SKRIPSI
CANINDERA COSTA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN KIMIA FARMASI
SURABAYA
2016
SKRIPSI
CANINDERA COSTA
051211131071
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN KIMIA FARMASI
SURABAYA
2016
KATA PENGANTAR
vii
Prof. Dr. Siswandono, MS., Apt. dan Dr. Suko Hardjono, MS.,
Apt. selaku dosen pembimbing utama dan dosen pembimbing serta
skripsi yang telah membimbing penulis hingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Dra. Esti Hendradi, M.Si., Ph.D., Apt., dan Dini Retnowati,
S.farm., M.Si., Apt. selaku dosen wali penulis yang sudah
memberikan bimbingan perhatian serta dukungan moral hingga
penulis dapat menyesaikan studi.
Dr. Juni Ekowati, M.Si., Apt., dan Dra. Asri Darmawati, MS., Apt.
selaku dosen penguji yang sudah memberikan bantuan berupa
saran, masukan dan kritik yang membangun kepada penulis.
Ratu Anisa yang mendampingi dan memberikan dukungan dari
awal menempuh sarjana farmasi hingga akhir studi dan seterusnya.
Mohan Bhakti yang sudah memberikan dukungan moral dan
membantu pengerjaan penelitian ini.
Teman–teman seperjuangan skripsi Satrio, Romdani, Yunita,
Vagen, Selinda, Vivi, Fauziah, Putri, Fili, Nitiya, Faseh yang telah
membantu kelancaran terselesaikannya penelitian ini.
Bapak laboran Pak Tukijo dan pak Tanto yang sudah bekerja sama
dengan baik pada setiap waktu kerja.
Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-per-satu karena
telah memberikan dorongan dan bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung hingga skripsi ini selesai.
viii
segala kerendahan hati, penulis berharap agar apa yang ada dalam skripsi ini
dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca sebagai sumbangan pikiran
dalam berprestasi untuk agama, bangsa dan negara.
Penulis
ix
RINGKASAN
UJI AKTIVITAS ANALGESIK SENYAWA
4-BROMBENZOILUREA PADA MENCIT PUTIH (Mus musculus)
DENGAN METODE WRITHING TEST
Canindera Costa
xi
ABSTRACT
xii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................... vii
RINGKASAN ....................................................................................... x
ABSTRACT ........................................................................................... xii
DAFTAR ISI ........................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................ xviii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xxi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................. 7
1.3.1 Tujuan Umum ..................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus .................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................ 9
2.1 Tinjauan Mengenai Nyeri .................................... 9
2.2 Tinjauan Mengenai Analgesik ............................. 10
2.2.1 Tinjauan Mengenai Analgesik Perifer .. 10
2.2.2 Tinjauan Mengenai Analgesik Opioid . 11
2.2.3 Tinjauan Mengenai Asetosal .............. 12
2.3 Tinjauan Mengenai Benzoilurea dan
Turunannya .......................................................... 13
2.4 Tinjauan Mengenai Reaksi Asilasi ....................... 13
xiii
xiv
xv
xvi
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel V.1 Hasil Pemeriksaan Organoleptis Senyawa Hasil
Sintesis ......................................................................... 40
Tabel V.2 Hasil Penentuan Jarak Lebur Senyawa Hasil
Sintesis ......................................................................... 41
Tabel V.3 Nilai Rf Senyawa 4-Bromobenzoilurea Hasil Sintesis
dalam Tiga Macam Fase Gerak .................................... 42
Tabel V.4 Karakteristik Spektra Inframerah Senyawa Awal 4-
Bromobenzoil klorida dan Senyawa
4-Bromobenzoilurea Hasil Sintesis ............................. 46
Tabel V.5 Perbandingan Spektra IR Senyawa Benzoilurea
yang digunakan Uji Aktivitas Analgesik dengan
Senyawa Benzoilurea Siswandono, 1999 ...................... 47
Tabel V.6 Frekuensi Geliat Pada Kelompok Uji 4-Bromobenzoilurea,
Kelompok Pembanding Benzoilurea dan Asam Asetil
Salisilat serta Kelompok Kontrol CMC-Na 0,5 % ....... 49
Tabel V.7 Post-Hoc Tests Antar Kelompok Perlakuan Senyawa
Pembanding Asam Asetil Salisilat, Senyawa Uji 4-
Bromobenzoilurea, Senyawa Pembanding Benzoilurea dan
Kontrol CMC-Na .......................................................... 50
