id
LAPORAN
KULIAH MAGANG MAHASISWA
Oleh :
GILANG TATAG
M0307075
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
motivasi kepada penulis secara moril dan materil serta doa yang membuat
3. Prof. Drs. Sentot Budi R, PhD selaku Ketua Program Studi S1- Kimia
FMIPA – UNS.
5. Bapak Dr. Rer. Nat. Atmanto Heru W.,M.Si selaku pembimbing KMM
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KMM.
7. Seluruh pegawai dan karyawan Pusdiklat Migas Cepu atas informasi dan
9. Serta semua pihak yang telah membantu terlaksananya KMM yang tidak
Dengan menyadari atas terbatasnya ilmu yang kami miliki, laporan ini tentu jauh
dari sempurna. Untuk itu kami dengan senang hati berterima kasih atas saran dan
kritik yang membangun. Semoga laporan KMM ini bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
commit to user
2.2.4. Uraian Proses ................................................................................................... 12
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
5.2. S a r a n .............................................................................................................. 50
LAMPIRAN
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pendidikan dan pelatihan dalam bidang industri minyak dan gas bumi (migas)
yang merupakan instansi Pemerintah Pusat Indonesia dan bernaung di bawah
Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral,
Departemen Sumber Daya Mineral yang sangat erat kaitannya dengan ilmu
kimia sehingga banyak manfaat serta pengalaman kerja yang dapat diperoleh.
Perkembangan negara dapat dilihat dari laju pertumbuhan tingkat
perekonomiannya yang tinggi. Hal ini dapat diwujudkan secara cepat melalui
jalur industri. Hampir seluruh industri menggunakan mesin-mesin berat yang
menggunakan bahan bakar minyak solar.
Minyak solar yang digunakan harus memenuhi spesifikasi sesuai
dengan Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi No. 3675
K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006 (terlampir). Spesifikasi ini
memberikan batasan maksimum dan minimum suatu produk yang dibuat
berdasarkan undang-undang dan pertimbangan kepentingan konsumen atau
tipe-tipe mesin yang akan menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Hal ini
bertujuan agar mutu minyak solar yang digunakan aman bagi konsumen
maupun lingkungan.
Laporan ini membahas karakteristik dari minyak solar yang diblending
dengan kerosin dengan perbandingan 90% : 10% dan 70% : 30%. Blending
yang menghasilkan spesifikasi yang sesuai dengan spesifikasi minyak solar
memungkinkan untuk dijadikan sebagai alternatif untuk menghemat bahan
bakar solar tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah dan batasan masalah di atas, rumusan
masalah pada pengujian ini adalah :
1. Apakah campuran solar dan kerosin yang diuji memiliki spesifikasi
yang sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan
Gas Bumi Indonesia No. 3675 K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006
(terlampir)?
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan
dari pengujian ini adalah :
1. Mengetahui apakah campuran solar dan kerosin yang diuji memiliki
spesifikasi yang sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Minyak dan Gas Bumi Indonesia No. 3675 K/24/DJM/2006 tanggal
17 Maret 2006 (terlampir)?
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
area dan kosesi Panolan adalah 11.977 bahu yang meliputi distrik Panolan
sampai dengan perbatasan dengan konsesi Tinawun. Yang termasuk
lapangan Ledok adalah area Gelur dan Nglebur yang produktif sepanjang
2,5 km dan lebar 1,25 km.
Pada tahun 1893 oleh Mr. Andrian Stoop, pengeboran pertama
dilakukan dengan kedalaman pertama 94 m dengan produksi 4 m3 per
hari. Pengeboran berikutnya di Gelur pada tahun 1897 dengan kedalaman
239-295 m dengan produksi 20 m3 per hari, sedangkan pengeboran
lainnya dapat menghasilkan 20-50 m3 per hari (sebanyak 7 sumur).
Minyak mentah yang dihasilkan diolah di kilang Cepu. Sebelumnya
perusahaan di Cepu dan Wonokromo terpusat di Jawa Timur, namun pada
perkembangannya usaha diperluas meliputi lapangan minyak Kawengan,
Wonocolo, Ledok. Nglobo, Semanggi, dan Lusi.
b. Jaman Jepang (1942-1945)
Perang Eropa merangsang pemerintah Jepang memperluas kekuasaan di
Asia. Pada tanggal 8 Desember 1941 Pearl Harbour yang terletak di
Hawaii di bom Jepang. Pengeboman ini menyebabkan meluasnya
peperangan di Asia. Pemerintah Belanda di Indonesia merasa
kedudukannya terancam, sehingga untuk menghambat laju serangan
Jepang, mereka menghancurkan instalasi atau kilang minyak yang
menunjang perang, karena pemerintah Jepang swangat memerlukan
minyak untuk untuk diangkut ke negerinya, perusahaan minyak terakhir
yang masih dikuasai Belanda yang terdapat di pulau Jawa yaitu Surabaya,
Cepu, Cirebon. Dimana pada waktu itu produksi di Cepu merupakan
produksi yang paling besar dengan total produksi 5,2 juta barel per tahun.
