Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Di zaman era globalisasi ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

semakin pesat,kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih dan modern

tidak dapat menjamin secara mutlak dan memberi kebahagiaan bagi manusia namun

dapat pula memberi kerugian seperti kerusakan, kehilangan, kecelakaan dan lain

sebagainya yang dapat menimbulkan ancaman bagi dirinya sendiri. Kemungkinan

kerugian yang diderita inilah disebut resiko. Resiko adalah suatu ketidak pastian

dimana yang akan datang tentang kerugian. 1

Untuk mengatasi hal tersebut maka manusia mencari cara yang dapat

mengurangi resiko ini. Oleh karena itu manusia mengalihkan resiko kepada pihak

yang mau menerima peralihan resiko kepada pihak yang mau menerima peralihan

resiko yang disebut dengan lembaga asuransi, dalam hal ini adalah perusahaan-

perusahaan asuransi, baik itu asuransi jiwa maupun asuransi kerugian.

Salah satu lembaga keuangan non bank yang mempunyai peranan dalam

pengerahan dana masyarakat untuk pembiayaan pembangunan adalah lembaga

asuransi. Lembaga Asuransi sangat membantu dalam menanggung berbagai risiko

yang dapat menimbulkan kerugian pada pelaksanaan pembangunan, kebutuhan akan

1
Sri Rejeki Hartono, 1992, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Cet. I , Sinar Grafika,
Jakarta, h. 62.
1
2

hadirnya usaha perasuransian dirasakan juga oleh dunia usaha mengingat disatu pihak

terdapat berbagai risiko yang secara sadar dan rasional dirasakan dapat menganggu

kesinambungan kegiatan usahanya. Perusahaan Asuransi sebagai perusahaan jasa,

pada satu sisi menjual jasa kepada pelanggan, sedangkan pada sisi lain, perusahaan

asuransi adalah sebagai investor dari tabungan masyarakat kepada investasi yang

produktif. Secara umum memang dapat disebutkan bahwa asuransi dan lembaga

asuransi itu merupakan lembaga ekonomi yaitu suatu lembaga peralihan resiko.

Resiko diartikan pula sebagai kerugian yang tidak pasti (uncertainty of financial loss)

didalamnya terdapat dua unsur yaitu : ketidakpastian dan kerugian. Karena besarnya

risiko ini dapat diukur dengan nilai barang yang mengalami peristiwa diluar

kesalahan pemiliknya, maka risiko dapat dialihkan kepada perusahaan asuransi

kerugian dalam bentuk pembayaran klaim asuransi. Pengalihan risiko ini diimbangi

dalam bentuk pembayaran premi kepada perusahaan asuransi kerugian (penanggung)

setiap bulan atau tahun, tergantung pada perjanjian yang tertuang dalam polis.

Manfaat peralihan risiko inilah yang diperoleh konsumen (tertanggung). 2

Asuransi terdiri dari beberapa jenis yaitu asuransi kerugian dan asuransi

sejumlah uang, yang dibahas adalah asuransi jiwa (termasuk asuransi sejumlah uang).

Asuransi jiwa merupakan perwujudan dari pertanggungan yang berpokok pada jiwa

orang dan menyangkut ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan

keluarganya, karena adanya kemungkinan meninggal sebelum tua atau hidup terlalu

2
Djoko Prakoso, I Ketut Murtika, 2000, Hukum Asuransi Indonesia, PT. Asdi Maha Satya,
Jakarta. h.21
3

lama. Asuransi jiwa bertujuan untuk menanggung jiwa seseorang yang diasuransikan

terhadap kerugian financial tak terduga yang disebabkan karena meninggalnya terlalu

lama atau hidupnya terlalu lama atau mengalami cacat badan tetap yang disebabkan

oleh kecelakaan atau suatu penyakit.3

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh manusia untuk mengatasi

risiko-risiko yang mungkin timbul sehingga akan mengakibatkan kerugian antara

lain:

1. Menghindari (Avoidance) maksudnya, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu

dan tidak berbuat sesuatu agar tidak mendapat kerugian.

2. Mencegah (Prevention) maksudnya, mengadakan tindakan tertentu dengan tujuan

paling tidak mengurangi kerugian.

