Anda di halaman 1dari 16

FIQIH IBADAH

“ IBADAH PUASA “
Di susun untuk melengkapi mata kuliah fiqih ibadah

Oleh :
REFI PANGESTI ( 2016.01.00.02.012 ) farmasi
AINIL FITRI HAMBALI (2016.01.00.012)ADM RS

Dosen :
YULIYUS , M.Ag

Prodi S1 Farmasi
UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR
BUKITTINGGI
2016/2017
Jl. Tan Malaka Belakang Balok Bukittinggi
E-mail : umn.yarsi@yahoo.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Ibadah Puasa”. Penulisan makalah
adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
FIQIH IBADAH.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini, terutama kepada bapak Yuliyus,
M.Ag selaku dosen serta teman-teman semua.
Penyusun menyadari keterbatasan sebagai manusia. Makalah ini jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penyusun berharap kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna perbaikan makalah ini. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Bukittinggi, Mei 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puasa merupakan suatu tindakan menghindari makan, minum, serta segala hal lain
yang dapat memuaskan hasrat-hasrat psikis maupun fisik yang dilakukan pada masa tertentu.
Makna dan tujuannya secara umum adalah untuk menahan diri dari segala hawa nafsu,
merenung, mawas diri, dan meningkatkan keimanan terhadap Allah SWT. Salah satu hikmah
puasa ialah melatih manusia untuk meningkatkan kehidupan rohani. Nafsu jasmani yang
terdapat dalam diri tiap individu harus diredam, dikendalikan, dan diarahkan dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang mulia. Setiap orang yang menjalankan puasa
pada hakekatnya sedang memenjarakan dirinya dari berbagai nafsu jasmani.
Perintah puasa terdapat pada beberapa surat dalam Al-Qur’an, yaitu: surat Al-Baqarah
(183-187), An Nisa’ (92), Al-Maidah (89), Al-Mujadilah (3-4), dan Maryam (26). Anjuran
pelaksanaan ibadah puasa juga terdapat pada beberapa Hadist. Pengaruh puasa bagi diri umat
Islam, terutama ketika bulan Ramadhan dapat dirasakan oleh fisik maupun jiwa. Hal ini dapat
dilihat dari berbagai segi. Dalam segi kesehatan, puasa secara mutlak tidak membahayakan
kesehatan, justru sangat bermanfaat. Kalaupun ada yang menemui permasalahan kesehatan
pada saat berpuasa, maka permasalahan itu muncul akibat yang bersangkutan termasuk orang
yang tidak dibenarkan secara agama maupun medis untuk melakukan puasa atau akibat yang
bersangkutan tidak menjaga aturan kesehatan dalam mengkonsumsi makanan.

Pembahasan mengenai ibadah puasa menarik untuk dikaji, mengingat ajaran ibadah
puasa terdapat dalam agama islam dan berlaku pada umat-umat terdahulu hingga sekarang.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan seputar
ibadah puasa.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Puasa
“saumu” (Puasa), menurut bahasa arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti
makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Menurut
istilah agama islam yaitu “Menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari
lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat”.
Firman Allah Swt:
َ‫ض ِمنَ اْل َخي ِْط اْأل َ ْس َو ِد ِمن‬
ُ ‫ط اْأل َ ْب َي‬
ُ ‫َو ُكلُ ْوا َوا ْش َربُ ْوا َحتّٰى َيتَ َبيَّنَ لَ ُك ُم اْل َخ ْي‬
﴾٢:١٨٧:‫﴿البقرة‬..... ،‫ج ِر‬ ْ َ‫اْلف‬
“makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam; yaitu
fajar”……… [Al-Baqarah 2:187].

Muhammad ibn Ismail al-kahlani mendefinisikan puasa dengan menahan diri dari
makan minum dan hubungan seksual dan lain-lain yang telah diperintahkan menahan diri dari
padanya sepanjang menurut cara yang telah ditentukan oleh syara’. Wahbah al-Zuhaili
mendefinisikannya dengan menahan diri disiang hari dari segala yang membatalkannya sejak
terbit fajar sampai terbenamnya matahari.[2]
Dari beberapa definisi diatas ditarik pengertian umum puasa yaitu suatu ibadah yang
diperintahkan Allah kepada hamba-Nya yang beriman dengan cara mengendalikan diri dari
syahwat makan, minum dan hubungan seksual serta perbuatan-perbuatan yang merusak nilai
puasa pada waktu siang hari sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari.