Jepang menyadari bahwa pengeboman atas daerah minyak akan
merugikan diri sendiri sehingga perebutan daerah minyak jangan sampai
menghancurkan fasilitas lapangan dan kilang minyak. Meskipun sumber-
sumber minyak dan kilang sebagian besar dalam keadaan rusak akibat
taktik bumi hangus Belanda, Jepang berusaha agar minyak mengalir
commit
kembali secepatnya. Tentara to user
Jepang tidak mempunyai kemampuan di
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pada tahun 1963 Biro Minyak berubah menjadi Direktorat Minyak dan
Gas Bumi (DMGB). Di dalam organisasi DMGB terdapat bagian
laboratorium untuk persiapan penelitian dalam industri perminyakan di
Indonesia.
Menteri Perindustrian dan Perdagangan menginstruksikan agar DMGB
meningkatkan kemampuannya dalam aspek teknis Minyak dan Gas Bumi
untuk keperluan di atas, maka dibentuk kepanitiaan yang terdiri dari unsur-
unsur Pemerintah, Pertamina, Pertamin dan Permigan. Panitia
mengusulkan agar dibentuk Badan yang bergerak dalam bidang Riset dan
Pendidikan Minyak dan Gas Bumi. Dengan Surat Keputusan Meteri di
lingkungan Departemen Urusan Minyak dan Gas Bumi No.
17/M/Migas/1965 ditetapkan organisasi urusan Minyak dan Gas Bumi
adalah LEMIGAS (Lembaga Minyak dan Gas Bumi).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 tanggal 20 Agustus 1968,
dalam rangka peningkatan dan melancarkan produksi Minyak dan Gas
Bumi terjadi penggabungan antara PN PERTAMIN dengan PN
PERMINA menjadi satu perusahaan negara dengan nama Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi Nasional (PN Pertamina).
Upaya PUSDIK MIGAS LEMIGAS untuk meningkatkan fungsi kilang
Cepu sebagai sarana operasi pengolahan dan sebagai sarana diklat proses
dan aplikasi sudah cukup memadai, namun kilang Cepu yang sebagian
besar pembuatan dan pemasangan tahun 1930-an dan pernah mengalami
pembumi hangusan waktu tentara Jepang masuk ke Cepu.
Karena kebutuhan tenaga ahli dan terampil dalam kegiatan Minyak dan
Gas Bumi banyak, maka tenaga-tenaga muda Indonesia banyak dikirim ke
luar negeri pada tanggal 7 Februari 1967 di Cepu diresmikan AKAMIGAS
(Akademi Minyak dan Gas Bumi) angkatan pertama ( I ). Pada tanggal 4
Januari 1966 Industri Minyak Cepu mulai bangun kembali dengan
ditetapkan Cepu sebagai Pusat Pendidikan dan Latihan Lapangan
Perindustrian Minyak dan Gas Bumi (PUSDIK MIGAS).
i. Periode Tahun 1978-1984commit to user
(PPTMGB “LEMIGAS”)
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Khusus bagian kilang yang memerlukan kerja rutin 24 jam, jam kerja
dibagi menjadi tiga shift :
Shift I : 08.00 – 16.00 WIB
Shift II : 16.00 – 24.00 WIB
Shift III : 24.00 – 08.00 WIB
Pergantian shift dilakukan setiap lima hari sekali dan setelah shift III
mendapatkan dua hari libur. Jam kerja dalam seminggu adalah 40 jam dan
selebihnya dihitung sebagai lembur.
4. Uraian Proses
A. Unit Kilang
Proses pengolahan minyak mentah (crude oil) di kilang Pusdiklat
Migas Cepu menggunakan prinsip distilasi atmosferik yaitu pengolahan
minyak pada tekanan atmosfer berdasarkan trayek titik didihnya untuk
menghasilkan fraksi-fraksi minyak yang diinginkan. Pada unit kilang ini,
berlangsung proses distilasi, treating dan proses blending.