3. Mengalihkan (Transfer) maksudnya, kemungkinan buruk yang dapat menimpa

dirinya dialihkan pihak lain.

4. Menerima (Assumption or Retention).

Metode peralihan risiko dalam bentuk asuransi dianggap cara yang paling

baik dalam pengelolaan risiko. Jika risiko itu menyangkut nyawa manusia, maka jiwa

seseorang dipertanggungkan, risiko kematian tersebut ditanggung perusahaan

asuransi jiwa (penanggung).

3
Agus Parwoto, 2001, Hukum Asuransi dan Kesehatan Perusahaan Asuransi Berdasarkan
Risk Base Capital, Cet. I, BPFE, Yogyakarta, h. 69.
4

Persaingan mendapatkan peserta asuransi memang sering terjadi di kalangan

perusahaan asuransi apalagi dalam era perdagangan bebas. Perusahaan asuransi telah

membuat suatu pilihan untuk mendapatkan konsumen sebanyak-banyaknya tanpa

memperhitungkan apakah penetapan besarnya premi yang tidak proporsional (rendah)

tersebut dapat dipertanggungjawabkan dari sisi underwriting yaitu kemampuan untuk

membayar polis. Akibatnya klaim asuransi peserta asuransi ditolak tanpa alasan yang

benar dan patut. Dalam keadaan seperti ini, tidak ada perlindungan risiko yang

dialami peserta asuransi. Sebaliknya perusahaan asuransi sudah mendapatkan premi

yang dibayarkan konsumen.

Dalam perjanjian asuransi jiwa pembayaran premi biasanya dapat dilakukan

secara sekaligus atau dibayar secara tunai, tetapi dapat juga secara periodik yaitu

tahunan, setengah tahun, triwulan, dan bulanan. Premi harus dibayar tepat waktu dan

jumlahnya biasanya ditentukan oleh pihak penanggung. Apabila dalam perjanjian

asuransi pihak tertanggung tidak dapat melaksanakan kewajibannya membayar premi

lanjutannya tepat waktu atau pembayaran preminya terhenti sebelum masa

pertanggungannya berakhir, maka pihak penanggung dapat membatalkan perjanjian

asuransi. Adapun tanggung jawab pihak penanggung dalam hal terhentinya

pembayaran premi, sebagaimana telat diatur dalam syarat-syarat umum polis

perjanjian asuransi tersebut. Sedangkan penyelesaian pembayaran klaim dalam hal

terhentinya pembayaran premi diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang No.2 Tahun

1992 Tentang Usaha Perasuransian. Dalam kenyataannya banyak terjadi terhentinya

pembayaran premi oleh tertanggung, padahal asuransinya sudah berjalan cukup lama.
5

Seperti kematian atau si tertanggung kehilangan pekerjaan sehingga tidak dapat

menyelesaikan pembayaran premi. Berdasarkan uraian latar belakang masalah

tersebut maka dapat ditulislah skripsi yang berjudul “Penyelesaian Pembayaran

Klaim oleh Perusahaan Asuransi Jiwa dalam Hal Tertanggung Tidak Dapat

Melakukan Kewajibannya Membayar Premi Asuransi”. Terhentinya pembayaran

premi karena berkurangnya pendapatan sebagai akibat pemutusan hubungan kerja si

tertanggung pada tempat kerjanya (dalam uraian-uraian selanjutnya di tulis “akibat

Pemutusan Hubungan Kerja”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Apakah akibatnya apabila tertanggung tidak dapat melaksanakan kewajibannya

membayar premi sampai dengan akhir masa kontrak?

2. Bagaimana bentuk penyelesaian pembayaran klaim yang diterima oleh

perusahaan asuransi apabila tertanggung tidak mampu lagi melaksanakan

pembayaran premi akibat pemutusan hubungan kerja?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Di dalam suatu karya ilmiah perlu kiranya ditentukan secara tegas batasan

materi yang akan dibahas atau diuraikan dalam tulisan tersebut, hal ini dimaksudkan

untuk mencegah agar materi atau isi uraian dalam tulisan ini tidak menyimpang dari

pokok masalah yang diuraikan dalam tulisan ini.