Hukum Puasa
Ditinjau dari hukumnya puasa terbagi menjadi puasa wajib dan puasa sunnah. Puasa
wajib adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan ramadhan. Yang merupakan salah satu
dari rukun islam dan salah satu fardhu dari sekian banyak fardhu.
Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
َ‫ب الَّذِينَ ِمن قَب ِل ُكم لَعَلَّ ُكم تَتَّقُون‬
َ ‫الصيَا ُم َك َما َعلَى ُك ِت‬ َ ِ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ُكت‬
ِّ ِ ‫ب َعلَي ُك ُم‬
“Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
telah diwajibkan atas orang – orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” ( QS Al Baqarah
183).

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan ramadhan yang di dalamnya
diturunkan Al Qur’an sebaga’i petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda ( antara yang haq dan yang bathil). Karena itu barang siapa diantara kamu
ada di bulan itu , maka berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia
tidak berpuasa ) maka (wajib menggantinya, sebanyak hari yang di tinggalkannya itu, pada
hari – hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangan dan mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang di berikan kepadamu, agar kamu bersyukur.” ( QS Al Baqarah 184-185).
Hal ini juga dijelaskan oleh hadist berikut, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda:

MACAM-MACAM PUASA DARI SEGI HUKUM

Ulama madzhab Maliki, Syafi’i dan hambali sepakat bahwasanya puasa itu terbagi menjadi
empat macam, yaitu :

1. Puasa wajib, yaitu puasa bulan ramadhan, puasa kifarat, puasa nazar.
2. Puasa sunnah (mandub)
3. Puasa makruh
4. Puasa haram

1. Puasa Wajib (Fardhu)

Puasa wajib atau fardhu yaitu puasa pada bulan ramadhan.

Telah kita ketahui bahwasanya puasa fardhu ialah puasa ramadhan yang dilakukan secara
tepat waktu artinya pada bulan Ramadhan secara ada’ dan demikian pula yang dikerjakan
secara qadha’. Termasuk puasa fardhu lagi ialah puasa kifarat dan puasa yang dinazarkan.
Ketentuan ini telah disepakati menurut para imam-imam madzhab, meskipun sebagian ulama
hanafiyah berbeda pendapat dalam hal puasa yang dinazarkan. Mereka ini mengatakan bahwa
puasa nazar itu puasa wajib bukan puasa fardhu.

1. Puasa ramadhan dan dalil dasarnya

Puasa ramadhan adalah fardhu ‘ain bagi setiap orang mukllaf yang mampu berpuasa. Puasa
ramdhan tersebut mulai diwajibkan pada tanggal 10 sya’ban satu setengah tahun setelah
hijrah. Tentang dalil dasarnya yang menyatakan kewajiban puasa ramadhan ialah Al-qur’an,
hadits dan ijma’. Dalil dari Al-qur’an iala firma Allah swt :

١٨٥ ‫شهر رمضان الذي انزل فيه القران)البقرة‬

Artinya : (bulan yang diwajibkan berpuasa didalamnya) ialah bu;lan ramdhan, yang
didlamanya diturunkan (permulaan) Al-qur’an.(Al-baqarah 185)

2. Puasa Sunnah

Adapun macam macam puasa yang disunnahkan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam berdasarkan dalil yang shahih adalah sebagai berikut:
1. Puasa Hari Arafah
Puasa arafah di sunnahkan bagi selain orang yang berhaji yang dilaksanakan tanggal 9
Dzulhijjah, karena Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Puasa hari arafah itu menghapus dosa dua tahun, setahun yang silam dan setahun
yang akan datang. Dan puasa asyura itu menghapus dosa setahun sebelumnya.” (HR
Muslim).
2. Puasa Tasu’a dan Puasa Asyura
Yaitu puasa yang di laksanakan pada tanggal 9 & 10 muharram. Berdasarkan hadits:
“… jika sampai pada tahun depan Insya Allah kita puasa Tasu’a
3. Puasa 6 Hari di Bulan Syawal
Berdasarkan Sabda Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam:
“Barangsiapa berpuasa di bulan ramadhan dan meneruskannya dengan (puasa)
enam hari di bulan syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR Muslim)