1) Bahan baku dan produk
Minyak mentah (crude oil) merupakan campuran yang sangat
kompleks dari senyawa-senyawa hidrokarbon dan sedikit unsur belerang,
nitrogen, oksigen, logam-logam dan garam-garam mineral yang sebelum
diproses di kilang harus dipisahkan terlebih dahulu agar tidak mengganggu
proses dan mengurangi kualitas produk.
Ada tiga jenis crude oil :
a) Crude oil parafinis
b) Crude oil aspaltis
c) Crude oil campuran (mixed)
2) Proses di Kilang
a. Proses distilasi atmosferik
Proses distilasi atmosferik bertujuan untuk memisahkan fraksi-fraksi
yang terkandung dalam minyak mentah menjadi produk-produk yang
diinginkan. Proses ini meliputi :
commit
1. Pemanasan awal dalam toexchanger.
heat user
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d) WaterTreatment
Merupakan unit pengolahan air yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia dan untuk menunjang kebutuhan operasi pabrik. Unit
Watertreatment mengambil air dari sungai Bengawan Solo untuk diolah
menjadi :
1. Air minum
2. Air pendingin
3. Air umpan boiler
4. Air pemadam kebakaran
Unit yang ada di dalam unit watertreatment yaitu :
e) Unit Raw Water Pump Station
Fungsi unit ini adalah menghisap air baku dari Bengawan Solo
menggunakan pompa centrifugal menuju kedua tempat yaitu :
1. Bak YAAP (kali Solo II) untuk diolah menjadi air industri
2. Bak Segaran, untuk digunakan sebagai feed pada unit CPI
(CorrugatedPlated Interceptor)
f) Unit Pengolahan Air Industri
Unit ini berfungsi untuk mengolah air baku dari Bengawan Solo yang
diambil dengan pompa yang dipasang 12 meter di bawah permukaan air
dalam RPKS I dan menghasilkan air industri. Sedangkan proses yang
dilakukan adalah :
1. Proses Screening (Penyaringan Awal)
2. Sedimentasi (Pengendapan)
Tujuan pengendapan :
a. Menghilangkan kekeruhan
b. Mengurangi kesadahan
c. Menghemat pamakaian bahan kimia
3. Koagulasi dan Flokulasi
Merupakan proses pembentukan flok dengan jalan penambahan
koagulan pada air, kemudian flok mengendap.
commit to user
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi :
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Dasar Teori
1. Minyak Bumi
Teori yang menyatakan asal usul minyak bumi adalah Organic
Source Materials. Teori ini mengatakan binatang dan tumbuh-tumbuhan
berakumulasi di dalam suatu tempat selama berjuta-juta tahun yang lalu.
Contohnya dalam swaps, delta terkomposisi oleh reaksi bakteri,
karbohidrat, dan protein dipecah menjadi gas atau komponen yang larut
dalam air dan dalam tanah. Bahan yang larut dalam lemak diubah menjadi
minyak bumi melalui suatu reaksi dengan suhu rendah. Cairan minyak
bumi ini kemudian berpindah ke pasir alam atau reservoir batu kapur.
a) . Komposisi dan Klasifikasi Minyak Bumi
Senyawa minyak bumi tersusun dari hidrogen dan karbon menjadi
hidrokarbon, juga terdapat senyawa lain yang mengandung sejumlah kecil
belerang, nitrogen, oksigen, dan logam. Komposisi kimia dan fisis minyak
bumi mentah sangat bervariasi, tetapi komposisi elementer pada umumnya
terdiri dari (Gruse & Stevens) :
a. Karbon (C) : 83-87%
b. Hidrogen (H) : 11-15%
c. Belerang (S) : 0,4-6%
d. Nitrogen (N) : 0,1-2%
e. Oksigen (O) : 0,1-2%
f. Logam : 0-0,1%
Setiap ladang minyak bumi menghasilkan minyak mentah yang berbeda-
beda sehingga diperlukan suatu cara untuk menentukan jenis minyak
yang akan dapat mempermudah gambaran mengenai produk-produk
minyak mentah tersebut. Komposisi minyak mentah mempunyai variasi
yang tak terhingga sehingga klasifikasinya menjadi sulit.
b) . Klasifikasi Berdasarkan API Gravity
Klasifikasi berdasakan API Gravity merupakan klasifikasi
sederhana, ada suatu kecenderungan bahwa API Gravity minyak
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sifat keselamatan adalah dengan uji flash point yang dilakukan dengan
metode Flash Point Pensky Martens Close Cup ASTM D-93. Selain itu,
flash point diperiksa untuk mengetahui secara cepat adanya kontaminasi
dengan jenis minyak lain yang mampu mempangaruhi sifat keselamatan
minyak solar tersebut.
d. Sifat Pengkaratan
Senyawa belerang diyakini sebagai penyebab adanya korosi
karena pada proses pembakaran sulfur teroksidasi dan jika bereaksi
dengan H2O dapat membentuk H2SO4 yang memeiliki sifat korosif.