6

Adapun ruang lingkup masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini hanyalah

menyangkut masalah mengenai akibatnya apabila tertanggung tidak dapat

melaksanakan kewajibannya membayar premi sampai dengan akhir masa kontrak,

serta bentuk penyelesaian pembayaran klaim yang diterima oleh perusahaan asuransi

apabila tertanggung lalai melaksanakan pembayaran premi akibat pemutusan

hubungan kerja.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Dalam rangka menumbuhkan semangat anti plagiat di dalam dunia pendidikan

di Indonesia, maka mahasiswa diwajibkan untuk mampu menunjukkan orisinalitas

dalam penelitian yang tengah dibuat dengan menampilkan beberapa judul penelitian

terdahulu sebagai pembanding. Adapun dalam penelitian kali ini, peneliti akan

menampilkan 2 skripsi terdahulu yang pembahasannya berkaitan dengan asuransi

jiwa :

Tabel 1
Daftar Penelitian Sejenis dan Daftar Penelitian Penulis
Daftar Penelitian Sejenis Daftar Penelitian Penulis
No Judul Skripsi & Rumusan Judul Skripsi Rumusan
Penulis Masalah & Penulis Masalah
1 Akibat Hukum 1) Kapankah Penyelesaian 1) Apakah
tentang tunggakan lahirnya Pembayaran akibatnya
pembayaran perjanjian Klaim oleh apabila
Premi dalam asuransi antara Perusahaan tertanggung
Perjanjian seorang Asuransi Jiwa tidak dapat
Asuransi Jiwa di tertanggung dalam hal melaksanakan
Perusahaan Bumi dengan Pihak Tertanggung kewajibannya
7

Daftar Penelitian Sejenis Daftar Penelitian Penulis


No Judul Skripsi & Rumusan Judul Skripsi Rumusan
Penulis Masalah & Penulis Masalah
Asih Cabang Asuransi Jiwa Tidak Dapat membayar
Padang Bumi Asih Melakukan premi sampai
Sidimpuan. Distrik Padang Kewajibannya dengan akhir
Wahyu Rishandi Sidimpuan? Membayar masa kontrak?
(mahasiswa 2) Apa akibat Premi Asuransi 2) Bagaimana
Fakultas Hukum hukumannya :Studi kasus bentuk
Universitas apabila pihak pada PT. penyelesaian
Muhamadiyah) tertanggung Asuransi pembayaran
Tahun 2012. menghentikan Prudential di klaim yang
pembayaran Denpasar) diterima oleh
Premi sesuai Ni Made perusahaan
dengan jumlah Kristina Diana asuransi
tercantum Yanti apabila
dalam polis? (Fakultas tertanggung
Hukum tidak mampu
Universitas lagi
Udayana melaksanakan
Denpasar) pembayaran
Tahun 2014 premi akibat
pemutusan
hubungan
kerja ?
8

Daftar Penelitian Sejenis Daftar Penelitian Penulis


No Judul Skripsi & Rumusan Judul Skripsi Rumusan
Penulis Masalah & Penulis Masalah
2 Implementasi 1) Bagaimana
Sistem Asuransi penyelenggara
Jiwa an sistem
Konvensional dan asuransi
Syariah (Studi di konvensional
AJB Bumi Putera dan asuransi
1912 Kantor Syariah di
Cabang Asuransi AJB Bumi
Perorangan dan Putera 1912 ?
AJB Bumi Putera 2) Apakah
1912 Kantor kelebihan dan
Cabang Syariah kelemahan
Surakarta). masing-
Ade Putri. P masing sistem
(Mahasiswa asuransi
Fakultas Hukum konvensional
Universitas dan syariah di
Sebelas Maret AJB Bumi
Surkarta) Tahun Putera 1912?
2011

Berdasarkan tabel diatas yang membedakan penelitian yang penulis buat

dengan beberapa penelitian terdahulu yang pembahasannya berkaitan dengan asuransi

jiwa yaitu, pada penelitian yang dibuat penulis yang berjudul, Penyelesaian
9

Pembayaran Klaim oleh Perusahaan Asuransi Jiwa dalam Hal Tertanggung Tidak

Dapat Melakukan Kewajibannya Membayar Premi Asuransi. Dimana rumusan

masalah dari penelitian tersebut yaitu : Apakah akibatnya apabila tertanggung tidak

dapat melaksanakan kewajibannya membayar premi sampai dengan akhir masa

kontrak? Dan Bagaimana bentuk penyelesaian pembayaran klaim yang diterima oleh

perusahaan asuransi apabila tertanggung tidak mampu lagi melaksanakan

pembayaran premi akibat pemutusan hubungan kerja?.