Tabel V.8 Persentase Hambatan Nyeri Kelompok Senyawa Uji 4-
Bromobenzoilurea, Senyawa Pembanding Benzoilurea dan
Asam Asetil Salisilat ................................................... 51
Tabel V.9 ED50 Aktivitas Analgesik Senyawa Uji 4-Bromo
benzoilurea, Benzoilurea dan Asam Asetil Salisilat ..... 54
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Kemiripan struktur kimia senyawa-senyawa dengan
gugus farmakofor ureida asiklik ................................ 3
Gambar 1.2 Perbandingan struktur benzoilurea dan
benzoiltiourea ............................................................ 3
Gambar 2.1 Perbandingan struktur Benzoilurea dan
asam barbiturat .......................................................... 13
Gambar 2.2 Mekanisme reaksi asilasi ............................................ 14
Gambar 2.3 Rancangan sintesis senyawa 4-bromobenzoilurea ...... 15
Gambar 2.4 Struktur kimia urea ..................................................... 15
Gambar 2.5 Struktur senyawa 4-bromobenzoilklorida ................... 16
Gambar 3.1 Skema kerangka konseptual ....................................... 26
Gambar 4.1 Kerangka operasional ................................................. 31
Gambar 4.2 Skema prosedur uji aktivitas analgesik ....................... 36
Gambar 5.1 Spektra Uv-Vis Senyawa 4-Bromobenzoil klorida
dalam Etanol .............................................................. 43
Gambar 5.2 Spektra UV-Vis Senyawa 4-Bromobenzoilurea
dalam Etanol .............................................................. 43
Gambar 5.3 Spektra Inframerah Senyawa 4-Bromobenzoil klorida
dalam Pelet KBr ........................................................ 45
Gambar 5.4 Spektra Inframerah Senyawa 4-Bromobenzoilurea
Hasil Sintesis dalam Pelet KBr .................................. 45
Gambar 5.5 Spektra Inframerah Senyawa 4-Benzoilurea
dalam Pelet KBr ......................................................... 46
xix
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Mekanisme Reaksi Asilasi dengan Basa Trietilamin .... 69
Lampiran 2 Perhitungan Persentase Senyawa Hasil Sintesis ........... 70
Lampiran 3 Hasil Analisis one-way ANOVA ................................... 71
Lampiran 4 Hasil Analisis Uji LSD ................................................. 73
Lampiran 5 Perhitungan % Hambatan Nyeri ................................... 75
Lampiran 6 Cara Perhitungan ED50 .................................................. 77
Lampiran 7 Tabel F ......................................................................... 78
Lampiran 8 Tabel r .......................................................................... 79
Lampiran 9 Foto Geliatan mencit .................................................... 80
Lampiran 10 Spektra Inframerah Senyawa 4-Bromobenzoilurea
dalam Pelet KBr (Siswandono, 1999) .......................... 81
Lampiran 11 Spektra Inframerah Senyawa Benzoilurea dalam
Pelet KBr (Siswandono, 1999) ..................................... 82
Lampiran 12 Hasil Uji Etik Hewan Penelitian ................................... 83
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
melakukan reaksi asilasi salah satu gugus amin dari urea dengan pereaksi 4-
bromobenzoil klorida. Ada beberapa metode reaksi asilasi, antara lain
metode pencampuran fisik, dan reaksi Schotten-Baumann dengan
menggunakan pelarut tertentu, seperti piridina atau tetrahidrofuran (Mc
Murry, 2015). Sintesis senyawa ini sudah pernah dilakukan oleh
Siswandono, 1999, menggunakan reaksi Schotten-Baumann termodifikasi
dengan pelarut tetrahidrofuran tanpa penambahan basa seperti trietilamin.
Presentase senyawa hasil sintesis dengan metode pencampuran fisik
relatif kecil sedangkan dengan reaksi Schotten-Baumann semua bahan
pereaksi harus terlarut dalam pelarut yang digunakan saat mereaksikan (Mc
Murry, 2015). Mengingat bahwa urea tidak dapat larut dalam pelarut yang
digunakan (tetrahidrofuran), maka dalam mendapatkan turunan benzoilurea
ini digunakan reaksi Schotten-Baumann termodifikasi. Substitusi
benzoilklorida terhadap gugus amin akan menghasilkan senyawa baru
dengan melepas asam klorida. Asam klorida yang dilepaskan akan
ditangkap oleh basa trietilamin atau basa organik piridin (Clayden, 2012).