Untuk mengetahui adanya sifat pengkaratan dalam minyak solar, ada
beberapa metode pengujian yang dapat digunakan, yaitu Copper Strips
Corrosion, Sulphur content, Total acid number, dan Strong acid
number.
e. Sifat Penguapan
Sifat penguapan dari minyak solar penting untuk diketahui
karena proses pembakaran terjadi pada fase uap. Jika suatu bahan bakar
minyak sulit untuk menguap maka minyak tersebut akan sulit pula
untuk memenuhi memudahkan ketika dihidupkan sehingga
mempengaruhi akselerasi mesin. Sifat penguapan dari suatu minyak
solar diuji dengan cara distilasi metode ASTM D-86, dimana yang
menjadi parameter adalah perolehan distilat pada suhu 300◦C. Distilasi
juga dapat dilakukan untuk mengetahui trayek didih dari suatu minyak.
f. Sifat Kemudahan Alir
Sifat alir dari suatu bahan bakar minyak pada dasarnya
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu viskositas dan pour point. Minyak
dengan viskositas rendah dapat menaikkan kebocoran bahan bakar dari
pompa dan injektor karena halusnya atomisasi bersamaan dengan
penurunan penetesan bahan bakar ke dalam ruang bakar. Selain itu,
viskositas yang rendah mempengaruhi sifat pelumasan yang kurang
sehingga dapat menyebabkan keausan pada bagian-bagian pompa
commit
bakar. Sedangkan apabila to userminyak tinggi dapat mengganggu
viskositas
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Syarat Keselamatan
Flash point atau titik nyala kerosin harus distabilkan agar
kerosin tidak mudah menguap ataupun terbakar.
d. Syarat Kebersihan
Kerosin tidak boleh mengeluarkan asap sehingga angka smoke
point harus dibatasi. Selain itu kerosin juga tidak boleh
mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Proses blending adalah salah satu cara untuk mendapatkan mutu
produk yang sesuai dengan persyaratan yang diinginkan. Proses
blending ini dilakukan terhadap beberapa komponen yang sebelumnya
harus dianalisis sesuai kebutuhan sehingga dapat dihitung prosentase
dari masing-masing komponen yang akan dicampurkan. Beberapa
macam metode blending yang sering dilakukan adalah batch blending,
partial inline blending, dan continous inline blending. Komponen hasil
blending harus dilakukan pengujian terlebih dahulu untuk menentukan
kesesuaian terhadap spesifikasinya.
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Cara Kerja
1. Spesific Gravity 60/60◦F ASTMD-1298
a. Sampel dimasukkan ke dalam gelas ukur 1000 ml dan diletakkan
padatempat yang datar.
b. Suhu diukur dengan termometer, lalu Hydrometer yang sesuai untuk
minyak solar dicelupkan ke dalam sampel.
c. Setelah hydrometer berhenti bergerak, dibaca angka yang
ditunjukkan pada hydrometer dan termometer, kemudian
dikonversikan dengan tabel ASTM 1250.
2. Flash Point ASTM D-93
a. Sampel dimasukkan ke dalam mangkuk sampai tanda batas.
b. Mangkuk diletakkan pada rangkaian alat dan ditutup, mangkuk harus
benar-benar terkunci dengan benar.
commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
V=cxt
Dimana V : viskositas kinematik (cSt)
c : faktor kalibrasi dari viskometer (mm2/second2)
t : waktu alir (second)
6. Color ASTM D-1500
a. Cairan standar dimasukkan ke dalam tabung sampai tanda batas.
b. Sampel dimasukkan ke dalam tabung sampai tanda batas.
c. Cairan standar dan sampel dalam tabung dimasukkan ke dalam
rangkaian alat dan ditutup.
d. Stop kontak dihubungkan pada 220 Volt.
e. Switch pada alat diubah pada posisi on.
f. Warna sampel dan warna standar dibandingkan dan regulator warna
diatur hingga warna sampel dan standar sama.
g. Angka yang terbaca pada regulator dicatat.
h. Alat dimatikan dengan mengubah switch pada posisi off, stop kontak
dilepaskan.
i. Tabung dikeluarkan dan dibersihkan.