Sedangkan 2 judul skripsi terdahulu yang pembahasannya mengenai asuransi

jiwa di tunjukkan dalam tabel sebagai pembanding dimana judul dan rumusan

masalahnya yaitu :

1) Judul : Akibat Hukum tentang tunggakan pembayaran Premi dalam Perjanjian

Asuransi Jiwa di Perusahaan Bumi Asih Cabang Padang Sidimpuan

Rumusan masalah : Kapankah lahirnya perjanjian asuransi antara seorang

tertanggung dengan Pihak Asuransi Jiwa Bumi Asih Distrik Padang Sidimpuan? Dan

Apa akibat hukumannya apabila pihak tertanggung menghentikan pembayaran Premi

sesuai dengan jumlah tercantum dalam polis?

2) Judul : Implementasi Sistem Asuransi Jiwa Konvensional dan Syariah (Studi di

AJB Bumi Putera 1912 Kantor Cabang Asuransi Perorangan dan AJB Bumi Putera

1912 Kantor Cabang Syariah Surakarta)

Rumusan masalah : Bagaimana penyelenggaraan sistem asuransi konvensional dan

asuransi Syariah di AJB Bumi Putera 1912 ? Dan Apakah kelebihan dan kelemahan

masing-masing sistem asuransi konvensional dan syariah di AJB Bumi Putera 1912
10

Jadi yang membedakan penelitian yang penulis buat dengan 2 skripsi

pembanding terdahulu berdasarkan uraian diatas yaitu, dimana skripsi yang penulis

buat dengan skripsi pembanding sama-sama membahas tentang asuransi jiwa namun

berdasarkan judul dan rumusan masalah yang dibahas berbeda dan tidak sama.

1.5 Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

1. Untuk mengetahui akibatnya apabila tertanggung tidak dapat

melaksanakan kewajibannya membayar premi sampai dengan akhir masa

kontrak.

2. Untuk mengetahui bentuk penyelesaian pembayaran klaim yang diterima

oleh perusahaan asuransi apabila tertanggung tidak mampu lagi

melaksanakan pembayaran premi akibat pemutusan hubungan kerja.

b. Tujuan khusus

1. Untuk memahami akibatnya apabila tertanggung tidak dapat

melaksanakan kewajibannya membayar premi sampai dengan akhir masa

kontrak pada Perusahaan Asuransi Prudential.

2. Untuk memahami bentuk penyelesaian pembayaran klaim yang diterima

oleh perusahaan asuransi apabila tertanggung tidak mampu lagi

melaksanakan pembayaran premi akibat pemutusan hubungan kerja pada

Perusahaan Asuransi Prudential.


11

1.6 Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini berguna sebagai upaya pengembangan wawasan pemahaman

bidang hukum yang diteliti dan peningkatan ketrampilan menulis karya ilmiah.

b. Manfaat praktis

penelitian ini berguna sebagai acuan atau referensi bagi pendidikan hukum

dan penelitian hukum akibatnya apabila tertanggung tidak dapat melaksanakan

kewajibannya membayar premi sampai dengan akhir masa kontrak, serta bentuk

penyelesaian pembayaran klaim yang diterima oleh perusahaan asuransi apabila

tertanggung lalai melaksanakan pembayaran premi akibat pemutusan hubungan kerja.

1.7 Landasan Teoritis

Pada hakekatnya manusia sebagai makhluk yang mempunyai sifat-sifat yang

lebih dari makhluk lain, sehingga ia selalu dapat menghindarkan atau mengatasi

resiko-esikonya, baik secara individual atau bersama-sama. Upaya atau usaha

manusia untuk menghindari dan melimpahkan resikonya kepada pihak lain beserta

proses pelimpahan sebagai suatu kegiatan itulah yang merupakan embrio atau cikal

bakal perasuransian yang dikelola sebagai suatu kegiatan ekonomi yang rumit sampai

saat ini.