Senyawa hasil sintesis diuji kemurniannya dengan penentuan jarak
lebur dan kromatografi lapis tipis dengan menggunakan tiga fasa gerak yang
kepolarannya berbeda. Konfirmasi struktur dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometer UV dan inframerah (IR) (Silverstein et al., 2005; Pavia et
al., 2009). Senyawa hasil sintesis juga diuji aktivitas analgesiknya
menggunakan metode writhing test dengan pembanding senyawa induk
benzoilurea untuk membuktikan studi in silico serta obat asetosal yang
sudah terbukti aktivitas analgesiknya, pada mencit putih (Mus musculus).
Data frekuensi geliat yang diperoleh dari uji aktivitas kemudian
diolah menggunakan uji statistik one-way ANOVA dengan bantuan software
komputer SPSS 13.0 untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
10
karakter, dan waktu nyeri yang lebih jelas daripada dengan nyeri akut.
Selanjutnya, adanya penyesuaian sistem saraf otonom, tanda-tanda
hiperaktif otonom yang terkait dengan nyeri akut menghilang. Beberapa
bentuk dari nyeri dianggap sebagai kronis seperti serangan intermiten nyeri
dengan diikuti oleh periode nyeri yang relatif lama. Pasien dengan nyeri
kronis dari pengalaman fisik, psikologis, sosial, dan kerusakan fungsional
memberikan kontribusi terhadap eksaserbasi nyeri.
Terapi dini dari nyeri sangat penting sebagaimana nyeri yang tidak
teratasi dapat memiliki efek psikologi yang mendalam pada pasien, dan
nyeri akut yang tidak ditanggulangi dengan baik dapat menjadi nyeri
kronik, yang mungkin terbukti menjadi jauh lebih sulit untuk diobati.
11
12
13
14
biasanya yang diserang adalah atom karbon pada gugus karbonil. Dijelaskan
pada mekanisme reaksi 2 tahap seperti pada gambar 2.2.
Adisi Eliminasi
15
Urea memiliki rumus molekul CH4N2O dan strukur kimia yang dapat
dilihat pada gambar 2.4 dengan berat molekul 60,06 memiliki titik lebur
132,7°C. Urea atau bisa disebut karbamida berupa padatan kristal
berprisma, atau bubuk kristalin putih atau pelet, tidak berwarna atau putih,
16
dan tidak berbau. Urea dapat mengembangkan sedikit bau amonia. Urea
memiliki kelarutan dalam air 1:1,5; dalam alkohol 1:10; dalam alkohol
mendidih 1:1; dan praktis tidak larut dalam kloroform dan eter. Larutan urea
netral terhadap lakmus. Urea disimpan pada suhu kamar 25ºC, atau 15º-
30°C (Sweetman, 2009).
17
tekanan 1 atmosfer. Jarak lebur merupakan suatu tetapan fisika yang dapat
digunakan untuk mengetahui kemurnian suatu senyawa yang berbetuk
padatan. Umumnya senyawa murni memiliki jarak lebur yang tajam dengan
rentang tidak lebih dari 0,5-1,0 ºC. Ketajaman titik lebur dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain ukuran kristal, kecepatan pemanasan dan adanya
pengotor lain (Vogel, 1986). Bila rentang jarak lebur senyawa hasil sintesis
sebesar 2 °C menunjukkan senyawa hasil sintesis cukup murni (Pavia,
2009).
18
19
gugus-gugus fungsi ini dapat disebut daerah sidik jadi yang mana setiap
gugus fungsi memiliki serapan yang unik pada daerah ini.
Setiap gugus memiliki karakteristik absorbsi tertentu, sebagai contoh
senyawa aromatis menunjukkan adanya getaran ulur C-H pada bilangan
gelombang 3030cm-1, getaran ulur C-C pada bilangan gelombang 1500-
1450cm-1 dan getaran ulur C=C pada bilangan gelombang 1600-1500cm-1.
Adanya pita yang tampak kuat pada daerah sekitar 1650 cm -1 menunjukkan
adanya gugus karbonil. Pada gugus hidroksil fenol adanya O-H ditandai
dengan adanya serapan yang kuat di daerah 3650-3548 cm-1.