4. Memperbanyak Puasa di bulan Sya’ban


Berdasarkan dalil dari aisyah .
Dari Aisyah Radhiyallaahu 'anha, dia berkata. “Aku tidak pernah melihat Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali pada bulan
ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat Beliau Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam
memperbanyak puasa di bulan-bulan lain seperti sya’ban.” (HR Bukhari-Muslim)
5. Memperbanyak Puasa Dibulan Muharram.
Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
“Puasa yang paling utama setelah bulan ramadhan adalah bulan Allah Muharram.
Dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR Muslim,
Abu Daud, Tirmidzi & Nasa’i)
6. Puasa Setiap Hari Senin Dan Kamis
Dari Usamah bin Zaid berkata. Sesungguhnya Nabiyullah Shallallaahu ‘alaihi wa
Sallam puasa pada hari senin dan kamis dan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam
pernah ditanya perihal puasa itu. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya segala awal seluruh hamba dipaparkan pada hari senin dan kamis.” (HR.
Abu Daud)
7. Puasa Tiga Hari Setiap Pertengahan Bulan
Dari Abdullah bin Amr berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam Bersabda:
“Berpuasalah tiga hari pada setiap bulan, karena sesungguhnya kebaikan di kalikan
sepuluh, sehingga puasa itu (puasa 3 hari) sama dengan puasa satu tahun penuh.” (HR
Bukhari – Muslim)
Juga hadits dari Abu Dzar, dia berkata. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam
Bersabda : “Wahai Abu Dzar jika engkau berpuasa tiga hari dari setiap bulan, maka
berpuasalah tanggal tiga belas, empat belas, dan lima belas.” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i)

8. Puasa Nabiyullah Dawud


Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam
“Puasa yang paling di sukai di sisi Allah adalah puasa Dawud, yaitu berpuasa sehari
dan berbuka sehari.” (HR Muslim, Nasa’i dan Ibnu Majjah)

3. Ialah Puasa Makruh

Puasa hari jum’at secara tersendiri, puasa awal tahun Qibthi, puasa hari perayaan besar yang
keduanya disendirikan tanpa ada puasa sebelumnya atau sesudahnya selama hal itu tidak
bertepatan dengan kebiasaan, maka puasa itu dimakruhkan menurut tiga kelompok imam
madzhab. Namun ulama madzhab syafi’I mengatakan : tidak dimakruhkan berpuasa pada
kedua hari itu secara mutlaq.
4. puasa haram

Maksudnya ialah seluruh ummat islam memang diharamkan puasa pada saat itu, jika kita
berpuasa maka kita akan mendapatkan dosa, dan jika kita tidak berpuasa maka sebaliknya
yaitu mendapatkan pahala. Allah telah menentukan hukum agama telah mengharamkan puasa
dalam beberapa keadaan, diantaranya ialah :

1. Puasa pada dua hari raya, yakni Hari Raya Fitrah (Idul Fitri) dan hari raya kurban
(idul adha)
2. Tiga hari setelah hari raya kurban. Banyak ulama berbeda pendapat tentang hal
ini(fiqih empat madzhab hal 385)
3. Puasa seorang wanita tanpa izin suaminya dengan melakukan puasa sunnat, atau
dengan tanpa kerelaan sang suami bila ia tidak memberikan izin secara terang-
terangan. Kecuali jika sang suami memang tidak memerlukan istrinya, misalnya
suami sedang pergi, atau sedang ihram, atau sedang beri’tikaf.