Asuransi dalam terrminologi hukum merupakan suatu perjanjian oleh karena

itu perjanjian itu sendiri perlu dikaji sebagai acuan menuju pada perjanjian asuransi,

namun pengertian asuransi atau pertanggungan dapat dilihat pada Pasal 246 Kitab
12

Undang-Undang Hukum Dagang yang memuat batasan perjanjian asuransi secara

formal.

Pasal 246 KUHD :

Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang


penanggung meningkatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang
mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.

Batas tersebut di atas oleh Emmy Pangaribuan secara luwes dikembangkan

sebagai berikut :

Pertanggungan adalah suatu perjanjian dimana penanggung dengan menikmati


suatu premi mengikat dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskan dari
kerugian karena kehilangan, kerugian atau ketiadaana keuntungan yang
diharapkan yang akan dapat diderita olehnya, karena suatu kejadian yang
belum pasti.4

Dari batasan termaksud diatas Emmy Panggribuan selanjutnya menjabarkan

lebih lanjut bahwa perjanjian asuransi atau penanggungan itu mempunyai sifat-sifat

sebagai berikut :

1. Perjanjian asuransi atau pertanggungan pada asasnya adalah suatu perjanjian

penggantian kerugian (sheadeverzekering atau indemniteits contract).

Penanggung mengikat dirinya untuk menggantikan kerugian karena pihak

tertanggung menderita kerugian dan yang diganti itu adalah seimbang dengan

kerugian yang sungguh-sungguh diderita.

4
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, 1980. Hukum Pertanggungn dan Perkembangan, BHPN
Jakarta, (selanjutnya disingkat Emmy Pangaribuan Simanjuntak I), h. 22.
13

2. Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian bersyarat. Kewajiban

mengganti rugi dari penanggung hanya dilaksanakan kalau peristiwa yang tidak

tertentu atas mana diadakan pertanggungan itu terjadi.

3. Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian timbal balik. Kewajiban

penanggung mengganti rugi diharapkan dengan kewajiban tertanggung membayar

premi. Kerugian yang diderita adalah sebagai akibat dari peristiwa yang tidak

tertentu atas mana diadakan pertanggungan.

Menurut P.L Wery selanjutya masih dalam bukunya yang sama dikemukakan

lagi dua sifat lain dari perjanjian asuransi, meskipun tidak terdapat pada pasal yang

sama (246 KUHD) tetapi dalam pasal-pasal yang lain yaitu pada Pasal 257 dan 258

KUHD sebagai berikut:

1. Asuransi merupakan perjanjian berdasarkan consensus, dapat terjadi setelah ada

kata sepakat, artinya merupakan perjanjian tanpa bentuk.

2. Asuransi mempunyai sifat kepercayaan yang istimewa, saling percaya

mempercayai di antara para pihak adalah yang menentukan perjanjian itu sendiri.

Pada Pasal 246 KUHD yang memberikan batasan perjanjian asuransi,

merupakan satu pasal kunci di dalam sistem pengaturan perjanjian asuransi. Pasal

tersebut mengatur suatu hubungan hukum dengan syarat tertentu yang harus dipenuhi

bagi suatu perjanjian sehingga perjanjian yang bersangkutan dapat disebutkan sebagai

suatu perjanjian asuransi. Secara umum dapat dikatakan bahwa perjanjian asuransi
14

mempunyai tujuan utama untuk memberi ganti rugi, sehingga perjanjian asuransi

dapat diartikan sebagai perjanjian ganti rugi atau perjanjian indentitas.5

Prinsip – prinsip yang berlaku pada perjanjian asurasi antara lain :

1. Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan (insurable interest)

2. Prinsip itikad baik (utmost good faith)

3. Prinsip keseimbangan (indemnity)

4. Prinsip sebab akibat (proximate cause)

5. Prinsip kontribusi (contribution)

6. Prinsip subrogasi (subrogation)6

Di Indonesia sendiri banyak sekali perusahaan asuransi baik asing dan

nasional yang memberikan berbagai jenis layanan asuransi kepada masyarakat

Indonesia. Mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan yang jumlah penduduknya

lebih dari 200 juta jiwa merupakan pangsa pasar yang potensial dan menggiurkan

bagi semua perusahaan asuransi baik lokal maupun manca negara. Disamping rasio

penduduk yang berasuransi dan belum masih sangat tinggi sekali hal itulah yang

membuat indonesia adalah pangsa yang luar biasa dan jenis-jenis asuransi itu terdiri

dari berbagai jenis, secara garis besar asuransi terdiri dari 3 kategori yaitu:

5
Abdul Kadir Muhammad, 1999, Hukum Asuransi Indonesia, Cet. II, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, h. 11.
6
Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, 2006, Ban`k dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba
Empat, Jakarta, h. 180.
15

1. Asuransi Kerugian

Terdiri dari asuransi untuk harta benda (property, kendaraan), kepentingan

keuangan (pecuniary), tanggung jawab hukum (liability) dan asuransi diri

(kecelakaan atau kesehatan).

2. Asuransi Jiwa

Pada hakekatnya merupakan suatu bentuk kerja sama antara orang-orang yang

menghindarkan atau minimal mengurangi risiko yang diakibatkan oleh risiko

kematian (yang pasti terjadi tetapi tidak pasti kapan terjadinya), risiko hari tua

(yang pasti terjadi dan dapat diperkirakan kapan terjadinya, tetapi tidak pasti

berapa lama) dan risiko kecelakaan (yang tidak pasti terjadi, tetapi tidak mustahil

terjadi). Kerjasama mana dikoordinir oleh perusahaan asuransi, yang bekerja atas

dasar hukum bilangan besar (the law of large numbers), yang menyebarkan risiko

kepada orang-orang yang mau bekerjasama. Yang termasuk dalam program

asuransi jiwa seperti : asuransi untuk pendidikan, pensiun, investasi, tahapan,

kesehatan.

3. Asuransi Sosial

Asuransi sosial adalah program asuransi wajib yang diselenggarakan pemerintah

berdasarkan UU. Maksud dan tujuan asuransi sosial adalah menyediakan jaminan

dasar bagi masyarakat dan tidak bertujuan untuk mendapatkan keuntungan

komersial. 7

7
Abdul Kadir Muhammad. op.cit. h.54
16

Dari berbagai jenis asuransi salah satunya asuransi jiwa yang memang sudah

lama masyarakat kenal dan merupakan asuransi yang paling lumrah dan banyak

digunakan, asuransi ini sendiri menjamin individu dan keluarga secara finansial dari

kemungkinan terburuk seperti kematian dan kecelakaan. Asuransi jiwa merupakan

perwujudan dari petanggungan yang berpokok pada jiwa orang dan menyangkut

ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan keluarganya, karena adanya

kemungkinan meninggal sebelum tua atau hidup terlalu lama.

Definis asuransi yang lebih luas dapat ditemukan dalam Pasal 1 Undang-

Undang Nomor 2 tahun 1992 tentang perasuransian yang dirumuskan :

Asuransi adalah perjanjian,antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan dirinya kepada tertanggung, dengan menerima
premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Dalam KUHD asuransi jiwa diatur dalam buku 1 BAB X Pasal 302, pasal 308

KUHD. Jadi hanya 7 pasal, akan tetapi tidak 1 pasalpun yang memuat rumusan

definisi asuransi jiwa. Dengan demikian sudah tepat jika definisi asuransi dalam pasal

1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992 dijadikan titik tolak pembahasan

dan ini ada hubungannya dengan ketentuan Pasal 302 dan Pasal 303 KUHD yang

membolehkan orang mengasuransikan jiwanya.

Menurut ketentuan Pasal 302 KUHD:


17

“Jiwa seseorang dapat diasuransikan untuk keperluan orang yang

berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun untuk waktu yang

ditentukan dalam perjanjian”

Selanjutnya, dalam Pasal 303 KUHD ditentukan:

“Orang yang berkepentingan dapat mengadakan asuransi itu bahkan tanpa

diketahui atau persetujuan orang yang diasuransikan jiwanya”

Berdasarkan kedua pasal tersebut, jelaslah bahwa setiap orang dapat

mengasuransikan jiwanya, asuransi jiwa bahkan dapat diadakan untuk kepentingan

pihak ketiga. Asuransi jiwa dapat diadakan selama hidup atau selama jangka waktu

tertentu yang ditetapkan dalam perjanjian. 8

Menurut ketentuan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

dirumuskan bahwa :

Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya. Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik
kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan
yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Persetujuan-perseujuan
harus dilaksanakan dengan itikad baik.9

Maka untuk sahnya pertanggungan jiwa diperlukan 4 syarat seperti tercantum

dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, sahnya perjanjian secara

umum adalah sebagai berikut:

1. Adanya kesepakatan diantara kedua pihak.

2. Adanya kecakapan para pihak untuk membuat perjanjian.

8
Man Suparman Sastrawidjaja, 2004, Hukum Asuransi, Perlindungan Tertanggung Asuransi
Deposito, dan Usaha Parasuransian, Cet. III. Alumni, Bandung, h. 64.
9
Herman Darmawi, 2000, Manajemen Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta.
18

3. Mengenai suatu hal tertentu.

4. Sesuatu sebab / kausa / isi yang halal / diperbolehkan.

Mengingat perjanjian asuransi adalah perjanjian timbal balik, dimana para

pihak didalan perjanjian tersebut mempunyai hak dan kewajiban yang sama yang

apabila salah satu dari pihak itu wanprestasi maka perjanjian akan putus. Adapun hak

dan kewajiban para pihak dalam perjanjian asuransi jiwa adalah penanggung

berkewajiban untuk mengganti kerugian apabila terjadi evenemen yang merugikan

tertanggung serta berhak untuk menerima uang premi, sedangkan tertanggung

berkewajiban untuk membayar uang premi serta berhak untuk mendapatkan

pergantian kerugian.

Premi dalam asuransi jiwa adalah imbalan jasa atas jaminan perlindungan

yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung dengan menyediakan sejumlah

uang terhadap resiko hari tua. Menurut pendapat dari Emmy Pangribuan

Simanjuntak, yang menyatakan, apabila tertanggung tidak membayar premi tepat

pada waktunya atau terhenti melaksanakan kewajibannya membayar premi maka

penanggung dapat memutuskan perjanjian asuransi dimana ketentuan ini diatur dalam

Pasal 1226 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dirumuskan

Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan-pesetujuan yang


bertimbal balik, manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya.
Dalam hal demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan
harus dimintakan kepada hakim. Permintaan ini dilakukan, meskipun syarat
batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan di dalam persetujuan.
Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam persetujuan, Hakim adalah leluasa
untuk, menurut keadaan, atas permintaan si tergugat, memberikan suatu
jangka waktu untuk masih juga memenuhi kewajibannya, jangka waktu mana,
namun itu tidak boleh lebih dari satu bulan.
19

Asuransi jiwa termasuk asuransi sejumlah uang, dimana penanggung akan

membayar uang pertanggungan kepada tertanggung jika peristiwa yang tidak

diharapkan terjadi dan menimbulkan resiko. Pembayaran ini tidak didasarkan atas

hilangnya jiwa seseorang namun didasarkan sebagai akibat dari hilangnya nyawa

seseorang.

Perusahaan asuransi adalah suatu lembaga yang sengaja dirancang dan

dibentuk sebagai lembaga pengambil alih dan penerima risiko. Dengan demikian

perusahaan asuransi pada dasarnya menawarkan jasa proteksi sebagai produknya

kepada masyarakat yang membutuhkan, yang selanjutnya diharapkan akan menjadi

pelanggannya. 10 Produk berupa jasa proteksi tersebut dirumuskan sedemikian rupa

secara rinci dalam suatu akta yang lazim disebut polis. Akta yang berisikan inti dari

syarat-syarat dari janji tersebut, dipergunakan dan dipasarkan dalam bisnis asuransi,

baik di dalam maupun di luar bursa.

Pada hakikatnya, usaha asuransi juga mempunyai jangkuan kerja, yang sangat

khas dan luas yang dalam kedudukan tertentu sangat rapat dengan kepentingan

umum, baik secara langsung atau tidak. Secara langsung perusahaan asuransi

menampung setiap resiko dari banyak pihak sehingga memberikan rasa aman. Dan

secara langsung untuk berbagai jenis asuransi sosial, lembaga asuransi menampung

berbagai risiko kolektif (misalnya untuk asuransi pada kecelakaan di jalan raya dan

10
Sri Rejeki Hartono, op.cit, h. 1992.
20

asuransi penumpang kendaraan umum), termasuk asuransi kesehatan dan asuransi

hari tua.