Amina menunjukkan absorbsi uluran NH yang jelas pada sekitar
3000-3700 cm-1dikiri absorbsi C-H, bila terdapat dua hidrogen pada suatu
nitrogen amida (-NH2) maka absorbsi NH akan nampak sebagai peak
kembar. Absorbsi oleh C=C aromatis akan nampak pada sekitar 1400-1500
cm-1 sedangkan gugus karbonil akan memberikan absorbsi di daerah 1600-
1725 cm-1 (Pavia et al, 2009)
20
21
22
dengan syringe lain pada ekor tikus. Basarnya tekanan akan menyebabkan
tikus meronta-ronta untuk melepaskan diri atau mencicit. Hasil dari
percobaan ini bersifat kualitatif dan kekurangan metode ini yaitu ekor
mencit menjadi cedera setelah percobaan sehingga tidak dapat diulang
karena dapat mempengaruhi percobaan selanjutnya.
Disisi lain, keuntungan dari metode ini adalah rangsangannya alami,
mudah digunakan tanpa adanya peralatan mekanik atau elektronik yang
mahal, namun terdapat kendala bahwa kontrol dan ukuran parameter
stimulus yang baik sulit didapatkan tanpa adanya peralatan mekanik dan
elektronik yang canggih. Selain itu, metode ini hanya digunakan pada
hewan coba yang tidak bergerak (sudah dibius) karena pada hewan yang
bergerak akan menyulitkan kontrol dan pengukuran. (Domer, 1971)
23
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
24
25
26
Kemiripan
gugus
farmakofor
Benzoiltiourea Benzoilurea
CLogP = 1,015
CMR = 4,425
Lipofilisitas σH = 0,00
Modifikasi RS = -67,4286
Sterik
Struktur
Elektronik
CLogP = 2,0796
CMR = 5,202
σBr= 0,23
RS = -68,275
4-Bromobenzoil urea
Aktivitas
Analgesik (+)
(Budiati dkk,
2010)
Asetosal
Hipotesis 1
Aktivitas
Bandingkan Hipotesis 2
Analgesik (+)
Hipotesis 3
CLogP = 1,0235
CMR = 4,4576
RS = -76,7166
27
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
28
29
30
31
Analisis data
32
penangas air hingga benzoilklorida habis (cek KLT tiap jam).. Hasil reaksi
berupa zat padat amorf warna putih, kemudian dituang ke dalam aquadest
100 ml dan tambahkan larutan natrium bikarbonat jenuh sambil di aduk-
aduk sehingga tidak keluar buih lagi. Residu disaring dengan corong
Buchner, dicuci dengan 50 ml air 2 kali (Siswandono, 1999).
4.6.2 Rekristalisasi
Padatan (Residu) dipindahkan ke beker glass, ditambahkan etanol
secukupnya. Beaker glass diletakkan di atas pengaduk magnit dengan
pemanas (suhu diatur 70-80o C) sambil diaduk perlahan-lahan, ditambahkan
pelarut lagi sedikit demi sedikit sampai tepat larut. Disaring dalam keadaan
panas, filtrat dibiarkan dalam suhu kamar sampai dingin dan didiamkan
semalam. Kristal yang terbentuk disaring dengan corong Buchner, dibilas
dengan etanol dingin 2 kali @ 10 ml. Kristal dipindahkan ke cawan petri
yang sudah diketahui beratnya, dikeringkan di oven pada suhu tetap 50 oC,
kemudian ditimbang untuk menghitung persentase hasil (Siswandono,
1999).
33
pelarut : etanol
fasa diam : lempeng kromatografi kiesel gel 60 GF-254.
Fase Gerak 1 : Kloroform : etil asetat =7:3
Fase Gerak 2 : Kloroform : aseton =7:3
Fase Gerak 3 : Kloroform : etil asetat : aseton =1:2:1
penampak noda : lampu UV-254 nm.
pembanding : 4-bromobenzoil klorida
Bejana untuk KLT diisi dengan eluen, biarkan hingga bejana jenuh.
sejumlah zat senyawa hasil sintesis dilarutkan dalam etanol, kemudian
ditotolkan pada lempeng KLT yang telah diberi batas atas 0,5 cm dan batas
bawah 1,5 cm, lalu dilakukan eluasi hingga tercapai pada batas atas. Jika
sudah, angkat lempeng KLT dan dikeringkan, amati noda pada lampu uv
254 dan menentukan harga Rf. Fase gerak tersebut merupakan hasil
optimasi dan hasil dari penelitian oleh Siswandono. Digunakan 3 sistem
eluen dengan kepolaran yang berbeda agar dapat memastikan bahwa noda
yang terbentuk merupakan satu noda. Noda tunggal pada sistem eluen yang
berbeda tersebut menunjukkan bahwa senyawa tersebut merupakan
senyawa yang murni secara KLT.