7. Pour Point ASTM D-97
a. Sampel dimasukkan pada test jar sampai batas.
b. Test jar ditutup dengan gabus yang sudah ada termometernya.
c. Sampel dipanaskan hingga suhunya mencapai 45◦C, lalu diturunkan
lagi suhunya hingga 30◦C.
d. Selanjutnya test jar berisi sampel dimasukkan ke dalam jakut yang
berada pada bak pendingin yang telah dihiidupkan sebelumnya.
e. Test jar diangkat setiap penurunan suhu 3◦C dan dimiringkan hingga
tidak ada lagi sampel yang mengalir.
f. Suhu yang terbaca pada termometer saat tidak ada lagi sampel yang
mengalir ditambah 3 (sebagai faktor koreksi) dan dicatat sebagai
Pour Point.
commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Perolehan Distilat
Volume Solar + 10% kerosin Solar + 30% kerosin
Volume distilat (ml) 96,1 95,2
Volume residu (ml) 3,8 4,8
% loss 0,1 0
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sulit pula untuk memenuhi kemudahan start mesin (start ability) dan juga
dapat mempengaruhi akselerasi mesin.
Pengamatan dalam proses destilasi meliputi ;
a. IBP (initial boiling point) adalah pembacaan termometer yang
diperoleh pada waktu penetesan pertama dari kondensat yang jatuh
dari ujung tabung kondensor.
b. MBP (Middle Boiling Point) merupakan suhu pada saat diperoleh
destilat sebanyak 50% volume.
c. Recovery at 300°C adalah kecepatan penguapan bahan bakar solar
(jumlah perolehan destilat) pada suhu 300°C.
d. FBP (Final Boiling Point) adalah pembacaan maksimal termometer
yang diperoleh selama pemeriksaan, biasanya terjadi setelah semua
cairan pada labu destilasi menguap.
Dalam proses destilasi solar, kondensator yang digunakan sebagai
pendingin adalah air panas. Berbeda pada proses destilasi bensin yang
menggunakan es, air panas digunakan karena fraksi solar bisa didapatkan
pada proses penguapan pada suhu tinggi (trayek titik didih 105° - 135°C),
sebab pada saat fraksi bensin sudah diuapkan dengan air dingin telah habis
maka fraksi yang kemudian menguap adalah fraksi solar. Namun bila
fraksi solar diuapkan dengan memakai pendingin air dingin maka uap
solar tidak bisa mencair karena telah uap tersebut akan kembali lagi ke
fraksi solar. Maka perlu penyesuaian dari suhu kondensornya menjadi
lebih panas dari sebelumnya.
Pengujian destilasi ini juga dapat digunakan untuk mengetahui
indikasi terjadinya kontaminasi minyak solar oleh fraksi yang lebih ringan
atau fraksi yang lebih berat. Apabila minyak solar mempunyai sifat kurang
mudah menguap ada kemungkinan terkontaminasi fraksi berat (PH solar
dan residu). Sebaliknya jika minyak solar tersebut mempunyai sifat
penguapan terlalu tinggi berarti minyak solar tersebut kemungkinan
terkontaminasi fraksi ringan (kerosin). Hal ini juga dapat dilihat dari nilai
commit
IBP, yaitu IBP semakin turun jikatofraksi
user ringan (kerosin) tercampur pada
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
fraksi solar, sedangkan FBP akan tetap. Hal tersebut dikarenakan fraksi
ringan (kerosin) sudah menguap terlebih dahulu dan yang tertinggal adalah
fraksi minyak solar. Kecepatan penguapan bahan bakar solar dinyatakan
sebagai destilasi recovery pada suhu 300°C. nilai recovery pada suhu
300°C dari Dirjen Minyak dan Gas Bumi ditetapkan perolehan
minimumnya adalah 40% volume. Apabila perolehan destilat dibawah
40% volume, bahan bakar solar sukar menguap dan kurang mudah untuk
diatomisasikan sehingga fase uap bahan bakar yang disemprotkan keruang
bakar semakin berkurang. Oleh karena itu, mesin menjadi sulit untuk
dihidupkan atau menurunkan tenaga yang dihasilkan.
Pada distilasi suhu maksimum yaitu 95% menurut spesifikasi solar
yaitu 370◦C. Hasil analisis yang diperoleh menunjukkan adanya
penambahan kerosin menyebabkan penurunan suhu IBP, T 95, dan FBP.
