [Hz] (Gambar)
1 Gunakan Kertas
Milimeter ! (catat
2
posisi tombol Volt/Div
& tombol Time/Div)
3
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM - UNIT III
KARAKTERISTIK TRANSISTOR BIPOLAR

NAMA DAN NIM PRAKTIKAN : ……………………………………… (NIM:………………)


PARTNER KELOMPOK : 1…………………………………….. (NIM:………………)
: 2…………………………………….. (NIM:………………)
: 3…………………………………….. (NIM:………………)
TANGGAL PRAKTIKUM : ………………………………………
WAKTU PRAKTIKUM : ………………………………………
ASISTEN : ………………………………………

PARAF ASISTEN : ………………………………………


Percobaan Kurva Karakteristik Transistor Bipolar
VBB yang dipergunakan sebesar : …………..Volt. Nilai RC : …………..Ohm
IBo yang terukur : ……………….μ A. Nilai RB : ………………Ohm
Pengukuran Perhitungan
VCC [Volt] Keterangan
IC [mA] VRC [V] VCE [V] IC=VRC/RC [mA]
0
2
4
6
8
10
12
IB1 = 1,5 x IBo : ……………….μ A. Nilai RB : ………………Ohm
Pengukuran Perhitungan
VCC [Volt] Keterangan
IC [mA] VRC [V] VCE [V] IC=VRC/RC [mA]
0
2
4
6
8
10
12
IB2 = 1,5 x IB1 : ……………….μ A. Nilai RB : ………………Ohm
Pengukuran Perhitungan
VCC [Volt] Keterangan
IC [mA] VRC [V] VCE [V] IC=VRC/RC [mA]
0
2
4
6
8
10
12
IB3 = 1,5 x IB2 : ……………….μ A. Nilai RB : ………………Ohm
Pengukuran Perhitungan
VCC [Volt] Keterangan
IC [mA] VRC [V] VCE [V] IC=VRC/RC [mA]
0
2
4
6
8
10
12
IB4 = 1,5 x IB3 : ……………….μ A. Nilai RB : ………………Ohm
Pengukuran Perhitungan
VCC [Volt] Keterangan
IC [mA] VRC [V] VCE [V] IC=VRC/RC [mA]
0
2
4
6
8
10
12
IB5 = 1,5 x IB4 : ……………….μ A. Nilai RB : ………………Ohm
Pengukuran Perhitungan
VCC [Volt] Keterangan
IC [mA] VRC [V] VCE [V] IC=V RC/RC [mA]
0
2
4
6
8
10
12
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM - MODUL III
KARAKTERISTIK TRANSISTOR BIPOLAR

NAMA DAN NIM PRAKTIKAN : ……………………………………… (NIM:………………)


PARTNER KELOMPOK : 1…………………………………….. (NIM:………………)
: 2…………………………………….. (NIM:………………)
: 3…………………………………….. (NIM:………………)
TANGGAL PRAKTIKUM : ………………………………………
WAKTU PRAKTIKUM : ………………………………………
ASISTEN : ………………………………………

PARAF ASISTEN : ………………………………………


Percobaan Garis Beban DC Transistor Bipolar
VCC yang dipergunakan sebesar : …………..Volt.
Parameter tetap ( VBB / RB ) *) sebesar : …………..( Volt / Ohm ) *)
Parameter Variabel Pengukuran Perhitungan
Keterangan
( VBB / RB ) **) IC [mA] VRC [V] VCE [V] IC=VRC/RC [mA]
min

middle

max

Keterangan : *) Pilih salah satu dari pilihan yang ada.


Keterangan : **) Pilih dengan pilihan yang berbeda dari *)

Percobaan BONUS!!! Pengamatan Bentuk Sinyal Transistor Bipolar


VBB :…………….Volt VCC :…………….Volt
IB :…………….μ A VCE :…………….Volt
RB :…………….Ohm IC :…………….mA
Bentuk sinyal input VIN:…………..VPP Bentuk sinyal output VOUT…………..VPP

Gunakan Kertas Milimeter ! Gunakan Kertas Milimeter !