34
35
Prosedur:
Mencit dibagi menjadi 10 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 6
ekor. 1 untuk kelompok kontrol dan 9 kelompok untuk sampel, benzoilurea
dan asestosal. 9 Kelompok ini pembagian atas kelompok dosis yang
diberikan 200, 100, 50 mg/kgBB pada masing-masing senyawa obat dan
calon obat. Setiap hewan coba dalam kelompok ditimbang beratnya secara
teliti, dan ditandai untuk identifikasi. Dosis senyawa yang akan diinjeksikan
ditentukan. Dihitung dosis obat (volume suspensi yang disuntikkan).
Senyawa diberikan secara intra-peritoneal pada mencit (Rahman, 2001), 20
menit setelah pemberian, mencit diinduksi dengan injeksi asam asetat 0,6%
dengan volume 0,1 ml, biarkan mencit selama 5 menit.
Mencit kemudian diamati selama tiga puluh menit dan jumlah
geliatan dicatat atau direkam untuk setiap hewan. Geliatan ditandai dengan
sebuah peregangan perut dengan simultan peregangan setidaknya satu kaki
belakang. Frekuensi geliat yang berbeda bermakna ditentukan dengan
analisis one-way ANOVA. Rumus untuk menghitung persen penghambatan
adalah: rata-rata geliatan pada kelompok kontrol dikurangi geliatan dalam
kelompok obat dibagi dengan geliatan pada kelompok kontrol kali 100%.
Periode waktu dengan persen inhibisi terbesar dianggap sebagai waktu
puncak. Perhitungan ED50 diperoleh melalui persamaan regresi log dosis vs
% hambatan nyeri. Alur kerja untuk uji aktivitas analgesik senyawa pada
mencit putih (Mus musculus) dapat digambarkan pada gambar 4.2.
36
Mencit
20 menit
5 menit
% hambatan nyeri
Analisis data
37
38
hambatan nyeri dengan harga di bawah dan di atas 50% agar dapat
menentukan harga ED50. Berat mencit yang digunakan adalah 20-30 gram,
apabila diasumsikan berat mencit 30 gram, maka perhitungan dosis adalah
sebagai berikut:
/mencit BB 30 g
/mencit BB 30 g
/mencit BB 30 g
39
BAB V
HASIL PENELITIAN
Tabel V.1
Hasil Pemeriksaan Organoleptis Senyawa Hasil Sintesis
Pemerikisaan Hasil Pengamatan
Bentuk Kristal jarum kecil
Warna Putih
Bau Tidak berbau
40
41
Tabel V.2
Hasil Penentuan Jarak Lebur Senyawa Hasil Sintesis
Replikasi Hasil Pengamatan (°C) Rentang jarak lebur
(°C)
1 241-243
2 241-243 241-243
3 241-243
42
Keterangan:
- Fase diam : Silika Gel 60 GF254
- Penampak noda : Lampu UV 254 nm
- Pelarut : Etanol
- Fase Gerak 1 : Kloroform : etil asetat =7:3
- Fase Gerak 2 : Kloroform : aseton =7:3
- Fase Gerak 3 : Kloroform : etil asetat : aseton =1:2:1
44
47
Tabel V.5
Perbandingan Spektra IR Senyawa Benzoilurea yang digunakan Uji
Aktivitas Analgesik dengan Senyawa Benzoilurea Siswandono, 1999
Benzoilurea Pustaka
(Siswandono, Benzoilurea (Pavia, 2009)
Gugus fungsi
1999) (Solomon, 2011)
-1 -1
v (cm ) v (cm ) v (cm-1)
3366 dan 3227 3366 dan 3228 -NH2 amida 3350 dan 3180
3366 3366 -NH amida 3300
1660 1666 –C=O 1680-1630
Daerah Sidik Jari
1610 dan 1477 1614 dan 1475 –C=C- aromatis 1600 dan 1475
- - Substituen p- 800-860
48
49
Tabel V.6
Frekuensi Geliat Pada Kelompok Uji 4-Bromobenzoilurea, Kelompok