Secara umum hal yang demikian dapat mendorong ke arah pemenuhan

kebutuhan masyarakat akan proteksi hingga suatu batas maksimal. Tetapi pada sisi

lain, usaha memenuhi kebutuhan masyarakat itu menimbulkan beban yang cukup

berat bagi perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi yang mempunyai jangkauan

usaha yang luas dengan sistem kerja yang kompleks, mendorong perusahaan dapat

mengikat hubungan dengan berbagai pihak berikut sebagai kepentingan untuk

bergabung dengannya guna mengatasi resiko. Kegiatan semacam itu tidak berarti

tidak mengandung hal-hal negatif tertentu.

1.8 Metode Penelitian

a. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian

hukum empiris.

Penelitian empiris merupakan penelitian hukum yang memakai sumber data

primer, data yang diperoleh berasal dari eksperimen dan observasi. Adapun maksud

penggunaan metode pendekatan empiris dalam peenelitian ini adalah di samping

menelaah peraturan perundang-undangan dan kebijakan-kebijakan yang mengatur

tentang perjanjian asuransi juga bekerjanya hukum dan kesadaran serta kepatuhan
21

masyarakat terhadap hukum. Disamping itu, lebih relevan dilakukan penelitian

lapangan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang ada. 11

b. Jenis pendekatan

Dalam penulisan skripsi ini menggunakan beberapa jenis pendekatan yaitu :

Pendekatan Perundang-undangan yaitu pendekatan masalah yang berdasarkan pada

teori-teori hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang ada

kaitannya dengan masalah yang dibahas, Pendekatan Fakta yaitu pendekatan masalah

yang didasarkan pada fakta-fakta yang terjadi di lapangan yang ada kaitannya dengan

masalah yang dibahas.

c. Sifat penelitian

Dalam penulisan skripsi ini jenis pendekatan yang digunakan adalah jenis

pendekatan deskriptif analisis, di mana pada penelitian secara umum termasuk pula

didalamnya penelitian ilmu hukum, bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat

suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan

penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu

gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.

11
Ronny Hartijo Soemitro, 2001, Metode Penelitian Hukum, Cet. I. Graha Indonesia, Jakarta,
h. 40.
22

d. Data dan sumber data

Data dan sumber data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini berupa

data primer, data sekunder dan data tersier sebagai berikut.

1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat melalui

wawancara, yaitu memperoleh informasi dengan bertanya langsung pada pihak-

pihak yang diwawancarai terutama orang-orang yang berwenang, dalam hal ini

orang-orang yang berwenang pegawai kantor perusahaan prudencial di Denpasar,

dan para nasabah.

2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan mengumpulkan bahan-

bahan kepustakaan hukum yaitu.

a. Bahan hukum primer, yaitu terdiri dari Undang-Undang; Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Undang-

Undang No.2 tahun 1992

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang mejelaskan bahan hukum

primer, seperti pendapat para sarjana, dokumen-dokumen resmi dan bahan-

bahan hukum lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3. Data tersier yaitu bahan tentang yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

e. Teknik pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi

ini adalah:
23

1. Studi kepustakaan, dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan pustaka yang

didapat dari berbagai literature atau buku-buku dan perundang-undangan yang

berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

2. Penelitian lapangan, adalah dilakukan dengan wawancara langsung terhadap para

responden informan yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Dengan

harapan dapat memberi jawaban dari masalah yang diteliti.

f. Teknik pengolahan dan analisis data

Data yang diperoleh, baik dari studi lapangan maupun studi pustaka pada

dasarnya merupakan data tataran yang dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu data

yang terkumpul dituangkan dalam bentuk uraian logis dan sistimatis. Selanjutnya

dianalisis untuk memperoleh kejelasan penyelesaian masalah, kemudian ditarik

simpulan deduktif, yaitu dari hal yang bersifat umum menuju hal yang bersifat

khusus.12

12
Bambang Sunggono, 2007, Metodelogi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, h. 122.

Anda mungkin juga menyukai