Hikmah Puasa Ramadhan

Dalam islam tidak ada ibadah yang diperintahkan Allah SWT yang tidak mengandung
hikmah. Puasa sebagai ibadah menahan makan dan minum serta hubungan seksual dan
bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengandung hikmah bagi yang
melaksanakannya.
Ibadah puasa, menurut Zakiyah Daradjat, mengandung hikmah terhadap rohani dan
jasmani manusia. Hikmah terhadap rohani antara lain aialah melatih rohani agar disiplin
mengendalikan dan mengontrol hawa nafsu agar tidak semena-mena memunculkan
keinginannya. Puasa mengekang hawa nafsu dengan dengan mengharamkan memakan dan
meminum harta miliknya yang tersedia serta melarang menggauli istrinya yang sah disiang
hari meskipun nafsunya sudah bergelora untuk menikmatinya. Sebab, bila nafsu dibebaskan
tanpa kendali manusia akan menjadi budak hawa nafsu iti sendiri, bila hal itu terjadi maka
rohani manusia akan hancur. Allah SWT berfirman dala surat yusuf ayat 53:
ُ ‫س ِإنَّ نَ ْفسِ ي أُبَ ِر‬
‫ئ َو َما‬ َ ‫وء أل َ َّم‬
َ ‫ارةٌ النَّ ْف‬ ِ ‫س‬ َ ‫َر ِح َم‬
ٌ ُ‫غف‬
ُّ ‫ور َربِ َي إِنَّ َربِي َّر ِحي ٌم َما إِالَّ بِال‬
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh kepada kejahatan kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhan Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang”
Yang selanjutnya yaitu hikmah jasmani, ialah bahwa puasa dengan menahan makan dan
minum, disamping membangun kekuatan dan ketahanan rohani juga mempertinggi kekuatan
dan ketahan jasmani, karena umumnya penyakit yang menghinggapi tubuh manusia itu
bersumber dari perut yang menampung semua apa yang dimakan dan diminum.
Hikmah puasa yang lainya adalah sebagai berikut:
1. Tanda terima kasih kepada Allah, karena semua ibadah mengandung arti terimakasih atas
nikmat pemberian-Nya yang tidak terbatas banyaknya
2. Didikan kepercayaan.
3. Didikan belas kasihan terhadap fakir miskin.

Syarat wajib puasa

Para ahli fiqih telah menetapkan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang agar dia

wajib melaksanakan puasa ramadhan sebagai berikut:

a. Beragama islam.

Persayaratan islam dapat dipahami dari ayat Al-Qur’an yang memerintahkan berpuasa kepada

orang-orang yang beriman kepada Allah SWT sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an (QS 2:

183). Berdasarkan ayat itu, orang-orang kafir tidak dituntut untuk melakukan puasa

Ramadhan seperti yang dituntut kepada orang islam.

b. Baligh dan berakal.

Hal ini mengandung arti bahwa anak-anak kecil tidak diwajibkan untuk berpuasa, sedangkan

persyaratan berakal mengandung arti bahwa orang gila tidak diwajibkan berpuasa

c. Kuat berpuasa. Hal ini mengandung arti bahwa orang yang sakit yang mengakibatkan

tidak kuat melaksanakan puasa tidak dituntut melaksanakan puasa

Syarat sah puasa

Mazhab Hanafi mensyaratkan 3 hal untuk kesahan puasa, yaitu:

a. Niat,

b. Tidak ada hal yang menafikan puasa, baik karena haid maupun nifas, dan

c. Tidak ada hal yang membatalkan puasa

Mazhab Maliki berpendapat bahwa syarat syah puasa ada 4, yaitu:


a. Niat,

b. Suci dari haid dan nifas,

c. Islam, dan

d. Waktu yang layak untuk berpuasa, puasa tidak sah dilakukan pada hari raya

Sedangkan Mazhab Syafi’I juga berpendapat bahwa syarat sah puasa ada 4, yaitu:

a. Islam,

b. Berakal,

c. Suci dari haid dan nifas sepanjang siang

d. Berniat.

Menurut Mazhab Hanbali, syarat sah puasa ada 3, yaitu:

a. Islam,

b. Berniat, serta

c. Suci dari haid dan nifas

Dari uraian diatas, tampaklah bahwa para ulama mazhab sepakat atas pensyaratan niat serta

suci haid dan nifas.

Rukun Puasa

Mayoritas ahli fiqh menetapkan dua macam yang menjadi rukun puasa, yaitu:

a. Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenamnya

matahari. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT:

َ‫ب َما َوابتَغُوا َبا ِش ُرو ُه َّن فَاْلن‬ َّ ‫لَ ُك ُم َيت َ َبيَّنَ َحت َّ ٰى َواش َربُوا َو ُكلُوا لَ ُكم‬..
َ َ ‫َّللاُ َكت‬
ُ ‫ام أَتِ ُّموا ث ُ َّم الفَج ِر ِمنَ اْلَس َو ِد الخَي ِط ِمنَ اْلَب َي‬
.‫ض الخَيط‬ ِّ ِ ‫اللَّي ِل إِلَى ال‬
َ َ‫صي‬
….maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu,
dan makan minumlah hingga terang bagian benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam….(QS.2: 187).
b. Niat. Yang dimaksud dengan niat adalah kehendak atau berkeinginan untuk mengerjakan

puasa pada esok harinya, dengan sadar dan sengaja yang dilakukan sebelum terbit fajar.