Pembanding Benzoilurea dan Asam Asetil Salisilat serta Kelompok
Kontrol CMC-Na 0,5 %
Frekuensi Geliatan
Kelompok uji Kelompok Pembanding
Kontr
4-Bromo Asam asetil
No. Benzoilurea ol
Benzoilurea salisilat
CMC-
10 10
50 200 50 200 50 100 200 Na
0 0
1. 59 37 30 40 29 18 40 25 13 68
2. 51 35 31 50 35 26 44 26 13 69
3. 62 41 29 55 38 33 47 29 16 69
4. 53 42 35 58 40 35 48 31 17 70
5. 48 37 29 62 45 39 49 31 17 70
6. 52 39 28 62 48 41 53 33 18 72
Rat 39
54,1 38, 30,3 54, 46,8 29,1 15,6
a- ,1 32 69,6
7 5 3 5 3 7 7
rata 7
2,6 6,
SD 5,27 2,50 8,4 8,6 4,45 3,13 2,16 1,37
6 8
Dari data yang tertera pada Tabel V.6 diketahui bahwa frekuensi
geliat pada mencit kelompok uji dan pembanding lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini dapat disimpulkan senyawa
benzoilurea dan senyawa 4-bromobenzoilurea mempunyai aktivitas
analgesik.
50
Tabel V.7
Post-Hoc Tests Antar Kelompok Perlakuan Senyawa Pembanding
Asam Asetil Salisilat, Senyawa Uji 4-Bromobenzoilurea, Senyawa
Pembanding Benzoilurea dan Kontrol CMC-Na
51
52
Dari Tabel V.8 dapat diperoleh persamaan regresi linier dan kurva
hubungan antara log dosis vs % hambatan nyeri untuk senyawa uji 4-
bromobenzoilurea hasil sintesis ataupun senyawa pembanding benzoilurea
dan asam asetil salisilat.
70.00
y = 56.822x - 72.493 log dosis vs
60.00 % hambat
% Hambatan nyeri
R² = 0.968 nyeri 4-
50.00
Bromobenzoi
40.00 lurea
30.00 Linear ( log
dosis vs %
20.00 hambat nyeri
4-
10.00
Bromobenzoi
0.00 lurea)
0 1 2 3
log Dosis
Gambar 5.6 Kurva Hubungan Antara log Dosis Vs % Hambatan Nyeri
Senyawa Uji 4-Bromobenzoilurea
53
nyeri
40.00 Benzoilure
a
30.00 Linear (log
dosis vs %
20.00 hambat
nyeri
10.00 Benzoilure
a)
0.00
0 1 2 3
log Dosis
Gambar 5.7 Kurva Hubungan Antara log Dosis Vs % Hambatan Nyeri
Senyawa Pembanding Benzoilurea
60.00 Asetil
Salisilat
50.00
40.00 Linear (log
dosis vs %
30.00
hambat
20.00 nyeri Asam
10.00 Asetil
0.00 Salisilat)
0 1 log Dosis 2 3
54
Tabel V.9
ED50 Aktivitas Analgesik Senyawa Uji 4-Bromobenzoilurea,
Benzoilurea dan Asam Asetil Salisilat
BAB VI
PEMBAHASAN
55
56
aseton (7:3) mempunyai Rf sebesar 0,45 cm; sedangkan pada fase Gerak
ketiga kloroform : etil asetat : aseton (1:2:1) memiliki Rf sebesar 0,55 cm.
Ketiga fase gerak yang digunakan merupakan hasil dari optimasi. Dari hasil
uji Kromatografi Lapis Tipis tersebut menunjukkan bahwa noda yang
dihasilkan hanya satu noda berwarna ungu sehingga senyawa 4-
bromobenzoilurea hasil sintesis merupakan senyawa tunggal. Apabila
dibandingkan dengan senyawa awal 4-bromobenzoil klorida harga Rf-nya
berbeda, sehingga dapat diketahui ada perubahan yang telah terjadi. Jadi
dapat disimpulkan bahwa senyawa 4-bromobenzoilurea hasil sintesis murni
secara KLT.
Setelah diketahui senyawa hasil sintesis murni, dilakukan analisis
kualitatif dengan spektrofotometer UV-Vis dan spektrofotometer
Inframerah. Spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk mengetahui adanya
pergeseran serapan maksimum pada panjang gelombang maksimum.