(catat posisi tombol Volt/Div & tombol Time/Div) (catat posisi tombol Volt/Div & tombol Time/Div)

VBB :…………….Volt VCC :…………….Volt


IB :…………….μ A VCE :…………….Volt
RB :…………….Ohm IC :…………….mA
Bentuk sinyal input VIN:…………..VPP Bentuk sinyal output VOUT…………..VPP

Gunakan Kertas Milimeter ! Gunakan Kertas Milimeter !


(catat posisi tombol Volt/Div & tombol Time/Div) (catat posisi tombol Volt/Div & tombol Time/Div)

VBB :…………….Volt VCC :…………….Volt


IB :…………….μ A VCE :…………….Volt
RB :…………….Ohm IC :…………….mA
Bentuk sinyal input VIN:…………..VPP Bentuk sinyal output VOUT…………..VPP

Gunakan Kertas Milimeter ! Gunakan Kertas Milimeter !


(catat posisi tombol Volt/Div & tombol Time/Div) (catat posisi tombol Volt/Div & tombol Time/Div)
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM - MODUL IV
TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT

NAMA DAN NIM PRAKTIKAN : ……………………………………… (NIM:………………)


PARTNER KELOMPOK : 1…………………………………….. (NIM:………………)
: 2…………………………………….. (NIM:………………)
: 3…………………………………….. (NIM:………………)
TANGGAL PRAKTIKUM : ………………………………………
WAKTU PRAKTIKUM : ………………………………………
ASISTEN : ………………………………………

PARAF ASISTEN : ………………………………………

Percobaan IMPEDANSI INPUT


Tanpa CE
VS :…………………….VPP VCC :……………………..Volt
RE :…………….Ohm RE :…………….Ohm RE :…………….Ohm
RX1 :…………….Ohm RX1 :…………….Ohm RX1 :…………….Ohm
ZIN :…………….Ohm ZIN :…………….Ohm ZIN :…………….Ohm

Dengan CE
VS :…………………….VPP VCC :……………………..Volt
CE :…………….F CE :…………….F CE :…………….F
RE :…………….Ohm RE :…………….Ohm RE :…………….Ohm
RX1 :…………….Ohm RX1 :…………….Ohm RX1 :…………….Ohm
ZIN :…………….Ohm ZIN :…………….Ohm ZIN :…………….Ohm

Percobaan IMPEDANSI OUTPUT

VCC :……………………..Volt VIN :……………………..Volt


VO (Open) :…………….Volt
VO (RX2) :…………….Volt
RX2 :…………….Ohm
ZO :…………….Ohm

Percobaan PENGUATAN TRANSISTOR

Tanpa CE VIN :…………..VPP VOUT :…………..VPP Keterangan


VS :…………….VPP Gunakan Kertas Milimeter ! Gunakan Kertas Milimeter !
VCC :…………….Volt (catat posisi tombol Volt/Div (catat posisi tombol Volt/Div &
RE :…………….Ohm & tombol Time/Div) tombol Time/Div)
VS :…………….VPP Gunakan Kertas Milimeter ! Gunakan Kertas Milimeter !
VCC :…………….Volt (catat posisi tombol Volt/Div (catat posisi tombol Volt/Div &
RE :…………….Ohm & tombol Time/Div) tombol Time/Div)
VS :…………….VPP Gunakan Kertas Milimeter ! Gunakan Kertas Milimeter !
VCC :…………….Volt (catat posisi tombol Volt/Div (catat posisi tombol Volt/Div &
RE :…………….Ohm & tombol Time/Div) tombol Time/Div)
Dengan CE VIN :…………..VPP VOUT :…………..VPP Keterangan
VS :…………….VPP Gunakan Kertas Milimeter ! Gunakan Kertas Milimeter !
VCC :…………….Volt (catat posisi tombol Volt/Div (catat posisi tombol Volt/Div &
RE :…………….Ohm & tombol Time/Div) tombol Time/Div)
VS :…………….VPP Gunakan Kertas Milimeter ! Gunakan Kertas Milimeter !
VCC :…………….Volt (catat posisi tombol Volt/Div (catat posisi tombol Volt/Div &
RE :…………….Ohm & tombol Time/Div) tombol Time/Div)
VS :…………….VPP Gunakan Kertas Milimeter ! Gunakan Kertas Milimeter !
VCC :…………….Volt (catat posisi tombol Volt/Div (catat posisi tombol Volt/Div &
RE :…………….Ohm & tombol Time/Div) tombol Time/Div)

Anda mungkin juga menyukai