Untuk penambahan kerosin 10% harga IBP, T 95, dan FBP berturut-turut
yaitu 158, 329, 346◦C. Sedangkan untuk penambahan kerosin 30%, harga
IBP, T 95, dan FBP berturut-turut yaitu 136, 310, dan 318◦C. Hasil
analisis yang diperoleh menunjukkan campuran solar dan kerosin tersebut
masih sesuai dengan spesifikasi solar sesuai dengan keputusan Dirjen
Minyak dan Gas Bumi.
Setelah diperoleh hasilnya bahwa % loss untuk penambahan kerosin sebanyak
10% adalah 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa adanya sampel yang hilang
sebanyak 0,1 ml selama proses distilasi berlangsung. Sedangkan pada
penambahan kerosin sebanyak 30% harga % loss yang dihasilkan adalah 0
yang berarti tidak ada sampel yang hilang selama proses distilasi
berlangsung.
5.Viskositas Kinematik pada suhu 400C ASTM D-445
Rasio solar : Waktu alir (t) Koefisien Viskositas kinematik (cxt)
kerosin sekon kapiler mm2/sekon
90 : 10 335,7 0,01 3,357
70 : 30 278,6 0,01 2,786
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Viskositas diukur dari laju alir fluida atau minyak tersebut dalam
suatu pipa kapiler atau viscometer yang sudah terkalibrasi dan dilakukan
secara gravitasi. Penentuan viskositas dari fluida dilakukan pada
sembarang temperature dan untuk minyak solar diuji pada suhu 400C atau
1040 F. pemeriksaan viskositas dari suatu minyak bertujuan untuk
mengetahui kekentalan dari minyak yang berpengaruh dalam proses
pemompaan, system injeksi dan ukuran bahan bakar yang disemprotkan ke
dalam ruang bakar.
Diisyaratkan spesifikasi minyak solar bahwa viskositas kinematik
pada 400C adalah 2,0-5,0 cSt. Pada pengujian 90% solar : 10% kerosin
diperoleh angka viskositas kinematik sebesar 3,357. Sedangkan untuk 70%
solar : 30% kerosin sebesar 2,786. Menurut keputusan Dirjen Minyak dan
Gas Bumi, maka kedua hasil tersebut telah memenuhi aturan spesifikasi.
Viskositas ini penting karena berhubungan dengan pemompaan
dan system injeksi bahan bakar ke ruang mesin. Apabila nilai viskositas
kurang dari 2,0 cSt, minyak solar mempunyai viskositas encer yang berarti
banyak mengandung fraksi ringan, sehingga boros dalam pemakaiannya,
walaupun kerja pompa ringan. Sedangkan bila lebih besar dari 5,0 cSt,
minyak solar mempunyai viskositas tinggi berarti mengandung fraksi
berat, sehingga minyak solar sulit untuk dikabutkan dan kerja pompa
berat.
Berarti semakin banyak suatu penambahan kerosin pada solar
maka akan semakin rendah viskositas kinematiknya.
6. Color ASTM D-1500
Rasio solar : kerosin Skala regulator warna
90 : 10 0,5
70 : 30 1
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
untuk 70% solar : 30% kerosin sebesar 1,0. Ini berarti kedua nilai tersebut
masih memenuhi batasan nilai yang diberikan Dirjen Minyak dan Gas
Bumi.
7.Pour Point ASTM D-97
Rasio solar : kerosin Pour point (◦C)
90 : 10 -15
70 : 30 -27
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis Praktek Kerja Lapangan di Laboratorium Minyak
Bumi maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian kualitas campuran solar dan kerosin secara umum
menunjukkan bahwa campuran tersebut masih memiliki sifat-sifat seperti
solar yang sesuai dengan spesifikasi solar menurut Surat Keputusan
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Indonesia No. 3675
K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006 (terlampir).
B. SARAN
PUSDIKLAT MIGAS Cepu merupakan sarana pendidikan yang sekaligus
juga melaksanakan pengolahan minyak. Oleh karena itu perlu :
1. Perlu diadakannya peningkatan Research and development dalam hal
pengontrolan kualitas minyak bumi melalui berbagai penelitian baik
dari dalam maupun dari luar lingkungan Pusdiklat Migas Cepu.
2. Ketentuan yang lebih ketat mengenai keselamatan kerja terutama
sarana safety dilaboratorium
commit to user
50