Spektra yang diperoleh dari analisis menggunakan spektrofotometer UV-
Vis menunjukkan adanya pergeseran puncak serapan maksimum dari
senyawa awal 4-bromobenzoil klorida pada panjang gelombang 240,6 nm
sedangkan untuk senyawa 4-bromobenzoilurea hasil sintesis pada panjang
gelombang 245,8 nm menandakan adanya perubahan dari senyawa awal
menjadi senyawa produk hasil sintesis.
Analisis dengan spektrofotometer Inframerah digunakan untuk
meng-konfirmasi struktur senyawa 4-bromobenzoilurea hasil sintesis
dengan adanya pola spektra karakteristik dari gugus-gugus fungsi tertentu.
Adanya perbedaan pola spektra karakteristik seperti halnya gugus fungsi –
NH2 amida yang ditunjukkan dengan serapan pada bilangan gelombang
3369 cm-1 dan 3236 cm-1 serta –NH amida pada 3333 cm-1 sedangkan pada
profil spektra senyawa 4-bromobenzoil klorida tidak terlihat. Namun
57
58
59
60
61
Hasil uji aktivitas yang ada pada penilitian ini dapat menjadi dasar
untuk penelitian lebih lanjut mengenai senyawa 4-bromobenzoilurea
sebagai calon obat analgesik baru. Sebagai calon obat analgesik baru juga
perlu diperhitungkan tentang efek toksik, profil farmakokinetik maupun
farmakodinamik dari senyawa tersebut dalam rangka pengembangan obat
baru.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
bahwa:
1. Senyawa 4-bromobenzoilurea mempunyai aktivitas analgesik
pada mencit putih (Mus musculus) dengan metode writhing test.
2. Aktivitas analgesik senyawa 4-bromobenzoilurea sama besar
dengan aktivitas benzoilurea pada mencit putih (Mus musculus)
dengan metode writhing test.
3. Aktivitas analgesik senyawa 4-bromobenzoilurea hasil sintesis
lebih rendah dari aktivitas analgesik asam asetil salisilat pada
mencit putih (Mus musculus) dengan metode writhing test.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan:
1. Dioptimasi lebih lanjut mengenai proses sintesis yang akan
dilakukan saat mereaksikan bahan-bahan awal agar dapat
diperoleh rendemen yang lebih banyak.
2. Dilaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai efek toksik, profil
farmakokinetik dan farmakodinamik mengenai senyawa 4-
bromobenzoilurea.
62
DAFTAR PUSTAKA
Budiati, T., Suzana dan Surdijati, S., 2010. Sintesis, uji aktivitas analgesik
dan antiinflamasi senyawa benzoiltiourea tersubstitusi. Majalah
Farmasi Indonesia, 21(1), 68 – 76.
Burke, A., Smyte E., Fitz Gerald G. A., 2006. Analgesic-antipyretic agents;
pharmacotherapy of gout. In: Brunton, L.L (eds). Goodman and
Gilman’s The Pharmacological Basic of Therapeutics. Ed. 11st.
New York: McGraw-Hill. Ch. 26.
Clayden, Greeves, Warren & Wothers, 2012, Organic Chemistry, 2nd ed.,
Oxford University Press, New York.
Dyah, N. W., Purwanto, B. T., dan Susilowati, R., 2002. Uji Aktivitas
Analgesik Senyawa Asam o-(4-butilbenzoil)salisilat Hasil Sintesis
Pada Mencit. Laporan Penelitian, Surabaya: Lembaga Penelitian
Universitas Airlangga.
63
64
Hardjono, S., 2013. Sintesis dan Uji Aktivitas Antikaner Senyawa 1-(2-
klorobenzoiloksi)urea dan 1-(4-klorobenzoiloksi)urea. Berkala
Ilmiah Kimia Farmasi, Vol.2 No. 1 Juni 2013.
Kachhadia V. V., Patel M. R., and Joshi H. S., 2004.. Heterocyclic system
containing S/N regioselective nukleophilic competition: facile
synthesis, antitubercular and antimicrobial activity of thiohydantoins
and iminothiazolidinones containing the benzo[b]thiophene moiety.
J Serb Chem Soc. 70, 2, 153-161.