Dalam ajaran islam kedudukan niat didalam setiap perbuatan amatlah penting.

HAL HAL PADA IBADAH PUASA

Bila mana puasa menjadi wajib

Puasa menjadi wajib kwrena salah satu dari tiga hal berikut:

a. Nazar, misalnya seseorang bernazar untuk berpuasa satu hari atau satu bulan dengan

maksud mendekatkan diri kepada Allah swt. Puasa tersebut menjadi wajib, karena dia telah

mewajibkan puasa atas dirinya. Penyebab diwajibkan puasa adlah nazar itu sendiri

b. Kafarat, yakni tebusan atas maksiat yang telah dilakukan oleh seseorang. Misalnya

membunuh karena kesalahan (tidak disengaja), melanggar sumpah, membatalkan puasa

ramadhan karena bersetubuh disiang hari.

c. Menyaksikan sebagian bulan ramadhan, baik malamnya maupun siangnya. Inilah

pendapat yang kuat menurut mazhab hanafi. Dengan demikian, penyebab diwajibkannya

puasa adalah menyaksikan bulan Ramadhan.

Puasa ramadhan menjadi wajib, baik seseorang melihat hilal-jika langit dalam keadaan cerah-

maupun menyempurnakan bulan syakban selama 30 hari-jika langit dalam keadaan mendung.

Cara menetapkan hilal Ramadhan

Mahzab Maliki berpendapat bahwa hilal bulan Ramadhan ditetapkan denga rukyat melalui 3

kesaksian:
a. Kesaksian yang dilakukan sekelompok orang banyak, meskipun mereka bukan bukan

kelompok yang adil.

b. Kesaksian yang dilakukan oleh dua orang yang adil atau lebih. Dengan kesaksian ke

duanya, puasa dan berbuka pada bulan ramadhan menjadi sah adanya, baik langit mendung

ataupun cerah. Yang dimaksud dengan orang adil adalah laki-laki yang merdeka, baligh,

berakal, tidak melakukan dosa-dosa besar, tidak sering melakukan dosa-dosa kecil dan tidak

melakukan tindakan yang merusak harga diri nya.

c. Kesaksian dilakukan oleh seorang yang adil. Dengan kesaksian ini, puasa dan berbuka

pada bulan ramadhan wajib bagi orang yang melihat hilal atau bagi orang yang menerima

pemberitahuan darinya.

Permasalahan Sekitar Bulan Puasa

Hal yang membatalkan puasa

Ahli fiqh membagi hal-hal yang membatalkan puasa kepada dua bentuk, yaitu: sesuatu yang

membatalkan dan wajib meng-qadha dan sesuatu yang membatalkan dan wajib meng-qadha

dan kaffarat.

Adapun hal-hal yang membatalkan puasa dan wjib meng-qadha nya adalah:

a. Makan dan minum dengan sengaja.

Seseorang yang sengaja makan dan minum pada siang hari Ramadhan puasanya dinyatakan

batal dan wajib menggabtikannya pada hari-hari lain.

b. Muntah dengan sengaja.

Seseorang yang dalam keadaan puasa kemudian dengan sengaja memuntahkan sesuatu dari

perutnya maka puasanya menjadi batal.

c. Haid dan nifas.


Para ulama telah sepakat menetapkan batalnya puasa seseorang apabila darah haid atau

nifasnya keluar, karena suci dari darah haid dan nifas telah disepakati sebagai salah satu

syarat syah puasa. Jika syarat ini tidak terpenuhi maka puasanya tidak sah.

d. Keluar mani dengan sengaja (Karena bersentuhan dengan perempuan dan lainnya).

Karena keluar mani itu adalah puncak yang dituju orang pada persetubuhan, maka hukumnya

disamakan dengan bersetubuh. Oleh karena itu puasanya akan batal, tetapi jika keluar mani

karena bermimpi puasa tersebut tidak batal.

e. Gila.

Sedangkan yang termasuk hal-hal yang membatalkan puasa dan mewajibkan qadha dan

kafarat menurut jumhur fukaha hanyalah melakukan hubungan seksual disiang hari

ramadhan.