Katzung B. G., Masters, S. B., dan Trevor, A. J., 2012. Basic & Clinical
Pharmacology, 12th Ed. United States : Lange The McGraw-Hill
Companies, Inc.
65
Suzana, Budiati, T., dan Ekowati, J., 2004. Sintesis senyawa benzoiltiourea
dan uji aktivitas sebagai penekan saraf pusat pada mencit (Mus
musculus). Laporan Penelitian. Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga, Surabaya.
Vogel, G.H. Eds. 2008. Drug Discovery and Evaluation: Safety and
Pharmacokinetic Assays. Germany: Springer-Verlag Berlin
Heidelberg.
66
Vogels, AI, 1986. Textbook of Practical Organic Chemistry. third ed. New
York: Longman Group Ltd.
LAMPIRAN
68
Lampiran 1
Mekanisme Reaksi Asilasi dengan Basa Trietilamin
69
Lampiran 2
Perhitungan Persentase Senyawa Hasil Sintesis
Trietilamin
THF
Persentase hasil =
= 3,69%
70
Lampiran 3
Hasil Analisis one-way ANOVA
Descriptives
Geliat
95%
Confidence
Interval for
Mean
Lowe Uppe
Std. Std. r r
Mea Deviatio Erro Boun Boun Minimu Maximu
N n n r d d m m
brbu 54.1 2.15
6 5.269 48.64 59.70 48 62
50 7 1
brbu 38.5 1.08
6 2.665 35.70 41.30 35 42
100 0 8
brbu 30.3 1.02
6 2.503 27.71 32.96 28 35
200 3 2
bu 50 54.5 3.44
6 8.432 45.65 63.35 40 62
0 2
bu 100 39.1 2.79
6 6.853 31.97 46.36 29 48
7 8
bu 200 32.0 3.52
6 8.626 22.95 41.05 18 41
0 1
asetos 46.8 1.81
6 4.446 42.17 51.50 40 53
al 50 3 5
asetos 29.1 1.27
6 3.125 25.89 32.45 25 33
al 100 7 6
asetos 15.6
6 2.160 .882 13.40 17.93 13 18
al 200 7
kontro 69.6
6 1.366 .558 68.23 71.10 68 72
l 7
Total 6 41.0 2.02
15.695 36.95 45.05 13 72
0 0 6
71
Geliat
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
3.017 9 50 .006
ANOVA
Geliat
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between
13185.667 9 1465.074 54.329 .000
Groups
Within Groups 1348.333 50 26.967
Total 14534.000 59
72
Lampiran 4
Hasil Analisis Uji LSD
Descriptives
Geliat
95%
Confidence
Interval for
Mean
Lowe Uppe
Std. Std. r r
Mea Deviatio Erro Boun Boun Minimu Maximu
N n n r d d m m
brbu 1 41.0 2.53
10.754 35.65 46.35 28 62
8 0 5
bu 1 41.8 2.88
12.242 35.80 47.98 18 62
8 9 5
asetos 1 30.5 3.18
13.509 23.84 37.27 13 53
al 8 6 4
kontro 69.6
6 1.366 .558 68.23 71.10 68 72
l 7
Total 6 41.0 2.02
15.695 36.95 45.05 13 72
0 0 6
ANOVA
Geliat
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between
6908.444 3 2302.815 16.911 .000
Groups
Within Groups 7625.556 56 136.171
Total 14534.000 59
73
Multiple Comparisons
74
Lampiran 5
Perhitungan % Hambatan Nyeri
% Hambatan nyeri =
75
76
Lampiran 6
Cara Perhitungan ED50
ED50 = dosis efektif yang dapat menghambat nyeri sebesar 50 %
1. Senyawa uji 4-bromobenzoilurea
y = 56,82x – 72,49 dengan r = 0,9839
50 = 56,82x – 72,49
x =
x = 2,1558
ED50 = 102,1558 = 143,14 mg/kg BB
x =
x = 2,1890
2,1890
ED50 = 10 = 154,54 mg/kg BB
x =
x = 1,9175
1,9175
ED50 = 10 = 82,70 mg/kg BB
77
Lampiran 7
Tabel F
p = 0,05 (di atas); p = 0,01 (di bawah)
(9, 50) 2,07
78
Lampiran 8
Tabel r
p = 0,05; df = n-2 1 (r tabel = 0,997)
79
Lampiran 9
Foto Geliatan Mencit
82
Lampiran 12
Hasil Uji Etik Hewan Penelitian