Orang-orang boleh berbuka pada saat puasa

Orang-orang yang diperbolehkan berbuka pada bulan ramadhan adalah sebagai berikut:

a. Orang yang sakit apabila tidak kuat berpuasa, atau bila berpuasa sakitnya akan

bertambah parah atau akan melambatkan sembuhnya penyakit tersebut. Maka orang tersebut

boleh berbuka, dan ia wajib mengganti apabila sudah sembuh, sedangkan waktunya adalah

sehabis bulan puasa nanti.

b. Orang dalam perjalanan jauh (80,640 km) boleh berbuka dan wajib mengqadha puasa

yang ditinggalkannya itu.

Firman Allah dalam surat Al-Baqarah: 185

‫سفَ ٍر فَ ِعدَّة ً ِ ِّم ْن اَيِّا َ ٍم اُخَر‬


َ ‫لى‬
ٰ ‫ع‬َ ‫ضا اَ ْو‬
ً ‫َو َم ْن َكانَ َّم ِر ْي‬
" dan barang siapa yang sakit atau dalam bepergian[musafir]~maka bolehlah ia

berbuka~dan mengganti di hari hari yang lain[sebanyak yang ditinggalkany”.

[QS.Albaqoroh:185].
c. Orang tua yang sudah lemah, tidak kuat lagi karena tuanya, atau karena lemah fisiknya.

Maka ia boleh berbuka dan wajib membayar fidyah (bersedekah) tiap hari ¾ liter beras atau

sama dengan itu (makanan yang mengenyangkan) kepada fakir miskin.

d. Orang yang hamil dan orang yang menyusui anak, kedua perempuan tersebut, kalau takut

akan menjadi mudarat kepada dirinya sendiri atau beserta anaknya, boleh berbuka dan

mewajibkan mengqadha sebagaimana orang sakit.

Sunat Puasa

a. Menyegerakan berbuka apabila telah nyata bahwa matahari sudah terbenam

b. Berbuka dengan kurma, sesuatu yang manis atau dengan air.

c. Berdoa sewaktu berbuka puasa

d. Makan sahur sesudah tengah malam

e. Memberikan makanan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa

f. Memperbanyak baca al-qur’an.

Ha-hal yang dimubahkan dalam berpuasa

a. Menyelam ke dalam air, mandi dan membasahhkan kepala dengan syarat tidak sampai ke

dalam perut, jika air sampai masuk ke dalam perut, maka puasanya akan batal

b. Meneteskan sesuatu ke dalam mata, baik menimbulkan rasa ke dalam ke dalam

kerongkongan, ataupun tidak, karena mata itu bukan lobang ke dalam perut.

c. Berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung. Hanya dimakruhkan mubalaghah saja

(terlalu mendalamkan kumur-kumurannya)

d. Dibolehkan bagi orang-orang yang berpuasa memasuki waktu subuh dalam keadaan

berjunub
e. Orang yang berhaid dan benifas, apabila berhenti darahnya dimalam hari, boleh ia

mentakhirkan mandi hingga subuh, kemudian ia mandi untuk shalat.

BAB III

PENUTUP

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Puasa yaitu suatu ibadah yang diperintahkan Allah kepada hamba-Nya yang beriman

dengan cara mengendalikan diri dari syahwat makan, minum dan hubungan seksual serta

perbuatan-perbuatan yang merusak nilai puasa pada waktu siang hari sejak terbit fajar sampai

terbenamnya matahari.

2. Puasa pada bulan ramadhan adalah hukumnya wajib dan merupakan bagian dari rukun

islam.

3. Hikmah puasa ramadhan: Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri, mendidik nafsu agar

tidak senantiasa dimanjakan dan dituruti, dan mendidik jiwa untuk dapat memegang amanat

dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Zuhayly,Wahbah.2005.Al-Fiqihal-Islamwa-Adillatuh.Remaja Rosdakarya.Bandung

Rasyid, Sulaiman.1994.Fiqih Islam.Sinar Baru Algensindo.bandung

Buku puasa lahir dan batin oleh Malaki Tabrizi

Rendyadamf. Hal-hal yang tidak membatalkan puasa dianggap membatalkan puasa.


https://rendyasylum.wordpress.com/2010/09/28/hal-hal-yang-tidak-membatalkan-puasa-
dianggap-membatalkan-puasa/. September 28, 2010.

Muhammad Abduh Tuasikal. Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat.


http://www.rumaysho.com/. 2011.

Anda mungkin juga menyukai